Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN DPJP/DOKTER PENANGGUNG

JAWAB PELAYANAN
RSUD dr. H. SOEWONDO KABUPATEN KENDAL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. SOEWONDO


KABUPATEN KENDAL
2018

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Definisi.....................................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................................3

BAB III TATA LAKSANA...............................................................................................4

A. Pengertian..............................................................................................................4
B. Pelayanan Berfokus Pada Pasien (Patient Centered Care) dan
Asuhan Terintegrasi..................................................................................................5
C. Kewenangan Klinis Dan Evaluasi Kinerja.............................................11
D. Penunjukan DPJP Dan Pengelompokan Staf Medis........................12
E. Tata Laksana DPJP..........................................................................................13
F. Supervisi...............................................................................................................16
BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................................18

iii
LAMPIRAN X : PERATURAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH dr. H.
SOEWONDO KABUPATEN
KENDAL TENTANG AKSES KE
RUMAH SAKIT DAN
KONTINUITAS PELAYANAN
Nomor :
Tanggal : Desember 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Institusi Rumah Sakit dituntut untuk terus meningkatkan
mutu pelayanan dengan memperhatikan input, proses dan
output. Berbagai metode diterapkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, walaupun seringkali masih dijumpai
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), yang tidak jarang berakhir
pada tuntutan hukum. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan
proses pelayanan. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) diharapkan
dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif
dengan mempertimbangkan hak pasien.
Pada pelayanan yang berfokus pada pasien maka
keselamatan pasien/patient safety menjadi tujuan utama.
Jaminan bahwa pasien dirawat oleh orang yang tepat dari awal
pasien masuk, selama perawatan sampai dengan pasien pulang
diharapkan dapat memenuhi hak dan kebutuhan pasien.
Dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran telah diatur
bahwasanya adalah hak pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan,
termasuk informasi tentang kemungkinan terjadinya sesuatu
yang tidak diharapkan. Untuk memenuhi hal tersebut maka
perlu adanya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), dan
perlu adanya pedoman DPJP di RSUD dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal.

1
B. Definisi
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
Adalah seorang dokter sesuai dengan kewenangan klinisnya
terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap
( paket) kepada satu pasien untuk satu patologi/pennyakit,
dari awal sampai akhir perawatan di Rumah Sakit, baik pada
pelayanan rawat jalan dan rawat inap
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Utama
Adalah dokter koordinator yang memimpin proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang harus dirawat
bersama oleh 1 orang dokter.

C. Tujuan
1. Untuk memberikan kepastian bahwa setiap pasien di RSUD
dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal mendapatkan asuhan
medis sesuai kebutuhannya.
2. Sebagai pedoman bagi dokter di RSUD dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal dalam pengelolaan dan pemberian asuhan
medis.
3. Sebagai pedoman pelaksanaan DPJP

2
BAB II
RUANG LINGKUP

DPJP memiliki kewenangan sesuai dengan kompetensi yang


dimiliki serta kewenangan klinis yang diberikan dan
bertanggungjawab terhadap seluruh operasional pelayanan pasien di
RSUD dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal, meliputi pelayanan di
IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, ICU, IBS maupun pelayanan
penunjang sesuai dengan kewenangan klinis yang diberikan.

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pengertian
IDPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah
seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait
penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket)
kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari awal
sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada
pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap
artinya melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi
rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
1. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih
dari satu DPJP sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola
asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada DPJP
Utama. Contoh : pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak
dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter
Spesialis Saraf.
2. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP,
maka asuhan medis tsb dilakukan secara terintegrasi dan
secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP
Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan
asuhan medis bagi pasien ybs (“Ketua Tim”), dengan tugas
menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif-
terpadu-efektif, demi keselamatan pasien melalui
komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan
mencegah duplikasi serta mendorong penyesuaian pendapat
(adjustment) antar anggota/DPJP, mengarahkan agar
tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan
intervensi).
3. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian/data tentang hasil laboratorium atau

4
radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak
memberikan asuhan medis yang lengkap.
4. Profesional Pemberi Asuhan-PPA adalah tenaga kesehatan
yang secara langsung memberikan asuhan kepada pasien,
antara lain. dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker,
psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb.
5. Asuhan pasien terintegrasi dan Pelayanan berfokus pada
pasien (Patient Centered Care-PCC) adalah istilah yang saling
terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat
pelayanan.
6. PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin/klinis
dengan DPJP sebagai ketua tim klinis-Clinical Leader, PPA
dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang
antara lain. terdiri dari dokter, perawat, bidan,
nutrisionis/dietisien, apoteker, penata anestesi, terapis fisik,
dsb.
7. Case Manager/Manajer Pelayanan Pasien : adalah
professional di rumah sakit melaksanakan manajemen
pelayanan pasien, berkoordinasi dan kolaborasi dengan
DPJP serta PPA lainnya, manajemen rumah sakit, pasien
dan keluarganya, pembayarnya, mengenai asesmen,
perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan
advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan
kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif,
melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga
memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif
selama dan pasca rawat inap.

D. Pelayanan Berfokus Pada Pasien (Patient Centered Care) dan


Asuhan Terintegrasi
Asuhan pasien dalam standar akreditasi rumah sakit harus
dilaksanakan berdasarkan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien
(Patient Centered Care), asuhan diberikan berbasis kebutuhan
pelayanan pasien. Pasien adalah pusat pelayanan, dan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan mengelilingi

5
pasien. PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, a.l. dokter, perawat, bidan,
nutrisionis/dietisien, apoteker, penata anestesi, terapis fisik dsb.,
dengan kompetensi yang memadai, sama pentingnya pada
kontribusi profesinya, masing-masing menjalankan tugas
mandiri, kolaboratif dan delegate.
PPA memberikan asuhan yang terintegrasi dalam satu
kesatuan sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional. DPJP dalam tim adalah sebagai ketua tim klinis
(Clinical leader), melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi,
sintesis, review dan mengintegrasikan asuhan pasien. PPA
melaksanakan asuhan pasien dalam 2 proses, Asesmen pasien
dan Implementasi rencana termasuk monitoring.

Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah (IAR) :


1. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan lain/penunjang, dsb (I)
2. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain
masalah, kondisi, diagnosis, untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan pasien (A)
3. Rencana pelayanan/Care Plan dirumuskan, untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien (R)

Implementasi rencana serta monitoring adalah pemberian


pelayanannya. Pencatatannya dilakukan dengan metode SOAP
pada Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi

1) PPA
a) Masing-masing PPA memberikan asuhan melalui tugas
mandiri, delegatif dan kolaboratif dengan pola IAR.
b) Menggunakan Pola IAR dan penulisan SOAP/ADIME (untuk
GIZI)
c) Berkolaborasi interprofesional
d) Meningkatkan kompetensi untuk praktik kolaborasi
interprofesional dalam 4 ranah :
1. Nilai dan etika praktik interprofesional

6
2. Peran dan tanggung jawab
3. Komunikasi interprofesional
4. Kerjasama dalam tim klinis/interdisiplin
e) Edukasi untuk kolaborasi interprofesional

2) Asuhan Medis
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter
spesialis, disebut sebagai DPJP. Di unit/instalasi gawat
darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat-daruratan,
antara lain ATLS, ACLS, PPGD, General Emergency Life Support
(GELS) menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat-
darurat. Saat pasien dikonsul/rujuk ke dokter spesialis dan
memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tsb menjadi
DPJP pasien tsb menggantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter
jaga IGD tsb diatas.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu
kepada Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik
di Indonesia (Kep Konsil No.18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan
panduan ini selain menjaga mutu asuhan dan keselamatan
pasien, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin. Asas,
Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia
intinya adalah sbb :
1. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
2. keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien
3. Kaidah dasar moral :
a) Menghormati martabat manusia (respect for person)
b) Berbuat baik (beneficence)
c) Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
d) Keadilan (justice).

