Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pembangunan bangsa diarahkan pada upaya kebijakan dan
itu, salah satu prioritas pembangunan bangsa adalah dengan cara pembentukan
manfaat gizi itu sendiri. Manfaat itu antara lain, memelihara tubuh serta
metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air dan mineral, cairan tubuh
dan selanjutnya perkembangan potensi diri pada usia produktif. Masalah gizi pada
balita bisa terjadi bukan hanya karena balitasusah makan, tetapi jika orang tua
menyediakan makanan bagi balita dengan gizi yang salah, kekurangan asupan
makanan, maka masalah lebih besar bisa terjadi pada balita dikemudian hari.
perut, tetapi lebih penting adalah gizi yang cukup agar dapat menjamin
programming glukosa, lemak dan protein dan nantinya memiliki efek negatif
terhadap kemampuan untuk belajar dan memproses informasi dan menjadi orang
Protein (KEP) adalah keadaan yang disebebkan oleh rendahnya konsumsi energi
Balita yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada
pemeriksaan hanya nampak kurus, sedangkan gejala klinis KEP berat secara garis
dimasyarakat sebagai busung lapar (World Bank, 2010 dalam Nocholas 2011).
membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain
B. Rumusan Masalah
yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk, infeksi berat
dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu. Diet yang tidak
memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar umum hidup, kondisi
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat
(Proverawati A, 2009).
2. Penyakit infeksi
Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada anak-
bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai zat makanan yang
4. Pendidikan ibu
hal kesehatan dan gizi (Ihsan M.Hiswani, Jemadi, 2012). Pendidikan ibu
yang relatif rendah akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam
5. Pola asuh
anak balita dan pemeliharaan kesehatan. Pola asuh makan adalah praktik-
praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan
dengan cara dan situasi makanPola asuh yang baik dari ibu akan
balita sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi dan begitu
6. Sanitasi
status gizi.Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya bermula dari kemiskinan
dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk (Suharjo, 2010).
7. Tingkat pendapatan
pada balita rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi pada anak balita
8. Ketersediaan pangan
terjadinya status gizi kurang atau buruk.Masalah gizi yang muncul sering
badan atau terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak
2011).
10. Sosial budaya
1. Marasmus
anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orangtua, kulit keriput,
cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut cekung, rambut tipis,
jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan pantat kendur dan keriput
(baggy pant).
2. Kwashiorkor
keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi
3. Marasmus-kwashiorkor
S, 2010).
posyandu, laporan bidan desa, melalui kader. Balita yang teiah dinyatakan
Posyandu yang kurang, ternyata sarana dan prasarana juga tidak lengkap,
terutama sarana KIE dan buku panduan balita gizi buruk tidak ada di
puskesmas. Tidak adanya sarana KIE dan buku panduan tatalakasana gizi
berdasarkan atas alur atau protap yang telah ditentukan. Petugas tentu tidak
KIE kalau tidak ada, maka posyandu yang dijadikan tempat memberikan
secara langsung sesuai dengan tanda dan gejala klinis yang ditemukan,
maupun dalam kegiatan penimbangan rutin di posyandu. Selain dari itu kader
juga berperan dalam tindak lanjut pemulihan status gizi di rumah. Untuk itu
kurang. Secara kuailtas belum ada upaya pelatihan bagi petugas yang
dokter.
hanya diselenggarakan satu kali sebulan saja, jadi jika buka posyandu lebih
dari satu kali sebulan pelayanan kesehatan tidak bisa diberikan oleh kader
Masro, 2013)
kasus balita gizi buruk dengan mendatangi rumah balita gizi buruk tersebut.
adalah memberikan kuesioner atau tanya jawab langsung kepada orang tua
melakukan rujukan ke Puskesmas dan atau ke rumah sakit bila ada penyakit
yang menyertai serta melakukan dokumentasi. Hal ini sesuai dengan
tugasnya bekerja pada sore hari, ini dirasa sangat mengganggu oleh anggota
Puskesmas.
sertakan lintas sektoral dan key person (tokoh agama, tokoh masyarakat,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
– organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi, maka simpanan zat
gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemerosotan jaringan.
adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang
sebesar1,00 %.
laporan bidan desa, melalui kader. Balita yang teiah dinyatakan gizi buruk
mempersiapkan kebutuhan alat dan bahan dari seluruh posyandu yang ada di
sarana dan prasarana juga tidak lengkap, terutama sarana KIE dan buku
panduan balita gizi buruk tidak ada di puskesmas. Tidak adanya sarana KIE
penanggulangan gizi buruk tidak berdasarkan atas alur atau protap yang telah
ditentukan. Petugas tentu tidak akan memahami tentang program gizi secara
tergantung dari hasil rapat atau instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten saja.
B. Saran
Semoga dari makalah yang kami buat bermanfaat bagi pembaca dan juga
Kami sebagai penulis memohon kritikan dan saran akan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Faradevi, R. 2011. Perbedaan besar pengeluaran keluarga, jumlah anak serta
asupan energi dan protein balita antara balita kurus dan normal.Skripsi.
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Kusriadi. 2010. Analisis faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kurang gizi
pada anak balita di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Masro, Adriwasti, dkk. 2014. Implementasi Penanggulangan Gizi Buruk di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman,
8(1), 21-26
Mulyaningsih, F. 2008. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi Balita dan
pola makan balita terhadap status Gizi balita di kelurahan srihardono
Kecamatan pundong.Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta
Nainggolan, J., Zuraida, R. 2014. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Gizi
Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Lampung.Skripsi. Universitas Lampung.
Oktavianis, S. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Pada
Balita di Puskesmas Lubuk Kilangan. Jurnal Human Care. Volume 1 No. 3
Tahun 2016
Pakaya, Rahma Edy. Dkk. 2008. Upaya Penanggulangan Gizi Buruk Pada Balita
Melalui Penjaringan Dan Pelacakan Kasus, 24(2), 69-75
Proverawati, Asfuah S., 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Pudjiadi S, 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC
Suhardjo.2010. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Supariasa, IDN. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC