Anda di halaman 1dari 31

TUGAS AKHIR

PENDIDIKAN AGAMA
Nama : Syafira Nurulita
NIM / Bp : 18037076 / 2018
Prodi : D3-Statistika
Jurusan : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dosen : Drs. Syafei, M.Ag
Jadwal Kuliah : Rabu (07:00 - 09:40)

KELOMPOK 1
Hakikat, Fungsi, Tugas dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Al-Qur’an.
A. Hakikat Hidup Manusia Menurut Alqur’an
Manusia adalah makhluk paling sempurna penciptaannya dibanding dengan makhluk-
makhluk lainnya namun penuh dengan misteri. Dalam Al-Qur'an dijelaskan tentang pencitaan
manusia, bahwa manusia itu diciptakan dari unsur jasmani dan rohani ( Q.S 32:7-9). Manusia
adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok,
manusia yang mempunyai aspek jasmani, Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek
jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup di dunia.
Selanjutnya, perlu manusia pembenahan jasmani yang sehat, kuat serta terampil.
karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam. Jasmani yang sehat
serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu
menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan
dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh
banyak memiliki pengetahuan dan informasi
B. Tugas dan Fungsi Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Manusia memiliki peranan di muka bumi sebagai khalifah. Khalifah berarti
pemimpin, wakil, pengelola dan pemelihara. Tentang fungsi manusia sebagai khalifah ini di
ungkapkan secara dramatis dalam bentuk sebuah dialog singkat antara Allah dan para
malaikat-Nya seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah [2]:30. Dialog yang menyiratkan
beberapa makna antara lain yaitu:
1. Manusia adalah pengemban amanah kekhalifafan di muka bumi.
2. Mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya. Kedudukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi
penciptaan sebagai khalifah yang diberikan oleh Allah dan akan
dipertanggungjawabkan oleh manusia. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
SWT Q.S faathir [35]:39.
Peranan manusia sebagai khaliffah juga dipahami sebagai makhluk yang bertugas
mungurus dan menjaga alam dengan baik agar terciptanya kehidupan yang baik bagi semua
makhluk Allah atau penyebar rahmat sebagaimana dijelaskan Allah dalam Q.S Al-Anbiya'
[21]:107. Adapun tugas dan fungsi pokok (Tupoksi) kekhalifahan itu terangkum dalam
Lima-Me yakni memauami, menguasai, memanfaatkan, memelihara dan melestarikan alam.
Amanah kekhalifan itu akan dipertanggungjawabkan di suatu saat kepada Allah SWT.
C. Tujuan Hidup Manusia
1. Manusia diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah Azza Wajalla sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S Az-Dzariyat : 56, "Tidaklah Aku menciptakan manusia
melainkan supaya mereka menghambakan diri (mengabdi) kepada Ku"
2. Manusia diciptakan untuk mempersembahkan amal-amal terbaik dalam rangka
ketaatan kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al Mulk: 2 “Yang
menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
3. Manusia diciptakan menjadi khalifah di muka bumi. Amanah ini hanya diberikan
kepada manusia, kekhalifahan ini adalah suatu amanah yang berat, menjadi khalifah
manusia berkedudukan sebagai wakil Allah yang bertugas mengatur alam raya sebaik
mungkin.

KELOMPOK 2
Klasifikasi Agama, dan Islam Sebagai Agama Wahyu Yang Mutlak Benar.
A. Klasifikasi Agama
Cukup banyak agama yang ada di dunia ini, sekedar menyebut contoh agama Sinto,
Kong Hu Cu, Bahai, Budha, Katolik, Protestan, Hindu, Islam dan lain-lainnya. Namun dari
sekian banyak agama ini oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua golongan (berdasar
tolok ukur tertentu). Salah satu tolok ukur yang dapat dipergunakan adalah asal (sumber)
ajaran agama. Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Agama Wahyu (revealed religion), juga disebut agama samawi, agama langit.
2. Agama Ra°yu (cultural religion/natural religion) agama ardhi, agama bumi,kadang disebut
agama budaya dan agama alam.

Agama wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada ummat
manusia melalui Rasul-Nya. Sedangkan Agama ra'yu adalah agama yang ajaran-ajarannya
diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya.
Ciri Agama Wahyu/Samawi/Langit  :
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya;
2. Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan
menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan dan
upaya
3. Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap;
4. Sistem merasa dan berfikimya tidak inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap
segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya sistem merasa dan berfikir
mengabdikan diri kepada agama;
5. Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan
perubahan akal;
6. Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak;
7. Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata
dalam perjalanan ilmu satu demi satu terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib
dapat diterima oleh akal.
8. Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan
hakekat kemanusiaan.
9. Melalui agama Wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan
kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempuma) yang bersih dari dosa.

Ciri agama Ra”yu/Ardhi/Bumi/Budaya:


1. Agama ra'yu tidak dapat dipastikan kelahirannya.
2. Tidak mengenal utusan atau Rasul Allah.
3. Yang mengajarkan agama budaya adalah filsof atau pendiri agama tersebut.
4. Tidak memiliki kitab suci.
5. Sekalipun memiliki kitab suci Sistem merasa dan berfikirnya inheren dengan sistem
merasa dan berfikir tiap segi kehidupan
6. Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang menganut, atau oleh filosofnya
7. Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi monoteisme
nisbi
8. Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata satu
satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam perkembangannya, mengenai alam
ghaib tak termakan oleh akal (Sidi Ghazalba; 1975; 49~53)
9. Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan
penghayatan masyarakat penganutnya.
B. Islam Sebagai Agama Wahyu yang Mutlak Benar
a.) Islam Sebagai Agama Wahyu
Islam sebagai agama wahyu, dapat dilihat melalui wahyu Allah dalam ayat-ayat al-Qur’an
diantaranya:
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Islam-lah wahai dikau Ibrahim,” Ibrahim
menjawab: “Aku telah ber-Islam kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Baqarah: 131).
“Nabi Nuh berkata: “Dan aku diperintahkan (oleh Allah) untuk menjadi seorang dari
golongan muslimin.” (QS. Yunus: 72).
Jika agama-agama lain namanya ada setelah pembawa ajarannya telah tiada, maka nama
Islam sudah ada sejak awal kelahirannya. Allah swt. sendiri yang memberikan nama untuk
agama Islam ini, seperti dalam QS. Ali Imran ayat 19 yang artinya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.”
Ini merupakan salah satu keistimewaan dan sekaligus tanda bahwa Islam adalah satu-satunya
agama wahyu yang diridhai Allah untuk umat-Nya.
Islam adalah satu-satunya agama samawi (wahyu) yang bersumber dari Allah, dzat
yang paling benar dan mengetahui kebenaran. Islam sebagai agama wahyu telah diturunkan
oleh Allah kepada umat-Nya melalui nabi dan rasul-Nya, dari sejak nabi Adam sampai nabi
terakhir kita, yaitu nabi Muhammad saw.
KELOMPOK 3
Islam Membawa Keselamatan, Kesejahteraan, dan Kedamaian Bagi Umat Manusia.
1. Konsep Keselamatan Dalam Islam
Keselamatan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh semua umat manusia. Dalam
islam pun tetrdapat konsep keselamatan yang dijanjikan oleh Allah SWT yang banyak
dijelaskan dalam al-Qur’an. sebagaimana allah berfirman dalam al-Qur’an: Apabila muslim
memenuhi kewajibannya,maka Allah akan mendapatkan keselamatan sekaligus kenikmatan
dunia serta akhirat. Keselamatan di dunia dapat dirasakan apabila umat islam menaati segala
apa yang diperintahkan oleh Allah SWT menjauhi segala larangan-Nya
2. Islam Membawa Kesejahteraan Bagi Umat Manusia
Menurut agama islam, seorang manusia yang sukses adalah ia yang selalu istiqomah
berada di jalan Allah SWT dan memiliki bekal yang baik untuk hidup diakhirat kelak (baca
cara agar tetap istiqomah di jalan Allah) Manusia yang sukses dalam islam adalah mereka
yang memiliki kemuliaan Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam sebuah ayat
berikut: ϥΒ˶ e ˶ΒΒϛ˶ή ˶Ϣ˶ ˶ ˶ΒΒ˵˶Ϝ ˵˵ Β˵ “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu
sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu
tiada memahaminya?” (Qs Al Anbiya : 10) Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa
alam Alqur;an terkandung segala hal yang dapat memberikan kemuliaan kepada manusia atau
dengan kata lain bahwa kemuliah atau kesuksesan seorang manusia tidaklah diukur dari
berapa banyak harta yang ia miliki atau seberapa tinggi jabatannya melainkan seberaba bisa
ia mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang terkandung dalam Alqur’an
3. Islam Membawa Kedamaian Bagi Umat Manusia
Dalam konsep Islam, hubungan antar individu dan bangsabangsa adalah hubungan
perdamaian. Al-Quran mengajarkan bahwa tujuan Allah menciptakan umat manusia yang
berbeda-beda suku dan bangsa agar saling mengenal dan berhubungan satu dengan yang lain
dengan damai. sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah surah Al-hujarat: 13; Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. Kedamaian tidak akan terwujud bila manusia tidak saling mengenal antara
satu dengan yang lain
KELOMPOK 4
Sumber Ajaran Islam dan Penerapannya dalam Kehidupan.
1) Sumber Ajaran Islam
a. Al-Qur’an
Secara harfiyah, Al-Qur’an artinya “bacaan”, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75:17-
18:

