Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Penyedia Jasa sesuai
gambar rencana dan Dokumen kontrak.
3. Tugas dan kegiatan Penyedia Jasa adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal
21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Konstruksi atau menurut perubahannya jika
ada kecuali ditentukan lain oleh Pengguna Jasa dalam Kontrak Kerja Fisik.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna
Jasa.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi pekerjaan minimal
selama jam kerja.
7. Penggantian tenaga ahli oleh Penyedia Jasa selama proses pelaksanaan pekerjaan
harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa dan diketahui
oleh Konsultan Pengawas jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka
waktu lebih dari 3 hari.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Penyedia Jasa harus mampu
memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan di dalam
Kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai pada suatu
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Penyedia Jasa tidak
dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa
persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas,
maka Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan
kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan kelalaian Penyedia Jasa sendiri.
7. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Sub
Kontraktor.
3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop Drawing yang
menjadi kewajibannya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Gambar Rencana, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan
jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa yang berada dalam Buku Instruksi
harus diketahui dan ditanda tangani oleh Penyedia Jasa minimal Supervisor
Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Penyedia Jasa juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang diletakan
pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan harus
terdata dan mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh Penyedia Jasa.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus diperiksa oleh Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.
3. Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah disetujui
kepada Konsultan Pengawas, Pengguna Jasa dan Konsultan Perencana kepada
Pengguna Jasa.
4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik
pada bangunan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.
10. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan oleh
hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Manajemen dan Pengguna Jasa.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Penyedia Jasa karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada point 6,
point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan Konsultan Pengawas dan Pengguna
Jasa.
2. Request for Work yang diajukan Penyedia Jasa harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
3. Persetujuan Request for Work yang diajukan oleh Penyedia Jasa dianggap sah dan
diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Pengawas.
4. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material yang
telah disetujui kepada Konsultan Pengawas.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
8. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request for Work atau
jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan yang
diajukan belum disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada di lokasi pekerjaan.
3. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan memberikan alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan
oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang dilakukan
di luar jam kerja normal atau pada malam hari.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4
(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing-masing Laporan harian, laporan
mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas, Konsultan
Pengawas dan Pengguna Jasa.
1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus melalui dan ditujukan
kepada Konsultan Pengawas juga diketahui oleh Pengguna Jasa.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan ditujukan kepada
Konsultan Pengawas juga diketahui oleh Pengguna Jasa.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek
tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa tetap
wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Pengawas.
2. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh Site
Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Konsumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa kecuali ditentukan
lain oleh Pengguna Jasa
5. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa kecuali ditentukan
lain oleh Pengguna Jasa.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub Penyedia
Jasa menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Penyedia Jasa harus
memberikan jaminan agar supaya Pengguna Jasa dan para wakilnya mempunyai
wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain kepunyaan Sub
Pelaksana pekerjaan.
3. Pengguna Jasa atau Staf Ahli (Enggineer) berhak memberikan instruksi langsung di
lapangan kepada Penyedia Jasa dan Konsultan Pengawas untuk suatu perbaikan
atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan
Kontrak Kerja.
5. Penyedia Jasa harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan keselamatan
Pengguna Jasa dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.
1. Pembayaran dilakukan dengan system Unit Price dan Monthly Certificate (MC),
artinya tagihan Penyedia Jasa dibayar berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan
yang telah diselesaikan dilapangan.
2. Progress Payment Penyedia Jasa diajukan kepada Pengguna Jasa dan diperiksa
kebenaran realisasi pekerjaan di lapangannya oleh Konsultan Pengawas.
3. Progress Payment Penyedia Jasa baru dapat dibayar oleh Pengguna Jasa jika telah
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara
Penyedia Jasa, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum Serah Terima
Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Penyedia Jasa,
Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa dicantumkan dalam sebuah Daftar
Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Pengguna Jasa harus membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan
Cacat menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa memperbaikinya dengan biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa karena lemahnya
pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Pengawas tetap menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa
ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan
bangunan tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk memperbaikinya
dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada tempat
yang ditentukan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.
4. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan As-built Drawing dan Buku Petunjuk
Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum Berita Acara Serah Terima
Pertama ditandatangani.
