Anda di halaman 1dari 29

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN MASALAH


SEPSIS NEONATRUM DI BANGSAL AN NUR RSU PKU
MUHAMMADIYAH BANTUL

KELOMPOK B9:

1. Risa Riyanti (1910206095)


2. Obid Kobidurrizki (1910206094)
3. Nisma Septianingsih (1910206101)
4. Belliana Pertiwi (1910206170)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit sepsis neonatus masih menjadi problem yang serius pada Negara –

negara berkembang,walaupuntidak secara masif penyakit ini menyebabkan

angka mortalitas,penderitanya sebesar (1,8 –18/1000 kelahiran hidup), faktanya

kejadian sepsis neonatus di setiap rumah sakit masih terus terjadi dengan kasus

yang beragam sehingga secara otomatis adanya kematian pun tetap ada akibat

penyakit ini. Penyakit ini pun menjadi salah satu penyebab utama

mortalitasneonatus yaitu sebesar (42%) hal initerjadi pada negara maju (Gerdes,

2004).Menurut data riset kesehatan dasar tahun (2007) di Indonesia angka

kematian neonatus berumur 7 –29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %),

malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %) (Soendoro, 2008).

Akibat dari AKB (Angka Kematian Bayi) melalui adanya komplikasi

dalam ibu melahirkan yaitu : (a) Kelainan pada letak/presentasi janin, (b)

distosia, (c) tekanan darah tinggi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (d)

Perdarahan setelah persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan

prematur, (g) Kehamilan kembar. Sehingga adanya penanganan terhadap

komplikasi saat kehamilan (kebidanan) khususnya untuk daerah Provinsi Jawa

Tengah tahun 2011 yaitu sebesar 126.440 (20% dari jumlah ibu hamil) dan

yang diberikan penanganan terhadap kehamilan komplikasi tahun 2011 sebesar

75,28% (DinkesJateng, 2011).Di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo)

Jakarta pada periode Desember 2006 –Juli 2007, terdapat angka 2.296 neonatal

dan terdapat kasus sebesar 334 pasien yang teridentifikasi sepsis untuk pertama
kalinya dari biakan darah (+) yaitu sebanyak 148 kasus (44,3%) (Juniatiningsih,

dkk.,2011). Bahkan dari hasil penelitian yang dilakukan Yulidar, dkk2006dari

periode Desember 2004 –November 2005di RSUD Dr.Moewardi Surakarta

menyatakan terdapat angka kejadian sepsis neonatus sebesar 97 kasus dan percepatan

kematian sebesar 240% (39 infants) (Yulidar,dkk., 2007).Angka kejadian ini

meningkat secara signifikan pada 2010 sebesar 534 kasus (Indrawarman, 2012).

Terjadinya suatu gejala dan tanda-tanda yang tidak spesifik pada sepsis

neonatus membuat kendala tersendiri dalam penegakan diagnosis,pasalnya dari

gejala dan tanda itu bisa saja menyerupai pada keadaan tertentu penyakit lain

contohnya pada keadaan noninfeksi,sedangkan diagnosasangat menentukan proses

terapi (Kemenkes,2010), dapat dikatakan proses penegakan diagnosis menjadi

salah satu aspek terpenting dalam keberhasilan terapi dan kesembuhan penyakit.

Karena salah satu penyebab sepsis bisa diakibatkan oleh bakteri, maka terapi

pada penyakit ini menggunakan antibiotik,antibiotik bekerja dengan bakterisid

maupun bakteriostatik, dampak buruk dari tidak tepatnya pemberian antibiotika

adalah terjadinya resistensi kuman penyebab penyakit, apalagi pasien disini

adalah neonatus, sehinggga efek samping yang buruk dari antibiotik dapat

mengancam neonatus kapanpun dan lebih buruk lagi adalah kematian,sehingga

kecepatan dan ketepatan terapi perlu menjadi perhatian yang lebihbagi pihak

terkait(Depkes, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan ringkasan diatas, memberi dasar bagi penulis untuk merumuskan

asuhan keperawatan dengan diagnoseSespsis Neonatrum pada By.F di kamar bayi An

nur RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan anak dengan masalah

utamaSespsis Neonatrum pada By.F di kamar bayi An nur RSUPKU Muhammadiyah

Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada By.F?