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan ‘membacanya’. Jika Kami


telah selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”.

Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat),
dan budi pekerti (akhlak).
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula
dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Qur’an membenarkan kitab-kitab
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Tidak mungkin Al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kita-
kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya.” (Q.S. 10:37)

“Dan telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Qur’an itulah yang benar, membenarkan
kitab-kitab sebelumnya…”. (Q.S. 35.31)
Nama-nama Al-Qur’an ;
 Al-kitab : Kitab
 Al-Furqan : Pembeda
 Al-Dzikru : Pengingat
Kandungan Al-Qur’an, yaitu
 Hukum : dalam Al-Quran ada hukum yang mengandung kemashalatan untuk manusia
yang telah ditetapkan oleh Allah. Adapun aspek hukum yang dijelaskan dalam Al-
Quran ;
 Akidah : hukum yang mengatur tentang keyakinan manusia kepada
Allah Swt. Manusia harus meng-esa-kan-Nya dan wajib
mengimani adanya adanya malaikat, kitab, rasul, hari kiamat serta
qadar baik buruk dari Allah Swt
 Syariah : hukum yang mengatur tentang perbuatan manusia yang
merupakan interaksi mereka dengan pencipta-Nya serta sesama.
Bentuk interaksi habum minallahi seperti solat, puasa, zakat, haji,
dan ibadah lainnya. Sedangkan bentuk interaksi hablum minannas
seperti berbagi kepada orang yang membutuhkan
 Akhlak : hukum yang mengatur tentang tingkah laku manusia
dalam berinteraksi. Seperti bersikap sopan, jujur, gemar membantu
dan lain sebagainya.
Fungsi Al-Quran
a. Petunjuk
b. Pembeda antara Hak dan Bathil
c. Rahmat (kasih sayang) Allah pada manusia
d. Bayyinah (penjelasan suatu kebenaran)
e. Mau’izhah (pelajaran) bagi manusia
f. Syifa (obat) penyakit hati
g. Hadits/As-Sunnah

b. Hadits
Disebut juga As-Sunnah yang secara bahasa berarti “kebiasaan” atau “adat-istiadat”.
Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan serta kebiasaan Nabi Muhammad
Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Rasulullah terhadap perkataan dan
perilaku sahabat.

Macam-macam Hadits atau Sunnah


a. Qauliyah : perkataan Rasulullah
b. Fi’iliyah : perbuatan Rasulullah
c. Taqririyah : penetapan, persetujuan dan pengakuan Rasulullah
d. Hammiyah : sesuatu yang direncanakan Rasulullah dan telah disampaikan
kepada para sahabatnya namun belum sempat dikerjakan karena telah datang
ajalnya

Fungsi hadits :
a. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quran
b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih
bersifat global
c. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati dalam Al-Quran

c. Ijtihad
Secara bahasa, ijtihad artinya usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli agama
untuk mencapai suatu putusan hukum syara’ (syariat islam) mengenai kasus yang
penyelesaiannya belum tertera dalam Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad adalah berpikir keras
untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan
dalam Al-Quran dan As-Sunah. Pelaku atau orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid.
Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihadm sepanjang ia menguasai
Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga berakhlak baik dan menguasai berbagai ilmu
disiplin ilmu pengetahuan. Maka dari itu lazimnya mujtahid adalah para ulama yang
integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat islam. Jika ijtihad dilakukan secara bersama-
sama, maka hasilnya disebut ijma’ atau kesepakatan.
Macam-macam ijtihad :

 Ijma’ : kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan Al-
Quran dan hadist dalam suatu perkara. Adapun hasil ijma’ adalah fatwa, yakni
keputusan bersama para mujtahid yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
 Qiyas : menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru muncul, yang belum
ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya
dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
 Istihsan : tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan
karena adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk meninggalkannya.
Maslahah Mursalah : penetapan hukum berdasarkan pada pertimbangan manfaat dan
kegunaannya.
 Sududz Dzariah : tindakan dalam memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh
atau haram demi kepentingan umat.
 Istishab : menetapkan berdasarkan hukum yang ditetapkan pada masa lalu secara
abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat dalil yang menunjukkan adanya
perubahan.
 Urf : penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat selama
tidak bertentangan degan Al-Quran dan hadits.
2) Penerapan
A. Al-Quran, Hadits
o Shalat, membaca Al-Quran, berpuasa, naik haji
o Menjaga kebersihan diri
o Menjaga makan minum
o Memenuhi akal dengan ilmu
o Berinfak, tolong-menolong
o Berbakti kepada orang tua, dll
B. Ijtihad
o Penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal
o Tentang bayi tabung
o Mengecat rambut

KELOMPOK 5
Akidah, Pengertian, dan Ruang Lingkupnya.

A. Pengertian Aqidah

Secara umum, pengertian Aqidah adalah sebuah ikatan atau kepercayaan kuat dalam diri
seseorang terhadap apa yang diimaninya. Di dalam islam, Aqidah meliputi keimanan kepada
Allah SWT beserta sifat-sifatNya.

Secara bahasa, Aqidah bisa diartikan sebagai ikatan atau keyakinan.


Sedangkan secara istilah Aqidah merupakan sebuah keimanan yang kuat terhadap suatu
dzat tanpa ada keraguan sedikitpun. Secara garis besar, Aqidah islam meliputi semua rukun
iman yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta iman kepada
Qada dan Qadar. Intinya, pengertian Aqidah adalah sebuah keimanan yang pasti tanpa ada
keraguan sama sekali. Oleh karena itu, berpegang pada Aqidah yang benar merupakan sebuah
kewajiban bagi umat Islam.