3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Pengguna Jasa
dan Pemilik Bangunan ditandatangani, harus dengan persetujuan Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa.
4. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan biaya sendiri
semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan bangunan oleh Pemilik
Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan Pengguna Jasa.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Pengawas adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Konsultan Pengawas atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Pengguna Jasa dalam Kontrak
Kerja Konsultan Pengawas.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
8. Penyedia Jasa berhak mengajukan kepada Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa
untuk penggantian tenaga ahli Konsultan Pengawas yang berada di lokasi pekerjaan
jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan di lokasi pekerjaan oleh Konsultan Pengawas harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Pengawas harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan dan
diketahui oleh Pengguna Jasa atas segala hal yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan oleh Penyedia Jasa.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Pengawas adalah berdasarkan hasil
diskusi dan konsultasi dengan Pengguna Jasa.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas harus dalam bentuk
tulisan.
3. Instruksi Konsultan Pengawas dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Penyedia Jasa selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Pengawas dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah
ini :
1. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Rencana.
2. Perintah untuk menyingkirkan material/ bahan bangunan yang tidak sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
3. Perintah untuk menggantikan Pelaksana lapangan dari Penyedia Jasa yang
dianggap kurang mampu.
4. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
5. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan
Penyedia Jasa yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi kualitas
dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.
6. Dan lain–lain instruksi, teguran atau perintah yang dianggap perlu.
2. Penyedia Jasa dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan pada Gambar
Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan
Pengawas atau Konsultan Perencana.
7. Penyedia Jasa berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/ volume pekerjaan
dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Pengawas, jika
terjadi perbedaan antara Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity
maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut:
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Rencana serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.
2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum hubungan antara
semua pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti oleh
semua pihak yang terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada posisi
yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet (Kantor Konsultan Pengawas) dan
Kantor Penyedia Jasa.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus dipatuhi
dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa walaupun hal tersebut tidak disebutkan dalam
Gambar Rencana dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja
atau oleh Konsultan Pengawas dengan Persetujuan Pengguna Jasa.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan
aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah aturan yang
terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana dengan
persetujuan Pengguna Jasa dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Penyedia Jasa.
5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas tersebut harus tetap
mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik
sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar
papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan
tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
4. Papan nama proyek berlatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
7. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek
tebal 6 mm.
10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan di atas
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
12. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Penyedia Jasa dengan
Konsultan Pengawas. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Penyedia Jasa dengan
Konsultan Pengawas. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
2. Pemanfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada
dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
4. Toilet/WC staf Penyedia Jasa dan staf Konsultan Pengawas harus dibuat terpisah
dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm :
2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan batu bata dan
diplaster sedangkan bagian atasnya boleh dibuat dari dinding papan ukuran 2/20 cm
dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak
tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga harus
dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Pengawas. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada
terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan
kelas II
10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Pengawas, Letak Gudang Penyimpanan Material tidak
boleh berada terlalu dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan
kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain
2. Pemanfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Barak Kerja
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap dilokasi
pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi sehari-hari
para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek
tebal 6 mm.
10. Penggantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas
11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Pengawas
2. Pemanfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan
Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Pengawas .
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalasi Listrik dan Instalsi Air Bersih dan
Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pengguna Jasa
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan
dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Penyedia Jasa;
b. Personil Konsultan Pengawas ;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Pengguna Jasa dan para wakilnya;
e. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
f. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan
Penyedia Jasa.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya ditentukan
oleh Penyedia Jasa.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam lokasi
pekerjaan.
2. Penyedia Jasa harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal minimal 30
cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Rencana adalah muka tanah
yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus atau muka
tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Rencana.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai
sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material
bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan
humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari
lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh berada
dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Pengguna Jasa atau pemilik bangunan.
Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap keamanan, kehilangan dan
pemanfaatan hasil bongkaran bangunan lama oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin
Pengguna Jasa atau pemilik bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimanfaatkan kembali oleh Penyedia Jasa
untuk material bangunan didalam lokasi maupun diluar lokasi proyek tanpa seizin
Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
1. Penyedia Jasa harus melakukan Seetting Out atau pengukuran kembali akan
kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti yang telah ada dalam Lay Out
bangunan pada Gambar Rencana.
