Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memenuhi salah satu tugas Koasistensi Ilmu Bedah. Kami berharap dapat
itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk
Kelompok 13 Sub-Grup 2
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi 2
Anatomi Saluran Pencernaan Ruminansia 2
Indikasi 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindakan Pra Operasi & Operasi 5
Pasca Operasi 13
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya tindakan operasi rumenotomy pada ruminansia adalah :
1. Kembung
2. Adanya benda asing di rumen, reticulum, omasum dan abomasum
3. Eksplorasi rumen untuk mendiagnosis penyakit traumatic, selain benda asing
4. Menelan tanaman yang beracun
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Rumenotomi terdiri atas rumenotomi dan rumenal fistulation.
Rumenotomi adalah pembedahan dengan membedah dinding abdomen dan rumen
akan terlihat. Setelah itu rumen dan dinding abdomen dijahit, setelah itu rumen
diincisi sehingga terlihat isi rumen. Melalui lubang yang dibuat pada rumen dapat
dilakukan palpasi pada daerah bagian dalam rumen atau reticulum. Rumenotomi
sering dipergunakan untuk menguras isi rumen dan mengganti isinya dengan yang
baru.
Sedangkan Rumenal fistulation adalah teknik untuk menangani penyakit
bloat yang bersifat kronik. Bloat yang bersifat kronik diakibatkan dari
abnormalnya nervus parasympatik yang mensupplay cardia rumen. Hal tersebut
karena beberapa penyakit yaitu reticuloperitonitis dan fibrinous pneumonia –
pleuritis yang terkena pada nervus vagus. Selain itu juga akibat dari
pembengkakan lympa nodulus atau abses liver karena ada bakteri Bacillus Lactis
dari ambing yang menyebar secara hemoragi dan berada di rumen menyebabkan
rumenitis lalu bergerak menuju hati akibatnya hati menjadi abses, terjadi
gangguan fungsi hati sehingga hati tidak dapat melakukan metabolism
protein. Sapi akan mengalami hypoprotein dan berakibat pada hilangnya tonus
sehingga rumen tidak dapat mengeluarkan gas.
2
mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Sapi memiliki gigi geraham lebih
banyak dibandingkan dengan manusia karena sesuai dengan fungsinya untuk
mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri
atas 50% selulosa. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar
serta lebihm mampu berdilatasi (membesar). Esofagus berdinding tipis dan
panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm. Lambung sapi sangat besar,
diperkirakan sekitar ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan
penting untuk menyimpan makanan. Selain itu, pada lambung juga terjadi proses
pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai
dengan umur dan makanan alaminya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan
protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan
oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.
Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini
makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut
bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.
Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu lambung yang
sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai
40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari
serat (selulosa).
2.3 Indikasi
Dinding tubuh bagian kiri (yaitu flank) merupakan subuah portal yang
mudah untuk mengakses struktur gastrointestinal proksimal termasuk retikulum,
lubang retikulo-omasal dan rumen itu sendiri. Indikasi untuk operasi pada rumen
3
meliputi trauma reticuloperitonitis, rumen dan adanya benda asing di rumen,
frothy boat, vagal indigesti, kelebihan gandum (grain overload), toxin ingestion
dan chronic reoccuring bloat.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Anastesi yang dapat diberikan dengan cara line block, inverted block, atau
paravertebral block. Anastesika diberikan secara regional dengan menggunakan
teknik paravertebral block dan L-block. Anastesi ini dimaksudkan untuk
mematikan rasa di daerah flank. Anastetika yang digunakan adalah Lidocain HCl.
Pemberian Lidocaine HCL dilakukan menggunakan metode farqurhason dengan
processus transversus sebagai penanda. Tiap tempat diberikan injeksi Lidocaine
HCl sebanyak 20 ml.
5
Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan makan selama 12 jam dan
puasa minum selama 6 jam. Tujuan dari puasa ini adalah untuk pengosongan
lambung supaya tidak mendesak diafragma selama operasi sehingga tidak terjadi
muntah. Dari hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik, hewan yang tidak
mengalami perubahan patologis dapat dinyatakan hewan berada dalam kondisi
sehat dan aman untuk dioperasi.
6
daerah operasi sudah teranastesi sempuna atau belum, dengan
menggunakan Allis forceps dilakukan jepitan – jepitan daerah yang
dianastesi tersebut.
Setelah hewan teranastesi, dilakukan incisi sepanjang 12 cm pada kulit
dimulai dari kira – kira 10 cm di bawah prosesus transversus dari vertebrae
lumbaris pertengahan flank.
Struktur lain dari dinding abdomen yang harus dihindari saat insisi adalah
nervus dan pembuluh darah. Jika ada pembuluh darah harus di ligasi
terlebih dahulu. Rumen ditarik ke luar dengan bantuan allies forcep atau
dua buah jahitan yang kuat.
Incisi rumen dibuat diantara kedua jahitan setelah cavum abdomen ditutup.
Setelah rumen dibuka dimasukkan rumen shroud untuk mencegah
kontaminasi kemudian isi rumen dikeluarkan sehingga rumen dapat
dieksplorasi untuk mencari benda asing.
Tepi rumen yang diincisi dibersihkan dan dijahit dengan tipe jahitan
sederhana menerus dilanjutkan dengan tipe jahitan kontinous lambert
dengan menggunakan benang catgut chromic.
Peritoneum dan muskulus dijahit secara terpisah dengan tipe jahitan
sederhana tunggal menggunakan benang catgut chromic.
Sub kutan dijahit dengan pola jahitan sederhana menerus menggunakan
benang catgut plain.
Kulit dijahit dengan tipe jahitan sederhana tunggal menggunakan benang
katun.
Iodium tincture dioleskan pada luka.
7
Berikut proses rumenotomy :
insisi facia
8
pemasangan bingkai wein garth (buka daerah insisi)
9
Insisi rumen
10
pelepasan clamp dan penjahitan lembert
penjahitan facia
11
Penjahitan facia dengan simple continues
selesai di jahit
12
selesai dijahit
Setelah operasi rumenotomi, yang paling penting dalam tahapan ini adalah
kesembuhan luka. Kesuksesan operasi sangat tergantung pada kesembuhan
luka. Pada hari ke – 4 kulit hewan sudah mulai menutup hal ini menandakan
bahwa makrofag menstimulasi fibroblas yang kemudian membentuk
myofibroblas. Myofibroblas berperan penting dalam penutupan luka karena berisi
protein (aktin dan miosin) yang memiliki kontribusi dalam penutupan luka.
Pasca Operasi
Terapi pasca operasi yang diberikan adalah injeksi ampicilin 1,6 ml.
Injeksi diberikan secara intramuskuler 2 kali sehari. Pengobatan antibiotik
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi baik yang diakibatkan oleh kurang
terjaganya sterilitas operasi maupun akibat masuknya agen penyakit atau bakteri
melalui celah luka pada saat proses penyembuhan.
Ampicillin merupakan salah satu obat semi sintetik Penicillin yang paling
penting, mempunyai aktifitas bakterisid, merupakan antibiotik berspektrum luas,
dan aktif melawan sejumlah besar organisme gram positif dan negatif. Ampicillin
bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri. Ampicillin
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan terpusat dalam hati dan ginjal. Dosis
Ampicillin pada domba 10-20 mg/kg BB secara per oral, dan 5-10 mg/kg BB
secara parenteral.
13
Daftar Pustaka
Gomez, JV. 2006. The Royal Canin Cut-out & Keep guide Gastrostomy tube
placement in dogs and cats. Watham Focus Vol 16 No 3. Pp 37-40
Sudisma, IGN. 2006. Ilmu Bedah Veteriner Dan Teknik Operasi. Pelawa Sari.
Denpasar.
14