Tugas Akhir
Tugas Akhir
D111 12 252
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA MAKASSAR
MENGGUNAKAN QUANTUM GIS
M. Isran Ramli1, Dantje Runtulalo1, Muh. Ikrar Tulus2
ABSTRAK
Perkembangan kota Makassar turut memberikan dampak pada perubahan dalam
berbagai sistem di perkotaan termasuk di dalamnya sistem transportasi, dimana
perkembangan ini tentu akan berpengaruh dengan peningkatan arus lalu lintas. Hal ini
diperkirakan akan menimbulkan permasalahan untuk kinerja sarana prasarana jalan salah
satunya simpang besinyal. Analisis dapat menjadi langkah untuk mengatasi permasalahan
dan teknologi dapat menjadi alat bantu, salah satunya dengan menggunakan GIS
(Geographic Information System) dengan Quantum GIS sebagai produknya. Data pada
penelitian ini mengacu pada MKJI 1997 yang kemudian diperoleh data waktu siklus
simpang, kapasitas, derajat kejenuhan, kendaraan antri, tundaan serta dapat dilihat indeks
tingkat pelayanan simpang sebagai parameter untuk menilai kinerja simpang bersinyal.
Hasil penelitian yaitu untuk simpang Flyover menjadi simpang dengan nilai arus lalu
lintas terbesar, untuk waktu silus terlama terjadi pada simpang Adipura dengan waktu 189
detik, derajat kejenuhan yang besar salah stunya terjadi pada simpang Abdesir – Batua
Raya, Pasar Daya menjadi simpang dengan nilai kendaraan antri terbesar, sedangkan
untuk nilai tundaan simpang Pettarani – Hertasning memiliki nilai terbesar yaitu 60,27
detik. Secara keseluruhan simpang bersinyal di kota Makassar berada pada tingkat
pelayanan dengan klasifikasi “C”, dimana klasifikasi ini menggambarkan bahwa arus lalu
lintas masih dalam keadaan stabil, tetapi kecepatan kendaraan disesuaikan dengan kondisi
volume lalu lintas tinggi.
ABSTRACT
The development of the city of makassar also give an impact on changes in
various urban systems including the transportation system, which is this development will
certainly affect the increase in traffic flow. This is expected will cause problems for the
performance of road infrastructure which is one of them is signal intersection. Analysis
can be a step to overcome the problems and technology can be a tool, one of them is by
using GIS (Geographic Information System) with Quantum GIS as its product. Data of
this study refers to MKJI 1997 which then obtained datas of cycle time intersection,
capacity, degree of saturation, vehicle queue, delay and can be seen the index of service
level of intersection as the parameter to assess signaled intersection performance. The
research result is to make the intersection of Flyover become the intersection with the
biggest traffic flow value, for the longest cycle time is happened at Adipura intersection
with time 189 seconds, big degree of saturation which is one of them is happened at
intersection of Abdesir - Batua Raya, Pasar Daya becomes intersection with the largest
value of vehicle queue, while for the delay value of Pettarani - Hertasning intersection has
the largest value that is 60.27 seconds. Overall signaled intersection in Makassar city is at
service level with "C" classification, which is this classification illustrates that traffic flow
is still in stable condition, but vehicle speed is adjusted to high traffic volume condition.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan petunjuk-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul
Quantum GIS (QGIS)”, sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk
namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak,
akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, dengan segala
materil.
2. Bapak Dr. Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME, selaku Dekan Fakultas
3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT, selaku Wakil Dekan dan Pembantu
4. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT, selaku Ketua Departemen
dan penyusunan tugas akhir ini, serta mengajarkan kepada penulis tentang
didikan, ilmu dan motivasi yang diberikan selama kurang lebih empat
tahun perkuliahan.
perkuliahan.
8. Saudari Rezky Dwi Utami, S.T. dan keluarga yang senantiasa membantu
9. Pak Ahmad Yani dan pak Kanrasman yang meskipun tidak ada hubungan
10. Saudara – saudara ku pasukan mukim sungai tempat berbagi pusing dan
semangat.