b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada By.F?

c. Menyusun intervensi sesuai dengan diagosa pada By.F?

d. Melakukan implementasi keperawatan pada By.F A?

e. Mengevaluasi pelaksanaan asuha keperawatan pada By.F?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan

gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok

septik. (Doenges, 1999)

Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus

dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis

neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa

pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi,

2003)

Sepsis neonatus adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh adanya respon

suatu inflamasi secara sistemik (SIRS) akibat adanya reaksi infeksi yang disebabkan

dari berbagai mikroorganisme bakteri, jamur, virus ataupun parasit (Kemenkes, 2010)

B. Etiologi

Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,

virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri

seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia

Coli, Group B streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009)

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya

sepsis pada neonatus adalah:

1. Perdarahan

2. Demam yang terjadi pada ibu

3. Infeksi pada uterus dan plasenta

4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)


5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan)

6. Proses kelahiran yang lama dan sulit.

C. Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk

(Maryunani, 2009) yaitu:

1. Sepsis dini/Sepsis awitan dini

Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir

(kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in

utero

2. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)

Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari

lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)

D. Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan

endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan

ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan

metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak

kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis

metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation

(DIC) dan kematian.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu

setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat

menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari,

hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain

malaria, sifilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena

kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.

Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui

umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion

yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus

digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada

lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat

terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir

yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika,

dan n.gonnorea).

3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah

kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar

rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus,

selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang

ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi

juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.


E. PATHWAY

Etiologi

Anternatal Intranatal Postnatal

Perawatan Procedure
Penyakit infeksi Perawatan bbl
anternatal yang invasiv
sebelum kehamilan Persalinan Ketuban Premature, yang tidak baik
tidak memadai
yang tidak pecah BBLR
Peningkatan resiko
hyginis Kemampuan
Kuman melawati infeksi nasokomial
Meningkatkan Inhalasi Imaturitas imunitas rendah
ambilikal dan plasenta kulit dan selaput
invasi kuman Meningkatkan amnion sistem imun
yang lendir tipis dan
invasi kuman
terinfeksi mudah rusak
Masuk kesirkulasi Peningkatan Masuk ketubuh
Masuk ketubuh janin bayi
Masuk resiko infeksi
bayi
ketubuh bayi Masuk ke sel Rentan terhadap
cerna dan sel infeksi
nafas

Sepsis neonatorum

Infeksi sistemik melalui peredaran darah


Instabilitas Saluran pernafasan Saluran pencernaan Sistem
termoreguler kardiovaskuler

Mual muntah
Hipertermi dan Perubahan ambilan anoreksia Hipotensi kulita
hipotermi dan penggunaan lembab, pucat dan
oksigen sianosis
Gangguan nutrisi
kurang dari
Dipsnea, takipnea, kebutuhan tubuh Ketidak efektifan perfusi
apnea jaringan perifer

Gangguan pola
nafas
F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta

dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat

ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.

1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan

pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih,

retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada

paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat

intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan infeksidengan perubahan paru,

infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian

disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan leukotrien.

2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari

telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam

manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis

yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami

infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan

penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar

menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal

terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang

lain seperti ekstensor kaku.


3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh

bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri

atau dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik.

4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis

bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta

nanah yang keluar dari telinga

5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak

terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi

terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus.

Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan

bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling

berhubungan baik dari perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda neurologi

bahkan psikologinya saling berhubungan.

G. Komplikasi

1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice

Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari

keadaan septik. Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari

asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke

metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi

mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral,

upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik.

Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang

dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi
baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis

yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.

2. Dehidrasi

Kekurangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang

kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia..

3. Hiperbilirubinemia dan anemia

Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang

berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel

darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin

merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang

memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah

merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan).

Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam

darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah

hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini

(anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi

hemoglobin sering terjadi.

4. Meningitis

Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak)

melalui aliran darah.

5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)

Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif

yang mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang

mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu

pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel
yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi

dan emboli pada mikrovaskular.

H. Pemeriksaan Penunjang

Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi

diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan.

Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus,

penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms udara dibedakan

dari yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi

radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga

osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006)

Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan

diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk

menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi,

umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia.

Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas.

Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan

umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan

isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua

atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan

biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika. Pemeriksaan

lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang

merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase

akut bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003).

I. Penatalaksanaan

1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal,

untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia

dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus

septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:

a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap

normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus

dipantau secara teratur.

b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi

yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10

menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45

menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml

per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang

adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari

atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.

c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres

pernapasan atau sianosis

d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak

memadai

e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan

perdarahan

f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki

perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.

g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,

aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan

perawatan ahli
2. Terapi pengobatan

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya

memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan

mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan

adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin

atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

J. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya

memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah

diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah

ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain

sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

K. Pencegahan

Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus. Tanpa

pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu

singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat

mencegah terjadinya kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003)

Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :

1. Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu

secara bekala,imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita

ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang


dapat menurunkan kesehatan ibu dang jani, rujukan segera ke tempat

pelayanan yang memadai bila diperlukan.

2. Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara

aseptik, dalam arti persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan

intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkindilakukan ( bila benar-benar

diperlukan ). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses

persalinan,melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari

perlukaan kulit dan selaput lendir.

3. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat

gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan

lingkungan dan peralatan tetap persih, setiap bayi menggunakan peralatan

sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan infasif harus

dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput

lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan

sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara

teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua

personel yang menangani atau bertugas dikar bayi harus sehat. Bayi yang

berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional,

sedapat mungkin memalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.

L. Prognosis

Pada umumnya ngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10% - 40

% dan pada meningitis 15% - 50%. Angka tersebut berbeda-beda tergantung dari

waktu timbulnya penyakit penyebabnya, cara dan waktu awitan penyakit, derajat

prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan

ruang bayi atau unit perawatan.


Etiologi :
Manifestasi Klinis:
- Bakteri
a. Gangguan nafas
- Virus
b. Penurunan kesadaran
- Parasit
c. Hipertermia
- jamur
d. Tidak mau menyusu
e. Kemerahan sekitar umbilikus

Komplikasi :
1. Hipertermia, hiperglikemia, asidosis metabolic
jaundice Klasifikasi :
2. Dehidrasi SEPSIS NEONATORUM 1. Sepsis Dini / sepsis awitan dini
3. Hiperbilirubinemia dan ane,ia Infeksi perinatal yang terjadi segera
4. Meningitis Infeksi berat yang diderita dalam periode setelah lahir (< 72 jam)
5. Disseminated intravaskuler coagulation (DIC) neonates dengan gejala sistemik diperoleh pada saat proses kelahiran
dan terdapat bakteri dalam darah 2. Sepsis Lanjutan / sepsis nasokomial
Infeksi setelah lahir (>72 jam) diperoleh
dari lingkungan sekitar/rumah sakit

Pemeriksaan Penatalaksanaan :
penunjang : - Perawat supostif
- Radiografi - Terapi pengobatan
- Pemeriksaan LAB
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. DATA IDENTITAS

Nama : By. F

Tempat tanggal lahir : 19-10-2019

Nama ayah/ibu : Bp.N dan Ny.M

Pekerjaan ayah : Buruh

Pekerjaan ibu : Penjahit

Alamat : Kalinongko Rt 05, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa, Indonesia

Pendidikan ayah : SMP

Penddikan ibu : SMK

No RM : 10.36.xx.xx

Diagnosa medis : Sepsis Neonatrum, Infeksi Umbilikus

Tanggal masuk RS : 02-11-2019

Tanggal pengkajian : 04-11-2019

II. KELUHAN UTAMA

1. Alasan utama dibawa ke rumah sakit

By.F panas dan tali pusar bengkak.

