Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan

manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana

untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab,

produktif dan berbudi pekerti luhur.

Rendahnya kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya

proses pembelajaran. Jika dianalisis secara makro penyebabnya bisa dari murid,

guru, sarana dan prasarana maupun model pembelajaran yang digunakan. Juga

minat dan motivasi murid yang rendah, kinerja guru yang kurang baik serta sarana

dan prasarana yang kurang memadai, akan menyebabkan kurang berhasilnya

instruksional. Proses pembelajaran yang kurang berhasil dapat menyebabkan

murid kurang berminat untuk belajar. Minat murid yang kurang ditunjukkan dari

kurangnya aktivitas belajar, interaksi dalam proses pembelajaran dan persiapan

murid dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Sejalan dengan hal di atas maka usaha peningkatan mutu pendidikan di SD

sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses belajar mengajar

hendaknya tidak didominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang

menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan potensi dan

aktivitasnya melalui kegiatan belajar.

1
Berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri 68 Bonde pada tahun

ajaran 2015-2016 menunjukkan bahwa proses pembelajaran khususnya

pembelajaran Matematika umumnya disampaikan dengan cara ceramah. Cara

penyampaian guru seperti ini cenderung tidak melibatkan murid secara aktif,

ketika proses pembelajaran berlangsung, terlihat masih banyaknya murid hanya

mencatat, mendengar apa yang disampaikan gurunya tanpa ada umpan balik dari

murid. Selain itu masih banyaknya murid yang main-main dan ngobrol dengan

temannya sehingga penyajian bahan pelajaran terhadap murid tidak begitu

bermakna. hal ini akan membuat murid menjadi bosan dan menganggap bahan

pelajaran yang diajarkan tidak begitu penting. Selain itu data tentang hasil belajar

semester I tahun ajaran 2015/2016 mendapatkan nilai rata-rata 55.75 atau 15

orang dari jumlah murid 42 orang sementara Standar Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu 65.00.

Salah satu faktor yang dapat menunjang berhasil tidaknya suatu tujuan

pengajaran dalam proses belajar mengajar adalah metode atau model yang

digunakan untuk merangsang murid dalam mengikuti pelajaran dengan

menggunakan media gambar dalam pengajaran. Melalui penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pengajaran diharapkan dapat

mempengaruhi kualitas hasil belajar murid memilih dan menggunakan media

gambar harus sesuai dengan kriteria.

Kenyataan bahwa masih kurangnya guru yang dalam proses pembelajaran

khususnya pelajaran Matematika menggunakan media gambar untuk memotivasi

murid agar lebih aktif dan konsep dapat tertanam baik dibenak murid. Dilandasi

2
keyakinan akan pentingnya pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

dalam proses belajar mengajar, maka penulis terdorong untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Murid Kelas V SDN

68 Bonde Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Investigasi Kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada Murid

Kelas V SDN 68 Bonde kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng?

1. Alasan Pemilihan Pemecahan Masalah

Berdasarkan urairan latar belakang di atas maka pemilihan masalah dalam

penelitian ini yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok

sebagai alternatif pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar pada mata

pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 68 Bonde kecamatan Sinoa Kabupaten

Bantaeng.

2. Pemecahan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, peneliti merancang pemecahan masalah

melalui tindakan perbaikan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas

(Classroom action Research) dengan menerapkan model pembelajaran

koopperatif tipe Investigasi Kelompok pada murid kelas V SDN 68 Bonde

kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

3
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Investigasi Kelompok pada murid kelas V SDN 68 Bonde

kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis

Lembaga pendidikan menjadi bahan informasi dalam pengembangan teori

khususnya pada mata pelajaran Matematika dalam meningkatkan hasil belajar

murid di SDN 68 Bonde kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

2. Manfaat Praktis

Melalui hasil penelitian ini guru SD diharapkan mendapat pengalaman

secara langsung menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Investigasi

Kelompok dalam menyelesaikan soal Matematika.

