Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah, bahkan merupakan
sumber pendapatan utama. Dengan ini lah pemerintah menjalan kan roda kegiatannya sehari-
hari, membangun prasarana publik seperti jalan,pembangunan jembatan,membayar cicilan
hutang Negara,dll.
Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen,distributor dan konsumen
bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. Misalnya untuk mencegah penurunan dari industri
misalnya, sebagai hasil dari operasi yang tidak menguntungkan terus-menerus atau kenaikan
harga produknya atau hanya untuk mendorong untuk memperkerjakan tenaga kerja yang lebih
seperti dalam kasus subsidi upah. Contohnya adalah subsidi ekspor untuk mendorong penjualan
ekspor.
Subsidi pada beberapa bahan makanan untuk menekan biaya hidup,subsidi harga bahan bakar
minyak, dan subsidi pertanian untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai
kemandirian dalam produksi pangan.
Oleh karena itu, dalam pembahasan ini penulis merasa perlu mengangkat permasalahan tentang
pengaruh pajak dan subsidi pada keseimbangan pasar.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif
untuk mencapai kesejahteraan umum.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para
ahli diantaranya adalah :
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.
Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak
adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir
dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah
"kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak
sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara
yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur
yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945
pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dalam undang-undang."
Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara
langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraantor akan melalui jalan yang sama
kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag-
undangan.
Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan
sosial (fungsi mengatur / regulatif).
Jenis Pajak
Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:
Pajak Pusat
Sering disebut juga Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang terdiri
dari:
Pajak Penghasilan
Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan
UU Nomor 36 Tahun 2008
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009
Bea Materai
UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
Pajak Daerah
Sesuai UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak Daerah:
Pajak Provinsi terdiri dari:
Pajak Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Fungsi Pajak
Fungsi budgetair, yang disebut pula sebagai fungsi penerimaan dan sumber utama kas negara.
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah.
Fungsi regular, yang disebut pula sebagai fungsi mengatur/ alat pengatur kegiatan ekonomi.
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan
ekonomi.
Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Kas negara yang
telah terisi dan bersumber dari pajak yang telah terhimpun, harus dialokasikan untuk pembiayaan
pembangunan dalam segala bidang.
Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan. Wajib pajak harus
membayar pajak , pajak tersebut digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang.
Biaya pembangunan tersebut harus merata ke seluruh pelosok tanah air agar seluruh lapisan
masyarakat dapat menikmatinya.
Pengenaan pajak atas suatu barang yang diproduksi/dijual akan mempengaruhi harga
keseimbangan dan jumlah keseimbangan.
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut naik.
Setelah dikenakan pajak, maka produsen akan menawarkan harga jual yang lebih tinggi.
Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih tinggi daripada harga
keseimbangan sebelum pajak, sedangkan jumlah keseimbangan menjadi lebih sedikit.
Keterangan :
P = Harga
Pe = Harga Keseimbangan
Pt = Harga setelah pajak
Q = Jumlah
Qe = Jumlah Keseimbangan
Qt = Jumlah setelah pajak
E = Ekuilibrium (Keseimbangan)
t = Pajak
T = Pajak Total Pemerintah
tk = Pajak Konsumen
tp = Pajak Produsen
Fungsi permintaan
Menunjukan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen yang mempengaruhi
pada periode tertentu
P = f (Q) => P = a - bQ
Fungsi penawaran
Menunjukan hubungan antara jumlah produk yang ditawarkan produsen untuk dijual yang
mempengaruhi dalam periode tertentu.