2. Tanda dan gejala yang dilihat oleh keluarga


Panas, bengkak dan kemerahan pada pusar yang baru dipuput satu minggu yang

lalu.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a. Prenatal

 ANC : 8 kali kunjungan kehamilan. Pendidikan kesehatan yang

diberikan adalah gizi saat masa kehamilan dan persiapan apa saja saat

akan melahirkan. Tempat periksa di Bidan Delima desa.

 Kenaikan BB selama hamil kurang lebih 4 kg

 Komplikasi kehamilan : Mual dan muntah (pada saat trimester 1),

hipertensi

 Komplikasi obat : -

 Obat-obat yang didapat : Vitamin penambah darah

 Riwayat hospitalisasi : Di rawat di RS karena infeksi lambung.

 Golongan darah ibu : O

b. Intranatal

 Awal persalinan : Merasakan mual dan muntah hanya sebentar saat

trimester I

 Lama persalinan (Kala I-IV) : 5 jam 50 menit (dari pukul 20.00 s/d 01. 50

WIB

 Komplikasi persalinan : Hipertensi

 Terapi yang diberikan : Obat anti Hipertensi, Vitamin penambah darah

 Cara melahirkan : Normal

 Tempat melahirkan : Rumah Bidan Delima

c. Postnatal
 Usaha nafas : Spontan

 Kebutuhan resusitasi

Apgar score : 9 (tidak dibutuhkan resusitasi)

 Obat-obatan yang diberikan pada neonatus : Vitamin

 Interaksi orang tua dan bayi : Setiap hari ibu selalu mendampingi bayi.

 Trauma lahir :-

 Keluarnya urin/BAB : -

 Respon fisiologis atau perilaku bermakna : Bayi menangis kuat

2. Penyakit waktu kecil : Tidak ada

3. Pernah dirawat di rumah sakit, jelaskan : Belum pernah

4. Obat-obatan yang digunakan

5. Tindakan (operasi) : -

6. Alergi : Bayi tidak mempunyai alergi

7. Kecelakaan : -

8. Imunisasi yang telah didapatkan : Hbo

IV. RIWAYAT KELUARGA DISERTAI GENOGRAM

 Bapak bayi mempunyai riwayat DM

 Ibu bayi mempunyai riwayat Hipertensi

GENOGRAM

x x
Keterangan :

: Laki-laki : Garis perkawina

: Perempuan : Garis keturunan

: Meninggal : Tinggal satu rumah


x : Bayi (pasien)

V. RIWAYAT SOSIAL

1. Yang mengasuh : Ibu dan ayah

2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik

3. Lingkungan rumah (disertai dengan denah rumah)

VI. KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosis medis : Sepsis Neonatrum, Infeksi pusar

2. Tgl masuk RS : 02-11-2019

3. Tindakan operasi: -

4. Status nutrisi/gizi

IMT (BB/TB2)=3,7/0,49²=3,7/0,2401=15,4

5. Status cairan

Input : Netek Ibu, Infus Ds ¼ S 10 tpm micro.

6. Obat-obatan

No Nama Obat Dosis Indikasi


1 Ampisilin 2x200mg /12 jam Antibiotik yang digunakan
untuk mencegah dan
mengobati sejumlah infeksi
bakteri.
2 Parasetamol 100 mg/6 jam Mengobati demam dan
nyeri ringan.
3 Ds ¼ 500ml, 10cc/jam - Menangani
hipoglikemia
- Mengatasi kekurangan
cairan
- Menurnkan resiko
infeksi

7. Aktivitas : Dibantu

8. Tindakan keperawatan : Pemasangan infus Ds ¼ 10 tpm

9. Hasli laboratorium : -

10. Hasil roentgen : -

11. Data tambahan : -

VII. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital:

Suhu : 37,4 oC

Nadi : 120x/menit

Nafas : 56x/menit

d. Saat lahir saat ini

 Berat badan lahir :3,4 kg

Saat ini : 3,7 kg

 Panjang badan

 Lingkar kepala

1. Reflek

(v) Moro (v) Menggenggam (v) Isap (v)

Rooting
(v) babinski (v) startle (v) merangkak (v)

berkedip

2. Tonus/aktivitas

(v) Aktif ( ) Tenang ( )Latergi ( ) Kejang

(v) Menangis keras ( ) Lemah ( ) melengking

( ) Sulit menangis

3. Kepala/leher

a. Fontanel anterior : Lunak

b. Setura sagitalis : Tepat

c. Gambaran wajah : Simetris

d. Molding : Bersesuaian

4. Mata : Bersih

5. THT

a. Telinga : Normal

b. Hidung : Bilateral

c. Palatum : Normal

6. Abdomen : Lunak

Lingkar perut : 34cm

Liver : < 2cm

7. Thoraks : Simetris

Retraksi : -

Kalvikula : Simetris

8. Paru-paru

a. Suara nafas : Bersih

b. Respirasi : Spontan 56x/menit


9. Jantung : Bunyi jantung normal, Brachial berat, Femoral berat.

10. Ekstremitas : Semua ekstremitas bergerak normal

11. Umbilikus : Inflamasi

12. Genetal : Perempuan normal

13. Anus : Paten

14. Spina : Normal

15. Kulit : Warna pink

16. Suhu : 37,4oC

VIII. INFORMASI LAIN

IX. RINGKASAN RIWAYAT KESEHATAN

By.F umur 14 hari dengan keluhan panas dan bengkak pada pusar

ANALISA DATA
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DS: Bayi umur 14 hari Resiko infeksi
dengan sepsis, tali pusar
bengkak
DO: Tali pusar tampak
kemerahan, bayi rewel
DS: Bayi panas Kerusakan kontrol suhu Hipertermia
DO: Suhu 38, bayi rewel sekunder akibat infeksi
atau inflamasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 .....
 ....
 .....

PRIORITAS MASALAH/DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. ........
2. ........
3. .......
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasionalisasi
Keperawatan
1. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Infection control 1. Untuk
berhubungan tindakan 1. Pertahankan tekhnik mencegah

dengan keperawatan aseptik masuknya


mikroorgani
selama 3x24 jam, 2. Cuci tangan sebelum
sme ke
diharapkan resiko & sesudah tindakan
dalam tubuh
infeksi dapat 3. Gunakan baju,
yang akan
ditangani dengan sarung tangan
mengakibat
kriteria hasil: sebagai alat kan infeksi
1. Pasien terbebas pelindung 2. Mencegah
dari tanda dan 4. Tingkatkan intake tertular
gejala infeksi nutrisi (menetek ibu) penyakit
2. Menunjukkan 5. Monitor tanda gejala 3. Untuk
kemampuan untuk infeksi sistemik dan pelindung

mencegah lokal diri


4. Untuk
timbulnya infeksi 6. Observasi keadaan
memenuhi
3. Status imun, luka (pada pusar)
nutrisi
gastrointestinal, 7. Observasi suhu dan
5. Untuk
genitourinaria respirasi
menghindari
dalam batas 8. Monitor BAB & infeksi
normal BAK 6. Untuk
4. Tidak ditemukan 9. Monitor personal mengetahui
tanda tanda hygiene keadaan
REEDA: 10. Berikan terapi injeksi luka dan

