Anda di halaman 1dari 4

1. Apa saja klasifikasi tingkat kesadaran?

Klasifikasi tingkat kesadaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Composmentis : yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa
dengan baik.
 Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
 Delirium : yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-
ronta.
 Somnolen : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
 Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
 Semi-coma : yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap
pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respon terhadap rangsang nyeri hanya
sedikit, tetapi reflex kornea dan pupil masih baik.
 Coma : yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respon terhadap
pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri.

Berikut tingkat kesadaran berdasarkan skala nilai dari skor yang didapat dari penilaian GCS
pasien:
Nilai GCS Composmentis dengan nilai 15-14
Nilai GCS Apatis dengan nilai 13-12
Nilai GCS Delirium dengan nilai 11-10
Nilai GCS Somnolen dengan nilai 9-7
Nilai GCS Sopor dengan nilai 6-5
Nilai GCS semi-coma dengan nilai 4
Nilai GCS Coma dengan nilai 3
Sumber: Lombardi, F., Gatta, G., Sacco, S., Muratori, A., & Carolei, A. (2007). The Italian
version of the Coma Recovery Scale-Revised (CRS-R). Functional Neurology, 22(1), 47–61.
http://doi.org/10.3109/02699052.2011.558043

5. tujuan dan prinsip dari triase


Triage adalah proses mengelompokkan pasien sesuai dengan tingkat keparahan
cedera dan menentukan prioritas untuk perawatan lebih lanjut. Kegawatdaruratan adalah
suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan ancaman jiwa, dalam
arti perlu pertolongan tepat, cermat dan tepat.
Triase adalah proses skrining secara cepat terhadap semua anak sakit segera
setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam salah satu kategori berikut:

 Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan penanganan


kegawatdaruratan segera.
 Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam antrean
untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada keterlambatan.
 Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-URGENT
sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pengobatan.

Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:


 Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) 
 Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada,
merintih, sianosis)?
 Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat dan lemah).

 Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang
(Convulsion) atau gelisah (Confusion)?

 Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung, turgor
menurun).

Tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi
segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam perawatan dan untuk
memulai tindakan diagnostik atau terapi.

Sumber:

1. Ryan, J. M. Triage: Principles and pressures. European Journal of Trauma and Emergency
Surgery; 2008
2. Hanny Roespandi. Triase & Kondisi Gawat Darurat Pediatri Gawat Darurat [Internet].
Jakarta : WHO Indonesia; [13 November 2019]. Tersedia pada : http://www.ichrc.org/bab-
1-triase-kondisi-gawat-darurat-pediatri-gawat-darurat
3. Lee, C.H., (2010). Disaster and Mass Casualty Triage. American Medical Association
Journal of Ethics. June 2010, Volume 12, Number 6: 466-470

Li:
1. Triase adalah proses pemilihan pasien untuk menentukan mana yang memerlukan
penanganan medis sesegera mungkin, mana yang bisa menunggu, dan mana yang terluka
terlalu parah sehingga perawatan apapun akan sia-sia. Konsep dasarnya adalah
memberikan pertolongan untuk menyelamatkan nyawa dalam jumlah yang sebesar-
besarnya.

Triase korban secara massal adalah proses pemilahan pasien menjadi beberapa kelompok
tergantung dari jumlah dan tingkat keparahan korban dan jumlah tenaga yang tersedia
saat itu.

Sumber:
yeskey KS, Llewellyn CH, Vayes JS: Operational medicine in disasters, Emergency Medicine
Clinics of North America 1996; 14 (2):429-438.

Anda mungkin juga menyukai