Anda di halaman 1dari 16

OPERASI TEKNIK KIMIA III

EKSTRAKSI PADAT CAIR


(LEACHING)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah OTK III
Dosen: Mubarokah Nuraini Dewi, S.T.,M.T.

Disusun oleh :
Kelompok 21
Aptria Wariski 2018710450149
Lisa Ayuri 2018710450174
Qisty Aulia 2018710450126
Winda Riza Sakinah 2018710450198

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS JAYABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekstraksi Padat-Cair (leaching)” ini, yang dibuat untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh Dosen Mata Kuliah OTK III Ibu Mubarokah Nuraini Dewi, S.T.,M.T.
Makalah ini disusun dengan maksud agar dapat menambah wawasan dan ilmu bagi
para pembaca dan juga kami selaku penyusun, khususnya dapat membantu para
mahasiswa/mahasiswi Universitas Jayabaya dalam kegiatan belajar mengajar tentang teori
Ekstraksi, yang disusun berdasarkan studi dari beberapa sumber.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah tentang “Ekstraksi” ini, terutama kepada Mubarokah Nuraini
Dewi, S.T.,M.T. yang telah membimbing kami.
Semoga makalah tentang “Ekstraksi” ini dapat memberikan banyak manfaat kepada
para pembaca. Kami para penyusun juga menyadari terdapat ketidaksempurnaan pada
makalah ini. Maka dari itu, penyusun membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Judul......................................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1 Secara Umum ........................................................................................3
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi leaching .........................................3
2.3 Temperatur dari leaching.......................................................................7
2.4 Titrasi.....................................................................................................7
2.5 Penerapan ekstraksi padat – cair di industri kimia ................................9
2.6 Kelebihan metode ekstraksi padat – cair (Leaching) ............................11
2.7 Kekurangan metode ekstraksi padat – cair (Leaching) .........................11
2.8 Prinsip kerja ekstraksi padat – cair .......................................................11
2.9 Mekanisme reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ..12

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

3.1 Kesimpulan............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekstraksi merupakan jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian
terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan
ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain yaitu ukuran bahan baku,
pemilihan pelarut, waktu proses ekstraksi suhu ekstraksi. Ukuran bahan baku yang kecil
baku yang kecil akan menghasilkam hasil yang rendah. Pemilihan pelarut akan
mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu tinggi, maka akan
menghasilkan sisa pelarut yang tinggi pula.
Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada teknik pemisahan ekstraksi padat-cair
(leaching). Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi suatu konstituen yang dapat larut
(solute) pada suatu campuran solid dengan menggunakan pelarut. Proses ini sering
disebut leaching. Proses ini biasanya digunakan untuk mengolah suatu larutan pekat dari
suatu solute (konstituen) dalam solid (leaching) atau untuk membersihkan suatu solut
inert dari kontaminannya dengan bahan (konstituen) yang dapat larut.
Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah konstituen
yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solidm sifat solidm dan ukuran
partikelnya. Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu, akibatnya sisa
solid akan berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan larutan dipermukaan
solid untuk mencapai konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya kecepatan ekstraksi
akan menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tersebut ditembus. Tetapi bila
konstituen yang akan dilarutkan merupakan sebagian besar dari solid, maka sisa solid
yang berpori-pori akan segera pecah menjadi solid halus dan tidak akan menghalangi
perembesan pelarut ke lapisan yang lebih dalam.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi padat-cair?
2. Bagaimana preparasi bahan dan pemilihan solvent untuk ekstraksi padat cair?

13
3. Apa saja macam klasifikasi sistem terner dalam ekstraski padat-cair?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis sehubungan dengan pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian ektraksi padat cair.
2. Mengetahui bagaimana preparasi bahan dan pemilihan solvent untuk ekstraksi padat-
cair.
3. Mengetahui macam-macam klasifikasi sistem terner dalam ekstraksi padat-cair.

2
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Secara Umum


Ekstraksi padat cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang
dapat melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut
(innert) dengan menggunakan pelarut cair. Operasi ini sering dijumpai di dalam industri
metalurgi dan farmasi, misalnya pada pemisahan biji emas, tembaga dari biji-bijian
logam, produk-produk farmasi dari akar atau daun tumbuhan tertentu. Hingga kini, teori
tentang leaching masih sangat kurang, misalnya mengenai laju operasinya sendiri.