4
BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritik

1. Defenisi Belajar

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang

berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan keterampilan dan

keterampilan yang bersifat menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa

suatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata.

Berbagai ahli mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang

dianutnya, antara lain sebagai berikut:

Ernes ER. Hilgard (Yatim Riyanto 2010:4), mendefenisikan sebagai

berikut:

“Learning is the process by which an activity originates or is


charged trought training procedures (whether in the
laboratory or in the natural environments) as disitinguished
from changes by factor not attributable to training. Artinya,
(seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan
sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga bersangkutan
menjadi berubah).
Menurut Winkel (Yatim Riyanto 2010:5), menyatakan bahwa:

“Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung


dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif konstan dan berbekas”.

Menurut Travers (Agus Suprijono 2010:2), mengemukakan bahwa:


“Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah
laku”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang

secara sadar dengan cara latihan-latihan untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan nilai sikap yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah

laku seseorang.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Gagne (Agus Suprijono 2010:5), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

peraturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasekan konsep dan

lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan melakukan aktivitas kognitif.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.


4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (Agus Suprijono 2010:6), hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, dan meringkas), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memmberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-

routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,

teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren

hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,

hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan

sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,


melainkan komprehensif.

3. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat mengikuti proses

belajar. Hasil belajar matematika merupakan suatu ukuran berhasil atau

tidaknya seorang dapat menjadi indikator tentang batas kemampuan,

kesanggupan, pengetahuan dan sikap atau nilai yang dimiliki seseorang itu

dalam suatu pelajaran.

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari

dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Yang termasuk

faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis (misalnya

kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang

termasuk faktor eksternal adalah fak tor instrumental (misalnya guru,

kurikulum dan model pembelajaran). Hasil belajar dapat diukur dengan

menggunakan tes. Dengan demikian, untuk mengetahui hasil belajar yang

dicapai oleh siswa diadakan penilaian. Penilaian dapat diadakan selama

kegiatan berlangsung, dapat juga diadakan setelah siswa menyelesaikan suatu

program pembelajaran dalam waktu tertentu. Hasil belajar tidak akan pernah

dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan belajar. Kenyataan

menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak

semudah yang dibayangkan tetapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan

minat dalam belajar serta program pengajaran yang baik. Soedjiarto

(Marshal,2007:8) mengatakan bahwa:

“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh


pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi
ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan
kemampuan/kecepatan seorang pelajar”.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud hasil belajar

matematika adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran

matematika setelah mengikuti proses pembelajaran dan tingkat pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran yang diperoleh berdasarkan hasil tes yang

diberikan.

4. Hakikat Belajar Matematika

Dari pendapat-pendapat diatas pada definisi belajar, dapat

dikatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang aktif dilakukan untuk

mencapai hasil yang baik, baik berupa perubahan sikap, tingkah laku maupun

perubahan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman.

Matematika memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan umat manusia. Sehingga dianggap perlu memahami dan

menguasai matematika. Beranjak dari tujuan ini, maka tidak sedikit orang

dianjurkan atau ingin belajar matematika.

Matematika yang kita kenal bukan hanya berhubungan dengan

bilangan-bilangan dan operasinya, melainkan juga berkenaan dengan ide-ide,

struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logis, serta

dalam matematika digunakan proses deduktif. Proses deduktif digunakan

untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan. Belajar matematika

memerlukan kemampuan matematika baik kemampuan berpikir abstrak,

kemampuan berhitung, kemampuan memanipulasi maupun kemampuan


menganalisis permasalahan. Oleh karena itu, peserta didik sebagai subjek dan

sekaligus objek didik harus senantiasa berpartisipasi aktif dalam proses

belajar mengajar matematika.

Selain hal diatas, Agung (Budiman, 1997:6) mengemukakan

bahwa hakikat belajar matematika adalah suatu kreativitas untuk memahami

arti hubungan-hubungan, simbol-simbol kemudian menerapkan konsep-

konsep yang dihasilkan.