B. Dasar Aqidah

Dasar aqidah itu sendiri adalah ajaran Islam yang menjadi sumber-sumber hukum dalam
Islam, yang ada pada Al Quran dan Al Hadits. Al Quran dan Al Hadits menjadi pedoman
hidup dalam Islam yang menjelaskan banyak mengenai kriteria atau ukuran baik buruknya
suatu perbuatan manusia.Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk melakukan
perbuatan yang baik dan selalu menjauhi perbuatan yang buruk.

C. Ruang Lingkup Aqidah

 Ilahiyat (pembahasan akan segala hal atau segala sesuatu yang memiliki hubungan
dengan Ilahi, seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain sebagainya)
 Nubuwat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan Nabi
dan Rasul, termasuk pembahasan mengenai Kitab Allah, mukjizat, dan lain sebagainya)
 Rukhaniyat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisika, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh, dan masih banyak yang lainnya)
 Sam'iyat (pembahasan akan segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui dalil naqli
berupa Al Quran dan Sunnah, seperti halnya alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-
tanda kimat, surga dan neraka, dan yang lainnya).

D. Tujuan Mempelajari Aqidah

1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, sehingga hidup hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
2. Menghindarkan diri dari berbagai macam pengaruh kehidupan yang sesat atau bahkan
jauh dari petunjuk hidup yang benar.
3. Mampu meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
4. Bisa membersihkan akal dan pikiran dalam ketenangan jiwa.
5. Mengikuti para Rasul akan segala bentuk tujuan dan perbuatannya.
6. Bisa beramal baik hanya semata-mata karena Allah SWT.
7. Ikhlas dan selalu menegakkan agamanya dan memperkuat tiang penyangganya.
8. Mengharapkan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

E. Contoh Aqidah Islam

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, umat Islam seharusnya selalu berpegang pada
aqidah Islam. Adapun beberapa contoh aqidah Islam adalah sebagai berikut:
1. Beriman kepada Alla Ta’ala dan sifat-sifatnya dengan cara menerima dan meyakini
sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran dan As-Sunah (hadits).
2. Melakukan enam rukun iman dalam kehidupan sesuai dengan ajaran Islam dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

KELOMPOK 6
Fungsi, dan Manfaat Iman dalam Kehidupan.
A. HAKIKAT IMAN
Kata “iman” berarti membenarkan , mempercayai .Artinya membenarkan dengan hati
,diucapkan dengan lisan ,dan dibuktikan dengan perbuatan
B. KARAKTERISTIK DAN SIFAT ORANG BERIMAN
Orang yang beriman kepada Allah memiliki cir tersendiri.Tanda-tanda orang beriman
sesuai dalam Q.S Al-Anfal ayat 2,yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka,dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenaNya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal(yaitu)orang-orang yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada merek
c. HAL-HAL YANG DAPAT MERUSAK DAN MENIADAKAN IMAN
Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang menjadi larangan
Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita kepada Allah. Sehingga ketika
kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan Allah maka keyakinan kita akan Allah itu
dapat berkurang atau diragukan.
Namun, pada makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan Allah yang
umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita terhadap Allah.
1. Syirik

Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan secara


terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
merupakan kekhususan Allah, misalnya berdo’a kepada selain Allah disamping
berdo’a kepada Allah, mempersembahkan ibadah kepada selain Allah.
2. Takabur atau Sombong

Lawan dari sikap tawadhu’ adalah takabur atau sombong, yaitu sikap yang
menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu orang
sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari orang yang
dianggap statusnya lebih rendah darinya.

3. Khianat
Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang sangat
tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah SWT,
apalagi kalau yang dikhianatinya adalah Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu Iblis
melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah, rasul dan amanah mereka
sendiri,
4. Berbohong

Sifat berbohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari shidiq.
Rasulullah SAW. Menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi pembohong.

F. HAL-HAL YANG DAPAT MENINGKATKAN KEIMANAN


a. Mejalankan perintah allah dan menjauhi laranganya
b. Senantiasa meningkatkan ketaqwaan
c. Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT sepertimakna dari
nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya.Semakin tinggi
ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya,maka semakin bertambah
tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepadaAllah SWT
d. Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dankesempurnaan-Nya.
Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yangmerancang, menciptakan dan
mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah
e. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
f. Pelajari ilmu-ilmu mengenai asmaul husna

G. FUNGSI IMAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Iman dengan disertai dengan  amal shaleh dapat menjadi kunci akan dibukakanya
kehidupan yang baik, makmur dan sejahtera
2. Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
3. Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesame
4. Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta
5. Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6. Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
7. Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8. Memberikan ketengan dalam jiwa
9. Dijanjikan akan mendapatkan syurga
10. Dengan iman hidup akan terarah
11. Iman membawa manusia pada kedamaian
12. Dengan iman hidup kita  lebih sederhana
13. Dengan iman ketika akan menjadi lebih semangat dalam mencapai sesuatu
14. Iman membuat kita menjadi lebih sabra

KELOMPOK 7
Faktor Yang Mempengaruhi Kokoh dan Goyahnya Iman

A. Sebab-sebab Bertambahnya Iman

1. Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah.

2. Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan keberadaan


makhluk-makhluk Allah Ta’ala yang beraneka ragam dan menakjubkan merupakan faktor
pendorong yang sangat kuat untuk beriman dan mengokohkan iman.

3. Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan shalih dengan ikhlas, memperbanyak


dan mensinambungkannya. Hal ini karena semua amalan syariat yang dilaksanakan dengan
ikhlas akan menambah iman. Karena iman bertambah dengan pertambahan amalan ketaatan
dan banyaknya ibadah.

B. Sebab-sebab Berkurangnya Iman

1. Faktor internal berkurangnya iman

 Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar berkurangnya iman, sebagaimana ilmu adalah
sebab terbesar bertambahnya iman
 Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran dan lupa. Tiga perkara ini adalah salah
satu sebab penting berkurangnya iman
 Perbuatan maksiat dan dosa.
Jelas kemaksiatan dan dosa sangat merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap
iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah Allah Ta’ala menambah iman, demikian
juga pelanggaran atas larangan Allah Ta’alamengurangi iman. Namun tentunya
dosa dan kemaksiatan bertingkat-tingkat derajat, kerusakan dan kerugian yang
ditimbulkannya
2. Faktor eksternal berkurangnya iman
 Syeitan musuh abadi manusia yang merupakan satu sebab penting eksternal yang
mempengaruhi iman dan mengurangi kekokohannya.
 Dunia dan fitnah (godaan)nya. Menyibukkan diri dengan dunia dan perhiasannya
termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab semakin semangat manusia
memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan
dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagianakherat, sebagaiman dituturkan
Imam Ibnul Qayyim.
 Teman bergaul yang jelek. Teman yang jelek dan jahat menjadi sesuatu yang
sangat berbahaya terhadap keimanan, akhlak dan agamanya. Karena itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan kita dari hal ini dalam
sabda beliau,

‫ال َّر ُج ُل َعلَى ِدي ِ`ن َخلِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ أَ َح ُد ُك ْم َم ْ`ن يُ َخالِ ُل‬
“Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah
seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.”[5]

KELOMPOK 8
Syariah, Pengertian, dan Ruang Lingkupnya
A. Pengertian Syariah

Syariah [arab: ‫ ]الشريعة‬secara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk menuju sumber air.
(Lisan Al-Arab, 8/175).