Tujuan :
1. memberikan perlindungan kepada pasien
2. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medik

7
3. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat,
dokter,dan dokter gigi.

Tumpuan dasar kompetensi dokter mengacu kepada


Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) (Perkonsil No 11
Tahun 2012) tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia)
yang adalah :
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

3) Asuhan Pasien Terintegrasi Dan Patient Centered Care


Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan/asuhan
berfokus pada pasien (patient centered care) adalah elemen
penting dan sentral dalam asuhan pasien di rumah sakit.
Konsep inti (core concept) asuhan berfokus pada pasien terbagi
dalam 2 perspektif :
a) Perspektif Pasien :
1. Martabat dan Respek.
Profesional pemberi asuhan mendengarkan,
menghormati dan menghargai pandangan serta pilihan
pasien-keluarga. Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan,
latar belakang kultural pasien-keluarga dimasukkan
dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan
kesehatan.
2. Berbagi informasi.
Profesional pemberi asuhan mengkomunikasikan dan
berbagi informasi secara lengkap kepada pasien-
keluarga. Pasien-keluarga menerima informasi tepat
waktu, lengkap, dan akurat.

8
3. Partisipasi.
Pasien-keluarga didorong dan didukung untuk
berpartisipasi dalam asuhan, pengambilan keputusan
dan pilihan mereka.
4. Kolaborasi/kerjasama.
Rumah sakit bekerjasama dengan pasien-keluarga dalam
pengembangan, implementasi dan evaluasi kebijakan
dan program. Pasien-keluarga adalah mitra PPA.

b) Perspektif PPA :
1. Tim Interdisiplin
Profesional pemberi asuhan diposisikan mengelilingi
pasien Kompetensi yang memadai Berkontribusi setara
dalam fungsi profesinya Tugas mandiri, kolaboratif,
delegatif, bekerja sebagai satu kesatuan memberikan
asuhan yang terintegrasi
2. Interprofesionalitas
Kolaborasi interprofessional Kompetensi pada praktik
kolaborasi interprofesional termasuk bermitra dengan
pasien.
3. DPJP adalah ketua tim klinis/clinical leader.
DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi,
sintesis, review dan mengintegrasikan asuhan pasien.
4. Personalized Care
Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilai
nilai pasien.. Setiap dokter memperlakukan pasiennya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan Dalam
konteks asuhan tsb terdiri dari unsur-unsur inti antara
lain :
a. Pasien dan keluarganya adalah pusat
pelayanan/asuhan
b. DPJP-Dokter Penanggung Jawab Pelayanan sebagai
clinical leader/ketua tim klinis mengintegrasikan
asuhan.

9
c. PPA-Profesional Pemberi Asuhan diposisikan
mengelilingi pasien, memberikan asuhan secara tim
interdisiplin, dengan tugas mandiri dalam pola IAR,
juga tugas kolaboratif dan tugas delegatif, dengan
motto asuhan : BPIS-bila pasien itu (adalah) saya.
d. Kolaborasi interprofesional dalam tim dengan
kompetensi untuk praktek kolaborasi.
e. Case Manager/MPP-Manajer Pelayanan Pasien
berperan dalam menjaga kontinuitas pelayanan dan
asuhan.
f. Rekam medis terintegrasi dalam bentuk form CPPT-
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi diisi oleh
semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
pasien-PPA, dengan pola IAR.
g. CPPT-Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
dalam rekam medis tempat PPA mendokumentasikan
perkembangan pasien dalam proses pemberian
asuhan.
h. Standar akreditasi dalam bab HPK-Hak Pasien dan
Keluarga antara lain tentang rumah sakit termasuk
PPA bertanggung jawab untuk memberikan proses
yang mendukung hak pasien dan keluarganya selama
dalam pelayanan, pelayanan yang dilaksanakan
dengan penuh perhatian dan menghormati nilai-nilai
pribadi dan kepercayaan pasien, menghormati
kebutuhan privasi pasien, mendukung hak pasien
dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan termasuk dalam keputusan pelayanan,
memberitahu pasien dan keluarganya tentang
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang hasil
pelayanan dan pengobatan, termasuk hasil yang
tidak diharapkan dan siapa yang akan
memberitahukan, dsb.
i. Discharge planning/Rencana Pemulangan Pasien
yang terintegrasi, dilakukan secara multidisiplin

