Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGENDALIAN PROSES

OLEH :

YUDHA PUJA KESUMA NIM : 061940410266

Kelas: 2 EGA

Dosen Pembimbing : H. Yohandri Bow, S.T., M.S.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah berjudul pengertian humidifikasi ini. Salawat dan salam
juga penyusun persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyempurnaan makalah di masa datang.

Dalam penyelesaian makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dan


pengarahan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing. Maka pada kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada H. Yohandri Bow, ST., MS.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengendalia Proses.

Atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga akan
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penyusun mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun maupun bagi pembaca,
Amin.

Palembang, Juni 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengendalian proses adalah disiplin ilmu yang melibatkan statistika dan teknik yang
melibatkan pembuatan mekanisme dan algoritma untuk mengendalikan keluaran dari suatu
proses tertentu. Sebagai contoh adalah sistem pengaturan temperatur ruangan agar
temperatur ruangan terjaga konstan setiap saat, misalnya pada 20 °C. Pada kasus ini,
temperatur disebut sebagai variabel terkendali. Selain itu, karena temperatur diukur oleh
suatu termometer dan digunakan untuk menentukan kerja pengendali (apakah ruangan
perlu didinginkan atau tidak), temperatur juga merupakan variabel input. Temperatur yang
diinginkan (20 °C) adalah setpoint. Keadaan dari pendingin (misalnya laju keluaran udara
pendingin) dinamakan variabel termanipulasi karena merupakan variabel yang terkena
aksi pengendalian.

Alat pengendalian yang umum digunakan adalah Programmable Logic Controller


(PLC). Alat ini digunakan untuk membaca input analog maupun digital, melakukan
serangkaian program logika, dan menghasilkan serangkaian output analog maupun digital.
Pada kasus sistem pengaturan temperatur, temperatur ruangan menjadi input bagi PLC.
Pernyataan-pernyataan logis akan membandingkan setpoint dengan masukan nilai
temperatur dan menentukan apakah perlu dilakukan penambahan atau pengurangan
pendinginan untuk menjaga temperatur agar tetap konstan. Output dari PLC akan
memperbesar atau memperkecil aliran keluaran udara pendingin bergantung pada
kebutuhan. Untuk suatu sistem pengendalian yang kompleks, perlu digunakan sistem
pengendalian yang lebih kompleks daripada PLC.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana prinsip-prinsip
dari alat pengendalian prose situ dan apa contoh alat pengendalian tersebut yang
digunakan dalam industri.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam makalah ini adalah :
Agar dapat mengetahui bagaimana prinsip-prinsip dari alat pengendalian proses dan
contoh alat pengendalian proses tersebut yang digunakan dalam industri.

Manfaat pembuatan makalah ini adalah :


1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman prinsip-prinsip dan contoh alat
pengendalian proses.
2. Menjadikan salah satu referensi pembelajaran mata kuliah pengendalian proses
mengenai prinsip-prinsip alat pengendalian proses.
BAB II

PEMBAHASAN

2. KONSEP DASAR PENGENDALIAN PROSES

Pabrik kimia adalah susunan/rangkaian dari berbagai unit pengolahan yang terintegrasi
satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan dari pengoperasian pabrik kimia secara
keseluruhan adalah untuk mengubah (mengkonversi) bahan baku tertentu (input feedstock)
mrenjadi produk yang diinginkan.

Dalam pengoperasiannya, pabrik kimia akan selalu mengalami banyak ganggauan


(disturbance) pada variabel prosesnya dari luar (eksternal), sehingga diperlukan pengendalian
variabel proses tersebut agar tetap pada batasan yang dipersyaratkan (diizinkan) dalam
operasinya.

