Anda di halaman 1dari 6

ETIKA

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu
yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia.

Penjelasan surat al hujurat ayat 11

Ayat ini juga menerangkan hak-hak kaum mukmin satu sama lain, yaitu hendaknya
sebagian mereka tidak mengolok-olok, baik dengan ucapan maupun perbuatan yang
menunjukkan penghinaan terhadap seorang muslim, karena yang demikian haram, dan
menunjukkan bahwa orang yang mengolok-olok merasa ujub (bangga diri) dengan
dirinya, padahal bisa saja yang diolok-olok itu lebih baik daripada yang mengolok-olok
sebagaimana seperti itu pada umumnya dan kenyataannya. Hal itu, karena mengolok-
olok tidaklah terjadi kecuali dari hati yang penuh dengan akhlak yang buruk dan tercela.
Oleh karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang
telah melakukan kejahatan kalau menghina saudaranya yang muslim.” Jangan mencela
dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang
mukmin seperti satu tubuh. Mencela itu bisa dengan ucapan dan bisa dengan perbuatan.
Kedua-duanya adalah haram dan diancam dengan neraka sebagaimana firman Allah,
“Wailul likulli humazatil lumazah.” Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai
kepada Abu Jabirah bin Adh Dhahhak ia berkata, “Ada salah seorang di antara kami
yang memiliki dua nama atau tiga, lalu dipanggil dengan sebagiannya maka sepertinya
ia tidak suka, sehingga turunlah ayat ini, “Dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk.” Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Yakni janganlah
salah seorang di antara kamu mencela saudaranya dan menggelarinya dengan gelar
yang buruk, dimana orang yang digelari itu tidak suka jika disebut dengannya. Adapun
gelar yang tidak tercela, maka tidak termasuk dalam ayat ini. Panggilan yang buruk
ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang
yang sudah beriman, dengan panggilan, “Hai fasik, hai kafir” dan sebagainya. Inilah
yang wajib dilakukan seorang hamba, yaitu bertobat kepada Allah Ta’ala dan keluar dari
hak saudaranya, yaitu dengan meminta dihalalkan atau meminta dimaafkan, memujinya
setelah mencelanya. Ayat ini menerangkan bahwa manusia ada dua golongan; yaitu
orang yang berbuat zalim kepada dirinya dan orang yang bertobat, dan tidak ada yang
ketiganya.

Penjelasan contoh etika

QS. An-Nur ayat 27  etika bertamu


QS An-Nisa ayat 86  etika membalas penghormatan / salam
QS. Al-An’aam ayat 54  etika memberi salam kepada orang-orang yang beriman
QS. Muzzammil ayat 10 etika bersabar
QS. Luqman atay 18-19  Etika untuk tetap rendah hati (tidak sombong)
QS. An-Nisa ayat 148-149  etika untuk tidak mengucapi perkataan buruk

MORAL
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu
dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu
adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu
perbuatan.
Penjelasan Ayat

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa moral Islam adalah takwa itu sendiri.
Asbabun nuzul.
Abu Daud meriwayatkan tentang asbabun nuzul Surat Al Hujurat ayat 13 ini. Ayat ini
turun berkenaan dengan Abu Hind yang profesinya adalah seorang pembekam.

Rasulullah meminta kepada Bani Bayadhah untuk menikahkan seorang putri mereka
dengan Abu Hind, namun mereka enggan dengan alasan Abu Hind adalah bekas budak
mereka. Sikap ini keliru dan dikecam Al Quran dengan turunnya ayat ini. Bahwa
kemuliaan di sisi Allah bukanlah karena keturunan atau garis kebangsawanan melainkan
karena ketaqwaan.

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Hujurat ayat 13:

 Ayat ini memberitahukan bahwa manusia berasal dari satu keturunan yakni
Nabi Adam dan Hawa. Sehingga pada hakikatnya mereka setara.
 Keragaman adalah sunnatullah karena Allah menjadikan manusia berkembang
demikian banyak sehingga menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
 Keragaman itu bukanlah untuk berpecah belah dan saling memusuhi tetapi
untuk saling mengenal. Dengan pengenalan yang baik, akan terjalin
kedekatan, kerja sama dan saling memberikan manfaat.
 Seluruh manusia setara di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang
membedakan adalah ketaqwaannya. Manusia yang paling mulia di sisi Allah
adalah yang paling bertaqwa.
 Allah Maha Mengetahui segala hal yang dilakukan oleh manusia termasuk
bagaimana tingkat ketaqwaan mereka dan bagaimana sikap mereka terhadap
manusia lainnya khususnya terkait keragaman.
 Ayat ini mengajarkan kesetaraan, toleransi dan kerjasama serta menghapus
diskriminasi.

