Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan nasional bertujuan untuk tercapainya

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut

perlu adanya kesadaran dan usaha bersama yang terpadu antara pemerintah dan

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang timbul di tengah-tengah

masyarakat.

Tujuan pokok pembangunan kesehatan nasional tersebut dijabarkan

dalam program pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan pemerataan dan

upaya kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap

anggota masyarakat, salah satunya adalah pemberantasan penyakit yang

bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit

dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit

sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dalam rencana

pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat, upaya pemberantasan

penyakit merupakan salah satu program prioritas.

Penyakit rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi akut

pada susunan saraf pusat yang di sebabkan oleh virus rabies yang di tularkan

melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing dan kera. Penyakit ini adalah
2

salah satu penyakit pandemis yang menyerang seluruh dunia termasuk

indonesia yang sangat berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa. Hewan ini

menularkan infeksi kepada hewan lainnya maupun manusia melalui gigitan dan

kadang melalui jilatan. Penyakit rabies mempunyai gejala takut air

(hydrophobia), takut sinar matahari (photophobia), dan takut udara

(aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air mata berlebihan

(hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersalivasi), timbul kejang bila ada

rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan penular

rabies. Menurut laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di

Indonesia, kasus gigitan rabies ke Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus

gigitan pada tahun 2013.

Mengingat akan bahaya rabies terhadap ketentraman dan kesehatan

masyarakat karena dampaknya selalu di akhiri oleh kematian serta dapat

mempengaruhi perekonomian khususnya daerah-daerah wisata yang tertular

rabies. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan, Kementrian Pertanian dan

Kementrian Dalam Negeri melakukan kerjasama dalam upaya membebaskan

indonesia dari penyakit rabies. Upaya pemberantasan dan pencegahan

penyakit rabies ini merupakan komitmen nasional untuk membebaskan

Indonesia dari penyakit rabies baik pada manusia maupun pada hewan

sehingga perlu adanya kewaspadaan sedini mungkin terhadap kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi. Bila di temukan satu kasus gigitan hewan

penular rabies maka perlu di adakan pelacakan terhadap hewan yang

bersangkutan serta waspada terhadap adanya kemungkinan gigitan tambahan


3

yang juga perlu tindakan pengamanan segera, meskipun telah kita ketahui

bahwa kasus rabies pada manusia hampir seluruhnya di akhiri dengan

kematian namun sebagai petugas kesehatan harus memberikan perawatan

semaksimal mungkin kepada penderita rabies dengan tujuan untuk

meringankan penderitaan yang bersangkutan (Depkes RI, 2004).

Jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies di Indonesia pada tahun

2002-2006 di laporkan 14.008 kasus di antaranya 7.897 (56,57%) di vaksinasi

anti rabies (VAR) dan 45 (1,2%) di beri kombinasi vaksin anti rabies (VAR)

dan serum anti rabies (SAR) (Ditjen P2 dan PL, Depkes RI. 2007).

Kejadian rabies di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil

laporan program pemberantasan penyakit rabies tahun 2013 pada Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 1.014 kasus dan meninggal

11 case fatality rate (CFR) 1,08% tahun 2014 jumlah kasus gigitan hewan

tersangka rabies sebanyak 1.071 kasus dengan kematian 3 orang case fatality

rate (CFR) 0,28% dan di tahun 2015 jumlah kasus gigitan hewan tersangka

rabies sebanyak 923 kasus dan meninggal 5 orang case fatality rate (CFR)

0,54% (Dinkes Prop. Sultra. 2015)

Khusus di lingkup Dinas Kesehatan Kota Kendari jumlah kejadian

kasus gigitan hewan tersangka rabies tahun 2012 sebesar 120 kasus dengan

kematian tidak ada, tahun 2013 jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies

sebesar 170 kasus dengan kematian tidak ada, tahun 2014 jumlah kasus

gigitan hewan sebesar 266 kasus dengan kematian 3 orang atau case fatality

rate (CFR) 1,12% dan pada tahun 2015 jumlah kasus gigitan hewan tersangka
4

rabies 185 kasus dengan kematian tidak ada. (Dinkes Kota Kendari, 2015).

Sedangkan jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies sampai Oktober 2016

sebanyak 143 Kasus (Laporan Dinkes Kota Kendari, Oktober 2016).