Tentang belajar matematika, Jarome Brunner (Herman Hudoyo,

1990:48) mengemukakan bahwa :

“Belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan


struktur-struktur matematika yang terdapat dalam matematika
yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikat belajar

matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dari hubungan

dan simbol-simbol kemudian menerapkan konsep yang dihasilkan kesituasi

nyata, sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali

baru bagi guru. Slavin (Isjoni, 2010:17) menyebutkan cooperative

learning merupakan model yang telah dikenal sejak lama, dimana pada

saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam

kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman

sebaya (peer teaching). Slavin (Isjoni,2010:15) mengemukakan bahwa


model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6

orang secara kolaboratif sehinnga dapat merangsang siswa lebih bergairah

dalam belajar.

Menurut Suprijono ( 2010 : 61 ) model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,

toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut

kerjasama bagi peserta didik dalam struktur tugas dan tujuan. Struktur

tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan mengacu

pada derajat kerjasama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Riyanto ( 2010 : 266 ),

yaitu :

a. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang,

rendah.

b. Siswa dalam kelompok sehidup semati.

c. Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama.

d. Membagi tugas dan tanggung jawab sama.

e. Akan dievaluasi untuk semua.

f. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.

g. Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang

ditangani.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase – Fase Perilaku Guru


Fase 1: Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menyampaikan tujuan dan dan memotivasi siswa dalam
memotivasi siswa. belajar.
Fase 2 : Menyajikan informasi kepada
Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.

Fase 3 : Menjelaskan kepada siswa


Mengorganisasikan siswa ke bagaimana cara membentuk
dalam kelompok-kelompok kelompok belajar dan membantu
belajar. setiap kelompok agar melakukan
perubahan yang efisien.
Fase 4 : Membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok bekerja belajar pada saat mereka
dan belajar. mengerjakan tugas dalam hal
menggunakan keterampilan
kooperatif.
Fase 5 : Mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok
menyajikan hasil kerjanya.
Fase 6 : Memberikan cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai, baik upaya maupun
hasil belajar individu dan
kelompok.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

1. Membantu siswa untuk menncapai hasil belajar yang optimal dan

mengembangkan keterampilan social siswa.

2. Mengajarkan keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi.

3. Memberdayakan siswa kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi

kelompok bawah.
4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok

Abdussakir (2009 ,http://abdussakir.wordpress.com) mengemukakan

Investigasi Kelompok dikembangkan oleh Shlomo & Yael Sharon di Universitas

Tel Aviv (Slavin, 1995). Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif

yang menempatkan murid ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi

terhadap suatu topik.

Narudin (2009, http://davidnarudin.blogspot.com) Metode ini menekankan

pada partisipasi dan aktivitas murid untuk mencari sendiri materi (informasi)

pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari

buku pelajaran atau murid dapat mencari melalui internet. Indonbiu (2009,

http://www.idonbiu.com) Metode Investigasi Kelompok sering dipandang sebagai

metode yang paling komplek dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran

kooperatif. Metode ini melibatkan murid sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Metode ini menuntut para murid untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process

skills). Metode Group Investigation dapat melatih murid untuk menumbuhkan

kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan murid secara aktif dapat terlihat mulai

dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe Investigasi Kelompok

Langkah-langkah model pembelajaran Investigasi Kelompok menurut

Sharan, dkk (Trianto 2011:59-61) sebagai berikut:

1. Memilih topik
Murid memilih subtopic khusus di dalam suatu daerah masalah.

Umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya murid

diorganisasikan menjasi dua sampai enam anggota tiap kelompok

menjadi kelompok-kelompok yang berorentasi tugas. Koposisi

kelompok hendaknya heterogen secara akedemis maupun etnis.

2. Perencanaan kooperatif

Murid dan guru merencanakan prosedur pembelajaran tugas dan

tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada

tahap pertama.

3. Implemintasi

Murid menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan sitahap

kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktifitas

dan keterampilan yang luas dan hendaknya yang mengarahkan murid

kepada jenis-jenis sumber berbeda baik didalam maupun diluar.

4. Analisis dan sintesis

Murid menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada

tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut si

ringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk

dipresentasekan kepada seluruh kelas.

5. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya

dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar

murid yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka
dan memperoleh prespektif yang luas pada topik itu.

6. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari

topik yang sama, murid dan guru mengevaluasi tiap kontribusi

kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu kerja keseluruhan.

C. Kerangka Pikir

Salah satu permasalahan belajar di sekolah adalah masih banyak siswa

yang terkendala dalam mengerjakan soal-soal matematika. Hal ini membuktikan

bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

guru harus berusaha memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Selain itu perlu

diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri siswa

misalnya: kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif, kemampuan afektif,

maupun faktor dari guru misalnya, pemberian tugas tidak terstuktur dan

kurangnya pemahaman tentang hubungan antar konsep.

Fenomena yang terjadi selama ini bahwa minat siswa terhadap mata

pelajaran matematika sangat kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa

menganggap bahwa matematika sebagai mata pelajaran yang susah untuk

dipahami yang akan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa yang rendah.

Keadaan tersebut harus diperbaiki dengan cara memperbaharui proses belajar

mengajar baik dari segi sarana dan prasarana maupun penggunaan model

pembelajaran yang relevan dengan kondisi sekarang ini sehingga siswa dapat

merasa senang mengikuti pelajaran.

Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi


psikologis siswa maka dapat membantu siswa untuk menggunakan waktunya

dengan seefisien mungkin, sehingga siswa mudah memahami pelajaran

matematika. Untuk itu, guru harus menciptakan kegiatan-kegiatan yang bisa

membimbing siswa untuk lebih aktif, kreatif dan juga bisa membuat siswa senang

dalam mempelajari matematika. salah satu model pembelajaran yang digunakan

yaitu model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Diterapkannya

model ini dalam proses pembelajaran diharapkan membuat suasana lebih hidup,

tidak kaku, dan tidak terkesan monoton serta pikiran siswa menjadi lebih segar.

Akibatnya, semangat untuk belajar matematika muncul kembali sehingga proses

belajar mengajar di kelas berjalan efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Adapun bagan kerangka pikir adalah

Rendahnya Hasil
Belajar Matematika

Penerapan Model
Pembelajaran
kooperatif tipe
investigasi kelompok
Siswa Guru

Penelitian Tindakan
Kelas

Siklus 1

Siklus 2

Hasil Belajar

Meningkat

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah “Jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok dalam proses pembelajaran maka hasil belajar matematika

siswa kelas V SDN 68 Bonde kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng dapat

meningkat”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pertimbangan bahwa

data-data yang diperoleh akan dinarasikan dalam memperoleh kesimpulan umum

tentang hasil penelitian mengenai penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok dalam mata pelajaran Matematika.

2. Jenis penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan yang berbasis kelas (classroom

action research) yang bersifat deskriptif dan bertujuan mengetahui penerapaan

model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dalam upaya

peningkatan hasil belajar dan keterlibatan murid dalam proses belajar mengajar

pada kelas V SDN 68 Bonde kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi secara berulang.

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh murid murid kelas V SDN 68 Bonde

kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah murid

adalah 42 orang. Pelaksanaan penelitian ini mulai dari bulan Januari dan berahir
pada bulan Maret 2012.

C. Prosedur penelitian

Skema PTK secara umum digambarkan seperti bagan di bawah ini :

Orientasi
Lapangan

Rencana
Evaluasi/Refleksi Awal

S
i Tindakan/Observasi

Rencana
yang
Evaluasi/Refleks
S i
i Tindakan/Obser
vasi

HASIL
Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanayak dua siklus. Secara

rinci pelaksanaan peneltian untuk dua siklus ini sebagai berikut :

1. Siklus I dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, sebanyak empat jam

pelajaran (4 x 45 ).