2.1.1 Peralatan Ekstraksi


Operasi ekstraksi padat cair selalu terdiri atas 2 langkah, yaitu:
1. Kontak antara padatan dan pelarut untuk mendapatkan perpindahan solut ke
dalam pelarut
2. Pemisahan larutan yang terbentuk dari padatan sisa.
2.1.2 Operasi dengan Sistem Bertahap Tunggal
Dengan metoda ini, pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan
sekaligus, dan kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini
jarang ditemukan dalam operasi industri karena perolehan solut yang rendah.

Gambar 1. Sistem Operasi Ekstraksi

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi leaching


1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang
dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.

13
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi
dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah
proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya
turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya
menjadi lebih kental.

3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan
laju ekstraksi yang lebih tinggi.

4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut.

Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya,


dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari
rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).

Leaching ialah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat pelarut. Proses ini
dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan
padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi. Metode yang digunakan untuk
ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan,
sifat padatan dan besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan,

4
material yang dekat permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu. Biasanya proses
leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

a. Perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut meresap masuk.
b. Terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju keluar.
c. Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan
dari bahan padat dengan bantuan pelarut.
Dalam kaitannya, terdapat dua konsep pokok yang bisa digunakan disini, yaitu:
a. Arus yang meninggalkan stage dalam keadaan seimbang. Korelasi komposisi kedua
arus yang ke luar stage ditunjukkan oleh garis seimbang.
b. Korelasi komposisi arus-arus di antara dua stage yang berurutan dapat diketahui
berdasarkan konsep arus netto. Oleh karena akumulasi massa dalam setiap stage
adalah 0, maka arus netto pada setiap stage besarnya tetap. Hal ini dapat digunakan
pada prinsip pengurangan.
Kebutuhan stage dapat ditentukan dengan pertolongan garis operasi dan garis
seimbang secara bergantian dan berurutan. Urutan pengerjaan secara grafis untuk
menentukan jumlah stage adalah sebagai berikut:
1. Menentukan letak titik  terlebih dahulu, untuk mencari neraca massa di sekitar
seluruh stage yang selanjtunya dipakai untuk menentukan arus-arus terminal.
2. Menentukan letak titik A pada perpotongan perpanjangan garis X0Y1 dan XnYn+1
3. Perhitungan garis dari stage ke stage dapat dimulai dari Y 1 dan Xn. Jika dari Y1 dengan
korelasi garis seimbang dapat ditentukan letak X 1, kemudian dari X1 dihubungkan
dengan titik Δ , titik potong antara garis ΔX1 dan kurva seimbang di cabang ekstrak
adalah letak titik Y2 (korelasi garis operasi), dan seterusnya sampai didapatkan
komposisi XN ≤ XN yang dikehendaki.

5
Gambar 2. Penentuan Jumlah Stage
Jika jumlah stage diketahui (sudah tertentu), kemurnian hasil yang ditanyakan
dapat dicari dengan cara coba-coba.
a. Tentukan letak titik  ( = L0 + Vn+1).
b. Coba titik Xn, lalu hubungkan dengan titik  yang memotong kurva seimbang di Y1.
c. Tentukan titik  (titik potong antara X0Y1 dan XnYn+1)
d. Hitung jumlah stage, jika jumlah stage hasil hitungan belum sama dengan jumlah
stage yang diketahui, cobalah dengan nilai Xn yang lain sampai didapatkan hasil :
Ndiketahui = Nhasil hitungan

6
Perancangan dan Variabel Operasi Terdapat 4 ubahan penting yang ada pada
operasi arus lawan arah, yaitu :
a. Kemurnian hasil (kadar solute dalam ekstrak yang lebih besar).
b. Persentase recovery yang dapat memungut solute sebanyak mungkin (V 1YA1 yang
lebih besar atau LN XAN yang makin kecil)
c. Jumlah stage (N), karena jika N bertambah, maka biaya akan mengalami kenaikan.
d. V/L ratio, karena jika V/L rationya besar, maka hasil pada arus V akan encer
sehingga biaya recovery menjadi tinggi.

Kuantitas zat mampu larut (soluble) yang di keluarkan biasanya lebih banyak
dibandingkan dengan pencucian filtrasi biasa, dan dalam operasi pengurasan sifat-sifat
zat padat mungkin mengalami perubahan. Umpan yang berbentuk zat padat kasar, keras,
dan butir-butir besar mungkin terdisentegrasi menjadi bubur atau lumpur bila bahan
mampu larut yang terkandung di dalamnya dikeluarkan, asal saja terdapat cukup banyak
pelarut untuk melarutkan semua zat terlarut yang terkandung di dalam zat padat yang
masuk, dan tidak ada absorpsi (penyerapan) zat terlarut di dalam zat padat, keseimbangan
akan tercapai bila seluruh zat terlarut sudah larut semuanya di dalam zat cair dan
konsentrasi larutan yang terbentuk menjadi seragam.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen dan dalam
beberapa penerapan tertentu, digunakan campuran pelarut, bukan satu pelarut saja.

