Anda di halaman 1dari 57

TUGAS AKHIR

ANALISIS KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DENGAN


METODE COOLING LOAD TEMPERATURE DIFFERENCE
(CLTD) PADA RUANG KANTOR GUDANG PT. HUTAN
ALAM

AHMAD SANUSI

150102040

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Hutan Alam merupakan mitra kerja PT. PLN (Persero) UPDK
Pekanbaru ULTLPG Teluk Lembu yang memiliki beberapa fasilitas penunjang
operasi unit mesin pembangkit listrik, salah satunya ruangan kantor gudang.
Ruangan kantor gudang tersebut berada di dekat ruang penyimpanan sparepart
untuk keperluan perawatan mesin pembangkit listrik yang mana di dalam kantor
gudang tersebut terdapat alat pengkondisi udara atau biasa dikenal dengan Air
Conditioner (AC).

Didalam ruangan kantor gudang tersebut yang biasa digunakan karyawan


untuk bekerja menginput data dan tempat berkumpul orang pada saat briefing pagi
sebelum memulai pekerjaan. Ruangan kantor gudang terbuat dari container yang
memiliki ukuran panjang : 40' ( 12,192 m ), lebar  : 8' ( 2,4382 m ), tinggi : 8,6''
( 2,5908 m ) dan pada dinding bagian samping terdapat suatu perlatan
pengkondisi udara (split) namun sampai saat ini alat tersebut tidak berfungsi
sebagai pengkondisi udara pada ruang kantor gudang karena kapasitas pendingan
ac saat ini hanya menggunakan ac dengan kapasitas ¾ PK dan tidak dapat
mendinginkan ruangan tersebut secara maksimal. Pada siang hari suhu udara yang
terukur adalah antara 28°C - 30°C, hal ini melebihi kondisi kenyamanan termal
optimal untuk daerah tropis yaitu 22,8°C - 25,8°C.

Jika berada di dalam ruangan tertutup tanpa adanya usaha menstabilkan


kenyamanan dalam jangka waktu yang lama, maka akan terasa panas, gerah, bisa
jadi tidak fokus dalam bekerja yang dipengaruhi oleh faktor beban pendingin luar
dan beban pendingin dalam (kalor). Selain itu dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara di dalam ruangan dengan suhu di luar ruangan 30 oC - 35oC dan
kelembaban udara 48% di siang hari dan dapat berubah – ubah dipengaruhi oleh
cuaca pada daerah tersebut.

Dalam perencanaan peralatan yang dipasang dibutuhkan suatu analisa


dengan metode perhitungan manual yakni Cooling Load Temperature Difference
(CLTD) dengan zona kenyamanan termal untuk orang Indonesia dan untuk
perancangan umumnya diambil 25oC ± 1oC dan kelembaban udara relatif 55% ±
10%

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka permasalahan yang
akan diselesaikan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana pengaruh faktor internal terhadap beban pendingin ruangan

agar didapatkan data panas yang dikeluarkan komponen dalam ruangan

2. Bagaimana pengaruh factor ekternal terhadap beban pendingin ruangan

agar didapatkan pengaruh temperatur yang mempengaruhi ruangan

3. Bagaimana menganalisa beban pendingin total dengan metode Cooling

Load Temperature Difference (CLTD) agar diadapatkan beban pendingin

yang sesuai dengan kebutuhan ruangan yg digunakan

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak menyimpang dalam menyelesaikan


penelitian maka lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada ruangan kantor gudang
2. Dalam perancangan sistem pengkondisian udara berdasarkan SNI 03-
6572-2001
3. Penelitian ini dilakukan di PT. Hutan Alam PLTMG 12 MW Teluk lembu
Pekanbaru Riau.
1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan ruang lingkup maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mengetahui faktor internal beban pendingin ruangan yang bersumber dari


penghuni , pencahayaan dan peralatan yang digunakan
2. Mengetahui faktor eksternal beban pendingin ruangan terjadi akibat
penambahan panas dalam ruangan dari luar ruangan
3. Mengetahui beban pendinginan total dengan menggunakan metode
Cooling Load Temperature Difference (CLTD)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari pembahasan sistem pendinginan ini adalah


1. Menambah pengetahuan tentang sistem pengkondisian udara
2. Sebagai sumber informasi bagi perusahaan untuk kapasitas pendinginan
yang sesuai
3. Dapat membantu mengatasi masalah kenyamanan bekerja karena ruangan
panas.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun tugas akhir ini disusun dengan menggunakan sistematika


penulisan sesuai dengan buku panduan laporan tugas akhir teknik mesin
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, batasan


masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan laporan
penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar teori dan metode-
metode yang digunakan dalam mengerjakan penelitian ini.
Landasan teori ini disapat dari tinjauan pustaka baik dari buku,
jurnal, artikel ilmiah, maupun informasi yang penulis dapat dari
situs – situs internet, tinjauan langsung ke lapangan, dan diskusi
dengan pihak – pihak terkait. Teori – teori yang dipakai meliputi
teori mengenai sistem pengkondisian udara

BAB III METODE PENELITIAN


Berisikan mengenai kerangka penyelesaian masalah yang
digunakan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang
ada, yang terdiri dari flowchart penyelesain masalah dan masing
masing langkah, seperti penelitian pendahuluan, perumusan
masalah, studi literatur, pengumpulan dan pengolahan data
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI

1.2. Gambaran Umum Sistem Penyegaran Udara


Air Conditioning (AC) atau alat penyegaran udara yang merupakan
pengembangan dari teknologi mesin pendingin.Alat ini dipakai bertujuan untuk
memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi
tubuh.Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terdiri atas 2 musim yaitu
musim hujan dan musim panas.Pada saat musim panas, suhu ruangan yang tinggi
dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi penghuninya. Begitu juga pada alat
transportasi massal seperti kereta api, untuk meningkatkan kenyamanan
penumpang selama menempuh perjalanan maka diperlukan suatu alat penyegar
udara.
Tingkat kenyamanan pada suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur,
kelembapan, sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.Untuk dapat menghasilkan
udara dengan kondisi yang diinginkan, maka peralatan penyegar udara yang
dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban pendinginan yang
terjadi pada ruangan tersebut.Untuk itu diperlukan suatu perhitungan tertentu
untuk menentukan besarnya beban pendinginan.
Beban pendinginan pada kereta biasanya berubah-ubah setiap jamnya
karena sangat tergantung dari kondisi luar kereta, sinar matahari, jumlah
penumpang dan lain sebagainya.Dalam pemasangan sistem penyegaran udara
perlu diketahui terlebih dahulu beban pendinginan maksimum yang terjadi agar
tidak terjadi pemborosan energi dan biaya, serta kemungkinan kurangnya
kapasitas mesin pendingin yang menyebabkan tidak tercapainya kondisi yang
diinginkan.
Secara garis besar beban pendinginan terbagi atas dua kelompok, yaitu
beban pendinginan sensibel dan beban pendinginan laten. Beban pendinginan
sensibel adalah beban panas yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu, seperti beban
panas yang lewat kontruksi ruangan, peralatan elektronik, lampu, dan lain
sebagainya. Sedangkan beban pendinginan laten adalah beban yang dipengaruhi
oleh adanya perbedaan kelembaban udara.
1.3. Prinsip Kerja Mesin Penyegaran

Kompresor AC yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat


untuk memampatkan fluida kerja (refrigeran), jadi refrigeran yang masuk ke
dalam kompresor AC kemudian dimampatkan dan selanjutn ya dialirkan ke
kondensor.

Di bagian kondensor ini refrigeran yang dimampatkan akan berubah fase


dari refrigeran fase uap menjadi refrigeran fase cair, maka refrigeran
mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam
refrigeran. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah
jumlah dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil
evaporator dari substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor tekanan
refrigeran yang berada dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan tekanan refrigeran yang berada pada pipi-pipa
evaporator.

