Kelompok 6 SEWA
Kelompok 6 SEWA
AKUNTANSI SEWA
Kelompok VI
Nama Kelompok :
1. Nugraheni Ayuningtyas (1603501018)
2. Muhammad Fikri Maulana (1603501025)
3. Risha Musfita (1603501039)
4. Alda Novita (1603501064)
5. Dwita Fratama Putri (1603501066)
S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
A. KARAKTERISTIK DAN JENIS SEWA.............................................................................................4
B. AKUNTANSI SEWA UNTUK LESSEE..........................................................................................12
C. AKUNTANSI SEWA UNTUK LESSOR.........................................................................................21
BAB III..................................................................................................................................................31
A. Kesimpulan..............................................................................................................................31
B. Saran.......................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................32
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
akuntansi keuangan menengah II dengan judul “Akuntansi Sewa”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah akuntansi keuangan menengah II tentang
akuntansi sewa ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti harus bisa mempertahankan
dirinya masing-masing. Banyak cara yang ditempuh manusia untuk mempertahankan
hidupnya. Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mempertahankan hidupnya
adalah dengan menjalankan bisnis. Seiring dengan perkembangan zaman, dunia
bisnis pun menjadi semakin marak. Dengan berkembangnya dunia bisnis ini,
kebutuhan dana menjadi hal yang tak dapat dielakkan lagi baik oleh kalangan
usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam suatu badan
hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun didalam meningkatkan mutu
produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun
tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dana
tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan
yang bergerak di bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan dipergunakan
oleh pihak lain di dalam mengembangkan usahanya.
Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah
sewa. Saat ini, sewa merupakan salah satu cara perusahaan memperoleh asset atau
kepemilikan tanpa harus melalui proses yang berkepanjangan. Semuanya telah
diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh berbagai perusahaan. sewa juga
merupakan salah satu langkah penghindaran resiko tinggi yang saat ini sudah
disadari oleh para usahawan yang ada.
Dalam makalah ini, kami mencoba untuk mengulas tentang sewa macam-
macam sewa dan karakteristiknya. Sehingga kita dapat mengetahui semua tentang
sewa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa karakteristik dan jenis sewa ?
2. Apa yang dimaksud akuntansi sewa lessee ?
3. Apa yang dimaksud akuntansi sewa lessor ?
4. Bagaimana penyajian dan pengungkapan atas setiap jenis sewa ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dan jenis sewa.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akuntansi sewa lessee.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akuntansi sewa lessor.
3
4. Mahasiswa dapat menyususn penyajian dan pengungkapan atas setiap jenis
sewa.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kieso dan Weygandt (2002:91) menyatakan bahwa Lease adalah suatu
perjanjian kontraktual antaraseorang lessor dan seorang lessee yang memberi
hak kepada lesseeuntuk menggunakan harta tertentuyangdimiliki oleh
lessorselama periode waktu tertentu dengan memberikan imbalan berupa
pembayaran tunai yangbiasanya periodik.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan
beberapa unsur yang terdapat dalam leasing yaitu :
1. Lessor yaitu pihak yang menyediakan Aset atau barang-barang modal antara
lain perusahaan-perusahaan yang mendapat izin dari Departemen
Keuangan.
2. Lessee yaitu pihak yang menyewa Aset atau pihak-pihak yang membutuhkan
barang-barang modal.
3. Objek sewa yaitu barang-barang yang menjadi objek perjanjian leasing
meliputi segala macam barang modal mulai dari yang berteknologi tinggi
hingga teknologi menengah ataupun keperluan kantor.
4. Pembayaran secara berkala dalam jangka waktu tertentu yang biasa
dilakukan setiap bulan, setiap kuartal atau setengah tahun sekali.
5. Nilai sisa yang ditentukan sebelum perjanjian dimulai.
6. Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa leasing dimana lessee
mempunyai hak untuk menentukan apakah ia ingin membeli barang-barang
tersebut dengan harga sebesar nilai sisa atau mengembalikan kepada lessor.
7. Lease term adalah suatu periode perjanjian sewa.
2. KeunggulanSewa
Jika dibandingkan antara sewa dengan membeli tunai melalui utang bank, maka
sewa memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut (Kieso et al., 2011)
1. Pendanaan 100%.
Pembiayaan dengan sewa mencakup 100% atas nilai aset, sedangkan
pembiayaan melalui bank biasanya hanya mencakup 80% dari nilai aset.
Sehingga dengan pembiayaan bank, perusahaan harus mencari dana
tambahan sebesar 20% agar dapat membeli aset tersebut.
2. Tingkat bunga tetap.
Walaupun tidak menutup kemungkinan tingkat bunga sewa berfluktuatif,
namun sebagian besar sewa menawarkan tingkat bunga tetap sehingga
pembayaran sewa juga tetap. Pembayaran sewa yang tetap lebih
memberikan kepastian pada pengelolaan arus kas masa depan perusahaan.
3. Perlindungan terhadap keusangan.
Perjanjian sewa terkadang memberi opsi kepada lessee (penyewa) untuk
mengajukan kepada lessor (pemberi sewa) untuk mengganti aset sewaan
yang sudah usang atau ketinggalan teknologi dengan aset yang lebih baru.
Hal ini menjalin lessee untuk mendapat aset dengan kondisi yang baik dan
terkini.
4. Fleksibel.
5
Perjanjian sewa lebih fleksibel dan tidak seketat perjanjian pinjaman pada
bank sehingga lebih menjangkau banyak kalangan termasuk UKM. Lessor
yang khusus berbisnis penyewaan, tentunya telah menyediakan berbagai
skema jangka waktu dan besaran cicilan yang diinginkan.
5. Bunga lebih rendah.
Rata-rata tingkat bunga sewa (leasing) lebih rendah dibandingkan suku
bunga pinjaman bank. Hal ini akan menguntungkan lessee karena mendapat
pendanaan dengan biaya lebih rendah.
6. Keuntungan pajak.
Dalam sewa pembiayaan, penyerahan aset sewaan tidak dikenakan PPN dan
lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa kepada lessor.
7. Pembiayaan off-balance sheet.
Dengan menyewa, memungkinkan bagi lessee untuk tidak mengakui aset
dan liabilitas sewaan di Laporan Posisi Keuangan (Neraca), sehingga
perusahaan dapat menghindari peningkatan leverage. Sedangkan
pembelian yang berasal dari pembiayaan bank, perusahaan tidak mungkin
menghindari pengakuan aset dan liabilitas yang timbul dari transaksi
tersebut.
3. JENIS-JENIS SEWA
Aturan yang mengatur kebijakan akuntansi serta pengungkapan yang sesuai
mengenai akuntansi sewa baik lessee maupun lessor dalam hubungannya dengan
sewa pada awalnya diatur dalam PSAK No.30. Dalam PSAK No.30 diatur
mengenai klasifikasi yang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sewa Operasi (Operating Lease)
Perlakuan akuntansi atas sewa operasi adalah relatif sederhana,
beban rental (rental expense) akan dibebankan ke laba rugi saat
pembayaran atau pada saat terutang. Atau pembayaran sewa dalam
sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus selama masa
sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih
mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna.
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi (operating lease) jika
sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko
kepemilikan aset. Sewa operasi dicatat sebagai perjanjian sewa, tanpa
pengalihan kepemilikan efektif yang berkaitan dengan sewa tersebut
Sewa operasi (operating lease) Transaksi sewa dikelompokkan ke
dalam sewa operasi jika dalam perjanjian transaksi tidak ada pengalihan
manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada
pihak lessee. Misal transaksi sewa dimana pihak lessor menyewakan
bangunan kantor kepada lessee selama 2 tahun. Umur ekonomis
bangunan ditaksir selama 10 tahun. Dalam transaksi sewa ini, manfaat
dan risiko kepemilikan aset berpindah kepada pihak lessee dalam periode
yang tidak signifikan.
6
Akuntansi Sewa Operasi Transaksi sewa operasi, lessor tidak
mengalihkan secara signifikan manfaat dan risiko kepemilikan aset
kepada pihak lessee. Dalam hal ini lessor tetap menahan manfaat dan
risiko kepemilikan aset tersebut. Sehingga lessor akan tetap mengakui
kepemilikan aset dan mencatat aset yang disewakan tersebut di neraca
lessor sebagai Properti Investasi. Penggunaan aset tersebut, Pihak lessee
akan mengakui pembayaransewa sebagai “beban sewa” atau “sewa
dibayar dimuka”.
7
kepemilikan menyebabkan seluruh resiko dan manfaat terkait
kepemilikan aset juga beralih kepada lessee.
b. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang
cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai
dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan
bahwa opsi akan dilaksanakan. Jika harga opsi yang ditawarkan
lebih tinggi dari estimasi nilai wajar aset pada akhir masa sewa,
maka kecil kemungkinan akan dilaksanakan oleh lessee atau kecil
kemungkinan terjadi pengalihan kepemilikan atas aset di akhir
masa sewa.
c. Masa sewa mencakup sebagian besar unsur ekonomis aset
meskipun hak milik tidak dialihkan. Masa sewa adalah periode
yang tidak dapat dibatalkan yang telah disepakati oleh lessee
untuk menyewa suatu aset. Sedangkan umur ekonomis adalah
periode suatu aset secara ekonomis dapat digunakan oleh satu
atau lebih pengguna. Jika masa sewa mencakup sebagian besar
umur ekonomis, maka dapat diperkirakan seluruh resiko dan
manfaat terkait kepemilikan aset juga beralih kepada lessee.
PSAK 30 (Revisi 2011) tidak mengatur batasan pasti atas
“sebagian besar”, namun pada prinsipnya dengan periode sewa
yang ada, kecil kemungkinan aset tersebut secara ekonomis
dapat disewakan lagi oleh lessor kepada pihak lain.
d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan.
Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selasa masa
sewa yang harus dibayar oleh lessee yang tidak meliputi rental
kontinjen, biaya jasa dan pajak yang dipungut oleh lessor. Jika
nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum mendekati nilai
wajar aset sewaan, maka lessee dianggap telah membeli manfaat
sekaligus risiko atas aset dalam jumlah yang hampir sama dengan
nilai aset, sehingga diperkirakan seluruh resiko dan manfaat
terkait kepemilikan aset akan beralih kepada lessee. Selain
itu,jika nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
mendekati nilai wajar aset sewaan, biasanya masa sewa juga
relatif lebih panjang mendekati umur ekonomis asetnya.
e. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat
mengunakannya tanpa perlu modifikasi secara material. Jika
hanya lessee yang dapat menggunakan aset tersebut tanpa
modifikasi secara material, maka lessee memiliki posisi tawar
yang lebih tinggi dan lessor tidak memiliki pilihan lain dalam
menyewakan asetnya, sehingga diperkirakan seluruh resiko dan
manfaat terkait kepemilikan aset akan beralih kepada lessee.
