Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB

menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Widiastuti,

2012). Sedangkan kasus relaps (kambuh) adalah pasien tuberkulosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan

sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif

(apusan atau kultur) (Depkes RI, 2014).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) dalam Global

Tuberkulosis Report 2014 menyatakan bahwa 5,4 juta merupakan kasus baru

BTA positif dan 0,3 juta mengalami kekambuhan setelah sebelumnya sembuh

dari penyakit TB. Kasus kambuh terjadi di beberapa negara di dunia, di antara

India 33%, China 9%, Afrika Selatan 5,3%, Rusia 5%, dan Indonesia 2,6%

dari 0,3 juta kasus TB kambuh di dunia (Global Tuberkulosis Report, 2014).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun

2016, kasus Tuberkulosis yang terjadi di Kalimantan Barat tidak hanya

disumbang oleh pasien baru sebanyak 4860 kasus tetapi juga pasien relaps

atau pengobatan ulang 124 kasus, dengan demikian penyakit Tuberkulosis

menempati peringkat 6 dari 10 penyakit yang sering diderita atau terjadi di

Kalimantan Barat. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2017,

1
2

jumlah kasus Tuberkulosis relaps di Kota Pontianak sebanyak 23 kasus, yang

tersebar diberbagai kecamatan di wilayah Kota Pontianak.

Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai

kesembuhan. Tuberkulosis dapat sembuh bila dilakukan pengobatan secara

teratur selama 6-8 bulan. Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk

menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,

memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman

terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) (Depkes, RI, 2014)

Kejadian Tuberkulosis relaps menimbulkan masalah baru karena dapat

meningkatkan kemungkinan resistensi obat anti Tuberkulosis (MDR),

menurunkan produktifitas, kematian dan meningkatkan penularan penyakit

Tuberkulosis di masyarakat. Sehingga dapat menghambat tercapainya tujuan

pengobatan dan pengendalian Tuberkulosis. Faktor yang mempengaruhi

terjadi Tuberkulosis relaps antara lain adanya reinfeksi, jumlah basil sebagai

penyebab infeksi dengan virulensi yang sangat tinggi, daya tahan tubuh

menurun, kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol, serta

pengobatan Tuberkulosis yang terlalu pendek. (Alfian, 2009; Depkes RI,

2014).

Ketidakpatuhan pasien TB untuk menjalani pengobatan pada Fasilitas

Pelayanan Kesehatan (FPK) secara teratur tetap menjadi hambatan dalam

mencapai angka kesembuhan yang tinggi (Kemenkes Reprublik Indonesia,

2013). Ketidakteraturan pengobatan pada fase intensif terjadi karena tidak

adekuatnya motivasi terhadap kepatuhan berobat dan penderita tuberkulosis


3

merasa enak pada akhir fase intensif sehingga tidak perlu kembali untuk

pengobatan (Dermawanti. 2014).

Tingginya angka putus obat Anti tuberkulosis mengakibatkan tingginya

kasus resistensi kuman terhadap OAT yang membutuhkan biaya yang lebih

besar dan bertambah lamanya pengobatan (Kemenkes Republik Indonesia,

2013). Untuk mencapai keberhasilan pengobatan, bukan semata-mata menjadi

tanggung jawab penderita, namun harus dilihat bagaimana faktor-faktor lain

yang mempengaruhi prilaku penderita dalam melengkapi dan mematuhi

pengobatannya (Hayati,A, 2011).

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan

yaitu faktor penderita individu, dukungan sosial, dukungan petugas kesehatan,

dan dukungan keluarga (Niven, 2008). Keberhasilan pengobatan TB paru

ditentukan oleh kepatuhan pasien TB dalam minum Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) (Kemenkes Republik Indonesia, 2013). Kepatuhan menyangkut aspek

jumlah dan jenis OAT yang diminum, serta keteraturan waktu minum obat

(Nainggolan, 2013).

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan pada

penderita tuberkulosis ialah adanya dukungan keluarga yang baik. Dukungan

keluarga memegang peran penting dalam kehidupan penderita tuberkulosis,

karena dukungan keluarga dapat membuat penderita tubekulosis berjuang

untuk hidup, berfikir kedepan, dan menjadikan hidup lebih bermakna.