Pengendalian proses pada dasarnya adalah usaha untuk mencapai tujuan agar proses
berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Namun, apakah memang betul-betul diperlukan
pengendalian proses ? Jawab terhadap pertanyaan ini bida “tidak” bisa “ya”. Proses tidak perlu
dikendalikan jika memang tujuan proses tercapai tanpa unsur pengendalian. Contoh sederhana
misalnya mempertahankan suhu air pada tekanan normal tetap pada 100 oC. Tanpa
dikendalikan pun, air yang mendidih suhunya tetap 100 oC pada tekanan 1 atm. Sebaliknya,
proses perlu dikendalikan jika untuk mencapai tujuan perlu pengawasan terus-menerus. Contoh
sederhana adalah mempertahankan suhu air pada 40 oC dalan udara yang bersuhu kamar dan
tekanan normal.

2.1 Alasan Pentingnya Pengendalian Proses dalam Industri Kimia


Pabrik kimia, atau pabrik lain yang sejenis, harus beroperasi pada kondisi operasi
tertentu. Beberapa alasan yang menyebabkan pengendalian proses sangat diperlukan dalam
pengoperasian pabrik kimia antara lain:

1. Keamanan Operasi (Safety)


Keamanan dalam operasional suatu pabrik kimia merupakan kebutuhan primer untuk
orang-orang yang bekerja di pabrik tersebut dan bagi kelangsungan perusahaan. Untuk
menjaga terjaminnnya keamanan tersebut, berbagai kondisi operasi pabrik seperti
tekanan operasi, temperatur operqasi, konsentrasi bahan kimia, ketinggian level cairan
dalam tangki penyimpan dan lain-lain harus dijaga tetap dalam batas-batas tertentu yang
diizinkan.

2. Spesifikasi Produksi (Production Specifications)


Suatu pabrik kimia harus menghasilkan produk dalam jumlah dan dengan kualitas
tertentu yang dipersyaratkan, dengan demikian dibutuhkan suatu sistem pengendali untuk
menjaga tingkat produksi dan kualitas produk yang diinginkan.

3. Kendala-kendala Operasional (Operational Constrains)


Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi pabrik kimia memiliki kendala-
kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi. Sebagai contoh, pada suatu pompa
harus dipertahankan operasinya pada nilai Net Pisitive Suction Head (NPSH) tertentu
selama operasi; kolom destilasi harus dijaga agar tidak sampai terjadi limpahan (flooded),
isi dari tangki tidak boleh luber atau kering, dan sebagainya.

4. Peraturan Lingkungan (Enviromental Regulations)


Terdapat berbagai peraturan lingkungan yang memberikan syarat-syarat tertentu bagi
berbagai buangan pabrik kimia

5. Faktor Ekonomi (Economics)


Operasi pabrik kimia ditujukan untuk memberikan keuntungan yang maksimum,
sehingga pabrik harus dijalankan pada kondisi yang memungkinkan biaya bahan baku
menjadi minimum dan laba yang diperoleh menjadi maksimum tanpa mengabaikan
faktor-faktor diatas.

Agar dapat memenuhi semua faktor dan persyaratan di atas, diperlukan pengawasan
(minitoring) yang terus menerus terhadap operasi pabrik kimia dan intervensi dari luar
(external intervention control) untuk menjamin tercapainya tujuan operasi. Hal ini dapat
terlaksana melalui suatu rangkaian peralatan (alat ukur/intrumen, pengendali, katup kontrol dan
komputer) dan intervensi manusia (plant managerr, plant operator) yang secara bersama-sama
membentuk “control system”.
2.2 Kebutuhan akan Sistem Pengendali Proses
Sistem pengendali diterapkan untuk memenuhi 3 (tiga) kelompok kebutuhan, yaitu:

1. Menekan Pengaruh Gangguan Luar (Eksternal)


2. Memastikan Kestabilan Suatu Proses Kimiawi
3. Optimasi Kinerja Proses Kimiawi
Beberapa contoh kasus untuk dapat menggambarkan dengan lebih baik penggunaan sistem
pengendali untuk memenuhi ketiga kebutuhan tersebut adalah:

1. Menekan Pengaruh Gangguan Eksternal


Contoh aktual dari pengendalian melalui mengurangi pengaruh gangguan ekternal
dapat dilihat pada contoh berikut :

Contoh 1.1. Pengendalian Operasi Tangki Pemanas Berpengaduk

Gambar 1.1 Sistem ProsesTangki Pemanas Berpengaduk

Tujuan/sasaran pemanas adalah :

