Anda di halaman 1dari 25

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ABORTUS

Tugas Departemen Keperawatan Maternitas

Oleh :

YULAINI

1601080466

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2020
A. Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan
penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada
20 minggu (Sastrawinata, 2005)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).

B. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus
spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus,
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun
seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis juga dapat
menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester II ialah serviksin kompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang
tidak dijahit.
Secara umum abortus disebabkan oleh :
1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,
misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis,
biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru,
aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat
penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia serviks.
Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan seksual
yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.
6. Kelainan alat kandungan.
7. Gangguan kelenjar tiroid.
8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan bawaan.
9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus
Kelainan kromosom, lingkungan, teratogenik, kongenital, penyakit pada ibu

hubungan seksual yang berlebihan ,trauma.


Gangguan sirkulasi plasenta
Kelainan ovum kelainan pada ibu

Kematian janin pada usia ≤ 20 minggu kehamilan

Psikologis ibu
MK : Risti infeksi Lepasnya PD dan plasenta ibu ABORTUS

kecemasan
Rangsangan pada uterus

perdarahan

MK: anxietas
anemia
Hipovolemik

Dilatasi serviks
kelemahan

MK : Resiko syok hemorrhagic


nyeri

MK : Gangguan aktivitas

MK : Gangguan rasa nyaman : nyeri


D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus.
E. Jenis-Jenis Abortus
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Abortus Spontan : Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis
atau medis untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai
abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara
spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis
disebut sebagai aborsi 9 spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat
bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang,
yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga
22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi
lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens) Adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam
sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa
nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.
b.Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan) Yaitu Abortus
tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata
disertai pembukaan serviks.
c.Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap) Pada abortus yang
terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya keluar
bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila
seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi
yang telah meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal,
mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya
tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahanperubahan pada
payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan,
tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang
terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila 10
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi
dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu
abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak.
G. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu
ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus
ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing.
Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama
pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan
tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan
tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih
besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi
perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan
seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan
suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan
meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi
percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka
pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent
cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan
miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan
terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya
kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu
hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon
kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada
saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2. Pengkajian Pengkajian merupakan


langkah awal dalam landasan proses keperawatan, bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang pasien agae dapat mengidentifikasi dan
menganalisa masalah pasien. Penulis 31 hanya akan menjelaskan pengkajian
secara khusus pada pasien dengan abortus Menurut Aspiani (2017)
pengkajian abortus adalah:
a) Anamesa:
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)
2) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis, nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4) Lama kehamilan
5) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
6) Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah,
dan lender
7) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam,
mulas, serta pusing
8) Geajala – gejala hipovolemia seperti sinkop.

b) Keluhan utama: Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya


perdarahan pervaginam berulang, rasa nyeri atau kram pada perut.Pasien
juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, merasa lelah
dan lemas.
c) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat pembedahan Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami 32 Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya: DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakitpenyakit lainnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

d) Riwayat Obstetri Yang perlu dikaji adalah:


1) Keadaan haid Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang
Menarche, siklus haid, hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah
keluar, lamanya haid, nyeri atau tidak, bau.
2) Perkawinan Yang perlu ditanyakan berapa kali kawin dan sudah berapa
lama.
3) Riwayat kehamilan 7Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah
berapa kali melakukan ANC (Ante Natal Care), selama kehamilan
4) Riwayat seksual Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
e) Riwayat pemakaian obat Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
f) Pemeriksaan Fisik Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang
digunakan adalah pemeriksaan Head To Toe. Pemeriksaan fisik secara head
to toe pada klien dengan abortus meliputi:
1) Keadaan umum Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah
33 2) Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : Menurun
b. Nadi : Mungkin meningkat (›90x/menit)
c. Suhu : Meningkat/menurun
d. Respirasi : Meningkat ›20x/menit
3) Kepala:
a. Inspeksi: bersih atau tidaknya, ada atau lesi
b. Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa
4) Wajah Inspeksi : Tampak pucat, ada atau tidak oedem
5) Mata Inspeksi : Konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan),
sklera ikterus.
6) Hidung Inspeksi : Simetris atau tidak, ada tidaknya polip
7) Telinga Inspeksi : Ada tidaknya peradangan dan lesi
8) Mulut Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi,
ada tidaknya karies gigi.
9) Leher Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid da limfe Palpasi
: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
10) Payudara
a. Inspeksi : Ukuran payudara, simetris dan penampilan kulit, inspeksi
puting teradap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
b. Palpasi :Palpasi payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri tekan
11) Thorax
a. Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman dan
penggunaan otot bantu pernapasan, ada tidaknya retaksi dinding dada
b. Palpasi :Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vocal premitus
c. Perkusi : Kenormalan organ thorax
d. Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
12) Abdomen
a. Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan
pervaginam, terlihat jaringan parut pada perut, ada tidaknya jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b. Auskultasi : Bising usus normal
c. Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat kontraksi uterus, tonus
baik, lembek dan tidak terdapat nyeri tekan.
d. Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui suara normalnya bila
masih ada sisa hasil konsepsi yang belum dkeluarkan maka suara akan
berubah menjadi lebih pekak

13) Genetalia
a. Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat bekuan
darah, serviks tampak mendatar dan dilatasi
14) Ekstremitas atas
a. Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
b. Palpasi : CRT (Capilary Refile Time)
15) Ekstremitas bawah
a. Inspeksi : Ada tidaknya deformitas
b. Palpasi : Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akral dingin). 35 g)
Pemeriksaan pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang ini diperlukan
dalam keadaan abortus imminens, abortus habitualis, serta missed abortion:
1) Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler untuk menentukan apakah janin
masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
2) Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
3) Tes kehamilan. h. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang
dapat muncul pada ibu abortus imminens, menurut (Nugroho, 2011),
(NANDA NIC NOC, 2013) antara lain adalah:
a. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauterine
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas:
perdarahan, keletihan
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan, masalah kesehatan. i.
Perencanaan Keperawatan Menurut Nugroho (2011),(NANDA NIC NOC,
2013) Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam
(2011):
a. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri 36 Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan:
gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi dengan: Kriteria Hasil:
1) Nyeri tidak ada
2) Nyeri hilang Rencana Tindakan:
a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Observasi skala nyeri
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
e) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri (miring kanan, miring kiri)
f) Kolaborasi pemberian analgetika
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan resiko tinggi
kekuragan volume cairan dapat diatasi dengan: Kriteria Hasil:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal
2) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
3) Turgor kulit elastis
4) Capillaryrefill kurang dari 2 detik Rencana Tindakan:
a) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b) Kaji kondisi status hemodinamika
c) Kaji intake output
d) Monitor tanda – tanda vital
e) Pantau kadar Hb dan Ht 37
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas:
perdarahan, keletihan Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di
harapkan klien dapat mobilisasi dengan: Kriteria Hasil:
1) Klien dapat beraktivitas kembali
2) Klien dapat melakukan aktivitas mandiri
3) Klien Rencana Tindakan:
a) Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan
b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
e) Berikan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
f) Berikan klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
g) Anjurkan klien untuk istirahat sesuai jadwal sehari – hari
h) Anjurkan pemenuhan aktivitas berat yang tidak dapat/ tidak boleh
dilakukan klien, dan libatkan keluarga klien
i) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Tidak
terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dengan: Kriteria Hasil:
1) Infeksi tidak terjadi
2) Tanda – tanda vital dalam batas normal
3) Tanda – tanda infeksi berkurang 38 Rencana Tindakan:
a) Kaji tanda – tanda vital
b) Monitor tanda – tanda infeksi
c) Kurangi organisme yang masuk kedalam individu: cuci tangan, steril
untuk perawatan luka dan tindakan invasive
d) Anjurkan klien menggunakan tehnik aseptic
e) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan Tujuan : setelah di
lakukan tindakan keperawatan di harapkan tidak terjadi kecemasan pada
klien dengan : Kriteria hasil :
a. Aktivitas fisik meningkat
b. Cemas berkurang Rencana Tindakan:
a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
d) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Kejadian abortus spontan dengan usia ibu di ambil di


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/chapter
%20ii.pdf pada tanggal 21 maret 2013 jam 16.00 wita

Herdman, TH. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan. EGC :


Jakarta.
Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Penerbit yayasan bina pustaka sarwono


prawirohardjo: jakarta.

Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta

Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc :
jakarta

Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakartta
ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : px mengatakan ketakutan
Abortus Ansietas
tidak bias memberi keturunan
O : px. Terlihat gelisah, akral
Terganggunya psikologis ibu
dingin

Kecemasan

2 Perdarahan Intoleransi aktivitas


Ds: px megatakan lemas setelah
menjalani operasi kuretase
Anemia
beberapa hari yang lalu
O :pasien tampak pucat gelisah
Kelemahan
dan konjungtiva anemis
TD : 100/80
Intoleransi aktivitas
Suhu : 36.6
Nadi : 80x /menit
NO
NO DIAGNOSA KEP TUJUAN SIKI
DX
1. ANSIETAS Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
diharapkan Ansietas berkurang dengan kriteria hasil : Observasi :
DEFINISI - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu 1= Meningkat (mis. Kondisi, waktu, stresor)
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat 2= Cukup Meningkat - Identifikasi kemampuan mengambil
No antisipasi
Kriteria Hasil bahaya
1 yang
2 3memungkinkan
4 5 individu 3= Sedang keputusan
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman 4= Cukup Menurun - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
Verbalisasi 5= Menurun nonverbal)
1
Kebingungan
PENYEBAB Terapeutik :
1. Krisis situasional
Verbalisasi - Ciptakan suasana terapeutik untuk
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
khawatir 1= Memburuk menumbuhkan kepercayaan
2 3. Krisis 2= Cukup Memburuk - Temani pasien untuk mengurangi
akibat kondisimaturasional
4. dihadapi
yang Ancaman terhadap konsep diri 3= Sedang kecemasan, jika memungkinkan
5. Ancaman terhadap kematian 4= Cukup Membaik - Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
Perilaku 5= Membaik dengarkan dengan penuh perhatian
3 7. Disfungsi fungsi keluarga - Gunakan pendekatan yang tenang dan
gelisah
8. Hubungan orang tua anak tidak memuaskan meyakinkan
No 9. Faktor
Perilaku
Kriteria Hasil keturunan
1 2 (temperamen
3 4 mudah
5 teragitasi - Tempatkan barang pribadi yang
4 memberikan kenyamanan
Tegangsejak lahir)
1 10. Penyalahgunaan zat
Konsentrasi - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
Keluhan
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, memicu kecemasan
5
2 pusing
Pola tidur
polutan, dan lain-lain) - Diskusikan perencanaan realistis tentang
12. Kurang terpapar informasi peristiwa yang akan datang
36 Anoreksia
Perasaan
keberdayaan Edukasi :
7 GEJALA DAN TANDA MAYOR - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
Palpitasi
4 Kontak mata
1. Subyektif mungkin dialami
2. Merasa bingung - Informasikan secara factual mengenai
58 Frekuensi
Pola
3. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang diagnosis, pengobatan, dan prognosis
pernapasan
berkemih
dihadapi - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
4. Sulit berkomunikasi
69 Orientasi
Frekuensi nadi

10 Tekanan darah

11 Diaforesis

12 Tremor

13 Pucat
5. Obyektif pasien, jika perlu
6. Tampak gelisah - Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
7. Tampak tegang kompetitif sesuai kebutuhan
8. Sulit tidur - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
GEJALA DAN TANDA MINOR mengurangi ketegangan
a) Subyektif - Latih penggunaan mekanisme pertahanan
- Mengeluh pusing diri yang tepat
- Anoreksia - Latih teknik relaksasi
- Palpitasi
- Merasa tidak Kolaborasi :
berdaya - Kolaborasi pemberian obat antlansietas,
b) Obyektif Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam jika perlu
- Frekuensi nafas diharapkan Ansietas berkurang dengan kriteria hasil :
meningkat
- Frekuensi nadi 1= Meningkat
meningkat 2= Cukup Meningkat
- Tekanan darah 3= Sedang
meningkat 4= Cukup Menurun
- Diaforesis 5= Menurun
- Tremor
- Muka tampak pucat
- 1= Memburuk
No Kriteria Hasil 1 2 3 4 Suara
5 bergetar
- Kontak mata buruk 2= Cukup Memburuk
Berjalan- Sering berkemih 3= Sedang
1 dengan - Berorientasi pada 4= Cukup Membaik
masa lalu
langkah efektif 5= Membaik

Berjalan
2 KONDISI KLINIS TERKAIT
dengan
langkah pelan
1. Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit
autoimun)
Pberjalan
3
menanjak

Berjalan
4
menurun
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

2.
Observasi :
- Identifikasi ganggjuan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola tidur dan jam tidur
INTOLERANSI AKTIVITAS - Monitor lokasi dan ketidak nyamanan
selama melakukan aktifitas
DEFINISI
Ketidak cukupan energy untuk melakukan aktivitas Terapeutik
sehari – hari - Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus ( mis, cahaya, suara,
PENYEBAB kunjungna )
1. ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan - Lakukan gerak pasif dan atau aktif
oksigen - Berikan aktifitas distraksi yang
2. tirah baring menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
3. kelemahan tidak dapat berpindah atau berjalan
4. immobilitas
5. gaya hidup monoton Edukasi
- Anjurkan tirah baring
GEJALA DAN TANDA MAYOR - Anjurkan melakukan aktifitas secara
Subyektif bertahap
1. mengeluh lelah - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Objektiuf - Ajarkan strategi koping untuk menguramgi
1. frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi kelelahan
istirahat
Kolaborasi
GEJALA DAN TANDA MINOR - Kolaborasi dengan ahli gizi cara
c) Subyektif meningkatkan asupan makanan
- Disapnea saat /
setelah aktivitas
- Merasa tidak
nyaman setelah beraktifitas
- Merasa lemah

d) Obyektif
- Tekanan darah
berubah >20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukkkan iskemia
- Sianosis
KONDISI KLINIS TERKAIT
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung coroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan musculoskeletal

Anda mungkin juga menyukai