8
S
Perjanjian Sewa e
a
Ya Ya Ya Ya Ya
s
i
Sewa Pembiayaan
Indikator lain mungkin juga ada pada sewa pembiayaan yang mencakup salah satu
atau beberapa situasi berikut.
1. Sewa pada dasarnya tidak dibatalkan. Jika lessee membatalkan sewa, maka rugi lessor
yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee. Dengan kata lain, lessee akan
dikenakan penalti atas pembatalan perjanjian sewa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
risiko terkait aset beralih kepada lessee.
2. Keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar atas residu dibebankan
kepada lessee (misalnya, dibebankan pada harga rental). Hal ini juga
menunjukkan bahwa seluruh risiko dan manfaat terkait aset beralih kepada
lessee.
3. Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua
dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar
rental. Dengan nilai rental yang lebih rendah pada periode kedua,
kemungkinan besar lessee akan memperpanjang perjanjian sewa. Semakin
panjang masa sewa maka semakin besar kemungkinan seluruh resiko dan
manfaat terkait aset beralih kepasa lessee.
Dalam praktik bisnis, sewa juga dikategorikan menjadi Sewa Guna Usaha
dengan Hak Opsi (sewa pembiayaan) dan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi
(sewa operasi). Dalam pembahasan ini tidak menggunakan kedua istilah
tersebut karena berdasarkan kriteria diatas, sewa tanpa Hak Opsi belum tentu
9
merupakan sewa operasi. Hak opsi bukanlah satu-satunya kriteria dalam
menentukan suatu sewa sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan.
10
sewa hampir pasti lessee akan melaksanakan opsi tersebut. Keberadaan
opsi atas masa sewa dapat berpengaruh terhadap penentuan jenis sewa
karena jika luput memperhitungkan opsi ini, yang seharusnya sewa
pembiayaan dapat dikategorikan menjadi sewa operasi.
5. Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang
harus dibayar oleh lessee, yang tidak meliputi rental kontinjen, biaya jasa
dan pajak yang dipungut oleh lessor. Nilai sewa minimum tersebut
ditambah dengan :
a. Nilai residu yang dijamin (guaranteed residual value)
b. Pembayaran untuk melaksanakan opsi jika perjanjian sewa
memberikan lessee opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
rendah yang dibandingkan nilai wajarnya.
6. Rental kontinjen adalah bagian dari pembayaran sewa yang jumlahnya
tidak tetap tetapi didasarkan pada perubahan faktor tertentu dimasa
depan, selain faktor perjalanan waktu (misalnya, persentase dari
penjualan masa depan, jumlah penggunaan masa depan, indeks harga
masa depan, tingkat bunga pasar masa depan). Perlu diingat bahwa rental
kontinjen ini tidak termasuk dalam pembayaran sewa minimum yang
digunakan dalam menentukan jenis sewa.
7. Nilai residu yang dijamin adalah bagian dari nilai residu atas aset sewaan
yang dijamin oleh lessee atau pihak yang terkait dengan lessee.
Sementara bagi lessor, nilai residu yang dijamin adalah bagian nilai residu
yang dijamin oleh lesseeatau pihak ketiga, yang tidak terkait dengan
lessor, yang secara finansial memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
kewajiban atas jaminan tersebut. Nilai residu yang dijamin (jika ada)
termasuk dalam komponen pembayaran sewa minimum. Jika lessee
menjamin nilai residu suatu aset maka ketika aset dikembalikan ke lessor
di akhir masa sewa, lessee herus mengganti kerugian lessor jika nilai wajar
aset lebih rendah dari nilai residu yang dijamin.
8. Umur ekonomis adalah periode atas suatu aset yang diharapkan secara
ekonomis dapat digunakan oleh satu atau lebih pengguna atau jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset oleh
satu atau lebih pengguna. Umur ekonomis adalah salah satu faktor yang
diperhitungkan dalam menentukan jenis sewa.
9. Umur manfaat adalah estimasi periode tersisa dari manfaat ekonomis
aset yang diharapkan untuk dikonsumsi oleh entitas, yang dihitung mulai
dari awal masa, tanpa dibatasi oleh masa sewa itu sendiri. Jika umur
ekonomi aset adalah 10 tahun, kemudian pada awal tahun ke-2
disewakan selama 4 tahun, maka diawal masa sewa umur manfaat aset
adalah 8 tahun. Umur manfaat digunakan oleh lessee dalam
mempertimbangkan periode penyusutan atas aset sewaan dalam sewa
pembiayaan.
11
B. AKUNTANSI SEWA UNTUK LESSEE
Terdapat dua klasifikasi sewa ditinjau dari lessee, yaitu sewa operasi dan
sewa pembiayaan.