10
sejak awal rawat inap dengan tujuan menjaga
keberhasilan asuhan dan pelayanan selama rawat
inap maupun pasca rawat inap/dirumah.

c) DPJP sebagai Clinical Leader


1. Dalam asuhan/pelayanan berfokus pada pasien (patient
centered care) para PPA memberikan asuhan sebagai tim
interdisiplin, masing-masing PPA melakukan tugas
mandiri, tugas delegatif dan tugas kolaboratif dengan
pola IAR.
2. Asuhan pasien terintegrasi “dimotori” oleh DPJP dalam
fungsi sebagai ketua tim klinis (clinical leader) yang
melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis.
DPJP melakukan review rencana PPA lainnya dan
memverifikasinya.
3. Proses review dilakukan oleh DPJP dengan membaca
rencana para PPA dan memberikan catatan/notasi pada
CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).

E. Kewenangan Klinis Dan Evaluasi Kinerja


Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan
asuhan medis, termasuk pelayanan interpretatif (antara lain
DrSp PK, DrSp PA, DrSp Rad dsb), harus memiliki SK dari
Direktur/Kepala Rumah Sakit berupa Surat Penugasan
Klinis/SPK (Clinical appointment), dengan lampiran Rincian
Kewenangan Klinis/RKK (Delineation of Clinical Privilege).
Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses kredensial.
dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes 755/2011
tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP
ditetapkan Direktur dengan mengacu ke Permenkes 755/2011
tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

11
F. Penunjukan DPJP Dan Pengelompokan Staf Medis
1.Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola
seorang pasien, pergantian DPJP, selesainya DPJP karena
asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur/Kepala
Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat antara lain
berdasarkan permintaan pasien, jadwal praktek, jadwal jaga,
konsul/rujukan langsung. Pergantian DPJP perlu pengaturan
rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan
pergantian DPJP yang rutin, contoh : pasien A ditangani setiap
minggu dengan pola hari Senin oleh DrSp PD X, hari Rabu
DrSp PD Y, hari Sabtu DrSp PD Z; karena hal tersebut akan
mengakibatkan tidak adanya kontinuitas pelayanan.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari
satu DPJP dan penunjukan DPJP Utama, tugas dan
kewenangannya ditetapkan Direktur/Kepala Rumah Sakit.
3.Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat
digunakan butir-butir sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali
mengelola pasien pada awal perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola
pasien dengan penyakit dalam kondisi (relatif) menonjol
atau terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar
d. para DPJP terkait
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis.
4.Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis
ditetapkan/diorganisir oleh Direktur sesuai kebutuhan,
disebut KSM (Kelompok Staf Medis). Pengelompokan dapat
dilakukan antara lain dengan pola disiplin ilmu/spesialisasi
(Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam, Radiologi, Mata
dsb), kategori penyakit (KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori
organ (KSM Ginjal, KSM Gastro-entero Hepatologi) Kategori
Usia (KSM Geriatri) dan Kategori interes tertentu/lainnya (KSM
Sel Punca,dll).