Prinsip pendinginan udara pada AC melibatkan siklus refrigerasi, yakni


udara didinginkan oleh refrigeran/pendingin (freon), lalu freon ditekan
menggunakan kompresor sampai tekanan tertentu dan suhunya naik, kemudian
didinginkan oleh udara lingkungan sehingga mencair. Proses tersebut diatas
berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang disebut siklus
pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari udara dan
membebaskan kalor ini ke luar ruangan.
Gambar 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin
https://www.indotara.co.id/cara-kerja-mesin-pendingin-ac&id=337.html

Prinsip kerja pendingin udara seperti diatas berdasarkan sistem kompresi


uap. Secara garis besar komponen sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri
dari :

1. Evaporator
2. Kompresor
3. Kondensor
4. Katup ekspansi

Sedangkan siklus dan diagram alir kompresi uap standar, yang merupakan siklus
teoritis ditunjukkan pada gambar 2.2 dan 2.3, dapat diterangkan dengan proses
sebagai berikut :

1. Proses Kompresi
Proses kompresi berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Kompresor digunakan
untuk menaikkan tekanan uap refrigeran sampai mencapai temperatur diatas
temperatur media pendinginnya.Pada siklus sederhana diasumsikan
refrigeran tidak mengalami perubahan kondisi selama mengalir dijalur hisap.
Proses kompresi diasumsikan isentropik sehingga pada diagram tekanan dan
entalpi berada pada satu garis entropi konstan, dan titik 2 berada pada
kondisi super panas. Proses kompresi memerlukan kerja dari luar dan entalpi
uap naik dari h1 ke h2 , besarnya kenaikan ini sama dengan besarnya kerja
kompresi yang dilakukan pada uap refrigerant

2. Proses Kondensasi
Proses 2-3 merupakan proses kondensasi yang terjadi pada kondensor, uap
panas refrigeran dari kompresor didinginkan oleh media pendingin sampai
pada temperatur kondensasi, kemudian uap tersebut dikondensasikan. Pada
titik 2 refrigeran pada kondisi uap jenuh pada tekanan dan temperatur
kondensasi. Proses 2-3 terjadi pada tekanan konstan, dan jumlah panas yang
dipindahkan selama proses ini adalah beda entalpi antara titik 2 dan 3

3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada proses ini terjadi
proses penurunan tekanan refrigeran dari tekanan kondensasi (titik 3)
menjadi tekanan evaporasi (titik 4). Pada waktu cairan di ekspansi melalui
katup ekspansi atau pipa kapiler ke evaporator, temperatur refrigeran juga
turun dari temperatur kondensasi ke temperatur evaporasi. Proses 3-4
merupakan proses ekspansi adiabatik dimana entalpi fluida tidak berubah
disepanjang proses. Refrigeran pada titik 4 berada pada kondisi campuran
uap.

4. Proses Evaporasi
Proses 4-1 adalah proses penguapan yang terjadi pada evaporator dan
berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1 seluruh refrigeran berada
pada kondisi uap jenuh. Selama proses 4-1 entalpi refrigeran naik akibat
penyerapan kalori dari ruang refrigerasi. Besarnya kalor yang diserap adalah
beda entalpi titik 1 dan titik 4 biasa disebut dengan efek pendinginan.
Gambar 2.2.Daur Kompresi Uap Standar Dalam Diagram P-h
Sumber : W.F. Stoecker, J.W. Jones. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara.
Terjemahan, Hara Supratman, hal 187

Gambar 2.3.Diagram Alir Kompresi Uap Sumber : W.F. Stoecker, J.W. Jones.
Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Terjemahan, Hara Supratman, hal 187

1.4. Komponen Utama Sistem Penyegaran Udara


1.4.1. Kompresor

Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas.Pada


sistem penyegaran udara, kompresor merupakan alat yang berfungsi untuk
memberikan kompresi atau tekanan pada refrigeran dari evaporator,
sehingga temperatur dan tekanannya naik dan kemudian dialirkan ke
kondensor.Penggolongan kompresor dapat didasarkan pada metode
kompresi dan konstruksinya.

1.4.1.1.Berdasarkan Metode Kompresinya


1. Kompresor Positif
Kompresor positif adalah suatu kompresor dimana gas dihisap masuk
ke dalam silinder dan dikompresikan. Yang termasuk jenis ini adalah :
a. Kompresor Torak
Kompresor torak terdiri atas sebuah piston yang bergerak
ke depan dan ke belakang didalam suatu silinder yang mempunyai
katup hisap dan katub buang (suction valve and discharge valve)
sehingga berlangsung proses pemompaan. Pada saat langkah hisap
piston, gas refrigeran yang bertekanan rendah ditarik masuk melalui
katup hisap yang terletak pada piston atau di kepala kompresor.Pada
saat buang, piston menekan refrigeran dan mendorongnya keluar
melalui katup buang yang biasanya terletak pada kepala silinder.
Kompresor jenis ini mempunyai kapasitas refrigerasi mulai
dari beberapa puluh watt hingga ratusan kilowatt.Jenis kompresor
ini bersifat kerja tunggal (single acting), baik itu bersilinder tunggal
maupun multisilinder.Pada kompresor multisilinder, silinder-
silinder dapat disusun berbentuk V, radial atau lurus.

Gambar 2.4.Konstruksi Kompresor Torak


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 127
b. Kompresor Putar
Kompresor torak terdiri atas sebuah piston yang bergerak
ke depandan ke belakang didalam suatu silinder yang mempunyai
katup hisap dankatub buang (suction valve and discharge valve)
sehingga berlangsungproses pemompaan. Proses penghisapan dan
penekanan dicapai olehpengembangan dan penyempitan ruang
yang silih-berganti. Hal ini dapatdimungkinkan oleh ring eksentrik
yang berputar dalam ruangan berbentuk silindris yang konsentris.

Kompresor putar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jenis


daun berputar dan jenis daun stasioner (diam).Pada jenis yang
pertama, daun terletak pada rotor yang berputar tetapi dapat
bergerak pada arah yang radial.Dengan demikian puncak daun
selalu merapat pada bagian dalam dari silinder.Jenis ini banyak
digunakan sebagai kompresor untuk unit penyegar udara
berkapasitas rendah.Sedangkan pada jenis daun stasioner, daun
terletak menempel pada permukaan rotor yang berputar (torak
berputar). Proses kompresi gas refrigeran dilakukan oleh rotor
dengan urutan seperti pada gambar mekanisme kompresor putar.

Dibandingkan dengan kompresor torak, maka konstruksi


dari kompresor putar ini lebih sederhana dan jumlah komponen
yang bergerak lebih sedikit, sehingga getarannya lebih halus,
namun demikian bagian- bagian yang bergesekan harus dibuat
dengan ketelitian tinggi serta dari bahan yang tidak mudah aus.
Gambar 2.5. Cara Kerja Kompresor Putar Sumber : Arismunandar
W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 127

c. Kompresor Sekrup
Cara kerja Kompresor Sekrup dapat dilihat pada gambar
dibawah ini, yaitu terdapat penampang 2 buah elemen putar utama
kompresor sekrup.Di dalam rumah kompresor, terdapat rotor jantan
dengan 4 kuping disebelah kanan dan menggerakkan rotor betina
disebelah kiri. Uap refrigeran memasuki 1 ujung kompresor (di
puncak) dan meninggalkan kompresor dari ujung yang lain (di
bawah). Pada posisi hisap, terbentuk ruang hampa, hingga uap
mengalir ke dalamnya.Sesaat ruang interlobe tersebut
meninggalkan lubang masuk, rongga tersebut telah dipenuhi oleh
gas.Bila putaran terus berlanjut, gas yang berkurang digerakkan
mengelilingi rumah kompresor.Pada putaran selanjutnya terjadi
penangkapan (mesing) kuping rotor jantan oleh lekuk rotor betina,
sehingga memperkecil rongga dan menekan gas tersebut. Pada saat
tertentu, dalam proses kompresi lubang buang terbuka, sehingga
dengan penangkapan kuping lebih lanjut, gas yang tertekan keluar
melalui lubang buang tersebut.
Gambar 2.6. Penampang Dua Buah Rotor Kompresor Sekrup
Sumber : W.F. Stoecker, J.W. Jones. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara.
Terjemahan, Hara Supratman, hal 208.

Kompresor sekrup memiliki beberapa keuntungan yaitu


lebih sedikit jumlah bagian yang bergesekan, perbandingan
kompresi yang tinggi dalam suatu tingkat, relatif stabil terhadap
pengaruh cairan (kotoran) yang terserap dalam refrigeran.

Seperti kompresor torak, mekanisme kompresi dari


kompresor sekrup melakukan 3 langkah, yaitu langkah hisap,
kompresi dan langkah keluar.Untuk mengurangi kerugian gesek
pada aliran, gas di dalam kompresor sekrup dihisap, dikompresikan
dan dikeluarkan dalam arah aksial.

Gambar 2.7. Konstruksi Kompresor Sekrup Sumber : Arismunandar W., Saito H.,
1986, Penyegaran Udara, hal 130
Gambar 2.8. Mekanisme Kompresor Sekrup Sumber : Arismunandar W., Saito H.,
1986, Penyegaran Udara, hal

2. Kompresor Non Positif


Pada kompresor non positif, gas dihisap masuk dipercepat
alirannya oleh sebuah impeller yang kemudian mengubah energi
kinetik untuk menaikkan tekanan.Yang termasuk jenis ini adalah
kompresor sentrifugal.
Kompresor sentrifugal melayani sistem-sistem refrigerasi yang
berkapasitas antara 200 hingga 10000 kW. Suhu evaporator pada
mesin- mesin bertingkat ganda dapat diturunkan hingga -50 oC sampai
-100 oC, walaupun penggunaannya yang terbanyak adalah untuk
mendinginkan air hingga kira-kira 6 oC atau 8 oC didalam sistem-
sistem pengkondisian udara.
Konstruksi kompresor sentrifugal sama dengan pompa
sentrifugal, fluida memasuki mata impeller yang berputar dan
kemudian dilemparkan ke arah lingkar luar impeller dengan daya
sentrifugal. Sudu-sudu impeller meninggikan putaran gas tersebut dan
membangkitkan tekanan.Dari impeller ini gas mengalir ke sudu-sudu
penghambur atau ke ruang spiral (volute), dimana sejumlah energi
kinetik diubah menjadi tekanan.Kompresor sentrifugal dapat dibuat
dengan satu rodabila diinginkan perbandingan tekanan rendah,
walaupun mesin-mesin tersebut umumnya bertingkat ganda.Kompresor
sentrifugal bekerja dengan kompresi adiabatik dengan efisiensi antara
70% hingga 80%.