R: (-) mencegar

E: (-) agar tidak


semakin
E: (-)
parah
D: (-)
7. Untuk
A: (+)
mengetahui
5. Suhu tubuh dalam
suhu dan
rentang normal respirasi
8. Mengetahui
BAB & BAK
9. Mengetahui
kebersihan
diri
10.
Mengurangi
infeksi
2. Hipetermia Setelah dilakukan 1. Monitor subu tubuh 1. Mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan 2. Monitor nadi & suhu tubuh
dengan selama 3x24 jam suhu respirasi 2. Mengetahui
tubuh pasien dalam 3. Monitor dehidrasi nadi &
rentang normal, kulit (turgor kulit respirasi
hangat bila disentuh kelembapan dan 3. Mengetahui
dengan kriteria hasil: membran mukosa) apakah
10.Suhu kulit normal 4. Monitor intake dehidrasi
11.Suhu tubuh output atau tidak
normal 5. Tingkatkan sirkulasi 4. Mengetahui
12.Nadi & respirasi udara intake output
normal 6. Tingkatkan intake 5. Memperbaiki
13.Perubahan warna cairan & nutrisi kualitas
kukit tidak ada 7. Berikan kompres udara
14.Bayi tidak hangat pada lipat 6. Memperbaiki
mengalami distres paha & axila cairan dan
pernafasan 8. Kolaborasi nutrisi
pemberian cairan 7. Mengurangi
intravena suhu tubuh
9. Berikan terapi obat tinggi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jam
1. Senin, 4 Resiko Infeksi 1. Mempertahankan S: Bayi Ny F dengan
November berhubungan dengan tekhnik aseptik sepsis neonatrum 14
2019 2. Mencuci tangan hari
sebelum & O: Bayi aktif, nangis
sesudah tindakan keras, intake netek ibu
3. Menggunakan adekuat, infus D5 1/4
baju, sarung 10tpm mikro, lancar,
tangan sebagai tali pusar masih
alat pelindung tampak bengkak,
4. Meningkatkan keluar push sedikit (+)
intake nutrisi bak & bab lancar,
(menetek ibu) injeksi ampicillin
5. Memonitor tanda 2x200mg, popok 2x
gejala infeksi ganti dalam 1 sift
sistemik dan A: Resiko infeksi
lokal teratasi sebagian
6. Mengobservasi P: Lanjutkan
keadaan luka intervensi
(pada pusar) - jam 14.30
7. Mengobservasi memandikan bayi
suhu dan respirasi - jam 17.00
8. Memonitor BAB monitor suhu
& BAK
9. Memonitor
personal hygiene Perawat
10. Memberikan
terapi injeksi
(ampiciliin
2x100mg)
2. Selasa, 5 Hipetermia 1. Memonitor subu S: -
November berhubungan dengan tubuh O: Suhu tubuh 36,7
2015 2. Memonitor nadi respirasi 46 x/mnt,
& respirasi intake output
3. Memonitor terpenuhi (menetek
dehidrasi (turgor ibu dengan adekuat)
kulit kelembapan sudah diberikan
dan membran kompres hangat
mukosa) dibagian lipatan paha
4. Memonitor intake & axila, infus D5 1/4
output 10tpm di pasang
5. Meningkatkan tangan kanan, obat
sirkulasi udara paracetamol 600mg/
6. Meningkatkan 6jam
intake cairan & A: Hipertermia
nutrisi teratasi sebagian
7. Memberikan P: Lanjutkan
kompres hangat intervensi
pada lipat paha & - Monitor suhu tubuh
axila - Monitor respirasi &
8. Mengkolaborasi nadi
pemberian cairan - Berikan terapi obat
intravena (paracetamol 100mg/
9. Memberikan 6jam)
terapi obat
(paracetamol
100mg/ 6 jam) Perawat

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

NANDA, NIC, NOC, Jilid I dan II.(2016)

Buku Riset Kesehatan Dasar, (2010)

Anda mungkin juga menyukai