2. Siklus II dilaksanakan dengan dua kali pertemuan sebanyak empat jam

pelajaran (4 x 45 menit ).

Siklus I
1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini

adalah sebagai berikut:

a. Menelaah kurikulum KTSP mata pelajaran Matematika kelas V

semester genap.

b. Membuat rencana pembelajaran untuk tiap pertemuan.

c. Membuat lembaran observasi untuk melihat keaktifan murid selama

tindakan berlangsung.

d. Membuat instrumen tes prestasi belajar murid.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah

direncanakan yaitu :

a. Mengemukakan standar kompetensi dasar yang ingin dicapai yaitu

menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengajar ini akan dilaksanakan

dengan cara model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

b. Memilih topik, Murid memilih subtopik khusus di dalam suatu

daerah masalah

c. Perencanaan kooperatif, murid dan guru merencanakan prosedur

pembelajaran tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik

yang telah dipilih pada tahap pertama.

d. Implemintasi, murid menerapkan rencana yang telah mereka

kembangkan ditahap kedua


e. Analisis dan sintesis, murid menganalisis dan mensintesis

informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan

bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang

menarik sebagai bahan untuk dipresentasekan kepada seluruh kelas.

f. Presentasi hasil final

g. Evaluasi, dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang

berbeda dari topik yang sama, murid dan guru mengevaluasi tiap

kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu kerja

keseluruhan.

3. Tahap observasi

Pada prinsipnya tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung

yang terdapat pada lembar observasi yang meliputi : Kehadiran murid, murid yang

melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran, murid yang aktif pada saat

pembelajaran, memperhatikan guru dan lain-lainnya. Pada saat pelaksanaan

penelitian, peneliti dibantu oleh guru dan mahamurid untuk mencatat semua

temuan yang terjadi pada murid saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas.

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus I. Hasil analisis siklus I inilah yang

dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus II, sehingga hasil yang dicapai

pada sikllus berikutnya sesuai dengan yang diharapakan dan hendaknya lebih baik

dari siklus sebelumnya.

Siklus II
1. Perencanaan tindakan

Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus II yang sama dengan

perecanaan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan

kenyataan yang ditemukan di lapangan. Pada siklus II dilaksanakan dua kali

pertemuan. Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Menelaah kurikulum KTSP kelas V semester genap.

b. Membuat rencana pembelajaran untuk tiap pertemuan.

c. Membuat lembaran observasi untuk melihat keaktifan murid selama tindakan

berlangsung.

d. Membuat instrumen tes prestasi belajar murid.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II ini peneliti tetap menyajika materi dengan cara model

pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok (IK) berdasarkan rencana

pembelajaran yang telah dibuat.

Secara garis besar langkah pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai

berikut :

a. Mengemukakan standar kompetensi dasar yang ingin dicapai yaitu

menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengajar ini akan dilaksanakan

dengan cara model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

b. Memilih topik, Murid memilih subtopik khusus di dalam suatu

daerah masalah
c. Perencanaan kooperatif, murid dan guru merencanakan prosedur

pembelajaran tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang

telah dipilih pada tahap pertama.

d. Implemintasi, murid menerapkan rencana yang telah mereka

kembangkan ditahap kedua

e. Analisis dan sintesis, murid menganalisis dan mensintesis

informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana

informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai

bahan untuk dipresentasekan kepada seluruh kelas.

f. Presentasi hasil final

g. Evaluasi, dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang

berbeda dari topik yang sama, murid dan guru mengevaluasi tiap kontribusi

kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu kerja keseluruhan.

a. Tahap Observasi

Pada prinsipnya tahap observasi pada siklus II ini sama dengan observasi

yang telah dilaksanakan sebulumnya. Peneliti mencatat semua temuan dengan

perubahan yang terjadi pada murid serta melaksanakan evaluasi belajar pada akhir

siklus.

b. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap

observasi dikumpulkan, hasil tes belajar murid. dari hasil yang telah didapatkan

peneliti dapat membuat kesimpulan atas penggunaan model pembelajaran


kooperatif Tipe investigasi kelompok.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tes

Data tentang hasil belajar dan keterlibatan murid dalam proses belajar

mengajar yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir

tahap. Tes hasil belajar dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan bertujuan

untuk mengetahui penguasaan murid terhadap.

2. Pengamatan/observasi

Observasi dilakukan pada saat proses pelaksanaan tindakan dilakukan

dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dengan

menggunakan pedoman observasi yang bertujuan untuk mengetahui keaktifan dan

kesungguhan murid dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat

proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi.

E. Teknik analisis data

Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisa secara kualitatif

sedangkan data hasil belajar dan keterlibatan murid dalam proses belajar mengajar

pada kelas V SDN 68 Bonde kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu

skor rata-rata, persentase, standar deviasi, nilai minimun dan nilai maksimun yang

dicapai murid setiap siklus.


Perhitungan persentase kemampuan tiap responden dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

F
P= x 100%
N

Ket :

P= Kemampuan

F= Jumlah jawaban benar

N= Jumlah item

Kriteria yang digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar

berdasarkan ketuntasan hasil belajar yang ditetapkan oleh SD Negeri Pajjaiang

kota Makassar.

Tabel 3.1 : Kriteria Persentase pada surat edaran direktorat pendidikan menengah


umum N.288/MN/1999

No Kemampuan Tingkat penugasan


1 0 – 59 Sangat rendah

2 60 – 69 Rendah

3 70 – 79 Sedang

4 80 – 89 Tinggi

5 90 – 100 Sangat tinggi

F. Indikator Keberhasilan

Indikator dari penilaian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-

rata hasil belajar dan keterlibatan murid dalam proses belajar mengajar dari siklus

pertama ke siklus kedua. Perlakuan dianggap berhasil apabila mengcapai nilai


ketuntasan individu mencapai 65 dan ketuntasan secara klasikal harus mengcapai

85% dari 42 murid.


DAFTAR PUSTAKA

Arini, Yusri. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) dan


Aplikasinya Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran.
www.depdiknas.go.id yusuf. (Di akses pada tanggal 17 agustus 2011)
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Davidson, N & Karoll, D.L. 1991. An Overview of Research on Cooperatif


Learning Related to Mathematics. New York: Holt Rinehart and Winston.
Gagne, 1988. Priciples of Instructional Design. New York: Holt Rinehart and
Winston.

Irma. 2011. Pembelajaran Kooperatif dan Metode Investigasi Kelompok


http://abdussakir.wordpress.com. (Di akses pada tanggal 17 agustus 2011).

Narudin. 2009. Strategi belajar mengajar micro teaching. Jakarta: Quantum


teaching

Sanjaya .2006. Cooperative Learning. http:massopa. WordPress. Pembelajaran


kooperatif. Di akses pada tanggal 16/08/2011

Slavin, R.E.1995. Cooperativf Learning. Boston: allyn and Bacon.

Suherman, E. 1993 Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta:


Dirjen Dikdasmen BPPG SLTP D-III.
Suorijono, Agus .2011. Cooperative Learning. Yogjakarta:Pustaka Pelajar.

Supriawan, Dedi dan A. Benyamin Surasega. 1990. Guru dalam Pembelajaran


Inovatif. Jogjakarta: Diva Press

Syah, Muhibin. 1977. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Udin. S. Winata. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit: Universitas Terbuka.


Jakarta
Wingkel. 1996. Pengukuran Hasil Belajar. www. Google.com. (Di akses pada
tanggal 17 agustus 2011).

Anda mungkin juga menyukai