1. Sewa Pembiayaan
a. Pengakuan Awal dan Pengukuran
a) Pengakuan Aset dan Liabilitas
Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui aset dan liabilitas di awal masa
sewa sebesar nilai terendah antara nilai wajar aset sewaan atau sebesar
nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Nilai aset dan liabilitas
tersebut diakui pada nilai yang sama, kecuali jika terdapat uang muka
atas sewa, maka liabilitas diakui setelah dikurangi uang muka. Sebagai
contoh, jika nilai wajar aset adalah Rp 100.000.000 dan nilai kini
pembayaran sewa minimum adalah Rp 97.000.000, maka jurnal yang
dicatat lessee pada awal masa sewa adalah sebagai berikut :
12
bunga inkremental adalah tingkat bunga yang dikenakan kepada lessee
atas sewa yang sejenis atau seandainya aset dibeli dengan sumber
pendanaan lain.
c) Nilai Residu
Aset sewaan biasanya memiliki nilai residu. Nilai residu tersebut ada
uang dijamin dan tidak dijamin. Jika nilai residu dijamin, maka nilai
tersebut termasuk dalam pembayaran sewa minimum, sehingga nilai
aset yang diakui dapat lebih besar dibanding yang tidak dijamin. Apabila
nilai residu dijamin oleh lessee dan pada akhir masa sewa nilai wajar
aset lebih rendah dari nilai residu yang dijamin, maka lessee mengakui
kerugian dan harus membayar kepada lessor sebesar selisih nilai wajar
atas nilai yang dijamin tersebut. Jika sebaliknya, maka lessee dapat
mengakui keuntungan apabila terdapat kesepakatan atas pembagian
keuntungan tersebut.
d) Biaya Langsung Awal
Biaya langsung awal adalah biaya-biaya inkremental yang dapat
didistribusikan secara langsung dengan negosiasi dan pengaturan sewa.
Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee dalam sewa pembiayaan
ditambah kedalam jumlah yang diakui sebagai aset.
13
memperhitungkan nilai residu yang dijamin tersebut. Sedangkan jika
nilai residu tidak dijamin, maka beban penyusutan atas aset sewaan
yang diakui lessee tidak memperhitungkan nilai residu yang dijamin
tersebut.
*Anuitas due of I digunakan karena pembayaran sewa dimulai pada awal masa sewa.
Nilai faktor diperoleh dari tabel nilai kini anuitas due of I. Tingkat bunga inkremental
14
hanya dipakai jika tingkat bunga implisit tidak praktis dihitung (tidak diketahui ) oleh
lessee.
** Dibulatkan
5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu
modifikasi secara material. Kriteria ini tidak terpenuhi karena tidak terdapat informasi
terkait.
Berdasarkan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis sewa adalah sewa
pembiayaan, sehingga PT Lessee mengakui aset dan liabilitas terkait diawal masa sewa
dengan jurnal sebagai berikut:
02 Januari 2015
Aset Sewa Pembiayaan Rp 160.000.000
Liabilitas Sewa Pembiayaan Rp 150.000.000
Kas Rp 10.000.000
Jika tidak terdapat biaya langsung awal, maka nilai aset yang diakui sama dengan
nilai liabilitasnya. Perlu diperhatikan bahwa pengakuan aset dilakukan pada awal masa sewa
yaitu tanggal 2 Januari 2015. Sedangkan tanggal 1 Januari 2015 adalah awal sewa. Untuk
memudahkan pencatatan selanjutnya, sebaiknya menggunakan tabel amortisasi seperti
pada tabel 20.1.
Pada Tabel 20.1 dapat dilihat bahwa untuk tanggal 2 Januari 2015 ada 2 baris karena
pembayaran sewa pertama dilakukan langsung diawal masa sewa, sehingga seluruh
pembayaran merupakan pelunasan pokok. Beban bunga dihitung dari 8% dikali liabilitas
sewa pada tanggal pembayaran sebelumnya, sehingga tidak ada beban bunga yang diakui
tanggal 2 Januari 2015 perlu diperhatikan bahwa beban bunga belum terjadi jika waktu
belum berjalan dari awal masa sewa. Pengurangan pokok liabilitas diperoleh dari selisih
antara pembayaran sewa dengan beban bunga. Atas pembayaran tersebut PT Lessee
mencatat jurnal berikut.