P = F (Q) => P = a+bQ
Fungsi penawaran setelah dikenakan pajak :
Pt = a+bQ+t
Pt = F (Q)+t
Qt = F (P)-t
Qt = a+b(P-t)
Keseimbangan pasar mula-mula :
E = (Qe,Pe)
Qd = Qs
Keseimbangan pasar setelah pajak :
Et = (Qt,Pt)
Penerimaan pajak total oleh pemerintah
T = Qet x t
Pajak yang di tanggung konsumen
tk=Pet –Pe (Qt)
Pajak di tanggung produsen
tp = T – tk
Contoh:
1. Jika fungsi permintaan suatu produk ditunjukan oleh P = 25- Q dan fungsi penawaran P =
2Q+4, terhadap produk tersebut dikenakan pajak oleh permintan sebesar Rp 3 per unit.
a. Berapakah harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah dikenakan pajak?
b. Berapa besar penerimaan pajak total oleh pemerintah ?
c. Berapa besar pajak yang di tanggung oleh konsumen dan produsen ?
d. Gambarkanlah harga dan jumlah keseimbangan sebelum dan setelah pajak dalam satu diagram
!
Penyelesaian :
Harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dikenakan pajak:
Pd = Ps
25-Q = 2Q + 4
-Q – 2Q = 4 – 25
-3Q = -21
Q = 21/ 3
Q=7
Karena nilai Q = 7,maka subsitusikan nilai Q pada salah satu fungsi persamaan di atas sehingga:
P= 2Q + 4
= 2(7) + 4
= 14 + 4
= 18
Maka keseimbangan pasar sebelum pajak adalah E (7,18)
Harga dan jumlah keseimbangan pasar sesudah dikenakan pajak:
Pd=Pst
-Q-2Q = 4+3-25
-3Q = -18
Q=6
Karena nilai Q = 6, maka subsitusikan nilai Q pada salah satu fungsi persamaan di atas sehingga:
Pt= 2Q + 4 + 3
= 2(6) + 4+ 3
= 12 + 4 + 3
= 19
Maka keseimbangan pasar setelah pajak adalah Et (6,19)
Subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor
ekonomi. Subsidi yang diberikan atas produksi / penjualan barang menyebabkan harga jual
barang tersebut menjadi lebih rendah. Dampaknya harga keseimbangan yang tercipta di pasar
lebih rendah daripada harga keseimbangan sebelum atau tanpa subsidi, dan jumlah
keseimbangannya menjadi lebih banyak.
Dengan subsidi spesifik sebesar s kurva penawaran bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal
yang lebih rendah ( lebih kecil ) pada sumbu harga.
Keterangan :
P = Harga
Pe = Harga Keseimbangan
Ps = Harga setelah subsidi
Q = Jumlah
Qe = Jumlah Keseimbangan
Qs = Jumlah setelah subsidi
E = Ekuilibrium (Keseimbangan)
s = subsidi
S = subsidi dari Pemerintah
sk = Subsidi diterima Konsumen
sp = Subsidi diterima Produsen
Fungsi penawaran setelah dikenakan subsidi:
Qt = a+b(P+s)
Qt = F (P)+s
Ps = a+bQ-s
Ps = F (Q)-s
Keseimbangan pasar mula-mula:
E = (Qe,Pe)
Qd = Qs
Keseimbangan pasar setelah subsidi:
Es =(Q s , P s)
Penyelesaian :
Harga dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi
Pd = Ps
20-Q = 2Q + 5
-Q – 2Q = 5 – 20
-3Q = -15
Q = 15/ 3
Q=5
Karena nilai Q = 5, maka subsitusikan nilai Q pada salah satu fungsi persamaan di atas sehingga:
P = 2Q + 5
= 2(5) + 5
= 10 + 5
= 15
Maka keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah E (5,15)
Harga dan jumlah keseimbangan setelah subsidi
Pd=Pss
20-Q = 2Q + 5 -3
-Q-2Q = 5-3-20
-3Q = -18
Qs = 6
Karena nilai Qs = 6, maka subsitusikan nilai Q pada salah satu fungsi persamaan di atas
sehingga:
Ps =2Q + 5 - 3
=2(6) + 5 - 3
= 12 +5 – 3
= 14