Masalah penyakit rabies merupakan masalah kesehatan khususnya

bagi masyarakat Kota Kendari dimana dari 185 kasus tersangka rabies 49

kasus (26,48 %) terjadi pada kelompok usia anak yang sangat rentan terhadap

penyakit infeksi khususnya penyakit rabies. Hal ini disebabkan karena

perilaku anak cenderung untuk mengganggu hewan penular rabies seperti

anjing, kucing dan kera dan banyaknya aktifitas anak diluar rumah. Untuk itu

peran masyarakat sangat diharapkan dalam upaya memutuskan mata rantai

perjalanan alamiah penyakit. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas

penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Wilayah Sebaran

penderita gigitan hewan tersangka rabies di Kota Kendari tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa program yang telah dilakukan seperti vaksinasi anjing,

pengontrolan populasi anjing, pendistribusian VAR maupun SAR kepada rumah

sakit dan puskesmas yang ditunjuk sebagai pusat pengobatan rabies atau rabies

center (Dinas Kesehatan Kota Kendari,2015), namun hal ini sepertinya belum

memberikan hasil yang maksimal, karena kasus gigitan oleh anjing masih

mengalami fluktuatif bahkan dari tahun. SIG (Sistem Informasi Geografis)

digunakan sebagai bagian dari sistem informasi kesehatan yang menyajikan data

dalam bentuk spasial dan membandingkan distribusi hubungan dari letak objek.

Keunggulan SIG untuk membantu dalam analisis sebaran kejadian penyakit.

Tingginya kasus gigitan anjing tersangka rabies menjadi latar belakang penelitian.
5

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini “ Bagaimana gambaran spasial

sebaran kasus gigitan hewan tersangka rabies di Kota Kendari Tahun 2016 ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Bagaimana gambaran spasial sebaran kasus gigitan

hewan tersangka rabies di Kota Kendari Tahun 2016 .

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui gambaran spasial sebaran kasus gigitan hewan

tersangka rabies menurut karakteristik orang (umur dan jenis

kelamin) di Kota Kendari tahun 2016.

b) Untuk mengetahui gambaran spasial sebaran kasus gigitan hewan

tersangka rabies menurut waktu (bulan dan tahun) di Kota Kendari

tahun 2016.

c) Untuk mengetahui gambaran spasial sebaran kasus gigitan hewan

tersangka rabies menurut tempat (kelurahan dan kecamatan) di Kota

Kendari tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari dalam

menentukan kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan serta upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit

rabies di masa yang akan datang.


6

1.4.2 Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian ini di harapakan dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan dan dapat memberikan mamfaat bagi

peneliti berikutnya.

1.4.3 Manfaat bagi Peneliti

Diharapkan dapat manambah pengetahuan wawasan dan

pengalaman yang berhubungan dengan penyakit rabies.

1.5 Kebaruan

Penelitian ini keasliannya terletak pada kajian spasial wilayah

Sebaran Kasus Gigitan Hewan Tersangka rabies di Kota Kendari dan unit

analisis kecamatan. Berikut ini beberapa penelitian yang pernah dilakukan

terkait dengan kasus tersangka rabies.

1.5.1 Antonius Sarosa', Rm. Abdul adjid, T. G. Sidharta', dan Alaludinz,

Studi Penyakit Rabies Di Daerah Endemik: Prevalensi Infeksi

Virus Rabies Pada Anjing, Kucing, Dan Tikus Di Kodya Padang,

Sumatera Barat, 2000.

1.5.2 Pebrianty, dkk, Pemetaan Korban Gigitan Anjing Rabies Di

Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-2011.

1.5.3 Yunita, Harpendi, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat

Tentang Rabies Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies Di

Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah 2009.


7

1.5.4 Meike C. Pangemanan, John Hein Goni, Perilaku Masyarakat

dalam Penanggulangan Penyakit Rabies di Desa Kalasey

Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa.

1.5.5 Syafriati Dan Yuningsih Penyakit, Rabies Di Indonesia Dan

Pengembangan Teknik Diagnosisnya Balai Penelitian Veteriner, Po

Box 151, Bogor 16114.

1.5.6 Salmah Muslimah, Pandangan budaya orang Desa Baha di Bali

tentang anjing dan pengaruhnya terhadap penanganan rabies, 2011.

1.5.7 Romli Eko Wahyudi, Kajian strategiPemberantasan Rabies Dalam

Penerapan Otonomi Daerah di Jawa Barat, 2001.

Anda mungkin juga menyukai