Secara bahasa, kata syariat juga digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran agama.
(Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).

Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti aturan dan undang-undang.

Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. (Al-Misbah Al-
Munir, 1/310). Ada juga yang mengatakan, aturan ini disebut syariah, karena dia menjadi
sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.

Namun, dalam perkembangannya, istilah syariat lebih akrab untuk menyebut aturan islam.

Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk para hamba-Nya,
baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait hubungan
makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk. (Tarikh Tasyri’ Al-Islami,
Manna’ Qathan, hlm. 13).

Bentuk interaksi habum minallahi seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya.

Sedangkan bentuk interaksi hablum minannas seperti berbagi kepada orang yang
membutuhkan.

Allah berfirman,

‫ثُ َّم َج َع ْلنَاكَ َعلَى َش ِري َع ٍة ِمنَ اأْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا‬

“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)

Makna ayat,

“Aku jadikan kamu berada di atas manhaj (jalan hidup) yang jelas dalam urusan agama, yang
akan mengantarkanmu menuju kebenaran.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).

Rincian Syariat Para Nabi Berbeda-beda


Allah tegaskan dalam Al-Quran,

‫لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا‬

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS. Al-
Maidah: 48)

Rincian syariat yang Allah turunkan, berbeda-beda antara satu umat dengan umat lainnya,
disesuaikan dengan perbedaan waktu dan keadaan masing-masing umat. Dan semua syariat
ini adalah adil ketika dia diturunkan. Meskipun demikian, bagian prinsip dalam syariat, tidak
berbeda antara satu umat satu nabi dengan umat nabi lainnya.

B. Keistimewaan Syariah Islam

1. Bersumber dari Sang Pencipta, Tuhan semesta alam. Sehingga mutlak benar

Langit, bumi dan semesta adalah milik Allah SWT begitu juga dengan aturan yang ada di
dalamnya. Syariat mengambil sumber dari kalamuallah yang mustahil dihadirkan untuk
merugikan hambanya. Hukum yang dihadirkan oleh Allah SWT tentunya terhindari
kesalahan manusia. Sifatnya mutlak dan tidak mudah goyah hanya karena perubahan waktu
dan zaman.

2. Terjaga dari perubahan, karena Allah menjaga sumbernya

Syariat dijaga oleh Allah SWT dan dijamin bahwa di dalamnya tidak ada perubahan.
Pengertian syariat sendiri bersifat tidak kaku karena para perawi dan ulama yang
memufakatkan memiliki dasar keilmuan yang tinggi tentang islam sebelum membentuk
tafsiran sebuah dalil.

3. Mencakup semua aspek kehidupan

Ketentuan yang terdapat dalam syariah bersifat universal, tak hanya bagi kaum muslimin.
Jika syariah diterapkan, tak memungkiri bahwa kehidupan akan tenteram dan terhindar dari
segala bentuk permusuhan.

4. Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus sengketa manusia

Hukum dalam syariat islam semuanya mengajarkan kebaikan, mendatangkan syafaat dan
pahala, juga sebagai peredam segala bentuk sengketa yang sering terjadi dalam kehidupan
sosial.

5. Layak diterapkan di setiap zaman dan tempat.

Dikarenakan isinya masih tetap sama namun tetap bisa fleksibel dengan dinamika kehidupan.
Keterangan di atas, terlepas dari pro-kontra manusia terhadap aturan yang Allah turunkan.
Dan dalam hidup pasti ada aturan. Bisa jadi sejalan, bisa jadi berbenturan. Antara syariat
Allah dan syariat hawa nafsu manusia.

Orang yang saat ini tidak sedang mengikuti syariat Allah, berarti dia sedang mengikuti syariat
hawa nafsunya. Karena hidup tidak akan pernah lepas dari aturan dan syariat, an semua akan
dipertanggung jawabkan. Tinggal satu pertanyaan, kemanakah kita hendak memilih?

C. Ruang Lingkup Syariah

Ruang lingkup syariat yang sesungguhnya yaitu mencakup keseluruhan ajaran islam, baik
yang berkaitan dengan akidah, ibadah, ataupun akhlak dan termasuk diantaranya adalah
muamalah yang mengatur tentang peraturan atau system kehidupan manusia.

Syariah dalam arti ini sering disebut dengan fikih akbar, yakni ketetapan hukum yang
dihasilkan dari pemahaman seorang muslim yang memenuhi syariah tertentu tentang al-
Qur’an dan sunah.

- Fikih Ibadah, meliputi aturan puasa, zakat, haji dan sebagainya yang ditujukan untuk
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
- Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang
lainnya   dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya :
dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, dll.
- Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya),
diantaranya : perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah dll.
- Jinayat, yaitu pengaturan yang menyangkut pidana, diantaranya qishash, diyat,
kifarat, pembunuhan zina, minuman keras, murtad, khianat dalam berjuang, kesaksian
dan lain-lain.
- Siyasah, yaitu menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik) di antaranya
ukhuwah (persaudaraan), musyawarah (permufakatan), tasamuh (toleransi), takaful
ijtima (tanggung jawab sosial), zhi'amah (kepemimpinan) dan perang.
- Dan aturan lain yang bertujuan untuk mengatur subjek hukum baik secara indiviual
maupun secara komunal.

D. Tujuan Syariah
Tujuan syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam
berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di dunia agar sampai ke
kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat. Dengan kata lain agar manusia dapat
membawa dirinya di atas jalur syari’at sehingga pada gilirannya dia akan hidup teratur, tertib
dan tentram dalam menjalin hubungannya baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut
hablum minallah, hubungan dengan sesama manusia yang disebut hablum minannas, serta
hubungan dengan alam lingkungan lainnya yang disebut hablum minal alam. Hubungan yang
baik ini akan mempunyai nilai ibadah, dan tentu dengan menjalankan ibadah yang baik
berupa ibadah langsung (mahdzah) ini akan membuahkan predikat baik dari Allah dan pada
akhirnya akan hasanah fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di
akhirat itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.

E. Contoh Syariah Islam

1) Habluminallah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Allah memerintahkan
manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah kepada-Nya. Ibadah
dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak, baik itu sholat, membaca al-
qur’an, haji dan sebagainya
2) Hubungan dengan dirinya sendiri
Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu harus
berdasarkan islam, mulai dari berpakaian, cara bersikap dan sebagainya. Adapun
akhlak pada diri sendiri diantaranya mencakup hal-hal berikut:

Berakhlak terhadap jasmani.

 Menjaga kebersihan dirinya


 Menjaga makan minumnya.

Berakhlak terhadap akalnya.

 Memenuhi akalnya dengan ilmu


 Penguasaan ilmu.

Berakhlak terhadap jiwa.

 Bertaubat
 Memperbanyak ibadah

3) Habluminannas
Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu dengan
yang lainya. Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain
tentang :

 Mendahulukan kepentingan orang lain yang lebih penting


 Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan
KELOMPOK 9
Ekonomi Islam (Konsep, Prinsip, dan Tujuan)
A. Konsep Ekonomi Islam
Menurut bahasa, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos berarti keluarga
atau rumah tangga, sedangkan Nomos berarti peraturan atau aturan. Menurut istilah yaitu
menanjemen rumah tangga atau peraturan rumah tangga.
Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam sistem
ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya. Beberapa
ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas
dalam kerangka syariah.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami.