Maka keseimbangan pasar setelah pajak adalah Es (6,14)
Besar subsidi yang diberikan oleh pemerintah
S = Qes x s
S = (6) (3)
S = 18
Subsidi yang dinikmati oleh:
Konsumen
sk = (Pe – Ps) (Qes)
= (15 – 14) (6)
= 1.6
= 6
Produsen
sp = S –sk
= 18 – 6
= 1
Pengaruh Pajak dan Subsidi pada Keseimbangan Harga Pasar
Terciptanya keseimbangan harga pasar disebabkan karena adanya interaksi antara rumah
tangga konsumen dan rumah tangga produsen. Sekarang bagaimana jika ada sektor lain yang ikut
berinteraksi dalam terciptanya harga keseimbangan tersebut, yaitu sektor pemerintah melalui
pengenaan pajak dan subsidi ? Pengenaan pajak oleh pemerintah akan mempengaruhi
keseimbangan harga pasar yaitu akan menggeser kurva penewaran ke kiri sehingga harga akan
naik dan jumlah barang yang diminta konsumen berkurang. Demikian juga jika pemerintah
memberikan subsidi juga akan mempengaruhi harga keseimbang pasar yaitu menggeser kurva
penawaran ke kanan sehingga harga akan turun dan jumlah barang yang diminta konsumen
bertambah. Mengapa yang bergeser kurva penawaran bukan kurva permintaan ? Karena
pengaruh pengenaan pajak dan subsidi pada harga terletak pada penentuan harga pada produsen
sebagai sektor yang mengusahakan barang dan jasa.
Penjelasan pengaruh pajak dan subsidi terhadap harga keseimbangan pasar dapat
dijelaskan lebih mudah melalui pendekatan matematis seperti dibawah ini.
Qd = a – b Pd
atau
Pd = (a/b) - (1/b)Qd
Qd = Jumlah barang atau jasa yang diminta
Pd = Harga permintaan
Qs = a + b Ps
atau
Ps = -(a/b) + (1/b)Qs
Qs = Jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
Ps = Harga penawaran
Qd = Qs dan Pd = Ps
Fungsi Penawaran dengan adanya Pengenaan Pajak ( Tx) dan Subsidi ( Sb) :
Contoh Kasus :
Qd = 10 – Pd atau Q = 10 – P
Q = 10 -(4)
Q =6
Keseimbangan sebelum pajak dan subsidi tercapai pada titik Eq( 6 , 4 )
Pengaruh Pajak :
Pd = 10 – Qd
Ps = -2 + Qs + Tx atau Ps = -2 + Qs + 6
10 – Q = -2 + Q + 6
-Q – Q = -10 -2 + 6
-2Q = -12 + 6
-2Q = -6
Q = -6/-2
Q=3
Q = 10 – P
3 = 10 -P
P = 10 – 3
P=7
Keseimbangan harga setelah adanya pajak Eq( 3 , 7)
Pengaruh subsidi :
Pd = 10 – Qd
Ps = -2 + Qs – Sb atau Ps = -2 + Qs - 4
Q = 10 – P
8 = 10 – P
P = 10 -8
P=2
Keseimbangan harga setelah adanya subsidi Eq( 8 , 2)
Dari soal kasus di atas dapat disimpulkan bahwa keseimbangan harga awal pada tingkat
harga Rp.4,00 dengan jumlah komoditas diminta atau komoditas yang ditawarkan baik oleh
konsumen maupun produsen sebesar 6 unit. Keseimbangan harga dengan adanya pengenaan
pajak sebesar Rp. 6,00 per unit maka keseimbangan bergeser pada titik harga Rp. 7,00 dengan
jumlah komoditas baik yang diminta atau ditawarkan sebesar 3 unit. Sedangkan jika dikenakan
subsidi sebesar Rp.4,00 per unit maka keseimbangan akan bergeser pada tingkat harga Rp.2,00
dengan jumlah komoditas yang diminta atau ditawarkan sebesar 8 unit. Jelas dengan adanya
pengenakaan pajak mengakibatkan tingkat harga naik dan jumlah barang yang diminta atau
ditawarkan turun, sedangkan jika pengenakan subsidi mengakibat tingkat harga turun dan jumlah
komoditas diminta atau ditawarkan naik.
