Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh jalan kedamaian dan kesejahteraan
dunia dan akhirat.
Menurut Prof. M. Abdul Mannan, M.A., Ph.D ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
Islam memberikan tuntunan kepada umatnya untuk melakukan kegiatan ekonomi, hal itu
sesuai dengan firman Allah :
” Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyk supaya kamu beruntung ”. (QS. Al Jumuah: 10)
” Bekerjalah seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah-olah kamu
akan mati esok ”
Persoalan ini menyangkut beberapa aspek, kiranya banyak sekali permasalahan ekonomi
yang perlu dibahas apabila dijabarkan satu persatu. Sehingga, pada makalah ini hanya akan
memperkenalkan mengenai beberapa contoh masalah yang marak terjadi di kehidupan kita
sehari-hari. Sejak dahulu hingga sekarang masih berlangsung kontroversi luas dan sengit tentang
pokok persoalan distribusi pendapatan nasional antara berbagai golongan rakyat di setiap negara
demokratis didunia. Hal ini disebabkan kesejahteraan ekonomi rakyat sangat tergantung pada
cara distribusi seluruh pendapatan nasional. Namun, kalangan ahli ekonomi menganggap
masalah distribusi itu bukan sebagai masalah distribusi perorangan, melainkan sebagai masalah
distribusi fungsional.
Keunikan hukum islam adalah karena keluasan dan kedalaman asas-asasnya mengenai
seluruh masalah umat manusia yang berlaku sepanjang masa. Seluruh dasar dan sumber hukum
islam merupakan mukjizat yang tetap dan kekal. Mukjizat dalam arti bahwa hukum islam tidak
hanya dapat dibandingkan dengan hukum pasang surut, tetapi juga dengan hukum gaya berat
yang sederhana dan eksak. Pada tingkatan ini perlu mendalami dasar dan sumber hukum islam
yang sebenarnya, untuk menetapkan bahwa itu adalah bimbingan tetap bagi setiap umat manusia
di setiap zaman yang akan datang. Kita semua mengetahui bahwa pada dasarnya ada empat
sumber hukum islam, yaitu Al-Qur’an, Sunnah dan Hadits, Ijma, Qiyas, dan Ijtihad.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang abadi. Al-Qur’an merupakan amanat
sesungguhnya yang di ucapkan Allah SWT melalu ucapan Nabi Muhammad SAW untuk
membimbing umat manusia. Sesungguhnya, Al-Qur’an tampil sebagai dokumen yang sejak awal
mulanya hingga terakhir berusaha memberi penekanan pada semua ketegangan moral yang perlu
bagi perbuatan-perbuatan manusia kreatif. Dengan demikian, jelaslah bahwa Al-Qur’an tidak
hanya mengenai rincian tentang pentingnya menyusun dan memelihara hubungan erat dengan
Allah SWT, tetapi juga menjelaskan semua yang mungkin diperlukan untuk memenuhi
kehidupan sosial yang lengkap.
Secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit
banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Pengaruh hukumnya ialah bahwa pendapat
yang diberikannya mungkin benar, walaupun mungkin saja keliru. Ijtihad menurut ahli ushul
fiqih adalah :
“seorang ahli fiqih yang mencurahkan kesanggupannya dan berusaha keras untuk
mendapatkan satu ilmu tentang hukum syari’at”
Dari istilah diatas dapat diketahui bahwa seorang ahli fiqih atau ahli agama mengerahkan
usahanya dan bersungguh-sungguh hingga tingkat maksimal, guna menyelidiki dan memeriksa
keterangan-keterangan dlaam Al-Qur’an dan sunnah untuk memperoleh sangkaan yang kuat atau
hukum syara’ yang kuat untuk diamalkan.