12
G. Tata Laksana DPJP
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit
baik rawat jalan maupun rawat inap harus memiliki DPJP
2. Pada unit/instalasi gawat darurat, dokter gawat darurat,
dokter jaga (dengan sertifikat kegawatdaruratan, antara lain
PPGD, ATLS, ACLS, GELS) menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal/penanganan kegawat-daruratan.
Kemudian selanjutnya saat dilakukan konsultasi/rujuk
ditempat (on side) atau konsultasi lisan kepada dokter
spesialis, dan dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis
(termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tsb
telah menjadi DPJP pasien ybs, sehingga saat itulah DPJP
telah berganti dari dokter gawat darurat/dokter jaga IGD
kepada dokter spesialis tsb.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP,
maka harus ditunjuk DPJP Utama yang berasal dari para
DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan
berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien ybs (sebagai “Ketua
Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif-terpadu-efektif, demi keselamatan pasien
melalui komunikasi yang efektif dan membangun sinergisme
dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
Anggota/DPJP, mengarahkan agar tindakan masing-masing
DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi), dan juga
mencegah duplikasi serta interaksi obat.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk
keinginan DPJP mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain
agar dikoordinasikan melalui DPJP Utama. Kepatuhan DPJP
terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu misalnya
antara lain kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran,
adalah sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien
serta untuk kepentingan koordinasi sehari-hari.

13
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang-kurangnya ada
rapat Tim yang melibatkan semua DPJP ybs beserta profesi
terkait lainnya sesuai kebutuhan pasien; rumah sakit
diharapkan. menyediakan ruangan untuk rapat Tim di
tempat-tempat pelayanan, misalnya di Rawat Inap, ICU, UGD,
dll. DPJP Utama juga bertugas untuk menghimpun
komunikasi/data tentang pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien
dan/keluarga, dan pasien dan/keluarga dapat menyetujuinya
ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang mengubah
DPJP. bila terjadi pelanggaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan
secara lisan dan tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada
pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas
tentang alih tanggung jawabnya. Harap digunakan Formulir
Daftar DPJP .
9. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter
intensifis. Koordinasi dan tingkatan keikut-sertaan para DPJP
terkait, tergantung kepada sistem yang ditetapkan dalam
kebijakan rumah sakit misalnya sistem
terbuka/tertutup/semi terbuka. Bila rumah sakit memakai
sistem terbuka,.
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh
kegiatan pada saat di kamar operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas
meja operasi/sedang dioperasi, dokter yang dirujuk tsb
melakukan tindakan/memberikan instruksi, maka otomatis
menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP
dibantu oleh dokter lain (antara lain dokter ruangan, residen)
dimana ybs boleh menulis/mencatat di rekam medis, maka
tanggung jawab adalah tetap ada pada DPJP, sehingga DPJP
yang bersangkutan harus memberikan supervisi, dan
melakukan validasi berupa pemberian paraf/tandatangan
pada setiap catatan kegiatan tsb di rekam medis setiap hari.

14
13. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi
asuhan yang bekerja secara tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai
konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care),
DPJP sebagai ketua tim (Clinical/Team Leader) harus proaktif
melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien,
serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang (discharge
plan) yang dapat dilakukan pada awal masuk rawat inap atau
pada akhir rawat inap.
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian
edukasi/informasi kepada pasien dan keluarganya. Gunakan
dan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati.
Komunikasi merupakan elemen yang penting dalam konteks
Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selain
juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke
3 (Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012;
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia,
KKI 2006).
15. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis
harus lain di form asesmen awal medis, catatan
perkembangan pasien terintegrasi/CPPT (Integrated note),
form asesmen pra anestesi/sedasi, instruksi pasca bedah,
form edukasi/informasi ke pasien dsb. Termasuk juga
pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis,
hasil ronde bersama multi kelompok staf medis/departemen,
dsb.
16. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para
professional pemberi asuhan bekerjasama erat dengan
Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case Manager), sesuai
dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien agar
terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana
pemulangan, tindak lanjut asuhan mandiri dirumah, kontrol
dsb.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif,
bila lebih dari satu) tentang DPJP, dalam bentuk satu