Keluarga juga memilik fungsi dalam perawatan kesehatan, sehingga keluarga


4

merupakan unit terdekat dalam pemantauan kesehatan tiap anggotanya

(Melisa, 2012; Sutikno, 2011).

Menurut Bariyyah (2012) menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat

diperlukan terutama pada penderita TB yang juga merupakan penyakit kronik

dan mengharuskan penderita mengkonsumsi obat dengan jangka waktu yang

lama, karena keluarga merupakan lini pertama bagi penderita apabila

mendapatkan masalah kesehatan atau meningkat kesehatan itu sendiri. Ini

merupakan salah satu fungsi keluarga yaitu untuk mendukung anggota

keluarga yang sakit dengan berbagai cara, seperti memberi dukungan dalam

mengkonsumsi obat ( Plos Medicine, 2007).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septia (2014) menunjukkan

bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan

minum obat pada pasien Tuberkulosis. Penelitian yang dilakukan oleh

Irnawati (2016) dukungan positif dari keluarga mempengaruhi tingkat

kepatuhan minum obat pada pasien dengan Tuberkulosis. Ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nesi (2017) bahwa ada pengaruh antara

dukungan keluarga terhadap tingakat kepatuhan minum obat pada pasien

dengan Tuberkulosis.

Namun pada penelitian – penelitian tersebut sampel yang digunakan hanya

pada penderita Tuberkulosis dengan BTA positif baru. Padahal terdapat

beberapa klasifikasi Tuberkulosis salah satunya yaitu Tuberkulosis dengan

pengobatan ulang atau relaps yang perlu dilakukan penelitian terkait hal

tersebut. Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas PERUMNAS 1


5

pada lima responden, didapatkan hasil tiga dari lima pasien mengatakan TB

relaps dikarenakan terinfeksi kembai bakteri Tuberkulosis. Ketiga responden

tersebut juga mengatakan tidak tau pasti bagaimana mereka kembali terkana

penyakit Tuberkulosis. Sementara dua responden lainnya mengatakan tidak

disiplin dalam mengkonsumsi obat, sehingga pengobatan pun gagal dan

kembali terinfeksi Tuberkulosis.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui secara

spesifik tentang apakah ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

minum obat pada penderita Tuberkulosis relaps di Kota Pontianak.

1.2 Rumusan Masalah

Tuberkulosis relaps (kambuh) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya

pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau

kultur). Dukungan keluarga memilik fungsi dalam perawatan kesehatan,

sehingga keluarga merupakan unit terdekat dalam pemantauan kesehatan tiap

anggotanya. Pada penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan bahwa ada

hubungan anatara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum penderita

Tuberkulosis namun pada penelitian tersebut sampel yang digunakan hanya

berfokus pada penderita Tuberkulosis dengan kasus baru. Oleh sebab itu

peneliti ingin melakukan penelitian pada penderita Tuberkulosis relaps

(kambuh) dengan rumusan masalah sebagai berikut :


6

Apakah ada Hubungan Dukungan terhadap Tingkat Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis relaps ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada pasien Tuberkulosis relaps

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karateristik responden berdasarkan usia, pedidikan,

pekerjaan.

2. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pada penderita

Tuberkulosis relaps.

3. Mengetahui dukungan keluarga pada penderita Tuberkulosis relaps.

4. Menganalisis dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan minum

obat pada penderita Tuberkulosis relaps.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Penderita dan Keluarga

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi kepada penderita

bahwa pentingnya kepatuhan dalam program pengobatan jangka panjang.

Serta menambah pengetahuan keluarga, bahwa dukungan yang positif

dapat meningkatkan kepatuhan penderita sehingga tujuan dari pengobatan

dapat tercapai.
7

1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam penyusunan

program khususnya penderita kambuh terkait pengoptimalan peran

keluarga dalam merawat keluarga yang sakit dalam upaya penanggulangan

Tuberkulosis.

1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi mengenai

ilmu keperawatan keluarga dalam menangani pasien Tuberkulosis. Selain

itu, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan sebagai bahan ajaran

kepustakaan pendidikan keperawatan Indonesia khususnya mata ajar

Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Keluarga.

Anda mungkin juga menyukai