AKHLAK

Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam kamus
besar bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Dapat di definisikan bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah, spontan tanpa di pikirkan dan di renungkan lagi. Dengan
demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara
spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu
baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul
karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan
sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul
mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk
akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul

A. Akhlak Mahmudah
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu
berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak
terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah.
Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung
jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita
mempunyai suri-tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah sebaik-baik manusia yang
berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rasul, maka ia
menjawab bahwa akhlak rasul adalah Al-Qur’an. Artinya rasul merupakan
manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-
Qur’an. [10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan
saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk
mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Contoh-Contoh Akhlak Mahmudah :
 Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut Al-Qurtubi, ikhlas pada
dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk.
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan
sebuah riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku pernah bertanya
kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal itu
kepada Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku
yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan
hamba-hamba-Ku.”
Ikhlas adalah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Allah
Ta’ala  berfirman dalam QS. Al Bayyinah: 5), ”Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan –keikhlasan—
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.”

 Amanah.

Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan)


sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan
kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya
Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada
yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi
dengan adil…”(QS 4:58).

 Adil

Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga


tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama
menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri
sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara.

 Bersyukur

Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya


kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat
tersebut. Sedangkan makna syukur secara syar’i adalah : Menggunakan
nikmat Allah Ta’ala  dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya.
Lawannya syukur adalah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat
tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah Ta’ala .
Allah berfirman, “…. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan sekiranya kamu mengingkari –kufur—
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Al Baqarah ayat 152 : ‘Maka ingatlah Aku ( Allah ) niscaya Aku akan
mengingatimu dan syukurilah nikmatku serta jangan sekali-kali kamu
menjadi kafir‘.

 Sabar

Sabar yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas
patah hati; tidak lepas putus asa, tenang dsb). Di dalam menghadapi cobaan
hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/
pribadi unggul. Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar dan
karenanya ia banyak berbuat kesalahan. Akan tetapi, agama meminta setiap
orang agar bersabar karena Allah. Orang beriman harus bersabar menunggu
keselamatan yang besar yang Allah janjikan. Inilah perintah di dalam Al-
Qur`an, “Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (al-
Muddatstsir: 7) Sabar merupakan salah satu sifat penting untuk mencapai
ridha Allah; itulah kebaikan yang harus diusahakan agar lebih dekat kepada
Allah.

 Jujur

Shiddiq (jujur, benar) adalah lawan kata dari kidzib (bohong atau dusta).
Secara morfologi, akar kata shidq berasal dari kata shadaqa, yashduqu,
shadqun, shidqun. Ungkapan shaddaqahu mengandung arti qabila qauluhu
‘pembicarannya diterima’.
Ayat Allah yang memberikan ilustrasi yang jelas tentang makna (shiddiq):
“Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang jujur (benar) tentang
kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang
pedih.” (Al-Ahzab:8)

B. AKHLAK MADZMUMAH

Selain menjaga akhlak mahmudah, seorang muslim juga harus


menghindari akhlak madzmumah yang meliputi: tergesa-gesa, riya
(melakukan sesuatu dengan tujuan ingin menunjukkan kepada orang lain),
dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri
sendiri), bakhil, buruk sangka, tamak dan pemarah. Akhlak madzmumah
adalah akhlak yang dikendalikan oleh Syetan dan kita sama sekali tidak boleh
memiliki akhlak yang demikian, karena akhlak madzmumah adalah akhlak
yang tercela dan sangat harus kita jauhi. Bersabda Rasulullah SAW:
“Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal
daging itu baik, seluruhnya baik dan apabila daging itu buruk, buruklah
seluruhnya Ketahuilah olehmu bahwa segumpal daging itu adalah kalbu
(hati).” (HR. Bukhari). Adanya penyakit hati pada diri seseorang menandakan
ia memiliki akhlak tercela (madzmumah). Penyakit hati yakni hasad (iri dan
dengki)

 Pengertian Iri

Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau
keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik
terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap
orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik. Jika
perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan,
permusuhan, pertengkaran, bahkan sampai pembunuhan, seperti yang
terjadi pada kisah Qabil dan Habil.

Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki.

 Pengertian Dengki

Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan
dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada
dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Sifat
dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam
bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan,
menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap
serakah, rakus, dan zalim. ia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai
keinginannya, bahkan tidak segan-segan berbuat aniaya (zalim) terhadap
sesamanya yang mendapatkan kenikmatan agar cepat kenikmatan itu
berpindah kepada dirinya. Allah ta'ala befirman, artinya : "Katakanlah: "Aku
berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-
Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari
kejahatan pendengki bila ia dengki". (QS. Al-falaq : 1-5).

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam juga bersabda : “Janganlah kalian


saling dengki (HR.Muslim : 2564).

Perbedaan antara akhlak, moral dan etika

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan
atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat
istiadat atau kesepakatan yang dibuat olehsuatu masyarakat jika masyarakat
menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.

Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan
standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan
cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan
dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku
nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya
:“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi
dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah
telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain
akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan
berdasarkan aqidah.

Anda mungkin juga menyukai