PENGARUH PAJAK DAN SUBSIDI PADA KESEIMBANGAN PASAR
Adanya pajak yang dikenakan pemerintah atas penjualan suatu barang akan menyebabkan
produsen menaikkan harga jual barang tersebut sebesar tarif pajak per unit (t), sehingga fungsi
penawarannya akan berubah yang pada akhirnya keseimbangan pasar akan berubah pula.
6 b. Besar pajak per unit yang ditanggung konsumen, sebesar selisih harga keseimbangan setelah
pajak dengan harga keseimbangan sebelum pajak yaitu: = 2 per unit. ME t = ( 6, 9 ) ME = ( 8, 7)
7 c. Besar pajak per unit yang ditanggung produsen, sebesar selisih tarif pajak per unit yang
dikenakan dengan besar pajak per unit yang ditanggung konsumen, yaitu: = 1 per unit. d. Besar
penerimaan pajak total oleh pemerintah, adalah perkalian tarif pajak per unit dengan jumlah
keseimbangan setelah pajak, yaitu: 3 x 6 = 18. ME t = ( 6, 9 )
8 Grafik keseimbangan pasar setelah kena pajak ini ditunjukkan oleh Gambar :
Q P 6 E (8, 7) 8 St S Et (6, 9) 3 12 15 9 2 4 10 14 P = 0,5 Q + 6 P = 0,5 Q + 3 P = 15 - Q
Jenis-jenis pajak
Jenis pajak berdasarkan pihak yang mengatur:
1. Pajak langsung,
Pajak yang pembayarannya harus di tanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak boleh di
alihkan kepada pihak lain.
Contoh : PPh(pajak penghasilan), PBB (pajak bumi dan bangunan)
2. Pajak tidak langsung,
Pajak yang pembayarannya dapat di alihkan kepada pihak lain.
Contoh : PPn(pajak penjualan), ppn-bm,materai dan bea cukai
Contoh 1:
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q, sedangkan
penawaranannya P = 3 + 0,5Q. Terhadap barang tersebut dikenakan pajak sebesar 3 perunit.
Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum pajak dan berapa pula jumlah
keseimbangan sesudah pajak ?
Jawab:
1) Keseimbangan Sebelum Pajak:
a) Pd = Ps
15 – Q = 3 + 0,5Q
15 – 3 = Q + 0,5Q
12 = 1,5Q
Q = 8
Dengan Q = 8,
maka: P = 15 – Q
= 15 – 8
P= 7
Jadi keseimbangan sebelum adanya pajak adalah jumlah barang yang ditawarkan (Q) = 8 dan
harga barang (P) = 7.
b) Qd = Qs
Dengan cara terlebih dahulu merubah:
Fungsi Permintaan : P = 15 – Q ⟹ Q = 15 – P
Fungsi Penawaran : P = 3 + 0,5Q ⟹ Q = -6 + 2P
Sehingga:
Qd = Qs
15 – P = -6 + 2P
15 + 6 = P + 2P
21 = 3P
P=7
Dengan P = 7,
maka: Q = 15 – 7
Q= 8
Jadi keseimbangan sebelum adanya pajak adalah jumlah barang yang ditawarkan (Q) = 8 dan
harga barang (P) = 7.