Gambar 2.9. Kompresor Sentrifugal Sumber : W.F. Stoecker, J.W. Jones.


Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Terjemahan, Hara Supratman, hal 213.

1.4.1.2.Berdasarkan Konstruksinya
Berdasarkan konstruksinya, kompresor dibagi menjadi tiga bentuk :
1. Kompresor Semi Hermatik
Pada kompresor semi hermatik, rotor motor listrik berada
didalam perpanjangan ruang engkol dari kompresor. Dengan demikian
tidak terdapat penyekat poros, sehingga dapat dicegah kebocoran
refrigeran.Disamping itu, kontruksinya lebih kompak dan bunyi mesin
menjadi halus. Sekarang ini, kompresor semi hermatik untuk gas
refrigeran freon dibuat sampai kira-kira 40 KW. Dari segi
kontruksinya, dapat dibuat bersilinder banyak, dengan momen putar
pada awal pengoperasian rendah.Rumah kompresor semi hermatik
dibuat dari besi tuang, pada bagian-bagian penutup dan
penyambungnya masih dapat dibuka.
2. Kompresor Hermatik
Pada dasarnya kompresor ini hampir sama dengan kompresor
semi hermatik. Perbedaannya pada cara penyambungan rumah (baja)
kompresor dengan stator motor penggeraknya, yaitu sambungan las,
sehingga ruangan di dalam kompresor menjadi kedap suara (hermatik).
Kompresor hermatik biasanya dibuat untuk unit kapasitas rendah,
sampai 7,5 KW, misalnya pada penyegar udara paket.

1.4.2. Kondensor

Kondensor adalah suatu alat penukar kalor yang dalam mesin


pendingin mempunyai fungsi untuk mengembunkan uap refrigeran yang
bertekanan dan bertempatur tinggi dengan cara mengambil panasnya.
Panas yang dilepaskan dikondensor oleh uap refrigeran terdiri dari panas
yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator dan ekivalen dari energi
yang diperlukan untuk melakukan kerja kompresor.Medium pendingin
kondensor yang umum dipergunakan adalah udara dan air, karena mudah
didapat, tidak mahal, tidak beracun dan umumnya mudah dilayani.
Berdasarkan medium pendinginnya, kondensor dapat digolongkan dalam 4
jenis, yaitu :

1.4.2.1.Kondenser dengan Pendinginan Air

Berdasarkan penggunaan air pendinginnya, maka kondensor ini


dapat dibagi menjadi 2, yaitu waste-water system dan recirculated-water
system.Pada waste-water system, air pendingin setelah digunakan untuk
pendinginan kondensor, kemudian dibuang dan tidak diperlukan
lagi.Sedangkan pada recirculated-water system, air pendingin setelah
keluar kondensor dipompakan ke sebuah menara pendingin (cooling
tower).Di dalam menara pendingin, air pendingin ini melepaskan panasnya
kemudian kembali ke kondensor.
Pada kondensor pendinginan air harus diperhatikan faktor
pengotoran pada pipa di bagian yang berhubungan dengan air, karena hal
ini akan mengurangi luas pipa air, sehingga akan mengurangi jumlah air
yang disirkulasi.

1.4.2.2.Kondennser Tabung dan Pipa Horizontal


Kondensor tabung dan pipa banyak dipergunakan pada unit
kondensor berukuran kecil sampai besar, unit pendingin air dan penyegar
udara paket baik untuk ammonia maupun untuk Freon.Di dalam kondensor
tabung dan pipa terdapat banyak pipa pendingin, dimana air pendingin
mengalir di dalam pipa-pipa tersebut. Ujung dan pangkal pipa pendingin
terikat pada pelat pipa, sedangkan diantara pelat pipa dan tutup tabung
dipasang sekat-sekat, untuk membagi aliran air yang melewati pipa-pipa
tersebut, tetapi untuk mengatur agar kecepatannya cukup tinggi 1,5 sampai
2 m/s.
Air pendingin masuk kondensor dari bagian bawah, kemudian
masuk kebagian dalam pipa-pipa pendingin dan keluar pada bagian
atas.Jumlah saluran air pendingin yang terbentuk oleh sekat-sekat itu
dinamai jumlah saluran.Jumlah saluran maksimum yang biasa adalah
12.Tahanan aliran air di dalam pipa bertambah besar dengan bertambah
banyaknya jumlah saluran.

Gambar 2.10. Kondensor Tabung Dan Pipa Sumber : Arismunandar W., Saito H.,
1986, Penyegaran Udara, hal 150
1.4.2.3.Kondenser Tabung dan Koil

Kondensor tabung dan koil banyak dipergunakan pada unit


dengan freon sebagai refrigeran, berkapasitas relatif kecil misalnya pada
penyegar udara jenis paket, pendingin air dan lain-lain. Kondensor tabung
dan koil dengan koil pipa pendingin di dalam tabung yang dipasang pada
posisi vertikal. Kondensor tabung koil dapat dibuat dari satu atau lebih
lilitan pipa dengan atau tanpa sirip-sirip, yang terdapat di dalam sebuah
tabung baja. Air pendingin bersirkulasi dalam koil, pada saat yang sama
refrigeran ditampung dalam tabung baja. Uap refrigeran panas masuk
melalui bagian atas tabung dan akan mengembun setelah menyentuh koil
pendingin. Butiran refrigeran cair yang terbentuk akan merambat pada koil
dan ditampung dalam tabung.

Tabung kondensor juga berfungsi sebagai penampung. Hal yang


harus diperhatikan dari kondensor ini adalah ketinggian permukaan
refrigeran cair dalam tabung, jangan sampai menutupi bidang pendingin
koil.Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan suhu dan tekanan refrigeran
cair yang meninggalkan kondensor.Pada kondensor tabung dan koil,
airmengalir di dalam koil pipa pendingin.Endapan dan kerak yang
terbentuk di dalam pipa harus dibersihkan dengan zat kimia atau detergen.
Ciri-ciri kondensor tabung dan koil : 1. Harga murah karena mudah
pembuatannya 2. Kompak karena posisinya yang vertikal dan mudah
pemasangannya 3. Tidak mungkin mengganti pipa pendingin, sedangkan
pembersihannya dengan menggunakan detergen
Gambar 2.11.Kondensor Tabung Dan Koil
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 151

1.4.2.4.Kondenser Jenis Pipa Ganda

Kondensor jenis pipa ganda merupakan susunan dari 2 pipa


koaksial, dimana refrigeran mengalir melalui saluran yang terbentuk antara
pipa dalam dan pipa luar, dari atas ke bawah.Sedangkan air pendingin
mengalir di dalam pipa dalam arah yang berlawanan dengan aliran
refrigeran, jadi dari atas ke bawah.Kecepatan aliran di dalam pipa
pendingin kira-kira 1 sampai 2 m/detik.Sedangkan perbedaan antara suhu
air pendingin keluar dan masuk pipa pendingin kira-kira 8 sampai
10oC.Untuk mengatur pemakaian air agar sesuai dengan kondisi beban,
maka kondensor dilengkapi dengan katup pengatur aliran air. Ciri- ciri
kondensor jenis pipa ganda :

1. Konstruksi sederhana dengan biaya yang tidak mahal


2. Dapat mencapai kondisi super dingin, karena aliran refrigeran dan air
pendingin berlawanan
3. Penggunaan air pendingin relatif kecil
4. Pipa sulit dibersihkan, harus menggunakan detergen
5. Pemeriksaan terhadap korosi dan kerusakan pipa tidak mungkin
dilaksanakan, penggantian pipa juga sukar dilaksanakan
Gambar 2.12. Kondensor Koil Pipa Ganda
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal

1.4.2.5.Kondenser Dengan Pendinginan Udara


Kondensor jenis ini merupakan bentuk yang paling praktis dan
sederhana, dimana udara mengalir melewati kondensor, dimana udara ini
menghisap panas dari kondensor.Sirkulasinya dapat berupa sirkulasi
alamiah atau dengan pertolongan fan.Seperti pada gambar 2.13. kondensor
pendinginan udara terdiri koil pipa pendingin bersirip pelat (pipa tembaga
dengan sirip aluminium atau pipa tembaga dengan sirip tembaga).
Udara mengalir dengan arah tegak lurus pada bidang
pendingin.Gas refrigeran yang bersuhu tinggi masuk ke bagian atas dari
koil dan secara berangsur-angsur mencair dalam alirannya ke bagian
bawah koil. Adapun ciri-ciri kondensor pendingin udara adalah :
1. Tidak memerlukan pipa air pendingin, pompa air dan penampung air,
karena tidak menggunakan air.
2. Dapat dipasang dimana saja, asal terdapat udara bebas
3. Tidak mudah korosi karena permukaan koil yang kering.
4. Memerlukan pipa refrigeran tekanan tinggi yang panjang, karena
kondensor biasanya diletakkan di luar rumah.
5. Pada musim dingin, tekanan pengembunan perlu dikontrol untuk
mengatasi gangguan yang dapat terjadi karena turunnya tekanan
pengembunan yang terlalu besar, yang disebabkan oleh temperatur
udara atmosfir rendah.
Gambar 2.13. Kondensor Dengan Koil Bersirip Plat.
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 153

1.4.3. Evaporator

Evaporator adalah alat penukar panas yang merupakan salah satu


komponen penting di dalam suatu mesin pendingin, yaitu mendinginkan
media sekitarnya.Kapasitas mesin pendingin tergantung dari kemampuan
evaporator untuk menguapkan refrigeran.Pada evaporator, refrigeran cair
menguap dengan mengambil panas dari sekelilingnya.Ada beberapa
macam evaporator yang didesain dan diproduksi sesuai dengan tujuan
penggunaan.Karena itu, maka evaporator dapat dibagi dalam beberapa
golongan, seperti berdasarkan keadaan refrigeran yang ada didalamnya
dan berdasarkan kontruksinya.

