PENDIDIKAN AGAMA
Nama : Syafira Nurulita
NIM / Bp : 18037076 / 2018
Prodi : D3-Statistika
Jurusan : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dosen : Drs. Syafei, M.Ag
Jadwal Kuliah : Rabu (07:00 - 09:40)
KELOMPOK 1
Hakikat, Fungsi, Tugas dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Al-Qur’an.
A. Hakikat Hidup Manusia Menurut Alqur’an
Manusia adalah makhluk paling sempurna penciptaannya dibanding dengan makhluk-
makhluk lainnya namun penuh dengan misteri. Dalam Al-Qur'an dijelaskan tentang pencitaan
manusia, bahwa manusia itu diciptakan dari unsur jasmani dan rohani ( Q.S 32:7-9). Manusia
adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok,
manusia yang mempunyai aspek jasmani, Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek
jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup di dunia.
Selanjutnya, perlu manusia pembenahan jasmani yang sehat, kuat serta terampil.
karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam. Jasmani yang sehat
serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu
menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan
dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh
banyak memiliki pengetahuan dan informasi
B. Tugas dan Fungsi Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Manusia memiliki peranan di muka bumi sebagai khalifah. Khalifah berarti
pemimpin, wakil, pengelola dan pemelihara. Tentang fungsi manusia sebagai khalifah ini di
ungkapkan secara dramatis dalam bentuk sebuah dialog singkat antara Allah dan para
malaikat-Nya seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah [2]:30. Dialog yang menyiratkan
beberapa makna antara lain yaitu:
1. Manusia adalah pengemban amanah kekhalifafan di muka bumi.
2. Mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya. Kedudukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi
penciptaan sebagai khalifah yang diberikan oleh Allah dan akan
dipertanggungjawabkan oleh manusia. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
SWT Q.S faathir [35]:39.
Peranan manusia sebagai khaliffah juga dipahami sebagai makhluk yang bertugas
mungurus dan menjaga alam dengan baik agar terciptanya kehidupan yang baik bagi semua
makhluk Allah atau penyebar rahmat sebagaimana dijelaskan Allah dalam Q.S Al-Anbiya'
[21]:107. Adapun tugas dan fungsi pokok (Tupoksi) kekhalifahan itu terangkum dalam
Lima-Me yakni memauami, menguasai, memanfaatkan, memelihara dan melestarikan alam.
Amanah kekhalifan itu akan dipertanggungjawabkan di suatu saat kepada Allah SWT.
C. Tujuan Hidup Manusia
1. Manusia diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah Azza Wajalla sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S Az-Dzariyat : 56, "Tidaklah Aku menciptakan manusia
melainkan supaya mereka menghambakan diri (mengabdi) kepada Ku"
2. Manusia diciptakan untuk mempersembahkan amal-amal terbaik dalam rangka
ketaatan kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al Mulk: 2 “Yang
menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
3. Manusia diciptakan menjadi khalifah di muka bumi. Amanah ini hanya diberikan
kepada manusia, kekhalifahan ini adalah suatu amanah yang berat, menjadi khalifah
manusia berkedudukan sebagai wakil Allah yang bertugas mengatur alam raya sebaik
mungkin.
KELOMPOK 2
Klasifikasi Agama, dan Islam Sebagai Agama Wahyu Yang Mutlak Benar.
A. Klasifikasi Agama
Cukup banyak agama yang ada di dunia ini, sekedar menyebut contoh agama Sinto,
Kong Hu Cu, Bahai, Budha, Katolik, Protestan, Hindu, Islam dan lain-lainnya. Namun dari
sekian banyak agama ini oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua golongan (berdasar
tolok ukur tertentu). Salah satu tolok ukur yang dapat dipergunakan adalah asal (sumber)
ajaran agama. Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Agama Wahyu (revealed religion), juga disebut agama samawi, agama langit.
2. Agama Ra°yu (cultural religion/natural religion) agama ardhi, agama bumi,kadang disebut
agama budaya dan agama alam.
Agama wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada ummat
manusia melalui Rasul-Nya. Sedangkan Agama ra'yu adalah agama yang ajaran-ajarannya
diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya.
Ciri Agama Wahyu/Samawi/Langit :
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya;
2. Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan
menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan dan
upaya
3. Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap;
4. Sistem merasa dan berfikimya tidak inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap
segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya sistem merasa dan berfikir
mengabdikan diri kepada agama;
5. Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan
perubahan akal;
6. Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak;
7. Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata
dalam perjalanan ilmu satu demi satu terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib
dapat diterima oleh akal.
8. Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan
hakekat kemanusiaan.
9. Melalui agama Wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan
kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempuma) yang bersih dari dosa.
Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat),
dan budi pekerti (akhlak).
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula
dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Qur’an membenarkan kitab-kitab
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Tidak mungkin Al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kita-
kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya.” (Q.S. 10:37)
“Dan telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Qur’an itulah yang benar, membenarkan
kitab-kitab sebelumnya…”. (Q.S. 35.31)
Nama-nama Al-Qur’an ;
Al-kitab : Kitab
Al-Furqan : Pembeda
Al-Dzikru : Pengingat
Kandungan Al-Qur’an, yaitu
Hukum : dalam Al-Quran ada hukum yang mengandung kemashalatan untuk manusia
yang telah ditetapkan oleh Allah. Adapun aspek hukum yang dijelaskan dalam Al-
Quran ;
Akidah : hukum yang mengatur tentang keyakinan manusia kepada
Allah Swt. Manusia harus meng-esa-kan-Nya dan wajib
mengimani adanya adanya malaikat, kitab, rasul, hari kiamat serta
qadar baik buruk dari Allah Swt
Syariah : hukum yang mengatur tentang perbuatan manusia yang
merupakan interaksi mereka dengan pencipta-Nya serta sesama.
Bentuk interaksi habum minallahi seperti solat, puasa, zakat, haji,
dan ibadah lainnya. Sedangkan bentuk interaksi hablum minannas
seperti berbagi kepada orang yang membutuhkan
Akhlak : hukum yang mengatur tentang tingkah laku manusia
dalam berinteraksi. Seperti bersikap sopan, jujur, gemar membantu
dan lain sebagainya.
Fungsi Al-Quran
a. Petunjuk
b. Pembeda antara Hak dan Bathil
c. Rahmat (kasih sayang) Allah pada manusia
d. Bayyinah (penjelasan suatu kebenaran)
e. Mau’izhah (pelajaran) bagi manusia
f. Syifa (obat) penyakit hati
g. Hadits/As-Sunnah
b. Hadits
Disebut juga As-Sunnah yang secara bahasa berarti “kebiasaan” atau “adat-istiadat”.
Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan serta kebiasaan Nabi Muhammad
Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Rasulullah terhadap perkataan dan
perilaku sahabat.
Fungsi hadits :
a. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quran
b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih
bersifat global
c. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati dalam Al-Quran
c. Ijtihad
Secara bahasa, ijtihad artinya usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli agama
untuk mencapai suatu putusan hukum syara’ (syariat islam) mengenai kasus yang
penyelesaiannya belum tertera dalam Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad adalah berpikir keras
untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan
dalam Al-Quran dan As-Sunah. Pelaku atau orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid.
Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihadm sepanjang ia menguasai
Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga berakhlak baik dan menguasai berbagai ilmu
disiplin ilmu pengetahuan. Maka dari itu lazimnya mujtahid adalah para ulama yang
integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat islam. Jika ijtihad dilakukan secara bersama-
sama, maka hasilnya disebut ijma’ atau kesepakatan.
Macam-macam ijtihad :
Ijma’ : kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan Al-
Quran dan hadist dalam suatu perkara. Adapun hasil ijma’ adalah fatwa, yakni
keputusan bersama para mujtahid yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
Qiyas : menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru muncul, yang belum
ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya
dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
Istihsan : tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan
karena adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk meninggalkannya.
Maslahah Mursalah : penetapan hukum berdasarkan pada pertimbangan manfaat dan
kegunaannya.
Sududz Dzariah : tindakan dalam memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh
atau haram demi kepentingan umat.
Istishab : menetapkan berdasarkan hukum yang ditetapkan pada masa lalu secara
abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat dalil yang menunjukkan adanya
perubahan.
Urf : penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat selama
tidak bertentangan degan Al-Quran dan hadits.
2) Penerapan
A. Al-Quran, Hadits
o Shalat, membaca Al-Quran, berpuasa, naik haji
o Menjaga kebersihan diri
o Menjaga makan minum
o Memenuhi akal dengan ilmu
o Berinfak, tolong-menolong
o Berbakti kepada orang tua, dll
B. Ijtihad
o Penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal
o Tentang bayi tabung
o Mengecat rambut
KELOMPOK 5
Akidah, Pengertian, dan Ruang Lingkupnya.
A. Pengertian Aqidah
Secara umum, pengertian Aqidah adalah sebuah ikatan atau kepercayaan kuat dalam diri
seseorang terhadap apa yang diimaninya. Di dalam islam, Aqidah meliputi keimanan kepada
Allah SWT beserta sifat-sifatNya.
B. Dasar Aqidah
Dasar aqidah itu sendiri adalah ajaran Islam yang menjadi sumber-sumber hukum dalam
Islam, yang ada pada Al Quran dan Al Hadits. Al Quran dan Al Hadits menjadi pedoman
hidup dalam Islam yang menjelaskan banyak mengenai kriteria atau ukuran baik buruknya
suatu perbuatan manusia.Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk melakukan
perbuatan yang baik dan selalu menjauhi perbuatan yang buruk.
Ilahiyat (pembahasan akan segala hal atau segala sesuatu yang memiliki hubungan
dengan Ilahi, seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain sebagainya)
Nubuwat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan Nabi
dan Rasul, termasuk pembahasan mengenai Kitab Allah, mukjizat, dan lain sebagainya)
Rukhaniyat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisika, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh, dan masih banyak yang lainnya)
Sam'iyat (pembahasan akan segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui dalil naqli
berupa Al Quran dan Sunnah, seperti halnya alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-
tanda kimat, surga dan neraka, dan yang lainnya).
1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, sehingga hidup hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
2. Menghindarkan diri dari berbagai macam pengaruh kehidupan yang sesat atau bahkan
jauh dari petunjuk hidup yang benar.
3. Mampu meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
4. Bisa membersihkan akal dan pikiran dalam ketenangan jiwa.
5. Mengikuti para Rasul akan segala bentuk tujuan dan perbuatannya.
6. Bisa beramal baik hanya semata-mata karena Allah SWT.
7. Ikhlas dan selalu menegakkan agamanya dan memperkuat tiang penyangganya.
8. Mengharapkan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, umat Islam seharusnya selalu berpegang pada
aqidah Islam. Adapun beberapa contoh aqidah Islam adalah sebagai berikut:
1. Beriman kepada Alla Ta’ala dan sifat-sifatnya dengan cara menerima dan meyakini
sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran dan As-Sunah (hadits).
2. Melakukan enam rukun iman dalam kehidupan sesuai dengan ajaran Islam dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
KELOMPOK 6
Fungsi, dan Manfaat Iman dalam Kehidupan.
A. HAKIKAT IMAN
Kata “iman” berarti membenarkan , mempercayai .Artinya membenarkan dengan hati
,diucapkan dengan lisan ,dan dibuktikan dengan perbuatan
B. KARAKTERISTIK DAN SIFAT ORANG BERIMAN
Orang yang beriman kepada Allah memiliki cir tersendiri.Tanda-tanda orang beriman
sesuai dalam Q.S Al-Anfal ayat 2,yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka,dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenaNya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal(yaitu)orang-orang yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada merek
c. HAL-HAL YANG DAPAT MERUSAK DAN MENIADAKAN IMAN
Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang menjadi larangan
Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita kepada Allah. Sehingga ketika
kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan Allah maka keyakinan kita akan Allah itu
dapat berkurang atau diragukan.
Namun, pada makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan Allah yang
umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita terhadap Allah.
1. Syirik
Lawan dari sikap tawadhu’ adalah takabur atau sombong, yaitu sikap yang
menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu orang
sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari orang yang
dianggap statusnya lebih rendah darinya.
3. Khianat
Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang sangat
tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah SWT,
apalagi kalau yang dikhianatinya adalah Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu Iblis
melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah, rasul dan amanah mereka
sendiri,
4. Berbohong
Sifat berbohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari shidiq.
Rasulullah SAW. Menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi pembohong.
KELOMPOK 7
Faktor Yang Mempengaruhi Kokoh dan Goyahnya Iman
1. Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah.
Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar berkurangnya iman, sebagaimana ilmu adalah
sebab terbesar bertambahnya iman
Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran dan lupa. Tiga perkara ini adalah salah
satu sebab penting berkurangnya iman
Perbuatan maksiat dan dosa.