• Menjaga temperatur keluar tangki (T) pada temperatur yang ditetapkan (Ts)
• Menjaga volume cairan dalam tangki pada volume yang diinginkan (Vs)
➢ Bila : Fi ; Ti tetap → Ti = Ts
V = Vs → h = hs

➢ Bila : Fi atau T berubah → perlu pengendali


Berbagai sistem pengendali yang dibutuhkan pada beberapa kasus perubahan nilai
Fi dan/atau Ti adalah:
a. Pengendali Temperatur (untuk kasus Ti berubah, Fi konstan);

Gambar 1.2 Gambar 1.3

Pengendali Temperatur “Feed Back” Pengendali Temperatur “Feed Foward”

b. Pengendali Ketinggian Cairan


Pengendali ketinggian “feed back” untuk tangki pemanas seperti gambar berikut:

Gambar 1.4 Skema pengendali ketinggian cairan dengan Pengaturan laju alir masuk (Fi)
Gambar 1.5 Skema pengendali ketinggian cairan dengan Pengaturan laju alir keluar (F)

2. Memastikan Kestabilan Suatu Proses Kimiawi


Pada Gambar 1.6 variabel proses x (dapat berupa Temperatur, Tekanan, Konsentrasi,
Flow, dan lain-lain) mula-mula berharga konstan. Pada t = to nilai x tersebut terganggu oleh
karena faktor luar, tetapi dengan perjalanan waktu nilai x kembali pada nilai semula. Sistem
dengan kelakuan demikian disebut sebagai sistem yang stabil (stable) atau self regulating.
Pada sistem demikian tidak diperlukan interversi pengendalian dari luar untuk stabilisasi atau
memaksa x kembali ke nilai awalnya.

Gambar 1.6 Respons dari suatu sistem yang Stabil

Kondisi yang berbeda terlihat pada Gambar 1.7. Setelah gangguan, harga y tidak kembali
pada nilai semula, tetapi makin menyimpang. Sistem dengan kelakuan demikian disebut
sebagai sistem yang tidak stabil (unstable). Pada sistem seperti ini diperlukan
intervensi/pengendalian dari luar untuk stabilisasi sistem tersebut.

Gambar 1.7 Respons dari Sistem yang Tidak Stabil

3. Optimasi Kinerja Suatu Proses Kimiawi


Kondisi operasi (temperatur, konsentrasi, tekanan, laju alir, dan lain-lain) pada suatu
proses dapat diubah-ubah untuk mendapatkan kondisi optimal yang menghasilkan kinerja dan
keuntungan yang maksimum.

2.3 Jenis Variabel


Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam pengendalian proses adalah
variabel proses (process variable, PV) atau disebut juga variabel terkendali (controlled
variable). Variabel proses adala h besaran fisik atau kimia yang menunjukkan keadaan proses
dan menjadi variabel keluaran sistem yang dikendalikan. Variabel ini bersifat dinamik, artinya
nilai variabel dapat berubah spontan atau oleh sebab lain baik yang diketahui maupun tidak. Di
antara banyak macam variabel proses, terdapat lima macam variabel dasar, yaitu suhu (T),
tekanan (P), laju alir (F), tinggi permukaan cairan (L) dan derajat keasaman (pH).

Dalam teknik pengendalian proses, titik berat permasalah adalah menjaga agar nilai
variabel proses tetap atau berubah mengikuti alur (trayektori) tertentu. Variabel yang
digunakan untuk melakukan koreksi atau mengendalikan variabel proses disebut variabel
termanipulasi (manipulated variable, MV). Sedangkan nilai variabel yang diinginkan dan
dijadikan acuan atau referensi variabel proses disebut nilai acuan (setpoint value, SV).
Selain ketiga jenis variabel yamng tersebut diatas masih terdapat variabel lain yaitu
gangguan (disturbance) baik yang terukur (neasured disturbance) maupun yang tidak terukur
(unmeasured disturbance), serta variabel keluaran lain yang tidak terkendali (uncontrolled
output). Variabel gangguan adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai
variabel proses tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak terkendali
adalah variabel keluaran yang tidak dikendalikan secara langsung.