2.3 Temperature dari Leaching


Pencucian biasanya diinginkan pada temperatur tinggi. Ketika temperature tinggi
maka kelarutan solute dalam solvent juga akan tinggi, juga akan di dapat konsentrasi
yang tinggi dalam larutan yang tercuci viskositas dari liquid akan rendah dan difusifitas
akan tinggi pada temperature tinggi, mengikuti kenaikan rate dari leaching.

2.4 Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran
volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan
analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret,

7
dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Maka dikatakan baha titik
ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti,
kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi;
titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna).
Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah
fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan
mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya.
Persen berat menyatakan banyaknya zat terlarut (dalam satuan gram). Molaritas,
normalitas, persen berat, persen volume dapat dinyatakan seperti:

1. Molaritas
Pada peristiwa pengenceran jumlah mol zat terlarut tetap sehingga berlaku rumus:
V1 . M1 = V2 . M2
Keterangan:

V1  = Volume sebelum pengenceran

V2  = Volume setelah pengenceran

M1 = Molaritas sebelum pengenceran

M2 = Molaritas setelah pengenceran

2. Normalitas
Pada normalitas berlaku rumus:
N1 . V1 = N2 . V2
3. Persen Volume
Persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan.

4. Persen Berat
Persen berat menyatakan gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.

2.5 Penerapan Ekstraksi Padat-Cair (Leaching) Di Industri Kimia

8
Untuk memisahkan satu atau lebih komponen dalam campuran, campuran harus
dikontakkan dengan fase lain, proses ini dikenal dengan nama Ekstraksi. Fase lain yang
dikontakkan dapat berupa gas-cair, uap-cair, cair-cair maupun solid-fluida. Proses
ekstraksi sendiri dibedakan menjadi dua macam yaitu, ekstraksi cair-cair dan ekstraksi
padat-cair (leaching). Ekstraksi pelarut (ekstraksi cair-cair) seringkali digunakan
sebagai alternatif untuk melakukan pemisahan selain dengan distilasi atau evaporasi.
Contohnya asam asetat dapat dipisahkan dari air dengan distilasi atau dengan ekstraksi
menggunakan pelarut organik.
Kebanyakan senyawa biologi, organik, dan anorganik terbentuk dalam campuran dari
berbagai komponen dalam padatan. Untuk memisahkan solut (zat yang ingin diekstrak)
yang diinginkan maupun yang tak diinginkan dari suatu solid, solid dikontakkan dengan
fase liquid/ cair. Kedua fase tersebut akan mengalami kontak dan solut dapat berdifusi
dari solid menuju fase liquid sehingga terjadi solut yang tadinya berada dalam solid dapat
dipisahkan. Proses pemisahan inilah yang disebut dengan leaching. Pada leaching,
ketika komponen yang tidak diinginkan dipisahkan dari solid dengan menggunakan air
maka disebut washing.
Leaching banyak dipakai dalam berbagai industri. Pada proses industri biologi dan
makanan banyak produk dipisahkan dari struktur alaminya dengan proses leaching. 
Sebagai contoh, gula dihasilkan dari proses leaching dari tebu atau gula bit dengan
menggunakan air. Dalam produksi minyak sayur, pelarut organik seperti heksana, aseton,
dan eter digunakan untuk mengekstrak minyak dari kacang tanah, kacang kedelai, biji
bunga matahari, biji kapas, dan sebagainya. Pada industri farmasi, berbagai produk
farmasi yang berbeda dihasilkan dengan proses leaching akar tanaman, daun, ataupun
batang. Selain untuk berbagai kegunaan di atas leaching juga dijumpai dalam industri
pemrosesan logam. Biasanya logam yang bermanfaat biasanya terdapat dalam campuran
dengan jumlah konstituen tak diinginkan yang cukup besar. Leaching dipakai untuk
memisahkan logam sebagai garam yang terlarut. Misalnya garam tembaga di-
leaching dari bijih yang mengandung berbagai logam dengan menggunakan asam sulfat
atau larutan amoniak.
Persiapan dari solid yang akan di-leaching tergantung pada proporsi solut yang ada,
distribusinya pada solid dan sifat alami dari solid. Bila senyawa terlarut dikelilingi oleh
bahan yang tidak larut, pelarut harus berdifusi ke dalam dan lalu berkontak serta
melarutkan solut dan kemudian berdifusi keluar.