Jelas kemaksiatan dan dosa sangat merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap
iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah Allah Ta’ala menambah iman, demikian
juga pelanggaran atas larangan Allah Ta’alamengurangi iman. Namun tentunya
dosa dan kemaksiatan bertingkat-tingkat derajat, kerusakan dan kerugian yang
ditimbulkannya
2. Faktor eksternal berkurangnya iman
Syeitan musuh abadi manusia yang merupakan satu sebab penting eksternal yang
mempengaruhi iman dan mengurangi kekokohannya.
Dunia dan fitnah (godaan)nya. Menyibukkan diri dengan dunia dan perhiasannya
termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab semakin semangat manusia
memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan
dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagianakherat, sebagaiman dituturkan
Imam Ibnul Qayyim.
Teman bergaul yang jelek. Teman yang jelek dan jahat menjadi sesuatu yang
sangat berbahaya terhadap keimanan, akhlak dan agamanya. Karena itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan kita dari hal ini dalam
sabda beliau,
ال َّر ُج ُل َعلَى ِدي ِ`ن َخلِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ أَ َح ُد ُك ْم َم ْ`ن يُ َخالِ ُل
“Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah
seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.”[5]
KELOMPOK 8
Syariah, Pengertian, dan Ruang Lingkupnya
A. Pengertian Syariah
Syariah [arab: ]الشريعةsecara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk menuju sumber air.
(Lisan Al-Arab, 8/175).
Secara bahasa, kata syariat juga digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran agama.
(Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).
Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti aturan dan undang-undang.
Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. (Al-Misbah Al-
Munir, 1/310). Ada juga yang mengatakan, aturan ini disebut syariah, karena dia menjadi
sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.
Namun, dalam perkembangannya, istilah syariat lebih akrab untuk menyebut aturan islam.
Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk para hamba-Nya,
baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait hubungan
makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk. (Tarikh Tasyri’ Al-Islami,
Manna’ Qathan, hlm. 13).
Bentuk interaksi habum minallahi seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya.
Sedangkan bentuk interaksi hablum minannas seperti berbagi kepada orang yang
membutuhkan.
Allah berfirman,
“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
Makna ayat,
“Aku jadikan kamu berada di atas manhaj (jalan hidup) yang jelas dalam urusan agama, yang
akan mengantarkanmu menuju kebenaran.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS. Al-
Maidah: 48)
Rincian syariat yang Allah turunkan, berbeda-beda antara satu umat dengan umat lainnya,
disesuaikan dengan perbedaan waktu dan keadaan masing-masing umat. Dan semua syariat
ini adalah adil ketika dia diturunkan. Meskipun demikian, bagian prinsip dalam syariat, tidak
berbeda antara satu umat satu nabi dengan umat nabi lainnya.
1. Bersumber dari Sang Pencipta, Tuhan semesta alam. Sehingga mutlak benar
Langit, bumi dan semesta adalah milik Allah SWT begitu juga dengan aturan yang ada di
dalamnya. Syariat mengambil sumber dari kalamuallah yang mustahil dihadirkan untuk
merugikan hambanya. Hukum yang dihadirkan oleh Allah SWT tentunya terhindari
kesalahan manusia. Sifatnya mutlak dan tidak mudah goyah hanya karena perubahan waktu
dan zaman.
Syariat dijaga oleh Allah SWT dan dijamin bahwa di dalamnya tidak ada perubahan.
Pengertian syariat sendiri bersifat tidak kaku karena para perawi dan ulama yang
memufakatkan memiliki dasar keilmuan yang tinggi tentang islam sebelum membentuk
tafsiran sebuah dalil.
Ketentuan yang terdapat dalam syariah bersifat universal, tak hanya bagi kaum muslimin.
Jika syariah diterapkan, tak memungkiri bahwa kehidupan akan tenteram dan terhindar dari
segala bentuk permusuhan.
Hukum dalam syariat islam semuanya mengajarkan kebaikan, mendatangkan syafaat dan
pahala, juga sebagai peredam segala bentuk sengketa yang sering terjadi dalam kehidupan
sosial.
Dikarenakan isinya masih tetap sama namun tetap bisa fleksibel dengan dinamika kehidupan.
Keterangan di atas, terlepas dari pro-kontra manusia terhadap aturan yang Allah turunkan.
Dan dalam hidup pasti ada aturan. Bisa jadi sejalan, bisa jadi berbenturan. Antara syariat
Allah dan syariat hawa nafsu manusia.
Orang yang saat ini tidak sedang mengikuti syariat Allah, berarti dia sedang mengikuti syariat
hawa nafsunya. Karena hidup tidak akan pernah lepas dari aturan dan syariat, an semua akan
dipertanggung jawabkan. Tinggal satu pertanyaan, kemanakah kita hendak memilih?
Ruang lingkup syariat yang sesungguhnya yaitu mencakup keseluruhan ajaran islam, baik
yang berkaitan dengan akidah, ibadah, ataupun akhlak dan termasuk diantaranya adalah
muamalah yang mengatur tentang peraturan atau system kehidupan manusia.
Syariah dalam arti ini sering disebut dengan fikih akbar, yakni ketetapan hukum yang
dihasilkan dari pemahaman seorang muslim yang memenuhi syariah tertentu tentang al-
Qur’an dan sunah.
- Fikih Ibadah, meliputi aturan puasa, zakat, haji dan sebagainya yang ditujukan untuk
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
- Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang
lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya :
dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, dll.
- Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya),
diantaranya : perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah dll.
- Jinayat, yaitu pengaturan yang menyangkut pidana, diantaranya qishash, diyat,
kifarat, pembunuhan zina, minuman keras, murtad, khianat dalam berjuang, kesaksian
dan lain-lain.
- Siyasah, yaitu menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik) di antaranya
ukhuwah (persaudaraan), musyawarah (permufakatan), tasamuh (toleransi), takaful
ijtima (tanggung jawab sosial), zhi'amah (kepemimpinan) dan perang.
- Dan aturan lain yang bertujuan untuk mengatur subjek hukum baik secara indiviual
maupun secara komunal.
D. Tujuan Syariah
Tujuan syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam
berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di dunia agar sampai ke
kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat. Dengan kata lain agar manusia dapat
membawa dirinya di atas jalur syari’at sehingga pada gilirannya dia akan hidup teratur, tertib
dan tentram dalam menjalin hubungannya baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut
hablum minallah, hubungan dengan sesama manusia yang disebut hablum minannas, serta
hubungan dengan alam lingkungan lainnya yang disebut hablum minal alam. Hubungan yang
baik ini akan mempunyai nilai ibadah, dan tentu dengan menjalankan ibadah yang baik
berupa ibadah langsung (mahdzah) ini akan membuahkan predikat baik dari Allah dan pada
akhirnya akan hasanah fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di
akhirat itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.
1) Habluminallah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Allah memerintahkan
manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah kepada-Nya. Ibadah
dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak, baik itu sholat, membaca al-
qur’an, haji dan sebagainya
2) Hubungan dengan dirinya sendiri
Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu harus
berdasarkan islam, mulai dari berpakaian, cara bersikap dan sebagainya. Adapun
akhlak pada diri sendiri diantaranya mencakup hal-hal berikut:
Bertaubat
Memperbanyak ibadah
3) Habluminannas
Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu dengan
yang lainya. Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain
tentang :
KELOMPOK 10
Pernikahan (Konsep, Prinsip, dan Tujuan)
A. KONSEP PERNIKAHAN
PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu.
Menurut istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan
kewajiban diantara keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai peraturan yang
diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-quran artinya adalah pasangan yang
dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, allah s.w.t. menjadikan
manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
B. HUKUM PERNIKAHAN
Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa.. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi
sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun
meteri dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah.
Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan
berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah
Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun
meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak
Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut,
baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.
D. TUJUAN PERNIKAHAN
Sangat dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal ini karena
pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu sendiri. Karena naluri
manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih baik untuk dipenuhi dengan jalan
yang baik dan benar yaitu melalui penikahan.
Apabila naluri tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan seseorang kepada
jalan yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu berzina. Salah satu fitrah manusia ialah
berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan, maka akan saling melengkapi, berbagi
dan saling mengisi satu sama lain.
3. Penyempurna Agama
Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan agama.
Dengan menikah maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan
ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang muslim
dalam beribadah.
KELOMPOK 11
Halal dan Haram (Makanan, Minuman, dan Narkoba)
A. Makanan halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab membolehkan, memecahkan, membebaskan dan
lainnya. Secara terminologi atau istilah kata halal diartikan sebagai segala sesuatu yang
apabila dilakukan tidak mendapat hukuman atau dosa dengan kata lain apa halal dapat
diartikan sebagai perbuatan atau segala sesuatu yang diperbolehkan dalam syariah agama
Islam.
Dasar Hukum Makanan Halal
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi
manusia adalah mubah atau dibolehkan. Dengan kata lain bahwa semua makanan pada
dasarnya adalah halal sampai ada dalil yang menyebutkan bahwa makanan tersebut haram
hukumnya untuk dikonsumsi.
1.Al Maidah 88
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya.”
2.Al-Baqarah 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”
Kategori Makanan Halal
1.Halal zatnya
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penentuan kehalalan suatu makanan
adalah zat nya atau bahan dasar makanan tersebut misalnya makanan yang berasal dari
binatang maupun tumbuhan yang tidak diharamkan oleh Allah. Adapun jika dalam makanan
disebut terkandung zat atau makanan yang tidak halal maka status makanan yang tercampur
tersebut adalah haram dan tidak boleh dikonsumsi oleh umat Islam.
2. Halal cara memperolehnya
Pada dasarnya semua makanan adalah halal dan apabila zatnya halal maka makanan
dapat menjadi haram tergantung bagaimana cara memperolehnya. Makanan halal dapat
menjadi haram apabila diperoleh melalui hasil mencuri, menipu, hasil ribadan maupun
korupsi dan lain sebagainya.
3. Halal cara memprosesnya
Kategori halal yang harus dipenuhi selanjutnya adalah cara memproses makanan
tersebut. Apabila makanan sudah diperoleh dengan cara halal, dengan bahan baku yang halal
pula, jika makanan tersebut diproses dengan menggunakan sesuatu yang haram misalnya alat
masak yang bekas digunakan untuk memasak makanan haram.
4.Halal cara menyajikan, mengantarkan serta menyimpannya
Kategori halal yang terakhir adalah bagaimana makanan tersebut disimpan, diangkut
dan disajikan sebelum akhirnya dikonsumsi. Ketiga proses tersebut dapat mengubah status
makanan dari halal menjadi haram misalnya jika makanan disajikan dalam piring yang
terbuat dari emas maupun disimpan bersamaan dengan makanan dan diantar untuk tujuan
yang tidak baik.
Syarat Makanan Halal
Suatu makanan dikatakan sebagai makanan halal adalah jika memenuhi syarat berikut ini
1. Tidak mengandung zat atau makanan yang diharamkan
Makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung zat yang diharamkan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala misalnya dengan mencampur makanan halal dengan daging babi,
alkohol maupun bahan bahan lain yang sifatnya haram.
2. Tidak mengandung najis atau kotoran
Syarat yang dimaksud adalah makanan tersebut tidak terkontaminasi dengan beberapa
zat yang dianggap sebagai najis misalnya darah kotoran manusia urine dan sebagainya.
Dengan kata lain seorang yang meminum atau mengkonsumsi urine atau air seni misalnya
dalam tujuan pengobatan hal ini tetap tidak diperbolehkan dan urine yang merupakan najis
haram hukumnya untuk dikonsumsi.
B. Makanan Haram
makanan haram adalah makanan atau suatu benda yang haram dikonsumsi oleh
manusia terutama umat islam dan apabila tetap mengkonsumsinya maka ia berdosa.
Jenis Makanan Haram
1. Bangkai
Yang dimaksud dengan bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa melalui proses
penyembelihan yang sesuai syariat agama islam dan juga bukanlah hasil dari aktifitas
perburuan
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:
Hewan yang mati dan potongan tubuh sebagai sisa dimangsa binatang buas.
Hewan yang disembelih untuk tujuan selain Allah walaupun hewan tersebut
disembelih dengan membaca basmalah.
Semua bagian tubuh hewan yang terpisah dari tubuhnya meski hewan tersebut masih
hidup. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut
Semua jenis Ikan, karena ikan adalah hewan air dan air sifatnya mensucikan
Belalang. Hal ini didasari oleh hadits Rasulullah SAW “Dihalalkan untuk kita dua
bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan
adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Janin yang ada dalam perut hewan yang disembelih atas nama Allah dan jika hewan
tersebut mengandung maka janinnya halal yntuk dimakan tanpa perlu disembelih lagi,
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits “Penyembelihan untuk janin adalah
penyembelihan induknya”.