B. Prinsip Ekonomi Islam


Islam menetapkan prinsip ekonomi Islam berdasarkan kepada kaidah pokok
muamalah, yaitu semuanya diperbolehkan kecuali yang dilarang. Namun secara umum
prinsip ekonomi Islam antara lain sebagai berikut:
1. Barang dan jasa yang diproduksi adalah barang dan jasa yang halal.
2. Sistem organisasi produksi Islam mengisyaratkan pengadministrasian yang teratur
C. Tujuan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mewujudkan perikehidupan umat manusia yang makmur dan selalu dalam taraf yang
lebih maju, dengan jalan melaksanakan produksi barang dan jasa dalam kualitas dan
kuantitas yang cukup, guna memenuhi kebutuhan spiritual, dalam rangka
menumbuhkan taraf kesejahteraan duniawi maupun ukhrowi secara serasi dan
seimbang.
2. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang ada dan merata, dengan
jalan melaksanakan distribusi barang , jasa, kesempatan, kekuasaan dan pendapatan
masyarakat secara jujur dan terarah dan selalu meningkatkan taraf keadilan dan
pemerataannya.
3. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang stabil dengan jalan
menghindari gangguan-gangguan inflansi dan depresi ataupun stagnasi, namum tidak
menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, dengan jalan mengendalikan
tingkah laku masyarakat yang membawa kearah kegoncangan ekonomi.
4. Mewujudkan perikehidupan ekonomi yang serasi, bersatu, damai dan maju, dalam
suasana kekeluargaan sesama umat, dengan jalan menghilangkan nafsu untuk
menguasai, menumpuk harta, ataupun sikap-sikap lemah terhadap gejala-gejala yang
negatif.
5. Mewujudkan perikehidupan ekonomi yang relatif menjamin kemerdekaan dalam
memilih jenis barang dan jasa, memilih sistem dan organisasi produksi, maupun
memilih sistem distribusi, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dapat dikerahkan
secara maksimal, dengan meniadakan penguasaan berlebih dari sekelompok
masyarakat ekonomi, serta menumbuhkan sikap-sikap kebersamaan (solidaritas).
6. Mewujudkan perikehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan kerusakan di bumi,
kelestarian alam dapat dijaga sebaik-baiknya, baik alam fisik, kultural, sosial maupun
spiritual keagamaan,
7. Mewujudkan perikehidupan ekonomi umat manusia yang relatif mandiri, tanpa
ketergantungan yang berlebihan kepada kelompok masyarakat lain.

KELOMPOK 10
Pernikahan (Konsep, Prinsip, dan Tujuan)
A. KONSEP PERNIKAHAN

PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu.
Menurut istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan
kewajiban diantara keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai peraturan yang
diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-quran artinya adalah pasangan yang
dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, allah s.w.t. menjadikan
manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
B. HUKUM PERNIKAHAN

Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa.. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi
sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
 Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun
meteri dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah.
 Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan
berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah
 Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun
meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak
 Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut,
baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

C. PRINSIP PRINSIP PRNIKAHAN

1. Prinsip Mitsaqan ghaliza (Komitmen Suci)


Pernikahan merupakan amanat dari Allah swt. Amanat adalah sesuatu yang diserahkan
kepada pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena yakin bahwa apa yang
diamanatkannya itu akan dipelihara dengan baik. Isteri adalah amanat Allah kepada suami,
demikian pula suami merupakan amanat Allah kepada isteri. Suami isteri telah berjanji
dengan nama Allah untuk menjaga amanah itu. Janji inilah yang dimaksud dalam Al-Qur`an
dengan mitsaqan ghaliza. Istilah itu dapat dimaknai dengan komitmen suci atau perjanjian
yang teguh.

2. Prinsip mawaddah wa rahmah (Cinta dan kasih yang tak bertepi )


Mawaddah secara bahasa berarti 'cinta kasih', sedangkan rahmah berarti 'kasih sayang',
kedua istilah itu menggambarkan perasaan batin manusia yang sangat luhur. Mawaddah juga
menggambarkan suasana psikologis manusia yang dapat menerima orang lain apa adanya.
 Mawaddah wa rahmah merupakan anugerah  Allah swt. dan hanya dilimpahkan kepada
hamba-hamba-Nya yang dikehendaki agar mereka dapat menikmati kehidupan suami isteri
dengan penuh sakinah (kedamaian).
3. Prinsip mu`asyarah bil ma`ruf (Prilaku santun dan beradab)
Ditemukan sejumlah tuntunan dalam Al-Qur`an dan hadis agar suami memperlakukan
isterinya dengan penuh sopan santun, di antaranya berikut ini: Hai orang-orang yang
beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu
berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan
bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak (Q.S an-Nisa 19). Selanjutnya dari hadis: "Bertakwalah
kalian kepada Allah swt. berkaitan dengan urusan perempuan. Kalian telah mengambil
mereka sebagai amanat Allah, dan kalian juga telah memperoleh (dari Tuhan) kehalalan
atas kehormatan mereka dengan kalimat Allah" (HR. Bukhari).

Dalam relasi pernikahan, Islam mengajarkan suami agar memperlakukan atau


menggauli isterinya dengan penuh kelembutan dan kesopanan, jauh dari segala bentuk
kekerasan dan kebiadaban. Sebaliknya isteri pun demikian. Masing-masing hendaknya
menjaga tata krama dan adab sopan santun sesuai ajaran agama. Jelas bahwa dalam
pernikahan Islam tidak dibolehkan sedikit pun adanya KDRT (kekerasan dalam rumah
tangga), baik dalam bentuk fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Untunglah sekarang sudah
berlaku UU KDRT, meskipun implementasinya masih tertatih-tatih.

4. Prinsip Musawah (Kesetaraan dan keadilan gender)


Kebahagiaan hidup dalam pernikahan hanya dapat diwujudkan dalam kehidupan
keluarga manakala suami isteri berada pada posisi yang setara dan sederajat. Itulah yang
sekarang diistilahkan dengan kesetaraan dan keadilan gender. Sebab, bagaimana mungkin
suami isteri bisa saling menghargai, saling menghormati, dan saling terbuka jika sang suami
memandang isteri lebih rendah atau lebih tinggi. Atau sebaliknya, isteri memandang suami
lebih tinggi atau lebih rendah.
Keduanya harus memandang satu sama lain sebagai manusia utuh yang harus dihargai
dan dihormati apa pun posisi dan statusnya.  Keduanya harus menghargai nilai-nilai
kemanusiaan. Di hadapan Allah swt. semua manusia sama derajatnya, yang membedakan di
antara mereka hanyalah prestasi takwanya, itupun hanya Allah yang berhak menilai, bukan
manusia.
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah: "isteri-isterimu adalah pakaian untuk kamu
(para suami), demikian pula kalian (para suami) adalah pakaian mereka (para isteri)"  (QS.
S. Al-Baqarah, 2:187).Ayat tersebut mengisyaratkan Perlunya suami isteri saling membantu
dan saling melengkapi satu sama lain. Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal,
sebaliknya tidak ada pula yang serba tidak sempurna. Suami isteri pasti saling membutuhkan.
Masing-masing harus dapat berfungsi memenuhi atau menutupi kebutuhan pasangannya,
ibarat pakaian menutupi tubuh.