Gangguan terukur

Var. terkendali

Gangguan tak terukur SISTEM

PROSES
Var. tak terkendali
Var. termanupulasi (MV)

Sebagai contoh, pada kolom destilasi fraksionasi dalam kolom piring (plate) memiliki
jenis variabel sebagai berikut :

Gangguan terukur : Laju alir umpan

Gangguan tak terukur : Komposisi umpan

Variabel termanipulasi : a) laju refluks

b) laju kalor ke pendidih ulang (reboiler)

c) laju destilat

d) laju produk bawah

e) laju air pendingin

Variabel tak terkendali : a) komposisi destilat

b) komposisi produk bawah


c) tinggi permukaaan akumulator refluks

d) tinggi permukaan kolom bawah

e) tekanan kolom

Variabel tak terkendali : Suhu tiap piring (plate) sepanjang kolom

2.4 Jenis Sistem Pengendalian


Berdasarkan atas ada atau tidak adanya umpan balik, sistem pengendalian dibedakan atas
sistem pengendalian simpal terbuka (open-loop control system) dan sistem pengendalian
simpal tertutup (closed- loop controlsystem).

Sistem pengendalian simpal terbuka bekerja tanpa mwmbandingkan variabel proses yang
dihasilkan dengan nilai acuan yang diinginkan. Sistem semata-mata bekerja atas dasar masukan
yang telah dikalibrasi.

Contoh sederhana dari sistem pengendalian simpal terbuka adalah keran air yang telah
terkalibrasi. Dengan memandang keran sebagai suatu sistem, maka bukaan keran (atau sudut
putar keran) adalh sebagai masukan dan laju alir air sebagai keluaran sistem. Berdasarkan
hukum dinamika fluida, laju alir air tergantung pada beda tekanan yang melintasi keran.
Misalnya pada posisi keran x1 dengan beda takanan P2 mengalir air pada laju Q2 (gambar 1.8)

Jika oleh satu sebab tertentu tiba-tiba beda tekanan berubah menjadi P1, maka pada posisi
keran tetap x1 akan menghasilkan laju alr Q1. Dengan demikian sistem pengendalian simpal
terbuka tidak dapat mengatasi perubahan beban atau gangguan yang terjadi.

Meskipun dari uraian di atas, sistem simpal terbuka merupakan sistem yang buruk, karena
tidak mampu mengatasi gangguan, tetapi memiliki keuntungan sebagai berikut:

➢ Lebih murah dan sederhana dibandingkan sistem simpal tertutup


➢ Jika sistem mampu mencapai kestabilan sendiri, maka akan tetap stabil.
Gambar 1.8 Sistem Pengendalian simpal terbuka

Untuk mengatasi kekurangan sistem simpal terbuka, biasanya seorang operator pabrik
akan mengatur kembali besarnya gangguan agar diperoleh sasaran yang diinginkan. Tetapi
dengan tindakan operator ini berarti telah membuat sistem simpal tertutup.

Berbeda dengan sistem simpal terbuka, pada sistem pengendalian simpal tertutup
terdapat tindakan membandingkan nilai variabel proses dengan nilai acuan yang diinginkan.
Perbedaan ini digunakan untuk melakukan koreksi sedemikian rupa sehingga nilai variabel
proses akan sama atau dekat dengan nilai acuan. Dengan demikian terdapat umpan balik,
sehingga sistem pengendali simpal tertutup lebih dikenal dengan sistem pengendalian umpan
balik.

Meskipun sistem simpal tertutup mampu mengatasi gangguan atau perubahan beban,
tetapi memiliki kelemahan sebagai berikut ;

➢ Sistem lebih mahal dan kompleks dinbanding sistem simpal terbuka


➢ Dapat membuat sistem tidak stabil, meskipun sebenarnya tanpa umpan balik sistem
dapat mencapai kestabilan sendiri.
Betrdasarkan nilai acuan (setpoint), sistem pengendalian umpan balik dibedakan atas dua
jenis : 1) sistem pengendalian dengan titik acuan tetap (di bidang elektro sering disebut sistem
pengaturan) dan 2) sistem pengendalian dengan titik acuan berubah ( di bidang mekanik sering
disebut sistem pengendalian, sistem servo, atau tracking).