02 Januari 2015
Liabilitas Sewa Pembiayaan 41.933.445
Kas 41.933.445
15
Pada akhir tahun 2015, PT Lessee mencatat penyusutanatas aset sewaan sebesar Rp
40.000.000 ( Rp 160.000.000/4 tahun). Aset disusutkan selama 4 tahun bukan 5 tahun
karena PT Lessee mengembalikan aset ke PT Lessor pada akhir masa sewa. Jurnal
penyusutannya adalah sebagai berikut :
31 Desember 2015
Beban Penyusutan 40.000.000
Akumulasi Penyusutan 40.000.000
Pembayaran sewa berikutnya adalah tanggal 2 Januari 2016. Namun, sesuai prinsip
akrual, pada akhir tahun 2015 PT Lessee harus mengakui beban bunga terkait jumlah yang
akan dibayar pada awal tahun 2016 (Rp 8.645.324,39 pada Tabel 20.1) dengan jurnal
berikut :
31 Desember 2015
Beban Penyusutan 8.645.324
Utang Bunga 8.645.324
Pada saat pembayaran tanggal 2 Januari 2016, PT Lessee tinggal menghapus utang
bunga yang sudah diakui pada akhir tahun lalu ( dengan asumsi tidak ada jurnal pembalik),
sebagai berikut :
02 Januari 2016
Aset Sewa Pembiayaan 33.288.121
Utang Bunga 8.645.324
Kas 41.933.445
Untuk selanjutnya jurnal yang dicatat sama dan nilainya mengacu pada tanggal
selanjutnya dalam Tabel 20.1. Sedangkan pada akhir masa sewa, PT Lessee mengembalikan
aset sewaan kepada PT Lessor dan menghentikan pengakuannya sebagai berikut :
31 Desember 2018
Akumulasi Penyusutan 160.000.000
Aset Sewa Pembiayaan 160.000.000
16
perhitungannya berbeda jika ada nilai residu. Jika nilai residu dijamin oleh PT lessee, maka
nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum adalah sebagai berikut :
*Nilai kini tidak menggunakan anuitas karena nilai residu hanya satu nilai diakhir masa sewa
bukan pembayaran sewa yang berulang. Nilai faktor diperoleh dari tabel nilai kini (present
value single sum)
**Dibulatkan
Perhitungan diatas juga memenuhi kriteria sewa pembiayaan karena jumlah nilai
kini pembayaran sewa minimum sama dengan nilai wajarnya. Jika nilai residu tidak dijamin
PT Lessee, maka nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum adalah sebagai berikut :
Jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum masih mendekati nilai wajarnya
sehingga memenuhi kriteria sewa pembiayaan. Tabel amortisasi untuk nilai residu yang
dijamin dan tidak dijamin dapat dilihat pada tabel 20.2 dan 20.3, sebagai berikut
17
02/01/201
8 35.768.978 4.707.167 31.061.811 27.777.778
31/12/201
8 30.000.000 2.222.222 27.777.778 0
Pada tabel 20.2, nilai residu yang dijamin sebesar Rp 30.000.000 ikut
diperhitungkan sebagai nilai pada akhir masa sewa, sehingga masih ada pengakuan beban
bunga dan pelunasan pokok pada saat itu. Sedangkan pada nilai residu yang tidak dijamin,
nilai liabilitas yang diakui lebih rendah dan nilai residu tidak diperhitungkan pada akhir masa
sewa, seperti yang terlihat pada tabel 20.3.
18
Tabel 20.1 Tabel Amortisasi bagi Lessee—Nilai Residu Tidak Dijamin
Pada Tabel 20.4 dapat dilihat perbandingan jurnal yang dicatat oleh PT Lesse
antara sewa dengan nilai residu dijamin dan tidak dijamin.
Tabel 20.4 Perbandingan Jurnal bagi Lessee antara Nilai Residu Dijamin dan Tidak Dijamin
19
Akumulasi Penyusutan 120.000.000 127.949.104
Aset Sewa Pembiayaan 150.000.000 127.949.104
*( Rp 150.000.000 – Rp 30.000.000)/4
** 127.949.104,42/4
20
Jurnal pada tabel 20.4 mengasumsikan nilai wajar aset pada akhir masa sewa sama
dengan nilai residu yang dijamin, yaitu Rp 30.000.000. Jika nilai wajar aset pada akhir masa
sewa hanya Rp 20.000.000, maka PT Lessee harus membayar sejumlah Rp 10.000.000 pada
saat mengembalikan aset tersebut, dengan jurnal sebagai berikut :
31 Desember 2018
Liabilitas Sewa Pembiayaan 27.777.778
Beban Bunga 2.222.222
Kerugian 10.000.000
Akumulasi Penyusutan 120.000.000
Aset Sewa Pembiayaan 150.000.000
Kas 10.000.000
d) Opsi Pembelian
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa lessor dapat memberi
opsi kepada lessee untuk membeli aset sewaan pada harga yang relatif
lebih rendah dari nilai wajar pada akhir masa sewa. Jika terdapat opsi
pembelian, maka perlakuan akuntansinya sama dengan nilai residu yang
dijamin. Nilai opsi pembelian akan diperhitungkan oleh lessee seperti
halnya nilai residu yang dijamin dalam nilai kini pembayaran minimum.
Perbedaan perlakuan akuntansi antara opsi pembelian dan nilai residu
yang dijamin hanya pada perhitungan penyusutan aset, yaitu pada opsi
pembelian aset sewaan disusutkan selama umur manfaat.
21
perusahaannya dan entitas induk diharuskan melakukan pemisahan
lancar dan tidak lancar.
b) Laporan Laba Rugi
Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui beban penyusutan dan
beban bunga dalam Laporan Laba Rugi, kecuali jika beban tersebut
dimasukkan dalam tercatat aset lainnya. Misalnya, jika aset sewaan
digunakan dalam kegiatan administrasi dan pemasaran, maka beban
penyusutan disajikan dalam kelompok beban operasi pada Laporan
Laba Rugi. Namun jika digunakan dalam proses produksi, maka beban
penyusutan dimasukkan dalam nilai perolehan persediaan.