5. Prinsip Musyawarah (Komunikasi yang hangat dan intens)


Prinsip ini didasarkan pada firman Allah: "Bermusyawaralah di antara kamu (suami
dan isteri) mengenai segala sesuatu dengan cara yang baik" QS. at-Thalaq, 65:6). Atas dasar
prinsip musyawarah ini, suami atau isteri tidak mengambil keputusan penting, khususnya
menyangkut kehidupan keluarga, secara sepihak melainkan senantiasa perlu dirundingkan
atau dimusyawarahkan  bersama. Dengan memegang teguh prinsip ini diharapkan bahwa
manakala ada masalah, maka suami isteri bertanggung jawab. Tidak ada pihak yang akan
mengelak dari tanggung jawab karena semua keputusan diambil berdasarkan kesepakatan
bersama demi kepentingan keluarga.
Membangun komunikasi yang hangat dan intens di antara suami-isteri menjadi kunci
kebahagiaan dalam perkawinan. Masalahnya, kebanyakan kita lebih mudah dan juga lebih
suka membangun hubungan yang hangat dengan orang lain ketimbang dengan pasangan
sendiri. Memang tidak mudah, tapi komunikasi harus dibangun dan dilanggengkan sepanjang
hayat dengan pasangan.

D. TUJUAN PERNIKAHAN

1. Melaksanakan Sunnah Rasul


Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat.
Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan
oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi

Sangat dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal ini karena
pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu sendiri. Karena naluri
manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih baik untuk dipenuhi dengan jalan
yang baik dan benar yaitu melalui penikahan.

Apabila naluri tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan seseorang kepada
jalan yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu berzina. Salah satu fitrah manusia ialah
berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan, maka akan saling melengkapi, berbagi
dan saling mengisi satu sama lain.

3. Penyempurna Agama

Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan agama.
Dengan menikah maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan
ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang muslim
dalam beribadah.

Rasullullah Shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Apabila seorang hamba menikah


maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh
sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

KELOMPOK 11
Halal dan Haram (Makanan, Minuman, dan Narkoba)
A. Makanan halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab membolehkan, memecahkan, membebaskan dan
lainnya. Secara terminologi atau istilah kata halal diartikan sebagai segala sesuatu yang
apabila dilakukan tidak mendapat hukuman atau dosa dengan kata lain apa halal dapat
diartikan sebagai perbuatan atau segala sesuatu yang diperbolehkan dalam syariah agama
Islam.
Dasar Hukum Makanan Halal
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi
manusia adalah mubah atau dibolehkan. Dengan kata lain bahwa semua makanan pada
dasarnya adalah halal sampai ada dalil yang menyebutkan bahwa makanan tersebut haram
hukumnya untuk dikonsumsi.
1.Al Maidah 88
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada Nya.”
2.Al-Baqarah 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”
Kategori Makanan Halal
1.Halal zatnya
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penentuan kehalalan suatu makanan
adalah zat nya atau bahan dasar makanan tersebut misalnya makanan yang berasal dari
binatang maupun tumbuhan yang tidak diharamkan oleh Allah. Adapun jika dalam makanan
disebut terkandung zat atau makanan yang tidak halal maka status makanan yang tercampur
tersebut adalah haram dan tidak boleh dikonsumsi oleh umat Islam.
2. Halal cara memperolehnya
Pada dasarnya semua makanan adalah halal dan apabila zatnya halal maka makanan
dapat menjadi haram tergantung bagaimana cara memperolehnya. Makanan halal dapat
menjadi haram apabila diperoleh melalui hasil mencuri, menipu, hasil ribadan maupun
korupsi dan lain sebagainya.
3. Halal cara memprosesnya
Kategori halal yang harus dipenuhi selanjutnya adalah cara memproses makanan
tersebut. Apabila makanan sudah diperoleh dengan cara halal, dengan bahan baku yang halal
pula, jika makanan tersebut diproses dengan menggunakan sesuatu yang haram misalnya alat
masak yang bekas digunakan untuk memasak makanan haram.
4.Halal cara menyajikan, mengantarkan serta menyimpannya
Kategori halal yang terakhir adalah bagaimana makanan tersebut disimpan, diangkut
dan disajikan sebelum akhirnya dikonsumsi. Ketiga proses tersebut dapat mengubah status
makanan dari halal menjadi haram misalnya jika makanan disajikan dalam piring yang
terbuat dari emas maupun disimpan bersamaan dengan makanan dan diantar untuk tujuan
yang tidak baik.
Syarat Makanan Halal
Suatu makanan dikatakan sebagai makanan halal adalah jika memenuhi syarat berikut ini
1. Tidak mengandung zat atau makanan yang diharamkan
Makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung zat yang diharamkan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala misalnya dengan mencampur makanan halal dengan daging babi,
alkohol maupun bahan bahan lain yang sifatnya haram.
2. Tidak mengandung najis atau kotoran
Syarat yang dimaksud adalah makanan tersebut tidak terkontaminasi dengan beberapa
zat yang dianggap sebagai najis misalnya darah kotoran manusia urine dan sebagainya.
Dengan kata lain seorang yang meminum atau mengkonsumsi urine atau air seni misalnya
dalam tujuan pengobatan hal ini tetap tidak diperbolehkan dan urine yang merupakan najis
haram hukumnya untuk dikonsumsi.
B. Makanan Haram

makanan haram adalah makanan atau suatu benda yang haram dikonsumsi oleh
manusia terutama umat islam dan apabila tetap mengkonsumsinya maka ia berdosa.
Jenis Makanan Haram
1. Bangkai

Yang dimaksud dengan bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa melalui proses
penyembelihan yang sesuai syariat agama islam dan juga bukanlah hasil dari aktifitas
perburuan
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:

 Al-Munhaniqoh, hewan yang mati tercekik.

 Al-Mauqudzah, hewan yang mati karena pukulan keras.

 Al-Mutaroddiyah, hewan yang mati jatuh dari tempat yang tinggi.

 An-Nathihah, hewan yang mati karena diserang oleh hewan lainnya.

 Hewan yang mati dan potongan tubuh sebagai sisa dimangsa binatang buas.

 Hewan yang mati tanpa penyembelihan, dengan cara disetrum

 Hewan yang disembelih tanpa bacaan basmalah.

 Hewan yang disembelih untuk tujuan selain Allah walaupun hewan tersebut
disembelih dengan membaca basmalah.

 Semua bagian tubuh hewan yang terpisah dari tubuhnya meski hewan tersebut masih
hidup. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut

Adapun dalam islam ada 3 jenis bangkai yang dihalalkan, yaitu

 Semua jenis Ikan, karena ikan adalah hewan air dan air sifatnya mensucikan
 Belalang. Hal ini didasari oleh hadits Rasulullah SAW “Dihalalkan untuk kita dua
bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan
adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

 Janin yang ada dalam perut hewan yang disembelih atas nama Allah dan jika hewan
tersebut mengandung maka janinnya halal yntuk dimakan tanpa perlu disembelih lagi,
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits “Penyembelihan untuk janin adalah
penyembelihan induknya”.