Tujuan utama sistem pengaturan adalah mempertahankan agar nilai variabel proses tetap
pada nilai yang diinginkan. Sedangkan pada sistem pengendalian, tujuan utamanay adalah
mempertahankan agar nilai variabel proses agar selalu mengikuti perubahan nilai acuan.
2.5 Sistem Pengendalian Umpan Balik
Prinsip mekanisme kerja pengendalian umpan balik adalah mengukur variabel proses dan
kemudian melakukan koreksi bila nilainya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ciri utama
pengendalian umpan balik adalah adanya umpan balik negatif. Artinya, jika nilai variabel
proses berubah, terdapat umpan balik yang melakukantindakan untuk memperkecil perubahan
itu.

2.6.1 Langkah Pengendalian

Langkah-langkah pengendalian umpan balik selengkapnya adalah sebagai berikut :

a. Mengukur, tahap pertama dari langkah pengendali adalah mengukur atau


mengamati nilai variabel proses
b. Membandingkan, hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai terukur)
dibandingkan dengan nilai acuan (setpoint)
c. Mengevaluasi, perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan di evaluasi untuk
menentukan langkah-langkah atau cara melakukan koreksi atas perbedaan itu.
d. Mengkoreksi, Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses, agar perbedaan
antara nilai terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.

2.6.2 Intrumen Sistem Pengendali

Pelaksanaan keempat langkah tersebut pada butir (1.5.1) memerlukan intrumentasi


sebagai berikut:

a. Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang berupa besaran fisik atau
kimia seperti laju alir, tekanan, temperatur, konsentrasi, pH dan lain-lain menjadi sinyal
standar. Bentuk sinyal standar yang populer adalah berupa sinyal pneumatik (tekanan
udara) dan sinyal listrik lemah (lihat tabel 1.1). Unit pengukuran terdiri dari dua bagian
besar yaitu sensor dan trasmitter.
• Sensor, yaitu elemen perasa yang langsung “bersentuhan” dengan variabel
proses fisik atau kimiawi.
• Trasmitter, yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal dari sensor (gerakan
mekanik, perubahan hambatan, perubahan tengangan atau arus) menjadi sinyal
standar..
Dalam bidang pengendalian proses, istilah trasmitter lebuh populer dibandingkan
dengan transducer. Meskipun keduanya berfungsi serupa, tetapi trasmitter mempunyai
makna pengirim sinyal pengukuran ke unit pengendali yang biasanya terletak jauh dari
tempat pengukuran. Hal ini lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya di pabrik.

Tabel 1.1. Sinyal-sinyal standar dalam transmisi sinyal

Jenis SINYAL Nilai Minimum Nilai Maksimum

Pneumatik 3 psi atau 20 kPa 15 psi atau 100 kPa

0 mA 20 mA

Elektrik 4 mA 20 mA

0V 5V

1V 5V

b. Unit Pengendali (Controller)


Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan mengirimkan sinyal ke unit
kendali akhir. Evaluasi yang dilakukan berupa operasi matematika seperti;
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, integrasi, dan deferensiasi. Hasil
evaluasi berupa sinyal kendali yang dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa
sinyal standar yang serupa dengan sinyal pengukuran, tetapi nilai tidak sama lagi.

c. Unit Kendali Akhir


Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau tindakan koreksi
melalui pengaturan variabel termanipulasi. Unit ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu
actuator dan elemen kendali akhir. Aktuator adalah penggerak elemen kendali akhir.
Bagian ini dapat berupa motor listrik, selenoida, atau membran pneumatik. Sedangkan
elemen kendali akhir biasanya berupa kantup kendali (control valve) atau elemen
pemanas.