2. Sewa Operasi
a. Pengakuan dan Pengukuran
a) Pengakuan beban
Perlakuan akuntansi untuk sewa operasi sangat sederhana karena
lessee hanya perlu mengakui beban atas pembayaran sewa dengan
dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis
lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset
yang dinikmati pengguna. Mengacu pada contoh 20.1, jika sewa
dikategorikan sebagai sewa operasi, maka PT Lessee membuat jurnal
pada tiap tanggal pembayaran sewa sebagai berikut :
b) Pengukuran Beban
Pada dasarnya, nilai beban sewa diukur berdasarkan jumlah
pembayaran sewa yang dilakukan oleh lessee. Namun, terkadang
lessee mendapatkan insentif tertentu dari lessor agar bersedia
melaksanakan perjanjian sewa. Insentif dapat berupa pembayaran
tunai dimuka kepada lessee atau potongan pembayaran sewa. Jika
lessee mendapat insentif seperti itu, maka lessee mengakui manfaat
agregat dari insentif sebagai pengurang beban rental selama masa
sewa, seperti yang diatur dalam ISAK 23: Sewa Operasi-Insentif.
22
Jumlah pembayaran sewa keseluruhan (Rp 10.000.000 x 42 bulan ) Rp 420.000.000
Periode sewa sesuai perjanjian 48 bulan
Beban sewa per bulan ( RP 420.000.000/48 bulan ) Rp 8.750.000
Beban sewa/tahun berdasarkan ISAK 23 (Rp 8.750.000 x 12 bulan ) Rp 105.000.000
Berdasarkan perhitungan diatas, beban sewa tahun 2015 menjadi lebih tinggi (Rp
60.000.000 dikoreksi menjadi Rp 105.000.000), namun pada tahun-tahun selanjutnya
menjadi lebih rendah (Rp 120.000.000 menjadi Rp 105.000.000)
b. Penyajian dan Pengungkapan
a) Laporan laba rugi
Pada sewa operasi, lessee mengakui beban sewa dalam Laporan Laba
Rugi, kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat
aset lainnya. Misalnya, jika aset sewaan digunakan dalam kegiatan
administrasi da pemasaran, maka beban sewa disajikan dalam
kelompok beban operasi pada Laporan Laba Rugi. Namun jika
digunakan dalam Proses Produksi, maka beban sewa dimasukkan
dalam nilai perolehan persediaan.
23
Jika lessee telah membayar uang muka sewa sebesar Rp 10.000.000,
maka jurnal yang dicatat lessor adalah sebagai berikut.
b) Tingkat Diskonto
Nilai kini investasi kotor (investasi bersih) dihitung menggunakan tingkat
bunga implisit. Pembayaran sewa juga dihitung dan ditukarkan oleh lessor
menggunakan tingkat bunga implisit, maka tidak ada alasan bagi lessor
untuk menghitung nilai kini investasi kotor menggunakan tingkat bunga
lain.
c) Nilai Residu
Jika aset yang disewakan memiliki nilai residu, maka diperhitungkan
dalam nilai investasi kotor terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak.
Perlakuan ini berbeda dengan lessee yang hanya memperhitungkan nilai
residu yang dijamin dalam pembayaran sewa minimum.
d) Biaya Langsung Awal
Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessor dalam sewa pembiayaan
ditambahkan ke dalam nilai investasi bersih. Hal ini dapat membutuhkan
penyesuaian pada tingkat bunga implisit menjadi lebih rendah sehingga
pendapatan bunga yang diakui lessor menjadi lebih rendah.
Karena perhitungan pembayaran sewa berdasarkan nilai wajar aset sewaan, maka nilai
piutang atau nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor
24
berdasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai residu (jika ada) akan sama dengan nilai wajar
aset sewaan. Berdasarkan analisis pada Contoh 20.2, perjanjian sewa dikategorikan sebagai
sewa pembiayaan. Pada awal masa sewa lessor akan mencatat sebagai berikut.
02 Januari 2015
Piutang Sewa Pembiayaan 150.000.000
Aset 150.000.000
02 Januari 2015
Kas 41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan 41.933.445
Penerimaan sewa berikutnya adalah tanggal 2 Januari 2016. Namun, sesuai prinsip
akrual, pada akhir tahun 2010 PT Lessor harus mengakui pendapatan sewa pembiayaan
(pendapatan bunga) terkait jumlah yang akan diterima pada awal tahun 2016 dengan jurnal
sebagai berikut.
31 Desember 2015
Piutang Bunga 8.645.324
Pendapatan Sewa Pembiayaan 8.645.324
Piutang bunga pada jurnal diatas juga dapat menggunakan akun Piutang Sewa
Pembiayaan. Penggunaan akun Piutang Bunga bertujuan agar dapat dibedakan dengan
pokok piutang sewanya. Pada saat pembayaran tanggal 2 Januari 2016. PT Lessor tinggal
menghapus piutang bunga yang sudah diakui pada akhir tahun lalu (dengan asumsi tidak ada
jurnal pembalik),sebagai berikut.
25
31 Desember 2016
Kas 41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan 33.288.121
Piutang Bunga 8.645.324
Alternatif Pencatatan
PSAK 30 ( Revisi 2011) menyatakan bahwa selisih antara nilai investasi bruto dengan
investasi neto diakui sebagai pendapatan pembiayaan tangguhan. Pembahasan di atas
belum menyinggung istilah tersebut. Oleh karena itu, PT Lessor juga memiliki alternatif
pencatatan dengan mengakui piutang sebesar investasi kotor. Nilai piutang yang dicatat
berdasarkan penjumlahan pembayaran sewa tak terdiskonto, yaitu sebesar Rp
167.733.780,25 (Rp41.933.445,06 X 4 atau penjumlahan kolom penerimaan sewa pada Tabel
20.5). Nilai ini lebih besar dari investasi bersih atau nilai aset yang dihentikan pengakuannya.
Berikut adalah
02 Januari 2015
Piutang Sewa Pembiayaan 167.733.780
Aset 150.000.000
Pendapatan Pemb Tangguhan 17.733.780
02 Januari 2015
Kas 41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan 41.933.445
31 Desember 2015
Pendapatan Pemb Tangguhan 8.645.324
Pendapatan Sewa Pembiayaan 8.645.324
02 Januari 2016
Kas 41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan 41.933.445
Alternatif ini tidak menganut prinsip akrual atas pengakuan pendapatan sewa
pembiayaan, namun amortisasi atas pendapatan pembiayaan tangguhan yang sebelumnya
diakui. Selain itu, tidak prosedur untuk memisahkan antara piutang bunga dengan piutang
sewa seperti pada alternative pertama. Alternatif pencatatan ini menyebabkan nilai piutang
yang diakui lebih tinggi karena tak terdiskonto, namun pada penyajian di Laporan Posisi
Keuangan, nilai piutang ini (investasi kotor) disalinghapuskan dengan pendapatan
pembiayaan tangguhan yang belum diamortisasi sehingga menghasilkan nilai yang sama
dengan piutang berdasarkan investasi bersih.
26
Contoh 20.6 Sewa Pembiayaan bagi Lessor dengan Nilai Residu
Mengacu pada Contoh 20.3, terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak, maka nilai
pembayaran sewa yang ditentukan oleh lessor dari perhitungan berikut.
Rp150.000.00
Nilai Wajar Aset Sewaan 0
Nilai Kini atas Nilai Residu ( Rp 30.000.000 x 0,73502985)* Rp 22. 050.895
Rp127.949.10 X
Jumlah yang akan diperoleh kembali melalui pembayaran sewa 4
Faktor nilai kini anuitas due of I ( n = 4, i = 8% ) 3,5770969
Nilai pembayaran sewa tahunan (Rp 150.000.000/3,5770969) Rp 35.768.978
Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka kita harus membuat table amortisasi untuk
masing-masing pihak.
Tabel 20.6 Tabel Amortisasi bagi Lessor – Nilai Residu Dijamin Dan Tidak Dijamin
02/01/15 150.000.000
02/01/15 35.768.978 0 35.768.978 114.231.022
02/01/16 35.768.978 9.138.482 26.630.497 87.600.525
02/01/17 35.768.978 7.008.042 28.760.936 58.839.589
02/01/18 35.768.978 4.707.167 31.061.811 27.777.778
31/12/18 30.00.000 2.222.222 27.777.778 0
Jurnal yang dicatat PT Lessor sama dengan pembahasan sebelumnya namun nilainya
mengacu pada Tabel 20.6. Pada akhir masa sewa, PT Lessee mengembalikan aset sewaan
kepada PT Lessor. Jika nilai residu dijamin, dan nilai wajar aset pada akhir masa sewa hanya
Rp 20.000.000, maka PT Lessor menerima pembayaran sejumlah Rp 10.000.000 dari PT
Lessee. PT Lessor akan mencatat jurnal sebagai berikut.
31 Desember 2018
Kas 10.000.000
Aset 20.000.000
Piutang Sewa Pembiayaan 27.777.778
27
Pendapatan Sewa Pembiayaan 2.222.222
Jika nilai residu tidak dijamin, maka PT Lessor tidak menerima pembayaran kas dari
PT Lessee. Sebaga gantinya PT Lessor akan mengakui kerugian sebesar Rp 10.000.000
2. Sewa Operasi
a. Pengakuan dan Pengukuran
a) Pangakuan Pendapatan
Sama halnya dengan lessee,perlakuan akuntansi untuk sewa operasi bagi
lessor juga sederhana karena lessor hanya perlu mengakui pendapatan
atau pembayaran sewa yang diterima. Mengacu pada ilustrasi 20.1, jika
sewa dikategorikan sebagai sewa operasi,maka PT Lessor membuat jurnal
pada tiap tanggal pembayaran sewa sebagai berikut.
Kas 41.933.445
Pendapatan Sewa 41.933.445
b) Pengukuran Pendapatan
Nilai pendapatan sewa diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa
yang diterima dari lessee. Namun, terkadang lessor memberikan insentif
28
tertentu agar lessee bersedia melaksanakan perjanjian sewa. Insentif
dapat berupa pembayaran tunai di muka kepada lessee atau potongan
pembayaran sewa. Sejalan dengan perlakuaannya terhadap lessee, maka
lessor mengakui biaya agregat dari insentifsebagai pengurang
penghasilan rental selama masa sewa, seperti yang diatur dalam ISAK 23.