1.4.3.1.Keadaan Refrigran Yang Ada Didalamnya


1. Evaporator Jenis Ekspansi Kering

Pada jenis ini, cairan refrigeran yang diekspansikan melalui


katup ekspansi, pada waktu masuk ke dalam evaporator sudah dalam
keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator terisi
penuh oleh refrigeran cair.
Oleh karena sebagian besar dari evaporator terisi oleh uap
refrigeran, maka perpindahan panas yang terjadi tidak terlalu besar,
jika dibandingkan dengan keadaan dimana evaporator terisi oleh
refrigeran cair.Akan tetapi, evaporator jenis kering ini tidak
memerlukan refrigeran dalam jumlah besar. Disamping itu, jumlah
minyak pelumas yang tertinggal didalam evaporator sangat kecil

2. Evaporator Jenis Setengah Basah

Evaporator jenis setengah basah adalah evaporator dengan


kondisi refrigeran diantara evaporator jenis Ekspansi kering dan
evaporator jenis basah.Dalam evaporator jenis ini, selalu terdapat
refrigeran cair dalam pipa penguapannya.Oleh karena itu, laju
perpindahan kalor dalam evaporator jenis setengah basah lebih tinggi
daripada yang dapat diperoleh pada jenis Ekspansi kering, tetapi lebih
rendah daripada yang diperoleh pada jenis basah.

3. Evaporator Jenis Basah

Dalam evaporator jenis basah, sebagian besar dari evaporator


terisi oleh cairan refrigeran. Proses penguapannya terjadi seperti pada
ketel uap. Gelembung refrigeran yang terjadi karena pemanasan akan
naik, pecah pada permukaan cairan atau terlepas dari permukaannya.
Sebagian refrigerant kemudian masuk ke dalam akumulator yang
memisahkan uap dari cairan.Maka refrigeran yang ada dalam bentuk
uap sajalah yang masuk ke dalam kompresor. Bagian refrigeran cair
yang dipisahkan didalam akumulator akan masuk kembali ke dalam
evaporator, bersama-sama dengan refrigeran cair yang berasal dari
kondensor. Tinggi permukaan refrigeran cair yang ada dalam
evaporator diatur oleh katup pelampung.Biasanya sedikit lebih tinggi
dari setengah tinggi tabung.

1.4.3.2.Berdasarkan Konstruksinya
1. Evaporator Tabung dan Koil
Pada evaporator tabung dan koil terdapat koil pipa tunggal
atau koil pipa ganda di dalam sebuah silinder.Refrigeran mengalir di
dalam koil pipa untuk mendinginkan cairan yang berada di dalam
bagian koil.Evaporator tabung dank oil dapat dibuat dengan mudah,
sebab tidak memerlukan pelat pipa untuk memasang ujung dan
pangkalpipa, seperti yang terdapat pada kondensor tabung dan
pipa.Evaporator jenis ini hanya dipakai pada mesin pendingain yang
kecil, karena laju perpindahan panasnya sangat rendah.

Gambar 2.14. Evaporator Tabung Dan Koil


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 157

2. Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering


Evaporator tabung dan pipa menggunakan banyak pipa yang
dipasang didalam tabung.Refrigeran mengalir di dalam pipa,
sedangkan cairan yang hendak didinginkan mengalir di luar pipa
refrigeran, yaitu di dalam tabung. Di dalam tabung dipasang plat
penyekat yang berfungsi untuk menunjang pipa refrigeran dan
mengarahkan aliran cairan yang hendak didinginkan. Sehingga dapat
mengalir tegak lurus pada pipa dengan kecepatan yang lebih tinggi
sehingga laju perpindahan kalor menjadi baik.
Gambar 2.15. Evaporator Tabung Dan Pipa
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal

3. Koil dengan Pendinginan Udara


Koil dengan pendinginan udara seperti yang dipakai untuk
mendinginkan udara pada penyegar udara, terdiri dari koil pipa bersirip
pada bagian luarnya.Ada dua macam koil dengan pendinginan udara,
yaitu jenis Ekspansi langsung dan Ekspansi tak langsung.Pada
Ekspansi langsung, refrigeran diuapkan secara langsung didalam pipa
evaporator, sedangkan pada jenis Ekspansi tak langsung udara
didinginkan oleh refrigeran sekunder seperti air atau larutan garam
yang mengalir melalui pipa tersebut.Sirip-sirip yang dipasang pada
bagian luar pipa digunakan untukmemperbesar luas bidang
perpindahan panas yang berhubungan dengan udara, karena
konduktivitas termalnya kecil.

1.4.4. Katup Ekspansi

Katup Ekspansi dipergunakan untuk mengekspansikan secara


adiabatik cairan refrigeran yang bertekanan dan bersuhu tinggi sampai
mencapai tingkat keadaan tekanan dan suhu rendah.Selain itu katup
Ekspansi juga mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban
pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator.Jadi katup Ekspansi
mengatur supaya evaporator dapat selalu bekerja sehingga diperoleh
effisiensi siklus refrigerasi yang maksimal. Katup Ekspansi yang banyak
digunakan yaitu :
1. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik
2. Katup Ekspansi Manual
3. Katup Ekspansi Tekanan Konstan
4. Pipa Kapiler

1.4.4.1.Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Penyama


Tekanan external

Pada Katup ini, refrigeran mengalir melalui lubang masuk dan


keluar melalui lubang keluar melalui katup jarum.Ruang luar dari
diafragma dihubungkan dengan lubang keluar dari evaporator melalui pipa
penyama tekanan.Oleh karena diafragma diisolasikan dari lubang keluar
oleh packing internal, maka diafragma menerima tekanan seksi keluar dari
evaporator.
Tabung sensor termal ditempelkan dekat pada seksi keluar
evaporator, tekanan dari uap refrigeran jenuh yang ada di dalamnya akan
menjadi tekanan jenuh sesuai dengan temperatur (temperatur
penguapan+derajat super panas) dari evaporator.
Maka tekanan didalam ruangan dalam diafragma yang
dihubungkan dengan tabung sensor termal adalah sama dengan tekanan
jenuh tersebut diatas.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembukaan katup ekspansi
tergantung dari perbedaan gaya tekan ruangan dalam diafragma dan
tekanan luar diafragma. Oleh karena itu, perbedaan kedua gaya tersebut
adalah sama dengan gaya pegas. Hal tersebut berarti bahwa jika perbedaan
antara tekanan didalam tabung sensor termal dan tekanan didalam
evaporator berubah, maka derajat superpanas yang berkaitan dengan
perbedaan tekanan tersebut akan juga berubah.
Derajat super panas yang diinginkan dapat diatur dengan memutar
sekrup pengatur. Apabilasekrup pengatur diputar ke kanan, maka pegas
akan tertekan dan derajat super panas akan bertambah besar. Jadi, apabila
sekrup diputar ke kanan, maka jumlah refrigeran yang akan masuk ke
evaporator akan berkurang. Apabila sekrup pengatur diputar ke kiri, maka
pegas akan mengendor, sehingga derajat super panas akan berkurang
(jumlah aliran refrigeran masuk ke dalam evaporator akan bertambah
besar). Dengan cara penyetelan di atas, derajat super panas harus dapat
dipertahankan dalam batas tetentu.