2.6.3 Mekanisme Pengendalian Umpan Balik


Sebagai ilustrasi diambil contoh pemanasan air dalam penukar panas sebagai berikut;
(Gambar 1.9). Pada proses pemanasan air sebagaimana gambr tersebut, suhu air keluar (T)
bergantung pada laju alir air (F), suhu air masuk (To), laju alir kukus (steam) (S) dan suhu
kukus (Ts). Jika dimisalkan suhu air masuk dan suhu kukus tetap, maka suhu air keluar
tergantung pada laju alir kukus dan laju alir air.

Pada proses ini diinginkan agar air keluar memiliki suhu yang tetap meskipun terjadi
perubahan laju alir air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur laju aliran kukus
sedemikian rupa sehingga akan diperoleh suhu air keluar tetap. Dari uaraian di atas, maka dapat
ditentukan nama variabel pada sistem pemanasan air tersebut. Variabel-variabel tersebut
adalah :

• Variabel proses (PV) : suhu air keluar (T)


• Variabel termanipulasi (MV) : laju alir kukus (S)
• Variabel gangguan : laju alir air (F)

+ Set point

Gambar 1.9 Diagram alir proses pemanasan air


Dari sistem proses sebagaimana gambar 1.9 di atas, akan dibuat sistem pengendalian agar suhu
air keluar selalu tetap. Untuk melaksanakannya perlu ditambahkan unit pengukuran, unit
pengendali dan unit kendali akhir. Sehingga diagram tersebut menjadi seperti pada gambar
1.10 berikut :

T; -‘ constant

Level measuring
device

Gambar 1.10 Diagram instrumentasi sistem pengendalian proses pemanasan air

Sistem pengendalian seperti pada gambar 1.11 bekerja sebagai berikut. Suhu air keluar
dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian Transmitternya (TT) ke unit pengendali suhu
(TC). Di dalam unit pengendali, suhu air keluar dibandingkan dengan nilai acuan yang
ditetapkan. Bila suhu air keluar lebih tinggi dari suhu yang diinginkan, maka unit pengendali
akan mengirim sinyal kendali ke unit kendali akhir untuk mengurangi aliran kukus. Sebaliknya,
jika suhu air keluar lebih rendah, katup kendali dibuka lebih besar agar aliran kukus membesar.

Mekanisme sebagaimana tersebut di atas disebut aksi naik-turun (increase-decrease)


atau disebut juga aksi berlawanan (reverse acting). Artinya jika nilai variabel proses (PV) naik
terjadi aksi pengecilan variabel termanipulasi (MV). Kebalikan dengan mekanisme tersebut
adalah aksi naik-naik (increase-increase) atau disebut juga aksi langsung (direct acting).
Artinya jika PV naik, menyebabkan MV juga naik.
Diagram pada gambar 1.10 di atas disebut diagram intrumentasi proses atau lebih
dikenal dengan P &ID (Piping and Instrumentation Diagram)

2.7 Simbol dan Indentifikasi Instrumen Pengendali


Dalam bidang pengendalian proses, yang dimaksud intrumen adalah peralatan yang
terlibat dalam sistem pengendalian proses kecuali sistem proses itu sendiri. Sehingga secara
umum instrumen yang utama dalam sistem pengendalian adalah : sensor,
trasnmitter/transducer, pengendali (controller) ,pengubah sinyal (converter), dan elemen
kendali akhir (biasanya katup kontrol).

Simbol intrumen untuk diagram intrumentasi sistem kontrol telah dibakukan oleh
Instrument Society of America (ISA) yang diuraikan dalam Instrumentation Symbols and
Indentification, ANSI/ISA-S5.1-1084. Simbol lingkaran (balon) adalah simbol umum
instrumen. Jenis instrumen diindentifikasi oleh kode yang diletakkan di dalam balon yang
disebut nomor indfentifikasi (tag number). Kode ini berisi indentifikasi fungsional yang
diletakkan dalam setengah lingkaran (balon) bagian atas. Sedangkan indentifikasi rangkaian
diletakkan dalam setengah lingkaran bagian bawah. Secara umum lingkaran (balon) instrumen
dibedakan atas tiga jenis.

Instrumen dipasang Instrumen dipasang Instrumen dipasang

di lapangan (lokal) di ruang kontrol di samping panel kontrol

Gambar 1.12 Simbol Lingkaran Instrumen


Tabel 1.2 Huruf Indentifikasi Instrument

HURUF ke-1 HURUF ke-2 HURUF ke-3 HURUF ke-4 HURUF ke-6, 7
dan ke-5 dan 8

A=Analysis A =Alarm C =Controller

B =Burner C =Controller I =Indicator Angka 0 ... 9 Angka 0 ... 9

D =Density F =Ratio Nomor area Nomor


atau nomor rangkaian,
E =Voltage I =Indicator Angka 0 ... 9
rangkaian cabang paralel
F =Flow L =Light Nomor area atau imbuhan
Indicator multikomponren
H =Hand
Q =Kuantitas
I =Arus
R =Recorder
J =Daya
S =Switch
L =Level
T =Transmitter
P =Pressure
Y =Relay,
Q =Laju Panas
konverter
S =Speed
V =valve
T =Temperatur

V =Vibration

W =Weight

X =Lain-lain

Z =Posisi

Sebagai catatan, tidak semua konsultan atau kontrakstor teknik memakai sepenuhnya
standar ISA. Dalam hal ini simbol-simbol yang dibuat sedikit banyak ada perbedaan. Oleh
sebab itu uraian diatas harap dipakai sebagai pedoman umum.
Contoh 1.2 Simbol dan Label Instrumentasi

4 – 20 mA 3 – 15 psi
TIC TY
103 103

Pengubah dari sinyal arus ke


sinyal pneumatik (tekanan udara)
Temperatur Indicator
Controller

TIC dan TY : indentifikasi fungsional

103 : indentifikasi rangkaian (loop)

10 adalah nomor area (lokasi)

3 adalah nomor rangkaian

TIC-103 dan TY-103 : nomor indentifikasi (tag number)


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hakikat utama tujuan pengendalian proses adalah mempertahankan nilai variabel proses
agar sesuai dengan kebutuhan operasi. Makna dari penyataan ini adalah, satu atau beberapa
nilai variabel proses mungkin perlu dikorbankan semata-mata untuk mencapai tujuan yang
lebih besar, yaitu kebutuhan operasi keseluruhan agar berjalan sesuai yang diinginkan. Jadi
tujuan pengendalian mengacu pada hakikat utama yang dinyatakan di atas.

Tujuan ideal pengendalian adalah mempertahankan nilai variabel proses agar “sama”
dengan nilai acuan. Sementara Tujuan praktis yang dapat diterima dalam operasinal adalah
mempertahankan nilai varibel proses “di sekitar” nilai acuan dalam batas-batas yang
ditetapkan.

Tujuan tersebut didasarkan atas bentuk respons variabel proses setelah mendapat
perubahan pada nilai acuan (setpoint) atau gangguan/beban. Pada sistem pengendalian simpal
tertutup (loop tertutu), dengan memberi masukan undak (tangga/step) pada beban akan
diperoleh kurva sebagaimana gambar 1.6. dari gambar tersebut dapat dirumuskan tujuan
pengendalian yang dinyatakan dengan kualitas pengendalian, yaitu setelah terjadi perubahan
beban/gangguan diharapkan akan diperoleh;

▪ Penyimpangan maksimum dari nilai acuan sekecil mungkin


▪ Waktu yang diperlukan oleh variabel proses mencapai kondisi mantap sekecil
mungkin
▪ Perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah tunak (stabil) sekecil mungkin
Atau dapat dinyatakan dengan istilah umum, sebagai berikut;

▪ Minimum overshoot
▪ Minimum settling time
▪ Minimum offset
Dengan kata lain kualitas pengendalian yang diharapkan adalah,

▪ Tanggapan/respon cepat
▪ Hasilnya stabil, dan
▪ Tidak ada penyimpangan dengan nilai acuan.
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses.html
https://www.scribd.com/archive/plans?doc=113187707&metadata=%7B%22context%22%3A%22ar
chive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22download%
22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
https://text-id.123dok.com/document/yn4lpd0z-pengendalian-proses-produksi-dan-pengandalian-
1-1.html

Anda mungkin juga menyukai