2. Darah

Darah adalah salah satu jenis makanan yang diharamkan dan tidak boleh dikonsumsi
sebagaimana orang mengkonsumsi darah sebagai campuran makanan atau minuman dan
membekukannya untuk dimakan. Darah yang mengalir atau terpancar haram hukumnya
sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an surat Al An’an ayat 145 yang bunyinya Katakanlah:
“Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan
bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al Anam 145).Meskipun demikian apabila
darah masih tersisa dalam urat nadi hewan yang disembelih dengan nama Allah maka darah
tersebut halal apabila termakan bersama dengan dagingnya.
3. Daging babi

Disebutkan dalam surat Almaidah ayat 3 bahwa Allah SWT mengharamkan babi dan
apapun makanan yang mengandung bagian dari tubuh babi termasuk daging, lemak dan
bahkan enzim atau sel tubuhnya. Babi diharamkan karena hewan ini termasuk hewan yang
kotor dan membawa bibit penyakit khususnya cacing pita yang dapat membahayakan
manusia.
4. Khamr

Khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan dan termasuk didalamnya minuman
keras atau minuman beralkohol dan segala jenis narkoba yang dapat membuat orang
kecanduan. Dalam surat al maidah ayat 90, Allah -Subhanahu wa Ta’ala-berfirman:“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-
Ma`idah: 90)
5. Semua hewan buas yang bertaring

Jenis makanan haram selanjutnya adalah segala hewan yang memiliki taring baik yang
sifatnya jinak maupun liar. Hewan bertaring dalam hal ini adalah hewan yang menggunakan
taring untuk memakan mangsanya termasuk anjing, harimau, dan bahkan kucing yang jinak
sekalipun haram untuk dikonsumsi. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut
“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang dari (mengkonsumsi)
semua hewan buas yang bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
6. Semua burung yang memiliki cakar

Selain hewan yang bertaring maka semua burung yang memiliki cakar tajam yang
digunakan untuk membunuh dan memakan mangsanya adalah haram hukumnya untuk
dikonsumsi misalnya burung elang dan burung rajawali.Ibnu ‘Abbas -radhiallahu ‘anhuma
berkata : “Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan
semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)
7. Jallalah

Jallalah adalah sebutan bagi hewan pemakan feses atau kotoran manusia atau hewan
lainnya baik kotoran hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam dan sebagainya. Oleh sebab itu
jika seseorang memelihara hewan ternak yang akan dikonsumsi sebaiknya perhatikan
makanannya agar tidak terkontaminasi kotoran tersebut. Jalllalah disini termasuk burung
gagak dan burung pemakan bangkai. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang dari
memakan al-jallalah dan dari meminum susunya”. (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`iy )

8. Keledai jinak

Keledai adalah hewan yang biasa ditunggangi oleh manusia dan mengkonsumsi keledai
jinak adalah haram hukumnya. Hal ini disebutkan dalam mahzab ke empat Imam kecuali
imam Malik. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits“Sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah
najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim) .Sedangkan hukum memakana keledai liar adalah halal
berdasarkan perkataan Jabir -radhiallahu ‘anhu“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda
dan keledai liar, dan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang kami dari keledai jinak”.
(HR. Muslim)
9. Hewan Yang Diperintahkan untuk dibunuh

Semua hewan yang dapat membahayakan manusia dan diperintahkan untuk dibunuh
tanpa disembelih adalah haram hukumnya untuk dikonsumsi. Binatang tersebut antara lain
disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut:“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek)
yang boleh dibunuh baik dia berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram
(Mekkah): Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali (HR. Muslim)
10. Monyet

Dalam mahzab Syafii disebutkan bahwa monyet adalah haram, karena Allah telah
menghukum sekelompok manusia yang bermaksiat yakni kaum yahudi dan mengubahnya
menjadi binatang babi dan monyet.. Selain itu monyet juga memiliki kesamaan dengan
manusia dalam hal genetis dan kesamaan panca indra serta disebutkan bahwa monyet
bukanlaj jenis hewan yang baik.
C. Narkoba

Narkoba merupakan narkotika dan jenis obat-obatan terlarang yang apabila dikonsumsi akan
menimbulkan efek kecanduan. Pada dasarnya, obat-obatan psikotropika digunakan dalam
dunia medis untuk anastesi dengan dosis sangat rendah. Tapi dalam prkateknya, tak sedikit
orang yang menyutikkan obat ini pada tubuh secara langsung dengan kadar sembarangan.
Sehingga berakibat buruk pada kesehatan.
1. Narkotika

Narkotika merupakan sejenis obat atau senyawa yang dapat membantu mengurangi rasa
nyeri, menganggu kesadaran dan menyebabkan kecanduan. Secara garis besar, narkotika
dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni narkotika alami dan sintesis.
2. Narkotika Alami

Narkotika alami merupakan obat-obatan yang diperoleh dari tumbuhan. Beberapa contoh
narkotika alami, yakni morfin, kokain, heroin, opium (candu), Ganja, Marijuana, katinon
(tumbuhan khat), dan sebagainya.
3. Narkotika semi-sintesis

Narkotika semi-sintesis merupakan obat yang mengandung bahan aktif hasil sintesis
narkotika alami. Beberapa contoh narkotika semi-sintesis seperti kodein, heroin, morfin,
kokain, dan sebagainya.
4. Narkotika sintesis

Narkotika sintesis merupakan obat-obatan yang disintesis dari bahan-bahan kimia buatan
(non alamiah). Beberapa contoh narkotika sintesis yakni petidin, methadon, naltrexon,
propoxyphene (darvon) dan sebagainya.
5. Psikotropika

Psikotropika merupakan obat-obatan yang berbahaya, dapat merusak sistem saraf pusat
pada otak dan menganggu psikis atau mental seseorang. Beberapa contoh psikotropika
misalnya Amphetamine Type Stimulants (ATS), Methamphetamine, Ecstasy (huge
drug/inex), Benzodiazepin (pil koplo, lexotan), dan sebagainya.
6. Zat adiktif

Zat adiktif merupakan kelompok narkoba selain narkotika dan psikotropika. Penggunaan
zat ini juga berbahaya, memicu ketergantungan dan menganggu kerja otak. Contoh zat adiktif
seperti nikotin, alkohol, obat penenang, dan sejenisnya.
beberapa dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba:

 Menyebabkan ketergantungan
 Merusak sistem syaraf pusat pada otak yang berakibat pada terganggunya
neurotransmitter, fungsi kognitif dan psikomotorik

 Memicu kejang

 Menganggu kesadaran (neurologis)

 Menyebabkan halusinasi

 Menganggu kesehatan organ-organ tubuh lainnya, seperti ginjang, jantung, hati, paru-
paru dan pancreas

 Menyebabkan despresi dan ketakutan berlebihan

 Menganggu hubungan sosial. Biasanya pengguna narkoba cenderung mengurung


dirinya

 Penampilan jadi tampak berantakan, kurus dan kulit jadi kusam

 Memicu perbuatan criminal

 Pemakaian dalam jangka panjang dapat menimbulkan sakaw bahkan kematian

Pandangan Islam tentang Narkoba


Hukum penggunaan narkoba dalam pandangan islam sebenarnya telah dijelaskan sejak lama.
Tepatnya pada 10 Februari 1976, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa
bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkoba hukumnya bersifat haram. Keputusan tersebut
tentu didasari atas dalil-dalil agama yang bersumber dari Al-quaran dan hadist.Menurut
ulama, narkoba adalah sesuatu yang bersifat mukhoddirot (mematikan rasa) dan mufattirot
(membuat lemah). Selain itu, narkoba juga merusak kesehatan jasmani, mengganggu mental
bahkan mengancam nyawa. Maka itu, hukum penggunaan narkoba diharamkan dalam islam.
Dalil-Dalil yang Mengharamkan Narkoba
Diantaranya yaitu:
Hadist dari Umar bin Khattab R.A
Dari Umar bin Khattab radiallahu ‘anh, “Khamar adalah segala sesuatu yang menutup akal.”
(HR Bukhari Muslim).
Hadist dari Ummu Salamah
Dari Ummu Salamah mengatakan, “Rasulullah SAW melarang segala sesuatu yang
memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah).” (HR Abu Daud).
Pendapat Ibnu Taimiyah Rahimahullah
“Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia termasuk seburuk-buruk
benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi mengisap
dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim.
Barangsiapa yang menganggap bahwa ganja halal maka dia termasuk kafir dan diharuskan
bertobat. Jika ia bertobat maka urusannya dianggap selesai. Tetapi jika ia tidak mau bertobat
maka dia harus dibunuh sebagai orang murtad yang tidak perlu dimandikan jenazahnya, tidak
perlu dishalati dan tidak boleh dikubur di permakaman kaum Muslim”.
Al-Maidah ayat 90
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamr, judi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu memperoleh keberuntungan.” ( QS.
Al-Maidah: 90 )