Ilustrasi perhitungannya dapat mengacu pada bagian sewaoperaasi untuk
lessee pada pembahasan sebelumnya, sehingga beban sewa tinggal
diganti menjadi pendapatan sewa.
c) Biaya Langsung Awal
Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessor dalam sewa operasi diakui
sebagai asset sewaan dan dibebankan selama masa sewa dengan dasar
yang sama dengan pendapatan sewa.
29
sebesar nilai kini dan jumlah pembayaran sewa minimum yang akan
diterima ditambah nilai residu (jika ada) terlepas apakah nilai residu
diajamin atau tidak. Lessor juga menghentikan pengakuan asset sewaan
sebesar biaya perolehannya.
Selain mengakui piutang sewa, lessor pabrikan atau dealer juga mengakui
pendapatan penjualan pada awal sewa sebesar nilai wajar aset atau
sebesar nilai kini dar pembayaran sewa minimum, mana yang lebih
rendah. Biaya penjualan (beban pokok penjualan) di awal masa sewa
adalah biaya perolehan atau jumlah tercatat dari aset sewaan dikurangi
nilai kini dari nilai residu tidak dijamin. Oleh karena itu, biaya penjualan
sewa dengan nilai residu tidak dijamin lebih rendah daripada residu
dijamin. Perbedaan antara pendapatan penjualan dan biaya penjualan
merupakan laba penjualan (laba kotor)seperti halnya penjualan biasa.
b) Tingkat Diskonto
Nilai kini dari pembayaran sewa minimum dihitung pada tingkat bunga
pasar. Jika tingkat bunga ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba
penjualan dibatasi sebesar laba apabila menggunakan tingkat bunga pasar.
c) Nilai Residu
Jika aset yang disewakan memiliki nilai residu, maka diperhitungkan dalam
nilai investasi kotor terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak.
Perlakuan ini sama dengan pada lessor dengan sewa pembiayaan biasa
pada pembahasan sebelumnya.
d) Biaya Langsung Awal
Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer
sehubungan dengan negosisasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban
ketika laba penjualan diakui.
30
Contoh 20.7 Sewa bagi Lessor Pabrikan atau Dealer
Mengacu pada contoh 20.5 dan 20.6, jika biaya perolehan asset bagi PT Lessor
adalah Rp.100.000.000, maka berikut perhitungan yang diperlukan.
Nilai Residu
Akun
Dijamin Tidak Dijamin
Piutang Sewa Pembiayaan 150.000.000 150.000.000
Pendapatan Penjualan 150.000.000 127.949.104
Biaya Penjualan 100.000.000 77.949.102
Laba Penjualan 50.000.000 50.000.000
Perhitungan nilai piutang sewa sama dengan pada Tabel 20.6, yaitu tidak ada
perbedaan antara nilai residu dijamin atau tidak dijamin.Pendapatan penjualan untuk sewa
dengan nilai residu dijamin diakui sebesar nilai wajar asset yang sama dengan nilai kini dari
pembayaran sewa minimum, yaitu Rp. 150.000.000. Sedangkan untuk sewa dengan nilai
residu yang tidak dijamin, pendapatan penjualan yang diakui lebih rendah sebesar
Rp.22.050.895 yaitu sebesar nilai kini dari nilai residu tidak dijamin (Rp.30.000.000 x
0.73502985), sehingga pendapatan penjualan menjadi Rp.127.949.104.
Biaya penjualan untuk sewa dengan nilai residu yang dijamin sebesar biaya perolehan
aset. Jika nilai residu tidak dijamin, maka dikurangi sebesar nilai kini dari nilai residu tidak
dijamin (Rp.100.000.000 – Rp.22.050.895) menjadi Rp.77.949.104. Laba penjualan adalah
selisih pendapatan penjualan dengan biaya penjualan dan nilainya sama untuk sewa dengan
nilai residu dijamin atau tidak dijamin.
Tabel amortisasi yang digunakan dalam sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan atau
dealer sama dengan sewa pembiayaan pada umunya. Dalam kasus ini mengacu kepada Tabel
20.6. Sedangkan jurnal yang harus dicatat oleh lessor adalah sebagai berikut
31
Tabel 20.8 Perbandingan Jurnal bagi Lessor Pabrikan/Dealer antara Nilai Residu Dijamin dan Tidak
Dijamin
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menjalankan operasinya perusahaan membutuhkan aktiva tetap
dan untuk memperolehnya perusahaan dapat menggunakan cara yang
berbeda-beda. Salah satu yang paling mudah adalah dengan cara
membelinya. Memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian menimbulkan
berbagai keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dan memerlukan berbagai
pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah dana yang ada mencukupi
atau diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain seperti ketinggalan zaman
sehingga tidak ekonomis lagi bila dipakai ataupun ada resiko kegagalan memakai
serta kemungkinan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi. Cara lain dalam
memperoleh aktiva yang dapat diterapkan adalah dengan cara leasing.
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan selaku penulis kepada para pembaca
lainnya adalah sebagai mahasiswa seharusnya kita lebih memahami tentang
sewa. Agar kita tidak akan ditipu oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Untuk itu kita harus membaca banyak referensi serta mencari informasi yangup
to date yang berkaitan dengan sewa.
33
DAFTAR PUSTAKA
http://wulansuci9333.blogspot.co.id/2016/03/makalah-sewa.html
http://e-journal.uajy.ac.id/964/3/2EA15123.pdf
34