Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah


Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu : DR. Heni Setyowati ER, S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh :

EVI FAJARWATI

18.0603.0028

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II

A. DEFINISI

Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir denagn pengeluaran


hasil konsepsi oleh ibu (varney, dkk, 2017). Persalinan Kala II (kala
pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. (Obstetri
Fisiologi UNPAD, hal 224). Persalinan Kala II persalinan adalah keadaan Ibu
berada pada pembukaan lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya (Buku
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal : 3). Kala II adalah saat
keluarnya janin, dimulai saat servik sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan
dorongan mengejan untuk mengeluarkan janin. Beberapa tanda-tanda
persalinan kala II (Farrer, 2011) antara lain:

1. pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.


2. Selaput amnion biasanya sudah pecah.
3. His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan tidak begitu
sering bukan 2-3 menit lagi, melainkan sekitar 3-5 menit sekali.
4. Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
5. Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
6. Sfingter ani terlihat berlilatasi.
7. Perineum tampak menonjol.
B. TUJUAN
1. Proses pengeluaran janin dari rahim ibu
2. Mendeteksi dini terjadinya partus
C. INDIKASI
Ibu bersalin normal tanpa penyulit
D. KONTRAINDIKASI
1. Ibu hamil dengan rupture uteri.
2. Ibu dengan partus lama
3. Ibu dengan kedudukan atau letak janin sungsang dan melintang.
4. Letak janin dengan persentasi abnormal.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat pelindung diri yang meliputi : penutup kepala, masker, kacamata,
celemek, sepatu bot, handscoon
2. Persiapan ibu : selimut, 2 handuk ( 1 kain bersih/ 1 handuk ), baju ibu
3. Korentang
4. Partus set : duk steril, bak instrument, kateter, ½ cocker, gunting tali pusat,
gunting epis, klem 2 arteri, handscoon, benang tali pusat
5. Persiapan janin : topi bayi, baju bayi, handuk
6. Washlap 2
7. Phantom bayi
8. Tempat cuci tangan
9. Tempat sampah kering dan basah
10. Kassa steril
11. Perlak
12. Bengkok
13. Ember larutan clorin
14. Monoskop
15. Jam
F. PROSEDUR KERJA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan menaran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perineum tampak menonjol
d) Vulva dan sfinger ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan.
3. Memakai barier protektif
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril.
7. Membersihkan vulva dan perineum dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja bersihkan
dengan seksama dari arah depan kebelakang
b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%)
8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah).
a) Bila selaput keuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lalukan amniotomy
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara celup tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Pemeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi/saat relaksasi uterus.
11. Beritahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
membantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran. Lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumentasi semua temuan yang ada
b) Jelaskan kepada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
mendukung dan memberi semnagat pada ibu untuk meneran secara
benar
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ada dorongan kuat untuk
menenran
a) Bimbing ibu agar dapat menenran secara benar dan efektif
b) Dukung dan beri semanagt pada saat menenran, dan perbaiki cara
meneenran apabila caranya tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya ( kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan ibu berristirahat diantara kontraksi
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f) Berikan cukup asupan cairan per oral ( minum)
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120 menit
(2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) menneran
(multigravida)
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm membuka
vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala anjurkan ibu untuk
menneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinanan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses kelahiran bayi
a) Jika tali pusat melilit leher longar, lepaskan lewat bagaian atas kepala
bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara dua klem tersebut
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan
langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
27. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
28. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
29. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
32. Potong dan ikat tali pusat Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara
2 klem tersebut.
33. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya. Lepas klem dan masukan dalam wadah yang telah
tersedia
34. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi leebih rendah dari puting ibu
35. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
36. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
37. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
38. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi
prosedur.
39. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorsokranial).
40. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati.
41. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan).
42. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
43. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
44. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
45. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
46. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
47. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B di paha kanan anterolateral.
48. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
49. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
52. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
53. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
55. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
58. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
59. Melengkapi partograf.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Suprapti,SST,M.Kes & Herawati Mansur,SST,M.Pd,M.Psi. 2018. Buku Ajar
Praktik Klinik Kebidanan II. Kemenkes RI : Pusat Pendidikan SDM Kesehatan
diakses pada http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Praktik-Klinik-Kebidanan-II_SC.pdf

Anda mungkin juga menyukai