KELOMPOK 12
Etika, Moral, dan Akhlak
1.    PENGERTIAN ETIKA

Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:


1) Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang
perilaku manusia
2) Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan
aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa
di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
2.    PENGERTIAN MORAL

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan
bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau
buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik
atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya
yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam
konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah
laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah
laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

3.    PENGERTIAN AKHLAK


Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang
pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini,
maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim
jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata
tersebut memang sudah demikian adanya.
 4.    Akhlak kepada sesama manusia

a) Akhlak terpuji (Mahmudah)


1) Husnuzan
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. - Meyakini dengan sepenuh hati bahwa
semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia.
 2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan
diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusi
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama
manusia.

Adapun Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika :

Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik
buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan
yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan
moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk,
sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

KELOMPOK 13
Keutamaan Akhlak Nabi Muhammad SAW
Misi utama diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak" (Hadits). Akhlak
Rasulullah mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai suami, kepala pemerintahan,
pemimpin tertinggi pasukan Islam, dsb. Rasulullah memiliki akhlak yang agung (QS. 68:4)
dan patut dijadikan teladan oleh umat Islam (QS. 33:21).

Akhlak Rasulullah secara Umum


1. Akhlak qur'ani
Ditanyakan kepada Aisyah ra. tentang akhlak Rasulullah SAW, maka jawabnya,"Akhlaknya
Qur'ani" (Hadits)
2. Akhlak Rasulullah adalah al-Qur'an.
karena itu, untuk memperoleh gambaran utuh akhlak beliau kita perlu memahami al-Qur'an
dan as-Sunnah atau segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah.
3. Akhlak manusia terbaik
"Dikatakan oleh Anas ra. bahwa Rasulullah adalah manusia yang terbaik akhlaknya".
Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Nabi SAW
4. Jujur
Jujur adalah salah satu akhlak yang paling agung dalam Islam.Yang dimaksud dengan jujur
yaitu sesuai apa yang diucapkan dengan dengan apa yang ada di dalam hati. Ketika seseorang
mengucapkan dengan lisannya, maka hal tersebut sesuai dengan apa yang ada di hatinya.
Adapun jika berbeda antara yang dia tampakkan dan dia sembunyikan, maka ini adalah
kemunafikan
5. Dermawan
Dermawan secara bahasa merupakan terjemahan bahasa arab dari kata sakha’. Sakha’
/dermawan merupakan sikap tengah antara boros dan kikir. Menahan harta pada situasi yang
semestinya harus memberi, disebut kikir. Sedang memberi harta dalam situasi yang
semestinya harus ditahan adalah boros. Dermawan adalah memberikan harta dengan senang
hati dalam kondisi memang wajib memberi, sesuai kepantasannya dengan tanpa mengharap
imbalan dari yang diberi. Baik imbalan berupa pujian, balasan, kedudukan, ataupun sekedar
ucapan terima kasih. Jadi seseorang disebut dermawan jika memberi secara tulus ikhlas.
Orang yang memberi karenan ingin balasan dari pihak yang diberi bukanlah dermawan tapi
disebut berdagang. Sebab ia seolah-olah membeli balasan berupa pujian, kedudukan, ucapan
terima kasih dan lainnya dengan hartanya.

Dalil Allah SWT. Menjelaskan Tentang Dermawan


ْ ُ‫ إِنَّ َما ن‬. ‫ُط ِع ُمونَ الطَّ َعا َم َعلَ ٰى ُحبِّ ِه ِم ْس ِكينًا َويَتِي ًما َوأَ ِسيرًا‬
‫ط ِع ُم ُك ْم لِ َوجْ ِه هَّللا ِ اَل نُ ِري ُد ِم ْن ُك ْم َجزَ ا ًء َواَل ُش ُكورًا‬ ْ ‫َوي‬

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak
pula (ucapan) terima kasih”. (QS. Al-Insan: 8-9)

6. Malu
Malu adalah akhlak yang sangat agung dan sifat yang sangat mulia yang hendaknya
seseorang berakhlak dengan akhlak ini. Dan apabila seorang berakhlak dengan akhlak ini,
akhlak ini akan menghalanginya dari seluruh perbuatan-perbuatan yang buruk dan
mengantarnya kepada perbuatan-perbuatan yang baik. Karena sifat malu seluruhnya adalah
kebaikan dan tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan. Sebaliknya, apabila sifat malu ini
hilang dari seseorang, maka kebaikan akan meninggalkannya dan dia tidak akan malu untuk
melakukan keburukan apapun.
Hadist:
"Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari gadis pingitan.
Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengetahuinya pada wajah Beliau."
(HR.Muslim), "Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang dan yang paling utamanya adalah
mengucapkan Laa ilaaha illal-Lah dan serendah-rendahnya adalah meyingkirkan duri
(gangguan dari jalan).Dan sifat pemalu merupakan satu bagian dari iman" (Muttafaq 'alaih).

7. Menepati janji
Janji menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perkataan yang menyatakan kesediaan dan
kesanggupan untuk berbuat. Pengertian lain menyebutkan, bahwa yang disebut dengan janji
adalah pengakuan yang mengikat diri sendiri terhadap suatu ketentuan yang harus ditepati
atau dipenuhi.
Al Quran, menggunakan tiga istilah yang maknanya berjanji, yaitu :
wa ’ada, Contohnya : Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang
beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Ahada, Contohnya : "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya." (QS.Al: Mu’minun ).
Aqada, Contohnya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Aqad
(perjanjian) di sini mencakup janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat
oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

8. Menutupi aib (QS. 24:19).


Suatu kali, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya menyantap daging unta. Rupanya,
salah seorang sahabat lepas angin. Kendati de mikian, tak ada di antara para sahabat yang
berkomentar ter ha dap bau tak sedap itu. Masing-masing hanya memperlihatkan wajah tak
senang karena ulah seorang sahabat yang tak diketahui itu.
Tak lama setelah itu, azan Maghrib pun berkumandang. Rasulullah SAW pun bersabda,
“Siapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan
Ibnu Majah). Mendengar sabda Beliau SAW, para sahabat yang ikut makan daging unta pun
semuanya berwudhu. Tentu saja, sahabat yang lepas angin tadi terselamatkan aibnya. Tak ada
yang tahu siapakah sahabat tersebut. Betapa bijaknya Rasulullah SAW dalam menutupi aib
para sahabatnya. Seperti yang disabdakan Beliau SAW, “Siapa yang menutupi aib seorang
Muslim maka Allah akan menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat. Dan, siapa mengumbar
aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah
kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR Ibnu Majah).
Sejatinya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak memiliki aib dan kekurangan.
Seorang terlihat hebat dan berkharisma hanya karena Allah SWT telah menutupi aibnya
sehingga hanya kebaikan saja yang terlihat orang. Bagaimana jadinya jika Allah SWT
membukakan aibnya? Tentu, tak ada lagi yang bersimpati kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai