235
Gambar 4.3 Pengaruh temperatur pada diagram fase sistem terner air-etilester-
trietilamin.
Tetes demi tetes air sehingga terjadilah penebalan lapisan dasar yang menunjukkan
awal pembentukan dua lapisan. Catat jumlah air yang ditambahkan, katakanlah0,2g air
100
maka komposisi titik ini adalah vinil asetat X 100 %=99,8 % dan air=
100+0,2
0,2
X 100 %=0,2 % Yang tidak lain adalah larutan jemuh air dalam vinil asetat
100+0,2
(katakanlah titik D)
236
3. Kedalam beaker glass masukan 100g air tambahkan setetes-setetes vinil asetat
sehingga terjadi penebalan permukaan yang menunjukkan awal pembentukkan dua
fase atau lapisan. Catat jumlah vinil asetat yang ditambahkan, misalnya 2,5gvinil
asetat.
2,5
Maka komposisi titik ini adalah vinil asetat = X 100 %=2,5 % air=
100+2,5
100
X 100 %=97,5 % .
100+2,5
4. Persiapkan 9 buah beaker, masukkan kedalamnya vinil asetat dan air dengan
komposisi berturit-turut 90% vinil asetat-10%air, 80%vinil asetat-20%air, 70%vinil
asetat-30%air; 70%vinilasetat-30%air,60%vinil asetat-40%air,50%vinil asetat-50%air,
40%vinil asetat-60%air,30%vinil asetat-70%air,20%vinil asetat-80%air,10%vinil
aseta-90%air. Semua dalam %berat semuanya terdiri dari 2 lapisan karena
komposisinya terletak antara 99,8% vinil asetat-0,2%air dan 2,5%air-97,5%vinil
asetat.
VA 90gr A10gr VA 80gr A 20gr VA 70gr A 30gr VA 60gr A 40gr VA 50gr A 50gr
Kedalam setiap beaker gelas ditambahkan tetes demi tetes asam asetat sehingga menjadi satu
lapisan. Timbang asam asetat yang ditambahkan dan hitung komposisi masing-masing
237
sebagaimana ditunjukkan oleh titik-titik h,i,j,k,l,m,n,o dan p (lihat gambar 4.11) diagram
keseimbangan diperoleh dari data hasil percobaan. Kurva kesetimbangan terner vinil astetat-
asam asetat- air pada temperatur tertentu diberikan pada gambar 4.12.
Gambar 4.12 Hasil Kurva kesetimbangan terner vinil asetat- asam asetat- air
Gambar 4.13 menunjukkan diagaram keseimbangan fase pada temperatur konstan untuk
sistem terner tipe 2.
238
yang ditunjukan oleh titik a (gambar 4.13) akan terpisah menjadi dua fase satu mempunyai
komposisi yang ditunjukan oleh titik g dan satu lainnya yang ditunjukan oleh titik h pada
keadaan kesetimbangan. Garis gh yang menghubungkan titik-titik kedua komposisi dari dua
fase konjugat disebut tie-line (garis penghubung). Garis ed tie-line lainnya, titik k pada kurva
kesetimbangan yang dikenal sebagai “consolate-point” atau “plait point” dari sistem pada
suatu temperatur. Dua fase konjugat yang mendekati komposisi k jelaslah menjadi identik
(sama) dalam komposisi dan melebur menjadi satu fase. Titik “consolute membagi kurva
kesetimbangan kedalam suatu cabang yang memberi komposisi fase kaya akan A dan cabang
yang kedua yang memberi kiomposisi fase yang kaya akan C. setiap titik didalam segitiga
diluar kurva kesetimbangan menunjukkan campuran terner dengan kelarutan sempurna
membentuk suatu fase tunggal. Menurut diagram kesetimbangan gambar 4.13 cairan C dapat
dipakai sebagai solvent untuk memisahkan campuran cairan A dan B atau cairan A dapat
dipakai untuk memisahkan campuran cairan B dan C. Bilamana C dipilih sebagai solven
maka B adalah solute dan A adalah diluent campuran biner A dan B, bilamana A dipilihn
sebagai solvent, B tetap sebagai solute dan C adalah diluent campuran biner B dan C.
Perhatikan suatu campuran dari A dan B yang ditentukan oleh titik m dalam gambar
4.14 jumlah solvent minimum (cairan C) yang diperlukan untuk ekstraksi ditentukan oleh titik
d.
240