P = 3 + 0,5 Q + 3
P = 6 + 0,5Q
a) Pd = Ps + t
15 – Q = 6 + 0,5Q
15 – 6 = Q + 0,5Q
9 = 1,5Q
Q=6
Dengan Q = 6,
maka : P = 15 – Q
P = 15 – 6
P=9
Jadi sekarang titik keseimbangan yang baru setelah adanya pajak adalah jumlah barang yang
ditawarkan (Q) = 6 dengan tingkat harga (P) = 9.
b) Qd = Qs + t
Dengan P = 9,
maka: Q = 15 – 9
Q= 6
Jadi sekarang titik keseimbangan yang baru setelah adanya pajak adalah harga menjadi (P) = 9
dan jumlah barang yang ditawarkan menjadi (Q) = 6.
Contoh 2:
Diketahui suatu produk ditunjukkan fungsi penawaran: P = 7 + Q dan fungsi permintaan: P = 16
– 2Q. Produk tersebut dikenakan pajak sebesar Rp. 3,-/unit.
a) Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum & sesudah pajak?
b) Berapa besar penerimaan pajak oleh pemerintah ?
c) Berapa besar pajak yang ditanggung kosumen dan produsen ?
Jawab :
Dengan Q = 3, maka: P = 7 + 3 = 10
Jadi keseimbangan sebelum adanya pajak adalah jumlah barang yang ditawarkan (Q) = 3 dan
harga barang (P) = 10.
Dengan Q = 2,
maka : P = 10 + Q
P = 10 + 2
P = 12
Jadi sekarang titik keseimbangan yang baru setelah adanya pajak adalah jumlah barang yang
ditawarkan (Q) = 2 dengan tingkat harga (P) = 12.
c) Besar Pajak yang ditanggung konsumen (Tk) dan Produsen (Tp)
Tk = Harga setelah pajak – harga sebelum pajak
= 12 – 10
Tk = 2
Jadi besarnya pajak yang ditanggung konsumen sebesar : Rp 2.
Misalnya sebelum dikenakan pajak, permintaan dan penawaran suatu produk adalah sebagai
berikut:
QD = 5 – ½P
QS = P – 1
Kemudian pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp 3/unit.
Tentukan:
1) Harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak dikenakan.
2) Total penerimaan pajak oleh pemerintah.
3) Besar pajak yang ditanggung konsumen dan produsen.
Cara 1:
Nyatakan masing-masing persamaan di atas dalam bentuk P = f(Q), sehingga diperoleh persamaan
permintaan P = 10 – 2Q dan persamaan penawaran P = Q + 1. Selanjutnya, penyelesaian dilakukan
sebagaimana Contoh 1 di atas.
Cara 2: [Penyelesaian tidak dilakukan dengan mengubah persamaan ke dalam bentuk P = f(Q)]
Keseimbangan pasar sebelum pajak:
QD = QS
5 – ½P = P – 1
1½P = 6
P=4
Substitusikan P = 4 ke dalam persamaan QD atau QS, maka akan diperoleh jumlah keseimbangan pasar
sebanyak 3 unit. Jadi, sebelum pajak harga keseimbangan pasarnya adalah Rp 4/unit dengan
jumlah keseimbangan sebanyak 3 unit. [Bandingkan hasil ini dengan Contoh 1; hasilnya sama!]
Dengan dikenakannya pajak sebesar Rp 3/unit, fungsi penawaran akan menjadi Q ST = (P – 3) – 1 = P – 4.
Untuk menentukan harga dan jumlah keseimbangan pasar yang baru, selesaikan persamaan Q ST = QD.
P – 4 = 5 – ½P
1½P = 9
P=6
Untuk menentukan jumlah keseimbangan pasar yang baru, substitusikan P = 6 tersebut ke dalam
persamaan QST atau QD, akan diperoleh jumlah keseimbangan pasar yang baru, yaitu 2 unit.
Jadi, setelah pajak harga keseimbangan pasarnya adalah Rp 6/unit dengan jumlah keseimbangan
sebanyak 2 unit. [Bandingkan hasil ini dengan Contoh 1; hasilnya sama!]
Diketahui: P = -22 + 10Q dan P = 28 - 4Q dan pajak sebesar 50%. Carilah harga keseimbangan
Jawab:
Pd = Ps + t
28 - 4Q = -44 + 20Q
-24Q = -72
Q=3
P = 28 - 4Q
= 28 - 4(3)
P = 16
Jadi keseimbangan setelah adanya pajak adalah: harga (P = 16) dan jumlah barang pada titik
keseimbangan berada pada Q = 3.
Jawab:
1) Keseimbangan Sebelum Subsidi:
a) Pd = Ps
15 – Q = 3 + 0,5Q
15 – 3 = Q + 0,5Q
12 = 1,5Q
Q= 8
Dengan Q = 8,
maka: P = 15 – Q
= 15 – 8
P = 7
Jadi keseimbangan sebelum adanya subsidi adalah jumlah barang yang ditawarkan (Q) = 8 dan
harga barang (P) = 7.
b) Qd = Qs
Dengan cara terlebih dahulu merubah:
Fungsi Permintaan : P = 15 – Q ⟹ Q = 15 – P
Fungsi Penawaran : P = 3 + 0,5Q ⟹ Q = -6 + 2P
Sehingga:
Qd = Qs
15 – P = -6 + 2P
15 + 6 = P + 2P
21 = 3P
P =7
Dengan P = 7,
maka: Q = 15 – 7
Q= 8
Jadi keseimbangan sebelum adanya subsidi adalah jumlah barang yang ditawarkan (Q) = 8
dan harga barang (P) = 7.
2) Keseimbangan Setelah Subsidi
Subsidi hanya akan mempengaruhi fungsi penawaran saja sementara fungsi permintaan tetap.
Oleh karena subsidi yang dikenakan terhadap barang sebesar 1,5, maka fungsi penawaran
berubah menjadi:
P = 3 + 0,5 Q – 1,5
P = 1,5 + 0,5Q
Sekarang keseimbangan setelah adanya subsidi menjadi:
a) Pd = Ps – s
15 – Q = 1,5 + 0,5Q
15 – 1,5 = Q + 0,5Q
13,5 = 1,5Q
Q = 9
Dengan Q = 9,
maka : P = 15 – Q
P = 15 – 9
P=6
Jadi sekarang titik keseimbangan yang baru setelah adanya subsidi adalah jumlah barang yang
ditawarkan (Q) = 9 dengan tingkat harga (P) = 6.
b) Qd = Qs - s
Dengan cara terlebih dahulu merubah:
Fungsi Permintaan : P = 15 – Q ⟹ Q = 15 – P
Fungsi Penawaran : P = 3 + 0,5Q (sebelum subsidi)
P = 3 + 0,5Q - 1,5 (setelah subsidi)
P = 1,5 + 0,5Q ⟹ Q = -3 + 2P
Sehingga:
Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P
15 + 3 = P + 2P
18 = 3P
P =6
Dengan P = 6,
maka: Q = 15 – 6
Q= 9
Jadi sekarang titik keseimbangan yang baru setelah adanya subsidi adalah harga turun menjadi
(P) = 6 dan jumlah barang yang ditawarkan naik menjadi (Q) = 9.
Contoh 2 :
Permintaan akan suatu komoditas dicerminkan oleh Qd = 12 – 2P sedangkan penawarannya Qs =
-4 + 2P. Pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp. 2,- setiap unit barang.
a. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan sebelum subsidi ?
b. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan sesudah subsidi ?
c. Berapa bagian dari subsidi untuk konsumen dan produsen ?
d. Berapa subsidi yang diberikan pemerintah ?
Jawab:
a.) Keseimbangan pasar sebelum subsidi
Qd = Qs
12 – 2P = -4 + 2P
12 + 4 = 2P + 2P
16 = 4P
P = 4
Dengan P = 4,
Maka:
Q = 12 – 2P
= 12 – 2(4)
= 12 – 8
Q=4
Jadi keseimbangan pasar sebelum adanya subsidi adalah jumlah barang yang ditawarkan (Q) = 4
dan harga barang (P) = 4.