Sejauh ini terdapat empat dasar fiqih yang telah diuji, yakni sumber-sumber hukum yang
telah diterima dan disahkan oleh keempat mahzab terpenting. Prinsip ekonomi adalah langkah
yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Tetapi ada prinsip-prinsip hukum islam yang hanya diterima
oleh sebagian kecil dari mereka dan perlu diperjelas secara singkat, yaitu; istihsan, istihlah,
istishab
a. Istihsan
Secara harfiah artinya adalah menganggap sesuatu itu baik dan benar. Menurut risalah
“usul fiqh” secara teknis istihsan menyatakan pengabaian pendapat yang dihasilkan.
b. Istihlah
Istihlah berarti melarang atau mengizinkan suatu hal semata-mata karena ia memenuhi
suatu “maksud yang baik”, walaupun tidak ada bukti jelas pada sumber yang diwahyukan untuk
mendukung tindakan semacam itu.
c. Istishab
Menurut Istishab, bila eksistensi sesuatu hal telah pernah ditetapkan dengan bukti, walaupun
kemudian timbul keraguan mengenai kelanjutan eksistensinya, ia masih tetap dianggap ada.
Disebut Istishab-hal, bila masa kini dinilai menurut masa silam, dan disebut Istishab al-madi, jika
kebalikannya yang terjadi.
Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di akhirat, tercapainya
pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik
perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan
pengorbanan tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk
hal-hal yang halal pula.
Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu
harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran perbedaan
adalah prestasi kerja.
6. Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Islam
Kunci untuk memahami perilaku konsumen dalam islam tidak terletak dengan hanya
mengenai hal-hal yang terlarang, tetapi juga dengan menyadari konsep dinamik tentang sikap
moderat dalam konsumsi yang dituntun oleh perilaku yang mengutamakan kepentingan orang
lain, yaitu seorang konsumen muslim. Larangan-larangan islam mengenai makanan dan
minuman harus dipandang sebagai usaha untuk memperbaiki perilaku konsumen.
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim (kapitalis dan
komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara keduanya (kebendaan dan
rohaniah). Sumber pedoman ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah Rasul, yaitu dalam:
- Qs.al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah).
- Qs.Hud:61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi).
- Qs.al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di bumi).
Sedang hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut diperoleh
ketentuannya dengan jalan ijtihad.
Konsep hak milik pribadi dalam islam bersifat unik, dalam arti bahwa pemilik mutlak
segala sesuatu yang ada dimuka bumi dan langit adalah Allah SWT. (Q,S, Ali Imran, 3: 189).
Manusia hanyalah kafilah Allah dimuka bumi.
Pada umumnya terdapat ketentuan Syariat yang mengatur hak milik pribadi, yaitu :
a. Pemanfaatan harta benda secara terus-menerus
b. Pembayaran zakat sebanding dengan harta benda yang dimiliki
c. Pengguanaan harta benda secara berfaedah
d. Penggunaan harta benda tanpa merugikan orang lain
e. Memiliki harta benda yang sah
f. Penggunaan harta benda tidak dengan cara boros atau serakah
g. Penggunaan harta benda dengan tujuan memperoleh keuntungan atas haknya
h. Penetapan hukum waris dalam islam
Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan kegagalan dengan
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Tujuan kegiatan ekonomi dalam kapitalisme ialah
perolehan menurut ukuran uang. Karena kebebasannya dari peraturan, kapitalisme bersandar
pada kesadaran individu akan kekuasaan alaminya. Sistem ekonomi Islam sebagai pilihan
alternatif mulai digali untuk diterapkan sebagai sistem perekonomian yang baru. Bagaimanakah
sistem ekonomi Islam itu ? Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan
sistem ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai
ibadah dalam setiap kegiatannya.
Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan hukum dan
masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang vital.
Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar.
Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha menyesuaikan kebutuhan
individual dengan kebutuhan masyarakat.
Indonesia memiliki sistem ekonomi sendiri, yaitu sistem demokrasi ekonomi, yang prinsip-
prinsip dasarnya tercantum dalam UUD'45 pasal 33.
Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam adalah sebagai
berikut:
1) Kewajiban zakat.
2) Larangan riba.
3) Kerjasama ekonomi.
4) Jaminan sosial.
5) Peranan negara.
1) Landasan aqidah.
2) Landasan akhlaq.
3) Landasan syari'ah.
4) Al-Qur'anul Karim.
5) Ijtihad (Ra'yu), meliputi qiyas, masalah mursalah, istihsan, istishab, dan urf.
9. Ekonomi Islam dan Tantangan Kapitalisme
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah:
Asumsi dasar / norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun interaksi
kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam asumsi dasarnya
adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap individu, keluarga,
kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah.
Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan alam.
Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat selaku
khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas.
Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan
dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama dianggap
sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an. Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik sebagai
alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem
perekonomian uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai
konsep yang harus dihindari dalam perekonomian.
Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai
faktor yang mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai
faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan
satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi rakyat. Larangan riba dalam Islam
bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat
bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa
penempatan diri pada resiko sama sekali.
Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan umat Islam wajib
meninggalkannya (Qs.al-Baqarah:278), akan tetapi Islam menghalalkan mencari keuntungan
lewat perniagaan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. M. Abdul Mannan, M.A., Ph.D, Teori dan Praktek EKONOMI ISLAM,
Yogyakarta, Penerbit : P.T DANA BHAKTI WAKAF, 1993.
Maryani, Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Jakart~
EKONOMI ISALAM PADA MASA PAMERINTAHAN RASULULLAH SAW.
Munculnya islam membuka zaman baru dalam sejarah kehidupan manusia. Kelahiran
Muhammad SAW adalah suatu peristiwa yangn tiada tandingnya.
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari senin 12 Rabiul awwal / 20 April 571 M1[1], di rumah
kakeknya Abdul Muthalib dan dibidani oleh Al-syifa, yaitu ibu dari Abudurrahman bin auf.
Beliau adalah utusan Allah SWT yang berakhir sebagai pembawa kebaikan bagi umat manusia di
muka bumi ini. Pada pemerintahan Rasulullah SAW banyak sekali permasalahan, mulai dari
politik dan urusan konstitusional, dan Rasulullha SAW juga merubah system ekonomi dan
keuangan Negara sesuai dengan ketentuan Al-qur’an dan Hadisnya.
Sebelum islam datang, keadaan masyarakat sangat buruk mulai dari segi masyarakat,
pemerintahan, institusi karena mereka selalu bertentangan dengan prinsip ajaran islam. Para
banker yahudi mulai mewarnai jehidupan islam dengan cengkeraman ribawi2[2]. Jauh dari nilai-
nilai qur’an seperti persaudaraan, persamaan, kebebasan, dan keadilan.
Disamping itu, masyarakat selalu dibayang-bayangi oleh peperangan antar suku yang tidak
pernah berhenti sehingga islam hadir di tengah-tengah mereka. Dan belum biasa dimobilisasikan
dalam waktu dekat karena butuh waktu untuk membawa seluruh aspek ke jalan yang lurus.
A. Awal pemerintahan islam
Pada saat awal didirikanya pemerintah islam, dapat dikatakan kondisi masyarakat madinah masih
sangat tidak menentu dan memprihatinkan . oleh karena itu, Rasulullah SAW memikirkan untuk
mengubah jalan secara berlahan-lahan dengan mengatasi berbagai masalah utama tanpa
tergantung pada factor keuangan. Dalam hal ini, strategi yang digunakan oleh Rasulullah SAW
adalah dengan melakukan langjah-langkah sebagai berikut :
1. Membangun masjid utama sebagai tempat untuk mengadakan forum bagi para pengikutnya.
2. Merehabilitasi muhajjirin mekkah di madinah.
3. Membuat konstitusi masyarakat.
4. Menciptakan kedamaian dalam Negara.
5. Mengeluarkan hak dan kuwajiban bagi warga negaranya.
6. Menyusun system pertahanan Negara.
7. Meletakan dasar-dasar system keuangan Negara.
B. Pemikiran Ekonomi Rasulullah SAW pada masa awal pemerintahan islam.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bertransaksi secara jujur, adil, dan tidak pernah
membuat palangganya mengeluh dan kecewa. Selain itu ada beberapa larangan yang
diberlakukan oleh Rasulullah SAW ntuk menjaga agar seseorang dapat berbuat adil dan jujur,
yaitu :
1. Larangan najsy.
2. Larangan bay ba’dh Ala ba’dh.
3. Larangan tallaqi Al-rukhban.
4. Larangan ihtinaz dan ikhtikar.
2
tumbuh mata pencaharian baru bagi kaum muhajirin. Sampai akhirnya madinah dinyatakan
tempat anti peanggaran antara dua harrashnya ( daerah pegunungan berapi disekitar madinah ),
padang rumputnya tidak boleh dipotong, pepohonanya tidak boleh ditebang dan tidak boleh
membawa senjata untuk perkelahian, kekerasan ataupun peperangan ( M.A. sabzzhwari )
C. Perkembangan pemikiran ekonomi islam pada masa Nabi Muhammad SAW.
Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
sejarah islam. Pemikiran islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul.
Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan
dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum, politik, dan juga masalah perniagaan
atau ekonomi . masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian utama Rasulullah saw, karena
masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Adapun
perkembangan pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan fiskal pada masa nabi Muhammad saw.
Pada zaman Rasulullah saw pemikiran dan mekanisme kehidupan politik dinegara islam
bersumber dan berpijak pada nilai-nilai aqidah.
Lahirnya kebijakan fiskal di dalam dunia islam dipengaruhi oleh banyak factor, salah satunya
karena fiskal merupakan bagaian dari instrument ekonomi public. Untuk itu factor-faktor seperti
social, budaya dan politik termasuk di dalamnya. Tantangan Rasulullah saw sangat besar dimana
beliau dihadapkan pada kehidupan yang tidak menentu baik dari kelompok internal maupun
eksternal, dalam kelompok internal Rasulullah saw harus menyelesaikan masalah bagaimana
menyatukan antara kaum ansar dan kaum muhajirin paska hijrah dari mekkah ke madinah.
Sementara tantangan dari kelompo eksternal yaitu bagaimana Rasul bisa mengimbangi
ronrongan dari kaum kafir quraisy. Akan tetapi Rasulullah saw dapat mengatasi semua
permasalahanya berkat pertolongan Allah swt.
Di dalam sejarah islam keuangan publik berkembang bersamaan dengan pengembangan
masyarakatmudlim dan pembentukan warga Negara islam oleh Rasulullah saw paska hijrah.3[3]
2. Unsur-unsur kebijakan fiskal pada masa pemerintahan Rasulullah saw.
Melihat kondisi yang tidak menentu seperti ini, maka Rasulullah saw malakukan upya-upaya
yang dikenal dengan kebijakan fiskal . baliau sebagai pemimpin di madinah yaitu dengan
melakukan unsure-unsur ekonomi. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. System ekonomi.
System ekonomi yang diterapkan Rasulullah saw berakar dari prinsip-prinsip qur’ani. Prinsip
islam yang paling mendasar yaitu kekuasaan tertinggi hanya milik Allah semata dan setiap
manusia diciptakan sebagai khalifahnya di muka bumi.
Dan disini ada beberapa prinsip-prinsip yang pokok tentang kebijakan ekonomi islam yang
dijelaskan Al-qur’an sebagai berikut :
1. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah swt.
2. Manusia hanyalah khlifah Allah swt dimuka bumi.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah swt, oleh karena itu,
manusia yang kurang beruntung mampunyai hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki
saudaranya.
4. Kekayaan harus diputar dan tidak boleh ditimbun.
5. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba harus dihilangkan.
6. Menetapkan system warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat melegimitasi
berbagai konflik individu.
3
7. Menghilagkan jurang pemisah antara golongan miskin dan kaya.
b. Keuangan dan pajak
Pada tahun awal sejak dideklarasi sebagai Negara, madinah hampir tidak memiiki sumber
pendapatan ataupun pengeluaran Negara. Seluruh tugas Negara dilkukan secara gotong royong
dan sukarela. Rasulullah saw sendiri adalah seorang kepala Negara yang juga merangkap sebagai
ketua mahkamah agung, mufti besar, panglima perang tertinggi, serta penanggung jawab
administrasi Negara. Ia tidak memproleh gaji dari Negara maupun masyarakat, kecuali hadiah-
hadiah kecil pada umumnya berupa bahan makanan. Dan pada masa itu juga belum ada tentara
dalam bentuk formal maupun tetap. Setiap muslim yang memiliki fisik yang kuat dan mampu
berperang bisa menjadi tentara. Mereka tidak memperoleh gaji tetap tapi diperbolehkan
mendapat harta dari hasil rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta, dan barang-barang
bergerak lainya.