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus diketahui dan
didampingi oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, Pengguna Jasa dan
Pemilik Bangunan
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus menggunakan
alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang pasti
akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan batas-batas
lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus direalisasikan
dilapangan dengan memasang patok-patok sementara dari kayu ukuran 5/7 cm yang
ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat minyak
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang ada
dalam Gambar Rencana kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan existing yang
berubah dan alasan-alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau
Konsultan Pengawas
7. Penyedia Jasa harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan disetujui oleh
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm dengan rangka
kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi.
3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil pekerjaan Setting
Out disetujui oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun
minimal 1 m dan maksimal 2 m
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam tanah
minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter. Untuk
keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm
yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan yang
akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum struktur
bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan
5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out
Pasal 1 : Sanitasi
1. Penyedia Jasa Wajib menyediakan toilet sementara untuk para pekerjanya di
lapangan
2. Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap pengosongan dan pembersihan toilet dan
lumpurnya yang diindetifikasikan dan diusulkan oleh Dinas Kebersihan Dan
Pertamanan Kota/Kabupaten.
2. Penyedia Jasa harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan buangan
yang ditinggalkan selama proses konstruksi, termasuk membersihkan kertas plastic,
kertas bekas semen, plastic pengikat dan kayu bekas pelindung barang, minimal
sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah terima ke pemilik rumah ke lokasi
pembuangan resmi yang terdekat.
3. Penyedia Jasa harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan buangan
lain yang ditinggalkan oleh staf Kontraktor selama proses konstruksi.
4. Penyedia Jasa harus bertangung jawab dalam mengatur pengangkutan dan buangan
akhir dari limbah padat tidak beracun pada tempat pembuangan akhir yang sudah
ditunjuk oleh pemerintah kota/kabupaten.
5. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk menyimpan limbah berbahaya pada
tempat yang aman, pada lokasi kerja.
7. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas pemisahan benda-benda tak berguna
dari lokasi kerja, setelah pekerjaan selesai.
2. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa penyedian air untuk kebutuhan sanitasi
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dalam gedung kerja.
3. Penyedia Jasa harus bertangung jawab untuk menjamin bahwa aliran air dari lokasi
pekerjaan konstruksi tidak mencemari lingkungan sekitar.
2. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa kenderaan dan peralatan proyek dipelihara
dengan baik, mengikuti standard emisi.
1. Penyedia Jasa harus mengatur jam kerja sehingga kemungkinan bising yang
ditimbulkan tidak menggangu masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8 pagi.
2. Penyedia Jasa harus melakukan koordinasi dengan Geuchik setempat bilamana ada
perubahan waktu kerja.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas dalam
Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Penyedia Jasa berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Dan Uji Job Mix Formula;
d. Pemeriksaan Mutu Beton;
e. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;
f. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil & Alat Sambung;
g. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya
sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana
serta Pengguna Jasa.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 10 cm
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana.
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang
seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan
dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan
pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang
berasal dari laut.
2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi dimana
dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.
3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas .
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur keramik/Granito untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Granite lantai dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan memakai
spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm. Pada pekerjaan lantai kerja
mengguakan mutu beton K – 100.
5. Warna Granit lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.
7. Bentuk dan dimensi Granit lantai harus benar-benar siku dan standar untuk semua
ukuran yang sama.
10. Hasil pemasangan granite lantai harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil pemasangan harus diperiksa
kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.
11. Bentuk dan dimensi Granit lantai harus benar-benar siku dan standar untuk semua
ukuran yang sama.
Pasal 1 : Referensi
1. America Architectural Manufacturers Association ( AAMA ).
a. AAMA 501 = Method of test for Metal Curtain Wall
b. AAMA 101 = Voluntary specification for aluminium and Polly (vinyl
chloride) (PVC) Prime Window and glass door.