9
Material biologi biasanya memiliki struktur seluler dan solut berada dalam sel.
Proses leachingnya berlangsung relatif lebih lambat karena dinding sel menyebabkan
suatu halangan untuk berdifusi. Untuk itu biasanya materi biologi yang akan
dileaching dipotong tipis memanjang atau dikecilkan ukurannya lebih dahulu agar sel-sel
terpecah sehingga difusi dapat berlangsung  lebih cepat. Contohnya dalam untuk
mengekstraksi gula dari tebu, tebu harus dipotong terlebih dulu.
Pada proses leaching, mekanismenya ialah solven ditransfer menuju permukaan solid,
kemudian solven berdifusi atau masuk ke dalam solid. Lalu, solut yang ada dalam solid
berdifusi ke solven. Kemudian solut yang sudah terlarut dalam solven berdifusi menuju
permukaan lalu ditransfer ke pelarut.
Umumnya mekanisme  proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
 Perubahan fase solute untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari padat menjadi
cairan.
 Difusi melalui pelarut di dalam pori – pori untuk selanjutnya keluar dari partikel.
 Akhirnya perpindahan solute ini dari sekitar partikel ke dalam larutan
keseluruhannya.
 Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi, namun
bagian pertama
 berlangsung dengan cepat maka terhadap kecepatan ekstraksi secara keseluruhan
dapat diabaikan.

Jadi proses leaching dapat dilakukan  3 macam, yaitu:

 Proses perubahan fasa dari solute saat terlarut ke dalam pelarut (padat-cair).
 Difusi dari solute melalui pelarut dalam padatan, yaitu keluar melalui pori-pori
padatan.
 Perpindahan solute dari larutan / pelarut dalam kontaknya dengan partikel ke
larutan utama.

2.6 Kelebihan Metode Ekstraksi Padat-Cair (Leaching)


 Kekuatan solven dapat diatur sesuai keperluan dengan mengatur kondisi operasinya

10
 Daya larut solven tinggi karena bersifat cairan
 Difusi padatan dapat berlangsung cepat
 Temperatur operasinya bisa rendah sekalipun tekanannya tinggi
 Dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak merusak lingkungan dan tidak
mudah terbakar
 Viskositas solven rendah karena bersifat seperti gas, sehingga koefisien perpindahan
massanya tinggi
 Pemisahan kembali solven dari ekstrak cukup cepat dan sempurna karena pada
keadaan normal solven tersebut berupa gas, sehingga penurunan tekanan solven
otomatis keluar sebagai gas

2.7 Kekurangan Metode Ekstraksi Padat-Cair (Leaching)


 Apabila suhu melebihi suhu kritis (31.06oC) maka tidak akan diperoleh ekstraksi
 Apabila tekanan melebihi teknana kritis (7.38 MPa) maka tidak akan diperoleh
ekstraksi
 Jumlah ekstrak yang dihasilkan sedikit
 Kehilangan komponen yang mudah menguap
 Waktu ekstraksi yang panjang
 Sisa pelarut yang bersifat toksik
 Pada proses ekstraksi, tekanan yang dibutuhkan harus tinggi (31.06oC), jika
tekanannya tidak tinggi maka rendemennya akan turun dan waktu proses
penyulingannya akan lebih lama
 Dibutuhkan pressure vessel yang tahan terhadap tekanan yang tinggi sedangkan di
Indonesia sendiri belum ada industri manufacturing yang bisa membuatnya.

2.8 Prinsip Kerja Ekstraksi Padat-Cair


Jika suatu komponen dari suatu campuran merupakan padatan yang sangat larut dalam
pelarut tertentu, dan komponen yang lain secara khusus tidak larut, maka di ikuti dengan
proses penyaringan. Akan tetapi apabila komponen sangat lambat, maka perlu dilakukan
pemisahan dengan ekstraksi. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat
terlarut kedalam pelarut yang bercampur.
2.9 Mekanisme Reaksi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Ekstraksi

11
Untuk mencapai unjuk kerja atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-
cair, syarat-syarat beikut harus dipenuhi
 Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antarafasa padat dan fasa
cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin.
 Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan
ekstraksi.
 Suhu yang lebih tinggi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
 Ekstraksi padat cai merupakan suatu cara pemisahan yang didasarkan atas kelarutan
zat padat yang ingin diekstraksi terhadap fasa cairnya sebagai zat pengekstrak.
 Pemilihan pelarut pada ekstraksi padat – cair memperhitungkan selektivitas dan
kelarutan.
 Faktor – faktor yang mempengaruhi leaching adalah ukuran partikel, zat pelarut,
temperatur, dan pengadukan fluida.

13

Anda mungkin juga menyukai