15
formulir yang diisi secara periodik sesuai
kebutuhan/penambahan/pengurangan/penggantian, yaitu
nama dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir
penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal
mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan
berfungsi sebagai daftar hadir.
18. Rumah sakit yang terletak jauh dari kota besar, atau di
daerah terpencil, penetapan kebijakan tentang asuhan medis
yang sifatnya khusus agar dikonsultasikan dengan pemangku
kepentingan antara lain Komite Medis, Badan Pengawas
Rumah Sakit Propinsi, Kolegium dsb.
19. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktek Klinis Alur
Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap DPJP bertanggung
jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan
medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya)
yang diberikan kepada pasien patuh pada Panduan Praktek
Klinis/Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway yang telah
ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Panduan
Praktek Klinis/Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway ini
akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit Medis.
20. Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis/Clinical
Pathway/Panduan Praktek Klinik maka harus memberi
penjelasan tertulis dan dicatat di rekam medis.

H. Supervisi
1. Pada proses asuhan medis dimana dilaksanakan oleh DPJP
yang dibantu oleh Staf Medis non DPJP, misalnya Residen
(PPDS), Dokter Ruangan (DR) dsb, maka diperlukan supervisi
klinis medis untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi
terhadap asuhan pelayanan klinis yang dilaksanakan.
Supervisi sangat diperlukan untuk memastikan asuhan pasien
aman dan memastikan bahwa koordinasi dan kerjasama tim
yang baik adalah pengalaman belajar bagi para profesional
pemberi asuhan, bahwa pelayanan telah diberikan dengan cara

16
yang efektif, dan juga untuk kepastian hukum bagi pemegang
kewenangaklinisnya.
2. Diperlukan tingkat pengawasan yang konsisten dengan tingkat
pelatihan dan tingkat kompetensi para staf medis yang
membantu asuhan medis.
3. Seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis
memahami proses supervisi klinis: siapa supervisor dan
frekuensi supervisinya termasuk penandatanganan harian dari
semua catatan dan perintah, penandatanganan rencana
asuhan dan kemajuan catatan harian, atau membuat entri
terpisah dalam catatan pasien. Demikian juga, jelas tentang
bagaimana bukti pengawasan yang didokumentasikan,
termasuk frekuensi dan lokasi dokumentasi.
4. Rumah sakit memiliki prosedur mengidentifikasi dan
memonitor keseragaman proses supervisi klinis, monitoring
dan evaluasi pelayanan asuhan klinis.
5. Apabila supervisi klinis tidak dilaksanakan dengan baik maka
akan menimbulkan potensi untuk terjadinya kejadian yang
tidak diharapkan, atau menurunnya mutu asuhan medis.
6. Supervisi dan umpan balik yang dihasilkan penting untuk
mengakuisisi dan mengembangkan keterampilan klinis dan
profesionalisme seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan
medis. Supervisi dilakukan secara bertahap meningkatkan
otoritas dan kemandirian, pengawasan dan umpan balik.
7. Supervisi yang berlebihan dapat menghambat perkembangan
para staf untuk menjadi praktisi yang kompeten dalam disiplin
mereka.
8. RS harus menetapkan kebijakan tentang tingkatan supervise
staf medis non DPJP.

17
BAB IV
DOKUMENTASI

DPJP diwajibkan mengisi lembaran pelaporan yang meliputi catatan :


a. Pelaksanaan kegiatan pendidikan/edukasi kepada pasien dan
keluarganya.
b. Dokumen Rencana Pelayanan
c. Dokumen rencana pemulangan
d. Serah terima antar DPJP
e. Resume Pasien Pulang.
f. Berkas Rekam Medis

Evaluasi pencatatan DPJP dilakukan per triwulan oleh bagian


rekam medik sebagai salah satu elemen dari evaluasi angka KLPCM
(Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan Medis). Evaluasi pedoman
dilakukan setahun sekali oleh komite medis.

Plt. DIREKTUR RSUD dr. H. SOEWONDO


KABUPATEN KENDAL
DOKTER UTAMA

dr. HARIS TIYANTO, Sp.B


NIP. 19620109 198901 1 001

18

Anda mungkin juga menyukai