Contoh 3:
Fungsi Permintaan suatu barang adalah: Qd = 10 – Pd dan fungsi penawarannya adalah: Qs = 2 +
Ps. Jika pemerintah mengenakan Pajak pajak sebesar 6 atau subsidi Sb = 4. Tentukan
keseimbangan harga sebelum dan sesudah pajak serta sebelum dan sesudah subsidi!
Jawab :
Qd = 10 – Pd atau Q = 10 – P
Q = 10 -(4)
Q=6
Keseimbangan sebelum pajak dan subsidi tercapai pada titik Eq ( 6 , 4 )
Pengaruh Pajak :
Qd = 10 – Pd ⟹ Pd = 10 – Qd
Qs = 2 + Ps ⟹ Ps = -2 + Qs + Tx atau Ps = -2 + Qs + 6
10 – Qd = -2 + Qs + 6 atau
10 – Q = -2 + Q + 6
-Q – Q = -10 -2 + 6
-2Q = -12 + 6
-2Q = -6
Q = -6/-2
Q=3
Q = 10 – P
3 = 10 -P
P = 10 – 3
P=7
Keseimbangan harga setelah adanya pajak Eq( 3 , 7)
Pengaruh subsidi:
Pd = 10 – Qd
Ps = -2 + Qs – Sb atau Ps = -2 + Qs - 4
Pada saat keseimbangan tercapai maka Pd = Ps
10 – Qd = -2 + Qs - 4 atau
10 – Q = -2 + Q - 4
-Q – Q = -10 – 2 - 4
-2Q = -16
-2Q = - 16
Q = -16/-2
Q=8
Q = 10 – P
8 = 10 – P
P = 10 -8
P=2
Keseimbangan harga setelah adanya subsidi Eq( 8 , 2)
Soal Latihan:
1. Diketahui fungsi sebagai berikut:
P = 12 - Q
P = 3 + 2Q
Pemerintah mengenakan pajak sebesar 2/unit dan subsidi sebesar 2/unit pada setiap unit yang
diproduksi.
Tentukan:
a) Nilai keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi
b) Nilai keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
c) Total Pajak yang diterima pemerintah.
d) Besar pajak yang ditanggung konsumen
e) Besarnya pajak yang ditanggung produsen.
2. Diketahui suatu perusahaan barang mempunyai, fungsi permintaan dan fungsi penawaran
sebagai berikut :
D : P = 40 – 2Q dan S : P = Q + 4
Ditanyakan:
a) Bila dikenakan pajak sebesar Rp. 3,00 per unit, tentukan keseimbangan sebelum dan
setelah pajak!
b) Tarif Pajak dan total pajak yang dibayar konsumen
c) Tarif Pajak dan total pajak yang dibayar produsen
d) Total pajak yang diterima pemerintah
3. Fungsi Permintaan suatu barang yang ditunjukan oleh persamaan: P = 45 - 4Q dan fungsi
Penawarannya ditunjukan oleh persamaan: P = 5 + Q. Barang tersebut diberikan subsidi sebesar
Rp 4 per unit.
1) Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar sebelum dan
sesudah subsidi?
2) Berapakah subsidi yang dinikmati konsumen, produsen dan yang diberikan oleh pemerintah?
4. Permintaan akan suatu komoditas dicerminkan oleh Q d = 12 – 2P sedangkan penawarannya Qs =
-4 + 2P pemerintah mengenakan pajak Rp 2 dan subsidi sebesar Rp. 2,- setiap unit barang.
Pertanyaan:
a. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan sebelum dan sesudah subsidi?
b. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan sebelum dan sesudah pajak?
c. Berapa bagian dari pajak dan subsidi untuk konsumen dan produsen?