Gambar 2.16. Katup Ekspansi Otomatik Thermostatik Penyama Tekanan Eksternal


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 167

1.4.4.2.Katup Ekspansi Manual

Pada jenis ini dimana pembukaan dan penutupan katup dengan


trotel dilakukan oleh secara manual, kapasitas aliran refrigeran melalui
katup tergantung pada perbedaan antara lubang masuk dan lubang keluar
katup serta tergantung pada tingkat pembukaan katup yang bisa diatur
secara manual. Misalnya perbedaan tekanan antara lubang masuk dan
lubang keluar besarnya tetap, maka jumlah aliran refrigeran melalui katup
tersebut akan tetap tanpa mengikuti perubahan tekanan atau beban
evaporator. Biasanya digunakan pada pabrik es, cold storage, dan lain-
lain.Dipakai karena hampir selamanya beban konstan sehingga dalam
pengoperasiannya diperlukan operator untuk menyesuaikan katup ekspansi
sesuai dengan kondisi pendinginan yang dikehendaki.

Gambar 2.17. Katup Ekspansi Manual


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 168

1.4.4.3.Katup Ekspansi Tekanan Konstan

Katup ekspansi tekanan konstan adalah katup ekspansi yang


digerakkan oleh tekanan di dalam evaporator, untuk mempertahankan
tekanan didalam evaporator konstan.Pada jenis katup ini, below dan jarum
katup dihubungkan oleh batang penunjang.Bagian bawah dari below
behubungan dengan lubang keluar sehingga menerima tekanan dari
evaporator.Sebuah pegas dipasang pada bagian atas dari below.Gaya pegas
dapat diatur dengan memutar knop pengatur.Pipa cairan refrigeran
dihubungkan dengan katup ekspansi pada bagian lubang masuk dari katup
ekspansi. Cara kerja Katup ekspansi tekanan konstan adalah sebagai
berikut :
1. Pada sat mesin pendingin di start, katup dalam keadaan tettutup karena
tekanan didalam evaporator lebih besar daripada tekanan pegas yang
ditetapkan.

2. Setelah mesin pendingin bekerja, uap refrigeran yang ada dalam


evaporator terisap masuk kedalam kompresor, sehingga tekanan
didalam evaporator lambat laun berkurang. Katup masih tertutup
sampai tekanan evaporator mencapai tekanan yang sama dengan
tekanan pegas.

3. Selanjutnya, apabila tekanan evaporator lebih rendah dari tekanan


pegas, tekanan pada bagian bawah below menjadi lebih rendah
daripada tekanan pegas, sehingga pegas akan menekan ke bawah dan
katup jarum akan membuka lubang salurannya.

4. Apabila penguapan refrigeran didalam evaporator sudah terjadi dengan


baik, maka pembukaan katup akan berjalan konstan sesuai dengan
tekanan penguapan yang telah ditetapkan.

5. Jika tekanan evaporator naik, maka katup akan menutup sedikit untuk
mengurangi jumlah aliran refrigeran yang masuk ke dalam evaporator.

6. Apabila tekanan evaporator turun, katup akan membuka sedikit,


sehingga memperbesar jumlah aliran refrigeran yang masuk kedalam
evaporator.

7. Apabila mesin pendingin berhenti bekerja, tekanan evaporator akan


naik, maka katup akan menutup sempurna.
Gambar 2.18. Katup Ekspansi Tekanan Konstan
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 169

1.4.4.4.Pipa Kapilar

Pipa kapilar ini sering dipakai pada mesin pendingin yang


berkapasitas rendah. Pipa kapilar adalah pipa kecil dengan diameter dalam
0,8 sampai 2 mm dan panjangnya kurang lebih 1 meter. Pipa kapilar
dipasang sebagai pengganti katup ekspansi.Tahanan dari pipa kapilar
inilah yang dipergunakan untuk mentrotel dan menurunkan
tekanan.Diameter dan panjang pipa kapilar ditetapkan berdasarkan
kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan jumlah refrigernt dari mesin
pendingin yang bersangkutan.
Kontruksi pipa kapilar sangat sederhana, sehingga jarang terjadi
gangguan.Pada waktu kompresor berhenti bekerja, pipa kapilar
menghubungkan bagian tekanan tinggi dengan bagian tekanan rendah,
sehingga menyamakan tekanannya dan memudahkan dalam memulai
penyalaan mesin pendingin pada saat berikutnya.
1.5. Jenis – Jenis Mesin Penyegaran Udara
1.5.1. Penyegar Udara Sentral

Penyegar Penyegar udara sentral merupakan dasar dari kebanyakan


jenis penyegar udara. Penyegar udara terdiri atas motor listrik dan kipas udara,
koil udara, pelembab udara, dan saringan udara, semuanya terletak pada satu
kotak. Pendinginan awal, pemanasan awal, pemanasan ulang, maupun damper
simpangan dapat juga digunakan sebagai aksesoris.
Penyegar udara sentral biasanya dirakit oleh pabrik, sebelum dikirim
ke tempat instalasi, semua komponen dipasang dalam satu kotak, kemudian
dilakukan pengecatan dan isolasi.Penyegar udara konvensional biasanya dirakit
di tempat instalasi.Dalam hal ini, semua komponen diletakkan pada fondasi,
kemudian ditutup dengan plat baja sehingga berbentuk kotak atau lemari,
kemudian dicat dan diisolasi.
Pada saat ini mesin penyegar udara dirakit di tempat instalasi hanya
pada keadaan tertentu aja, misalnya ruangan yang tersedia tidak sesuai dengan
bentuk dan ukuran mesin penyegar udara rakitan pabrik atau disebabkan oleh
kesulitan transportasi.
Unit penyegar udara rakitan pabrik tersedia dengan kapasitas 2000
sampai dengan 1.000.000 m3 /jam dalam berbagai ukuran.Berdasarkan
jenisnya terdiri atas jenis vertical dan horizontal.Jenis kipas udara yang
digunakan tergantung dari volume udara dan tekanan yang diinginkan.Kipas
udara yang banyak digunakan adalah jenis daun berganda. Koil udara dibuat
dari pipa tembaga yangbersirip plat alumunium. Koil udara dapat dpergunakan
untuk pemanasan dan pendinginan.Pelembaban udara yang dipakai adalah jenis
penyemprotan air dan jenis pancaran uap.Saringan udara yang digunakan
adalah fiberglass, nilon, busa vinil dan sebagainya.
Gambar 2.19. Unit Pengolah Udara
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal

1.5.2. Unit Koil Kipas Udara

Unit koil kipas udara adalah penyegar udara kecil yang dipergunakan
didalam ruangan yang terdiri dari kipas udara, motor listrik, koil udara, dan
saringan udara yang terletak pada satu kotak.Didalam unit tersebut, udara
ruangan yang dihisap masuk diatur tempertur dan kelembabannya, kemudian
dimasukkan kembali ke ruangan.Unit tersebut merupakan jenis lantai atau jenis
langit – langit yang dapat diletakkan diatas lantai ataupun digantungkan pada
langit-langit.Unit koil kipas udara dapat dipasang langsung didalam ruangan
dan pada umumnya dibatasi pada tingkat kebisingan 35 dBA pada jarak 1
meter dari unit tersebut.

Gambar 2.20. Unit Koil-Kipas Udara


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 88
1.5.3. Unit Induksi

Unit induksi seperti unit koil kipas udara yang dapat dipasang
langsung pada ruangan.Unit ini mempunyai kotak udara, nosel, koil udara
seconder dan penutup damper simpangan ataupun saringan udara.
Dalam unit induksi, udara segar dari penyegar udara sentral
dimasukkan ke dalam kotak udara primer, kemudian dialirkan melalui nosel,
sehingga udara masuk dengan kecepatan tinggi ke dalam ruangan
pencampuran. Dengan pengaruh induksi dari pancaran udara tersebut, udara
ruangan terisap dan masuk melalui koil udara sekunder sehingga dapat
didinginkan atau dipanaskan, kemudian dicampur dengan udara primer dan
masuk ke dalam ruangan yang akan disegarkan.
Perbandingan pemasukan dari udara ruangan kira kira 3 sampai 5 unit
untuk tahap pertama, dan sekitar 1 sampai 2 unit yang terakhir. Kedua unit
induksi ini dapat pula secara berturut turut disebut jenis tekanan tinggi dan
jenis tekanan rendah.
Kapasitas pendinginan dari unit induki dapat diatur oleh volume udara
primer, dengan temperatur dan kelembabannya, tetapi dapat juga diatur oleh
temperature air dingin yang dialirkan ke koil sekunder atau oleh simpangan
sekunder.Bentuk nosel dipilih sedemikian rupa agar dapat memberikan
kualitaspemasukan yang baik dan tidak terlalu bising.Untuk hal tersebut, kotak
udara primer dilapisi dengan isolator panas dan peredam kebisingan.Koil udara
biasanya terdiri dari satu baris pipa bersirip pelat yang memberikan tahanan
aliran udara relative rendah.
Unit induksi tersedia dalam jenis lantai dan jenis langit-langit yang
dapat dipasang diluar atau ditanam. Volume udara primer dan sekunder yang
terinduksi dapat diatur oleh ukuran unit maupun oleh nosel yang dipergunakan
Gambar 2.21. Unit Induksi Jenis Tekanan Tinggi
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal

Gambar 2.22. Unit Induksi Jenis Tekanan Rendah


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 89
Gambar 2.23. Pengaturan Simpangan Pada Unit Induksi
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal

1.5.4. Penyegar Udara Jenis Paket

Penyegar udara jenis paket terdiri dari peralatan penyegar dan


refrigerator yang terletak dalam satu rumah. Komponen penyegar udara yang
terdiri dari kipas udara, koil udara, saringan udara dan panic penampungan
terletak dibagian atas dari rumah. Dengan demikian udara teriduksi melalui
lubang masuk akan mencapai temperature dan kelembaban yang diinginkan.
Selanjutnya udara tersebut ditekan masuk ke ruangan plenum yang berada
dibagian atas kipas udara, kemudian masuk ke dalam ruangan.Dalam keadaan
dimana satu penyegar udara paket harus dapat melayani beberapa ruangan,
maka udara dimasukkan ke dalam ruangan melalui saluran udara dari ruangan
plenum.Koil udara yang dipergunakan biasanya jenis ekspansi langsung,
dimana refrigeran cair dari kondensor diuapkan sehingga udara yang mengalir
melalui koil udara tersebut menjadi dingin dan kering.
Bagian bawah dari penyegar udara terdapat mesin pendingin yang
terdiri dari kompresor, kondensor, pengontrol otomatik dan peralatan
listrik.Kompresor yang digunakan adalah jenis torak maupun putar. Motor
listrik yang digunakanberdaya 7,5 KW dan biasanya berjenis hermatik, dimana
motor dan kompresornya terbungkus dalam satu rumah. Kondensor yang
digunakan dapat dipakai kondensor berpendingin udara atau berpendingin air.
Penyegar udara jenis paket berkapasitas antara 3 sampai 10 TR (Ton
Refrigeran) dan dirancang untuk memberikan kenyamanan normal maupun
untuk keperluan industry dan keperluan lainnya, dimana dapat diperoleh udara
bertemperatur dan berkelembaban rendah.
Pada jenis ini, banyak dipergunakan kipas udara jenis daun banyak,
dengan pengisapan tunggal untuk jenis unit berkapasitas kecil atau pengisapan
ganda untuk unit berkapsitas besar.Koil udara terbuat dari tembaga dengan
sirip alumunium dari jenis ekspansi langsung dengan refrigeran R-12, R-22,
atau R-500. Selama proses pendinginan, air yang ada dalam udara mengembun
pada koil pendigin dan dialirkan keluar melalui panci penampung

Gambar 2.24. Penyegar Udara Jenis Paket


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 91
Gambar 2.25. Sistem Pipa dari Penyegar Udara Jenis Paket
Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 92

1.5.5. Penyegar Udara Kamar

Penyegar udara kamar merupakan penyegar udara paket berukuran


kecil dengan kapasitas pendinginan antara 0,5 sampai dengan 2 TR. Tersedia
dalam jenis lantai, jenis langit-langit, jenis dinding dan jenis jendela.
Kondensor yang dipakai adalah kondensor berpendingin udara yang diletakkan
diluar kamar, terpisah dengan unit tersebut.Pada gambar menunjukkan
penyegar udara jenis jendela dengan kompresor torak atau kompresor
putar.Kipas udara daun banyak dipasang didalam kamar (dibagian evaporator)
sedangkan kipas udara propeller dipasang dibagian luar (dibagian kondensor).
Motor listrik menggerakkan kedua kipas tersebut. Evaporator dan kondensor
terdiri dari pipa-pipa bersirip pelat alumunium.Pengaturan temperature kamar
dapat dilakukan dengan menjalankan dan menghentikan kerja kompresor,
berdasarkan pengukuran temperature masuk.Penyegar udara ruangan biasanya
berukuran kecil, mudah dipasang dan dioperasikan, disamping itu mempunyai
kapasitas pendinginan yang cukup besar.Jenis ini banyak digunakan di rumah
maupun gedung.

Gambar 2.26. Penyegar Udara Jenis Jendela


Sumber : Arismunandar W., Saito H., 1986, Penyegaran Udara, hal 93

1.6. Perhitungan Beban Kalor Puncak

Perhitungan Beban Kalor Puncak sangat diperlukan dalam


perhitungan beban pendinginan karena berpengaruh pada besarnya panas
matahari yang diterima seluruh permukaan kereta.Perhitungan beban kalor
puncak dilakukan dengan menghitung temperatur udara luar sesaat dan
menghitung radiasi matahari tertentu.Dari kedua perhitungan tersebut dapat
diketahui besarnya beban kalor puncak serta kapan hal tersebut terjadi (jam
terpanas). Data tersebut akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
Temperatur udara luar pada suatu saat tertentu, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
−∆ t ∆ t
t0 = t0rancangan + cos 15(τ−γ )
2 2
Dimana
t0 = Temperatur Udara Luar sesaat
t0rancangan = Temperatur Udara Luar Untuk Perancangan
∆t = Perubahan Temperatur Harian
τ = Waktu Penyinaran (dalam persamaan ini, pukul 12.00
siang adalah 0, pagi hari (AM) adalah negative dan siang
hari (PM) adalah positif
γ = Saat terjadinya temperatur maksimum

1.7. Beban Pendinginan

Untuk menjamin kenyamanan suatu pengkondisian udara, maka


diperlukan perhitungan berbagai macam beban pendinginan yang terjadi pada
ruangan yang akan dikondisikan. Beban Pendinginan adalah laju kalor yang
harus diambil dari dalam ruangan untuk mempertahankan temperatur dan
kelembaban udara relatif sesuai kondisi yang diinginkan.Dari perhitungan
beban-beban pendinginan tersebut dapat kita ketahui kinerja dari sistem
pengkondisian udara untuk kenyamanan. Beban pendinginan pada ruangan
dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

Gambar 2.27. Beban Pendinginan Pada Ruangan


(Sumber : Pita, Edward G, Air Conditioning Principles and System, hal
122)
1. Beban Pendinginan Luar (External Cooling Load)

Beban pendinginan ini terjadi akibat penambahan panas ke dalam


ruangan yang dikondisikan karena sumber kalor dari luar yang masuk
melalui permukaan kereta (atap, dinding, kaca dan lantai). Sumber kalor
luar yang termasuk beban pendinginan ini adalah :

a. Penambahan panas akibat konduksi melalui dinding dan atap;


b. Penambahan panas akibat konduksi melalui lantai;
c. Penambahan panas akibat konduksi melalui kaca;
d. Penambahan panas akibat radiasi melalui kaca;
e. Infiltrasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan;
f. Ventilasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan.

2. Dinding Pendinginan Dalam (Internal cooling load)

Beban pendinginan ini terjadi karena dilepaskannya kalor sensibel


maupun kalor laten dari sumber yang ada di dalam ruangan. Sumber
kalor yang termasuk beban pendinginan ini adalah :

a. Penambahan panas karena orang yang ada di dalam ruangan;


b. Penambahan panas karena adanya pencahayaan (lampu) di dalam
ruangan;
c. Penambahan panas karena adanya peralatan-peralatan listrik atau
pemanas yang ada di dalam ruangan.

1.7.1. Perhitungan Beban Pendinginan Melalui Dinding dan Atap

Pada perhitungan beban pendinginan pada permukaan dinding dan


atap akibat konduksi sinar matahari terjadi karena adanya perbedaan
temperatur antara luar dan ruangan.Untuk perhitungannya diperlukan data
ketebalan dan konduktivitas termal dari bahan-bahan pembentuk dinding dan
atap kereta. Perhitungan dari besarnya beban pendinginan melalui dinding
dan atap kereta dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Q = U x A x CLTDc....................................................................................(2.2)
CLTDc = CLTD + LM + (78 – tr) + (ta 85)................................................(2.3)

Dimana :
Q = Laju Perpindahan Panas (Btu/Hr)
U = Koefisien Perpindahan Panas (Btu/hr ft2 F)
A = Luas pintu dan dinding gerbong tanpa kaca (ft2 )
CLTDc = Koreksi Perbedaan Temperatur Beban Pendinginan (Corrected
Cooling Load Temperature Difference) (F)
CLTD = Temperatur Beban Pendinginan (Cooling Load Temperature
Difference) (F)
LM = Faktor koreksi untuk garis lintang dan bulan perancangan
tr = Temperatur Bola Kering Ruangan (F)
ta = Temperatur Rata Rata Udara Luar (F)

Besarnya harga koefisien perpindahan panas (U) dipengaruhi oleh


harga tahanan termal (R) dari komposisi bahan yang digunakan pada suatu
struktur, yaitu lapisan udara luar dan lapisan udara dalam. Koefisien
perpindahan panas dapat dianalogikan dengan susunan tahanan listrik sebagai
berikut :

RA = Tahanan termal lapisan film udara luar


RB = Tahanan termal bahan B
RC = Tahanan termal bahan C
RD = Tahanan termal bahan D
RE = Tahanan termal lapisan film udara dalam
Maka besarnya koefisien perpindahan panas (U) dari struktur
tersebut dihitung dengan persamaan :

1
U¿ ...................................................................................................(2.4)
⅀R

L
R¿ ......................................................................................................(2.5)
k

Sehingga

⅀R¿ Rso +R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + RSi...................................................(2.6)

L1 L2 L3 L 4 L5
⅀R¿ Rso + + + + + + RSi........................................(2.7)
k1 k2 k3 k 4 k5

Dimana :
R = Tahanan termal
Rso = Tahanan termal lapisan udara luar
Rsi = Tahanan termal lapisan udara dalam
L = Tebal bahan
k = Konduktivitas termal

1.7.2. Perhitungan Beban Pendinginan Melalui Lantai

Pada perhitungan beban pendinginan pada lantai akibat konduksi


sinar matahari terjadi karena adanya perbedaan temperatur antara luar dan
ruangan.Untuk perhitungannya diperlukan data ketebalan dan
konduktivitas termal dari bahan-bahan pembentuk lantai. Perhitungan dari
besarnya beban pendinginan melalui lantai dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

Q = U x A x (ta-tr) ...............................................................................(2.8)
Dimana :
Q = Laju Perpindahan Panas (Btu/Hr)
U = Koefisien Perpindahan Panas (Btu/hr ft2 F)
A = Luas lantai (ft2 )
ta= Temperatur rata-rata udara luar (F)
t0= Temperatur bola kering ruangan

Perhitungan harga koefisien perpindahan panas (U) dapat


dihitung dengan persamaan (2.4) seperti sub bab sebelumnya.

1.7.3. Perhitungan Beban Pendinginan Melalui Kaca

Beban pendinginan melalui kaca dapat disebabkan oleh:


1. Konduksi dari sinar matahari
2. Radiasi dari sinar matahari

1.7.3.1.Perhitungan Beban Pendinginan Melalui Kaca

Pada perhitungan beban pendinginan pada kaca akibat konduksi


sinar matahari yang masuk ke ruangan. Perhitungannya dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

Q = U x Ak x CLTDc ………………..................................................(2.9)

CLTDc = CLTD + LM + (78 – tr) + (ta – 85)....................................(2.10)

Dimana :
Q = Laju Perpindahan Panas (Btu/Hr)
U = Koefisien Perpindahan Panas (Btu/hr ft2 F)
Ak = Luas kaca (ft2 )
CLTDc = Koreksi Perbedaan Temperatur Beban Pendinginan (Corrected
Cooling Load Temperature Difference) (F)
CLTD = Temperatur Beban Pendinginan (Cooling Load Temperature
Difference) (F)
LM = Faktor koreksi untuk garis lintang dan bulan perancangan
tr = Temperatur Bola Kering Ruangan (F)
ta = Temperatur Rata Rata Udara Luar (F)

1.7.3.2.Perhitungan Beban Pendinginan Malalui Kaca Akibat Radiasi

Panas yang berasal dari sinar matahari dikenal juga sebagai panas
radiasi, dimana panas radiasi dari matahari tersebut sangat mempengaruhi
beban pendinginan. Perhitungan beban pendinginan radiasi dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :

Q = SHGF x A x SC x CLF..................................................................(2.11)

Q = Laju Perpindahan Panas (Btu/Hr)


SHGF = Solar Heat Gain Factor yaitu panas matahari maksimum
yang diserap pada waktu, orientasi dan garis lintang
tertentu (Btu/hr ft2 )
A = Luas kaca (ft2 )
SC= Shading Coefficient yaitu suatu koefisien untuk faktor koreksi
berdasarkan jenis kaca
CLF = Cooling Load Factor yaitu faktor koreksi beban pendingin dari
kaca yang bergantung pada waktu
LM = Faktor koreksi untuk garis lintang dan bulan perancangan
tr = Temperatur Bola Kering Ruangan (F)
ta = Temperatur Rata Rata Udara Luar (F)

1.7.4. Perhitungan Beban Pendingin Akibat Panas Yang Dikeluarkan


Oleh Penumpang
Panas yang dikeluarkan oleh penumpang ada dua macam, yaitu kalor
laten dan kalor sensibel. Perhitungan beban pendinginan akibat panas yang
dikeluarkan penumpang dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Q p laten = ql x n .........................................................................................(2.12)
Q p sensible = qs x n x CLF...........................................................................(2.13)

Dimana :
ql = panas laten yang dipancarkan per orang (Btu/hr)
qs = panas sensible yang dipancarkan per orang (Btu/hr)
n = jumlah penumpang kereta
CLF = Cooling Load Factor untuk penumpang kereta

1.7.5. Perhitungan Beban Pendingin Akibat Panas Yang Dikeluarkan


Oleh Lampu Penerangan

Pada kereta terdapat 6 set lampu masing-masing lampu berdaya 40


Watt dan 4 set lampu masing-masing lampu berdaya 20 Watt. Perhitungan
beban pendinginan akibat panas yang dikeluarkan oleh lampu penerangan
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Qlampu = 3.4 x W x BF x CLF ..................................................................(2.14)

Dimana :
W = Kapasitas lampu (watt)
BF = Ballast Factor
CLF = Cooling Load Factor untuk lampu

1.7.6. Perhitungan Beban Pendingin Ruangan

Beban Pendinginan Ruangan terdiri atas beban ruangan sensibel


(RSH= Room Sensible Heat) dan beban ruangan laten (RLH = Room Laten
Heat) Besarnya beban pendinginan ruangan akan didapat dengan
menambahkan faktor keamanan sebesar 5 % dari seluruh beban pendinginan
baik beban sensibel maupun beban laten. Maka dapat dirumuskan sebagai
berikut :

RSH = ∑ Q sensibel x 105 % .....................................................................(2.15)


RLH = ∑ Q laten x 105 % ..........................................................................(2.16)

1.7.7. Faktor Kebocoran Saluran Udara

Didalam suatu ruangan tentu terdapat kebocoran udara yang berasal


dari peralatan atau kondisi udara yang tidak terkondisikan, maka akan terjadi
beban tambahan untuk beban sensible (RSHS = Room Sensible Heat
Supplement ) maupun beban tambahan untuk beban laten (RLHS = Room
Laten Heat Supplement). Kerugian akibat kebocoran udara yaitu sebesar 5 %
sampai dengan 30 %.Padaperhitungan beban pendinginan ini diambil rugi
kebocoran saluran udara sebesar 5 %. Dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

RSHS = RSH x 105 % ....................................... ........................................(2.17)


RLHS = RLH x 105 % ......................................... ..................,...................(2.18)

1.7.8. Perhitungan Beban Pendinginan Akibat Panas Dari


Penyusupan/Perembesan Udara Luar (Infiltrasi)

Infiltrasi pada kereta terjadi karena adanya penumpang yang keluar


dan masuk kereta pada saat kereta api dioperasikan. Sedangkan panas yang
terjadi karena infiltrasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu panas
sensibel dan panas laten. Untuk penyusupan/perembesan udara luar (infiltrasi)
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Q 1 Sensibel =  {( V (ft3) x Jumlah Penggantian Ventilasi Alamiah) +


0.24 btu/lb F
Jumlah Udara Luar} x x ∆t
Vol spesifik udara luar ¿ ¿
……………………………………………………..(2.19)
Q 1 Laten =  ( V (ft3) x Jumlah Penggantian Ventilasi Alamiah) x

0.24 btu/lb F
x (W0 –W1)………...(2.20)
Vol spesifik udara luar ¿ ¿

1.7.9. Perhitungan Beban Pendinginan Akibat Panas Dari Ventilasi


Udara

Ventilasi udara berfungsi untuk mengganti udara dalam ruang agar


dapat memberikan kualitas udara yang tinggi dalam ruangan (misalnya untuk
mengontrol suhu, mengisi oksigen, atau menghilangkan kelembaban, bau,
asap, panas, debu, bakteri di udara, dan karbon dioksida). Pada kereta terdapat
sistem ventilasi dengan menggunakan exhaust fan sebanyak 4 (empat) buah
dengan kapasitas masing-masing adalah 529,661 ft3 /min. Panas yang terjadi
karena adanya ventilasi dibedakan menjadi 2 (dua) macam panas yaitu panas
sensibel dan panas laten. Sedangkan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut:

Q Sensibel = 1,1 x CFM x (t0 – t1)..............................................................(2.21)


Q Laten = 0,68 x CFM x (Wo – W1)..........................................................(2.22)

Dimana :
CFM = Tingkatan Ventilasi Udara (ft3 /min)
to = Temperatur Udara Luar (F)
t1 = Temperatur Udara dalam (F)
Wo = Kandungan Uap air di luar ruangan (lb w/lb dry air)
W1 = Kandungan Uap air di dalam ruangan (lb w/lb dry air)