2. Darah
Darah adalah salah satu jenis makanan yang diharamkan dan tidak boleh dikonsumsi
sebagaimana orang mengkonsumsi darah sebagai campuran makanan atau minuman dan
membekukannya untuk dimakan. Darah yang mengalir atau terpancar haram hukumnya
sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an surat Al An’an ayat 145 yang bunyinya Katakanlah:
“Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan
bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al Anam 145).Meskipun demikian apabila
darah masih tersisa dalam urat nadi hewan yang disembelih dengan nama Allah maka darah
tersebut halal apabila termakan bersama dengan dagingnya.
3. Daging babi
Disebutkan dalam surat Almaidah ayat 3 bahwa Allah SWT mengharamkan babi dan
apapun makanan yang mengandung bagian dari tubuh babi termasuk daging, lemak dan
bahkan enzim atau sel tubuhnya. Babi diharamkan karena hewan ini termasuk hewan yang
kotor dan membawa bibit penyakit khususnya cacing pita yang dapat membahayakan
manusia.
4. Khamr
Khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan dan termasuk didalamnya minuman
keras atau minuman beralkohol dan segala jenis narkoba yang dapat membuat orang
kecanduan. Dalam surat al maidah ayat 90, Allah -Subhanahu wa Ta’ala-berfirman:“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-
Ma`idah: 90)
5. Semua hewan buas yang bertaring
Jenis makanan haram selanjutnya adalah segala hewan yang memiliki taring baik yang
sifatnya jinak maupun liar. Hewan bertaring dalam hal ini adalah hewan yang menggunakan
taring untuk memakan mangsanya termasuk anjing, harimau, dan bahkan kucing yang jinak
sekalipun haram untuk dikonsumsi. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut
“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang dari (mengkonsumsi)
semua hewan buas yang bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
6. Semua burung yang memiliki cakar
Selain hewan yang bertaring maka semua burung yang memiliki cakar tajam yang
digunakan untuk membunuh dan memakan mangsanya adalah haram hukumnya untuk
dikonsumsi misalnya burung elang dan burung rajawali.Ibnu ‘Abbas -radhiallahu ‘anhuma
berkata : “Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan
semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)
7. Jallalah
Jallalah adalah sebutan bagi hewan pemakan feses atau kotoran manusia atau hewan
lainnya baik kotoran hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam dan sebagainya. Oleh sebab itu
jika seseorang memelihara hewan ternak yang akan dikonsumsi sebaiknya perhatikan
makanannya agar tidak terkontaminasi kotoran tersebut. Jalllalah disini termasuk burung
gagak dan burung pemakan bangkai. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang dari
memakan al-jallalah dan dari meminum susunya”. (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`iy )
8. Keledai jinak
Keledai adalah hewan yang biasa ditunggangi oleh manusia dan mengkonsumsi keledai
jinak adalah haram hukumnya. Hal ini disebutkan dalam mahzab ke empat Imam kecuali
imam Malik. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits“Sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah
najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim) .Sedangkan hukum memakana keledai liar adalah halal
berdasarkan perkataan Jabir -radhiallahu ‘anhu“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda
dan keledai liar, dan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang kami dari keledai jinak”.
(HR. Muslim)
9. Hewan Yang Diperintahkan untuk dibunuh
Semua hewan yang dapat membahayakan manusia dan diperintahkan untuk dibunuh
tanpa disembelih adalah haram hukumnya untuk dikonsumsi. Binatang tersebut antara lain
disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut:“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek)
yang boleh dibunuh baik dia berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram
(Mekkah): Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali (HR. Muslim)
10. Monyet
Dalam mahzab Syafii disebutkan bahwa monyet adalah haram, karena Allah telah
menghukum sekelompok manusia yang bermaksiat yakni kaum yahudi dan mengubahnya
menjadi binatang babi dan monyet.. Selain itu monyet juga memiliki kesamaan dengan
manusia dalam hal genetis dan kesamaan panca indra serta disebutkan bahwa monyet
bukanlaj jenis hewan yang baik.
C. Narkoba
Narkoba merupakan narkotika dan jenis obat-obatan terlarang yang apabila dikonsumsi akan
menimbulkan efek kecanduan. Pada dasarnya, obat-obatan psikotropika digunakan dalam
dunia medis untuk anastesi dengan dosis sangat rendah. Tapi dalam prkateknya, tak sedikit
orang yang menyutikkan obat ini pada tubuh secara langsung dengan kadar sembarangan.
Sehingga berakibat buruk pada kesehatan.
1. Narkotika
Narkotika merupakan sejenis obat atau senyawa yang dapat membantu mengurangi rasa
nyeri, menganggu kesadaran dan menyebabkan kecanduan. Secara garis besar, narkotika
dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni narkotika alami dan sintesis.
2. Narkotika Alami
Narkotika alami merupakan obat-obatan yang diperoleh dari tumbuhan. Beberapa contoh
narkotika alami, yakni morfin, kokain, heroin, opium (candu), Ganja, Marijuana, katinon
(tumbuhan khat), dan sebagainya.
3. Narkotika semi-sintesis
Narkotika semi-sintesis merupakan obat yang mengandung bahan aktif hasil sintesis
narkotika alami. Beberapa contoh narkotika semi-sintesis seperti kodein, heroin, morfin,
kokain, dan sebagainya.
4. Narkotika sintesis
Narkotika sintesis merupakan obat-obatan yang disintesis dari bahan-bahan kimia buatan
(non alamiah). Beberapa contoh narkotika sintesis yakni petidin, methadon, naltrexon,
propoxyphene (darvon) dan sebagainya.
5. Psikotropika
Psikotropika merupakan obat-obatan yang berbahaya, dapat merusak sistem saraf pusat
pada otak dan menganggu psikis atau mental seseorang. Beberapa contoh psikotropika
misalnya Amphetamine Type Stimulants (ATS), Methamphetamine, Ecstasy (huge
drug/inex), Benzodiazepin (pil koplo, lexotan), dan sebagainya.
6. Zat adiktif
Zat adiktif merupakan kelompok narkoba selain narkotika dan psikotropika. Penggunaan
zat ini juga berbahaya, memicu ketergantungan dan menganggu kerja otak. Contoh zat adiktif
seperti nikotin, alkohol, obat penenang, dan sejenisnya.
beberapa dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba:
Menyebabkan ketergantungan
Merusak sistem syaraf pusat pada otak yang berakibat pada terganggunya
neurotransmitter, fungsi kognitif dan psikomotorik
Memicu kejang
Menyebabkan halusinasi
Menganggu kesehatan organ-organ tubuh lainnya, seperti ginjang, jantung, hati, paru-
paru dan pancreas
KELOMPOK 12
Etika, Moral, dan Akhlak
1. PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan
bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau
buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik
atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya
yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam
konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah
laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah
laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik
buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan
yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan
moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk,
sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
KELOMPOK 13
Keutamaan Akhlak Nabi Muhammad SAW
Misi utama diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak" (Hadits). Akhlak
Rasulullah mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai suami, kepala pemerintahan,
pemimpin tertinggi pasukan Islam, dsb. Rasulullah memiliki akhlak yang agung (QS. 68:4)
dan patut dijadikan teladan oleh umat Islam (QS. 33:21).
Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak
pula (ucapan) terima kasih”. (QS. Al-Insan: 8-9)
6. Malu
Malu adalah akhlak yang sangat agung dan sifat yang sangat mulia yang hendaknya
seseorang berakhlak dengan akhlak ini. Dan apabila seorang berakhlak dengan akhlak ini,
akhlak ini akan menghalanginya dari seluruh perbuatan-perbuatan yang buruk dan
mengantarnya kepada perbuatan-perbuatan yang baik. Karena sifat malu seluruhnya adalah
kebaikan dan tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan. Sebaliknya, apabila sifat malu ini
hilang dari seseorang, maka kebaikan akan meninggalkannya dan dia tidak akan malu untuk
melakukan keburukan apapun.
Hadist:
"Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari gadis pingitan.
Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengetahuinya pada wajah Beliau."
(HR.Muslim), "Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang dan yang paling utamanya adalah
mengucapkan Laa ilaaha illal-Lah dan serendah-rendahnya adalah meyingkirkan duri
(gangguan dari jalan).Dan sifat pemalu merupakan satu bagian dari iman" (Muttafaq 'alaih).
7. Menepati janji
Janji menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perkataan yang menyatakan kesediaan dan
kesanggupan untuk berbuat. Pengertian lain menyebutkan, bahwa yang disebut dengan janji
adalah pengakuan yang mengikat diri sendiri terhadap suatu ketentuan yang harus ditepati
atau dipenuhi.
Al Quran, menggunakan tiga istilah yang maknanya berjanji, yaitu :
wa ’ada, Contohnya : Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang
beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Ahada, Contohnya : "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya." (QS.Al: Mu’minun ).
Aqada, Contohnya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Aqad
(perjanjian) di sini mencakup janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat
oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.