3. Sumber-sumber pendapatan Negara.
a. Berdasarkan jenisnya :
- Pendapatan primer.
1. Ghanimah : pendapatan dari hasil perang.
2. Fay’i : harta peninggalan suku bani nadhir.
3. Kharaj : pajak atas tanah yang dipungut kepada non-muslim ketika khaibar dilakukan pada
tahun ke-7 hijriyah, jumlah kharaj dari tanah tetap, yaitu setengah dari hasil produksi.
4. Waqf
5. Ushr : zakat dari hasil pertanian termasuk buah-buahan
6. Jizyah : pajak perkepala yang dipungut oleh pemerintah islam dari orang-orang yang bukan
islam sebagai imbalan bagi keamanan diri mereka.
- Pendapatan sekunder.
1. Uang tebusan.
2. Pinjaman.
3. Amwal fadhla.
4. Nawaib.
5. Shodaqoh lain seperti qurban dan kaffarat.
6. Hadiah.
b. Berdasarkan sumbernya.
Muslim : zakat, ushr, zakat fitrah, waqf, amwal fadhl, nawaib, shodaqoh lain, dan khums.
Non-muslim : jizyah, kharaj, ushr ( 5% )
Umum : ghanimah, fay’I, uang tebusan, pinjaman dari muslim atau non-muslim, dan hadiah dari
pemimpin atau pemerintah.
4. Pengeluaran Negara di masa Rasulullah saw.
Primer :
- pembiayaan pertahanan, seperti persenjataan, unta, kuda, dan persediaan.
- Pembiayaan gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat Negara lainya.
- Pembayaran upah kepada para sukarelawan.
- Pembayaran utang Negara.
Sekunder.
- Bantuan untuk orang belajar agama di madinah.
- Hiburan untuk delegasi keagamaan.
- Hiburan untuk para utusan suku dan Negara serta biaya perjalanan mereka.
- Pembayaran utang untuk orang yang meninggal dalam keadaan miskin.
- Pembayaran tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah saw.
5. Baitul maal
Rasulullah saw merupakan kepala Negara pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang
keuangan Negara pada abad ke tujuh, yakni sumua hasil pengumpulan Negara harus
dikumpulkan telebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan Negara. Status
hasil pengumpulan itu adalah milik Negara dan bukan milik individu. Meskipun demikian, dalam
batas-batas tertentu , pemimpin Negara dan para pejabat lainya dapat menggunakan harta
tersebut untuk menculupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan itu disebut baitul maal
atau bendahara Negara.4[4] Pada masa pemerintahan Rasulullah saw, baitul maal terletak di
masjid nabawi yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat Negara yang sekaligus sebagai
tempat tinggal Rasulullah saw.
Segala kebijakan Rasulullah saw dalam memimpin pemerintahan selalu berpegangan pada
wahyu Allah swt. Namun Rasulullah saw tidak segan-segan betanya menganai masalah-masalah
tertentu pada para sahabat-sahabatnya. Allah swt memerintahkan kapada Rasulnya untuk
bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka kalau semua diptuskan oleh
Allah swt, maka tidak ada gunanya beliau berfikir.
Rasulullah saw wafat pada hari senin pagi, 12 Rabiul awwal atau 8 juni 632 M, dalam usia 63
tahun 3 bulan. Setelah wafatnya Rasulullah saw, selanjutnya pemimpin pemrintahan dilanjutkan
oleh khulafaurrasyidin.
5
Abu Bakar r.a meninggal pada 13H/13 agustus 634 M dalam usia 63 tahun, dan kekhalifahanya
berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari . jenazah Abu bakar dimakamkan
disamping makam Rasulullah saw. Berkaitan dengan kebijakan fiskal masa kekhalifahan Abu
Bakar r.a yaitu melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan oleh Rasulullah saw.
Hanya saja ada beberapa kebijakan fiskal beliau yang cukup dominan dibandingkan dengan yang
lainya yaitu pemberlakuan kembali kuwajiban zakat setelah banyak yang membengkangnya.
Kebijakan selanjutnya adalah selektif dan kehati-hatian dalam mengelola zakat sehingga tidak
dapat ditemukan penyimpangan didalamnya.