Pekerjaan jendela aluminium untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang
berkaitan, sperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap
yang lainnya menggunakan merek YKK atau setaranya
b. Kriteria Perencanaan
1. Faktor Keamanan
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahan kaca,
memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin
yang disyaratkan.
2. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan
atau tahan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
c. Persyaratan Bahan
Bahan :
Dari bahan alumunium framing system buatan Alkasa, YKK, atau yang setara.
Bentuk profil :
Sesuai shop drawing yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Untuk kusen jendela
dan Curtain Wall luar dibuat dengan sistem frameless.
Warna profil :
Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
Ukuran profil :
Untuk kusen ukuran 100 x 50 x 2 mm.
b. Beban Hidup
Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu perawatan,
seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur
dengan kemampuan 62 kg dengan beban terpusat, horizontal dan tanpa terjadi
kerusakan.
Zn : 0.1 max
Fe : 0.35 max
Cu : 0.1 max
Cr : 0.1 max
Aluminium : Sisanya
c. Kaca
Kaca tebal minimal 5 mm produk Asahima atau yang setaranya dengan warna
Bening.
d. Back – UP Material
1. Bahan : polyurenthane Foam
2. Sifat material : Tidak menyerap air
3. Kepadatan : 65 – 96 kg/m3
4. Ukuran Penampang : 25% - 50 -% lebih besar dari celah yang
terjadi
e. Gasket
1. Bahan : PVC, Neoprene, Santoprene, EPDM
2. Kepadatan : Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Kekerasan : 60 – 80 Durometer.
4. Jenis bahan : Extrusion
g. Sealant Dinding
1. Single Komponen
2. Type : Silicon Sealant
h. Screw
1. Bahan : Stainless Steel
j. Joint Sealer
Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang berserat guna
menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air
dan suara.
Bahan = Butyl Sheet.
Sistem Pelapisan
1. Anodise yang dilengkapi dengan lapisan resin transparan (glossy).
1.1. Warna (glossy) : Bronze (YB-1C), Black (YK-1C), silver
(YS-1C) atau sesuai catalog warna dari
YKK alumico Indonesia.
Sifat-sifat teknis :
a. Lapisan Anodic Oxide Film : 10 μm
b. Lapisan Resin Film : 12 μm
c. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : minimum 18 μm
b. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
c. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
d. Tahan Karat (40 g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab
setelah 48 jam.
e. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
f. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap air semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 24 jam.
2. Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan dengan
bentuk sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk sambungan yang tahan air
harus diberi sealant dari bagian yang tidak terlihat mata.
1. Proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di Shop Drawing yang
sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas .
3. Setiap unit pintu, jendela maupun curtain wall yang dikirim ke lapangan harus ada
tanda / bukti sudah diperiksa kwalitasnya oleh QC pabrik.
4. Material yang disimpan di lapangan (site) harus diatur sedemikian rupa agar tidak
terjadi kerusakan / cacat.
2. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Spesifikasi Teknis Pekerjaan Kozen
Aluminium, Gambar Rencana, dan BOQ maka Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel
dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan dibawah ini :
3. Material atau bahan Stainless Steel adalah material atau bahan yang tidak berkarat
serta tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.
4. Penyedia Jasa harus mengajukan brosur dan cara pemasangan minimal dari dua
merk yang berbeda kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
5. Kunci dan penggantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan
pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada brosur yang
diajukan oleh Penyedia Jasa.
6. Kunci 1 X putar dan 2 x putar untuk pintu aluminium dan panel kayu dipasang
dengan ketinggian 100 cm dari permukaan lantai atau sesuai Gambar Rencana.
7. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai atau 10
cm diatas posisi pemasangan kunci.
8. Engsel pintu harus dipasang minimal 3 engsel untuk satu daun pintu dengan jarak
pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak pemasangan
engsel ke tiga sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen teratas sedangkan engsel
kedua adalah pada posisi pertengahan antara engsel pertama dan ketiga.
9. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela serta
ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian bawah.
10. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela yaitu di
rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
b. Engsel
Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan alumunium tipe ayun
dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102 mm x 76
mm x 2mm, dengan tipe yang disesuaikan dengan berat setiap daun pintu,
semuanya buatan Griff, Wilka atau Dexxon.
Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu baja tipe ayun dengan bukaan satu
arah harus sesuai atau setara dengan Griff, Wilka atau dexxon, atau sesuai
standar pabrik pembuat pintu baja.
Kecuali ditentukan lain, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay, dari Griff, Wilka atau Dexxon, dari ukuran yang sesuai dengan ukuran
dan berat jendela.
Engsel atas pintu kaca tahan panas (tempered glass) harus berupa pin yang
bersatu dengan pemegang panel kaca seperti disebutkan dalam butir 4.2.1.
dalam Spesifikasi Teknis ini.
d. Pengunci Jendela
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction stay harus jenis
spring knib dari Griff, Wilka atau Dexxon.
e. Gerendel Tanam
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan gerendel tanam yang sesuai atau
setara dari Griff, Wilka atau Dexxon.
f. Gembok
Gembok harus yang setara dalam warna solid brass untuk pintu-pintu
pelayanan atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, kecuali bila di tentukan
lain.
i. Warna/Lapisan
Semua alat pemegang dan pengunci harus berwarna polished stainless steel,
kecuali ditentukan lain.
Pasal 1 : Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4
Pasal 2 : Persyaratan Material
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat yang dipakai adalah dari Merk DULUX Standar ICI atau merk lain yang setara
dengannya baik dari segi harga dan kualitas.
4. Penyedia Jasa harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua merk
yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa dalam masa
pelaksanaan atau dalam Gambar Rencana adalah seperti dalam tabel berikut ini :
Ditentukan
1. Plamur Tembok Dulux Wallfiler
Kemudian
Alkali Resisting Ditentukan
2. Cat Dasar Tembok Dulux
Prime Sealer Kemudian
Ditentukan
3. Dinding Dalam Dulux Pearl Glo
Kemudian
Wheathershield Ditentukan
4. Dinding Luar Dulux
Max Kemudian
Ditentukan
5. Permukaan Beton Dalam Dulux Pearl Glo
Kemudian
Wheathershield Ditentukan
6. Permukaan Beton Luar Dulux
Max Kemudian
Ditentukan
7. Plafond Dalam Dulux Pearl Glo
Kemudian
Wheathershield Ditentukan
8. Plafond Luar Dulux
Max Kemudian
Alkali Resisting Ditentukan
9. Cat Dasar Plafond Dulux
Prime Sealer Kemudian
Ditentukan
1. Cat Minie Kayu Dulux Red Oxide Primer
Kemudian
Ditentukan
2. Cat Dasar Kayu Dulux Undercoat
Kemudian
Ditentukan
3. Thinner / Minyak Cat Dulux Thinner
Kemudian
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Pengguna Jasa dalam masa pelaksanaan.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada dalam
Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar Rencana maka
acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan Perencana.
9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam tabel point
5 yang dilakukan oleh Pengguna Jasa harus disertai keterangan tertulis dan diketahui
oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
10. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis adalah
kesalahan Penyedia Jasa dan dengan biaya sendiri Penyedia Jasa harus
menggantinya dengan warna cat seperti yang telah ditentukan dalam tabel point 5,
termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan dan pembersihan
apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.
Pasal 3 : Pelaksanaan
1. Penyedia Jasa harus membersihkan permukaan dinding pasangan bata dan beton
lama dari cat lama, kotoran dan lumut. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan beton benar-
benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli.
Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
4. Dinding dan permukaan beton serta GRC Board harus didempul atau diplamur
terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata permukaanya
dengan kertas amplas.
6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of
Quantity atau Konsultan Pengawas :
a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna type Weather Shield
b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna.
c. Cat Plafond Dalam : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat
Warna.
d. Cat Permukaan Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali
Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.
Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan kemudian oleh
Konsultan Perencana bersama Konsultan Pengawas dalam masa pelaksanaan konstruksi
dengan persetujuan Pengguna Jasa dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta
harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus
tetap didasarkan pada Kontrak Kerja.
Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar Rencana, Bill
of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap item pekerjaan
tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan Pengawas dengan persetujuan
Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.
Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut penjelasan
Konsultan Pengawas dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.