1.8. Diagram Psikrometrik


Diagram psikrometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran
udara dan uap air, yang mempunyai arti penting di dalam bidang teknik
pengkondisian udara, karena udara atmosfir tidak kering betul tetapi
merupakan campuran antaraudara dan uap air. Pada beberapa proses
pengkondisian udara, kandungan air sengaja disingkirkan dari udara, tetapi
pada proses yang lain, air ditambahkan. Pada beberapa alat terdapat proses
perpindahan kalor dan massa antara udara dan permukaan bagian yang basah.
Sebagai contohnya adalah beberapa jenis alat pelembab udara (humidifier),
penurunan kelembaban (dehumidifying) dan oil pendingin serta peralatan
penyemprot air (water spray), seperti menara pendingin dan kondensor
penguapan.Dengan menggunakan potensial entalpi, beberapa hubungan yang
mudah untuk menentukan laju perpindahan kalor dapat dikembangkan.
Pertama-tama akan dibahas tentang bagan - bagan psikometrik, pengkajian
sifat demi sifat, yang kemudian diikuti dengan pembahasan tentang proses
pengkondisian udara secara umum.
Siklus penyegaran udara dalam kereta akan diuraikan dalam diagram
psikrometrik, dimana terdapat beban pendinginan dari luar yaitu panas yang
masuk ke ruangan akibat dari konduksi dan radiasi melaui dinding dan kaca
serta panas yang masuk ke ruangan akibat adanya ventilasi dan infiltrasi dari
udara luar. Sedangkan beban dari dalam ruangan berupa panas yang
dikeluarkan oleh penumpang dan dari penerangan.
Dari grafik psikrometrik, siklus pendinginan udara dapat dilihat
dimana udara luar (1) dan udara dari ruangan yang telah dikondisikan (2)
bercampur di titik (3) dan kemudian dikembalikan ke kondensor untuk
dilakukan proses pengambilan panas ruangan sehingga suhu nya akan turun
pada titik (4). Selanjutnya udara yang bersuhu rendah tersebut akan
dikembalikan lagi ke dalam ruangan pada titik (2). Dan akan berlangsung
suatu siklus pendinginan udara.
Untuk dapat menghitung jumlah udara yang diperlukan dan
temperatur udara pada setiap sisi dan menggambarkan proses pengkondisian
udara pada grafik psikometrik, setelah mengetahui besarnya beban pendingin
diketahui adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut
Q Sensibel
GSHF = ……………………………………..(2.23)
Q Beban PEndinginan

TSH
RSHF = …………………………………..………………………..(2.24)
GTH

t 4−t abd
RSHF = …………………………………..………..………..(2.25)
t 3−t abd

Gambar 2.28. Siklus Pengkondisian Udara pada Diagram Psikrometrik (Sumber : Carrier, 1965,
Handbook Of Air Conditioning System Design, hal 116.)

1.9. Parameter – Parameter Kinerja Sistem Pengkondisian Udara

Untuk menyatakan unjuk kerja dari suatu siklus kompresi uapyang


diperhatikan adalah erfek refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompresi dan
nilai Coefficient Of Performance (COP) yang data dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 2.29. Diagram P-h Siklus Kompresi Uap (Sumber : W.F. Stoecker, J.W. Jones.
Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Terjemahan, Hara Supratman, hal 187)

1.9.1. Efek Refrigrasi (RE)

Efek refrigerasi (RE) adalah besarnya panas yang dapat diserap oleh
refrigeran per satuan massa. Besarannya dapat dihitung dengan selisih entalpi
refrigeran masuk dan keluar evaporator,mempunyai rumus :

RE = h1 –h4……………………………….…….……...…………………….(2.26)

Dimana :
h1= enthalpy keadaan titik 1 pada diagram P-h (Btu/lb)
h4= enthalpy keadaan titik 4 pada diagram P-h (Btu/lb)

1.9.2. Kerja Kompresor

Kerja kompresor (qkomp) adalah kerja yang diterima oleh refrigeran


untuk tiap satuan massa refrigeran, mempunyai rumus :

qkomp = h2 – h1….....………………….………………………………….(2.27)
Dimana :
h2= enthalpy keadaan titik 2 pada diagram P-h (Btu/lb)
h1= enthalpy keadaan titik 1 pada diagram P-h (Btu/lb)

1.9.3. Coefficient Of Performance

Coefficient Of Performance (COP) adalah perbandingan dampak


refrigerassi degan kerja kompresor, mempunyai rumus :


GSHF = ……………………………………….…………...……..(2.28)
q komp

Dimana :
RE = Refrigerating effect (h1 – h4) (Btu/lb)
Qkomp = Kerja kompresor (h2 – h1) (Btu/lb)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian

Langkah-langkah penelitian dan blok diagram perhitungan beban


pendingin dengan metode cooling load temperature difference (cltd)ini dapat
dilihat pada gambar dibawah ini

Mulai

Studi Lapangan Studi Literatur

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Tahap Pengumpulan Data

1. Data Kuantitatif
2. Data kualitatif

Perhitungan Kondisi Termal


Ruangan
Internal dan Eksternal

Perhitungan Beban Pendingin


Dengan Metode CLTD

1
1

Analisa

Hasil

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Penelitian

3.2. Alat dan Bahan


Dalam proses pembuatan tugas akhir ini, penulis menggunakan
bahan antara lain yaitu data Ruangan dan data Fungsi Ruangan. Peralatan
yang digunakan antara lain seperangkat computer, piranti lunak
pengolahan data Microsoft Exel, alat perekam visual dan alat tulis.

3.2.1. Studi Literatur

Studi literatur akan digunakan unutk mendapatkan kajian secara

teoritis, mengetahui metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan dalam penelitian ini. Teori – teori yang digunakan meliputi

teori perhitungan beban pendingin dengan metode cooling load

temperature differenceSelain itu juga dilakukan studi terhadap penelitian

penelitian yang telah ada sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai

pertimbangan dan acuan bagi penelitian yang akan dilakukan.


3.2.2. Studi Lapangan

Studi lapangan dilaksanakan untuk mengamati objek yang akan

diteliti. Dari hasil pengamatan dilapangan akan diketahui berapa beban

pendinginan yang dibutuhkan. Dari studi lapangan diharapkan dapat

diperoleh gambaran tentang pendekatan yang sesuai dengan pelaksanaan

penelitian.

3.2.3. Tahap identifikasi dan Perumusan Masalah

Tahap ini bertujuan untuk memaparkan latar belakang masalah

yang diangkat dalam penelitian, merumuskan masalah sebagai bahan yang

akan dibahas dalam penelitian, menetapkan tujuan yang akan dicapai, serta

menentukan asumsi dan batasan yang akan membantu dalam penyelesaian

masalah dalam penelitian.

3.2.4. Penentuan Kondisi Termal Ruangan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data mengenai fungsi

Ruangan Gudang di PT. Hutan Alam

3.2.5. Perhitungan Beban Pendingin Dengan Metode CLTD

Beban pendinginan untuk ruang dapat terdiri dari banyak komponen,


termasuk:
1. Konduksi panas yang diperoleh dari luar melalui atap, dinding eksterior,
skylight, dan jendela. (Ini termasuk efek matahari bersinar atas
permukaan eksterior.)
2. Radiasi matahari panas keuntungan melalui skylight dan jendela.
3. Konduksi panas diperoleh dari ruang sebelah melalui langit-langit,
dinding partisi interior, dan lantai.
4. Beban yang diperoleh dari panas internal karena orang, lampu, peralatan,
dan peralatan dalam ruang.
5. Beban karena panas, udara lembab infiltrasi ke ruang dari luar melalui
pintu, jendela,dan kecil retak di selubung bangunan.

3.2.6. Analisa

Tahap ini bertujuan untuk menganalisa hasil pengolahan data

yang telah dilakukan.

3.2.7. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini memberikan gambaran mengenai kesimpulan

dari pembahasan, serta saran – saranuntuk menunjang lebih lanjut

penelitian selanjutnya.

3.3. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 2 bulan pada bulan april sampai dengan


bulan Mei 2020 di PT. Hutan Alam
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W, dan Saito, H., 1986. Penyegaran Udara. Cetakan ke-6. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.

American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineers


(ASHRAE) Fudamental Handbook (SI), New York, 1997.

Arora, C. P, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International


Editions, Second Edition, 2001.

ASHRAE Handbook, Fundamental Chapter 27, American Society Heating,


Refrigerating and Air-Conditioning Engineer, Inc. 1997

Badan Standar Nasional, Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Pada Gedung,
(SNI) 03-6572-2001 Standar Nasional Indonesia, 2000.

Fritz Diezel: Pompa dan Kompresor.Terjemahan,Dakso Sriono.


Erlangga,Jakarta,1990.

Hara, Suratman, W.F. Stoecker, J.W. Jones. 1996. Refrigrasi dan Pengkondisian
Udara. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Holman J.P. Perpindahan kalor. Terjemahan,Jasjfi E. Erlangga, Jakarta, 1998.

McQuiston, F, C. Parker, J, D, Heating Ventilating, and Air Conditioing Analysis


and Design, USA : John Wiley and Sons, Inc, 1982.

Stoecker, W. F. dan Jones, J. W. 1996. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara.


(Terjemahan: Supratman Hara Edisi ke-2). Jakarta: Erlangga.

V.K. Jain: Refrigerating and Air Conditioning.New Delhi, 1981

https://www.indotara.co.id/cara-kerja-mesin-pendingin-ac&id=337.html ( Diakses
26 Juli 2020)

Anda mungkin juga menyukai