11. Saudara Farham Fahri Abidin, S.T. dan Agung Setiawan, S.T. yang selalu
12. Saudara – saudara Draztiz 09, DaEng dan semua mahasiswa Jurusan Sipil
disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan doa,
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir
ini. Akhir kata, penulis berharap agar tugas akhir ini dapat berguna bagi kita
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3. Faktor Koreksi Ukuran Kota (Fcs) untuk Simpang ............................. 14
Tabel 4.2. Arus Lalu Lintas Simpang Bersinyal Kota Makassar .......................... 46
Tabel 4.3. Waktu Siklus (c) Simpang Bersinyal Kota Makassar .......................... 48
Tabel 4.5. Derajat Kejenuhan (DS) Simpang Bersinyal Kota Makassar .............. 51
Tabel 4.6. Rasio Hijau (GR) Simpang Bersinyal Kota Makassar ......................... 52
Tabel 4.8. Panjang Antrian (QL) Simpang Bersinyal Kota Makassar .................. 55
Tabel 4.9. Kendaraan Antri (Nsv) Simpang Bersinyal Kota Makassar ................ 56
Gambar 2.1 Konflik lalu lintas pada simpang empat lengan ......................... 10
Gambar 2.3 Grafik faktor koreksi untuk belok kanan (Frt) ............................ 15
Gambar 2.4 Grafik faktor koreksi untuk belok kiri (Flt) ................................ 16
Gambar 4.4 Grafik perhitungan jumlah antrian (NQMax) dalam smp ........... 53
PENDAHULUAN
provinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan suatu kota yang sangat pesat seperti
peningkatan arus lalu lintas yang tidak seimbang dengan ketersediaan kapasitas
jalan yang tergolong kecil. Permasalahan ini akan timbul ketika pertambahan
demand tidak diikuti suplay sarana dan prasarana transportasi yang memadai.
Angka pertumbuhan lalu lintas semakin tinggi dari tahun ketahun di kota
Makassar. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2014 kendaraan yang
menerima atau menampung arus lalu lintas yang ada sehingga akan terjadi
masalah tersebut.
menjadi salah satu aplikasi GIS merupakan perangkat lunak yang memiliki
database layaknya formula di Microsoft Excel. Pada Quantum GIS juga dapat
Quantum GIS”.
Makassar?
1. Kinerja yang akan dianalisis yaitu pada simpang bersinyal yang ada di
kota Makassar.
kota Makassar.
akhir ini, maka susunan bab yang merupakan pokok uraian masalah penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Menguraikan secara rinci tentang kondisi dan waktu penelitian, alat ukur, teknik
Menguraikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang terdiri dari pembahasan
hasil pengolahan data lalu lintas dan hasil tingkat pelayanan simpang.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi hasil data analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya
yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan. Selain
itu pula terdapat saran atau rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak yang
TINJAUAN PUSTAKA
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
pengertian kinerja menurut Smith dalam Suwatno dan Donni (2013: 196) adalah
Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas
jalan saling bertemu / berpotong yang mencakup fasilitas jalur jalan dan tepi
jalan, dimana lalu lintas dapat bergerak di dalamnya (Ir. Joni Harianto, 2004:2).
dimana sebagian besar efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi,
menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki
penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan
Persimpangan jalan merupakan tempat sumber konflik lalu lintas yang rawan
kaki. Oleh karena itu, persimpangan tersebut harus dirancang dengan hati - hati,
kapasitas.
hasil kerja optimum yang dapat dicapai oleh suatu persimpangan di dalam suatu
tempat atau lokasi tertentu, dalam upaya untuk mencapai fungsi dan tujuan
persimpangan tersebut sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ada.
Simpang sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara
sebidang tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan dengan tujuan untuk
kaki, sepeda dan fasilitas – fasilitas lain. Selain itu memberikan kemudahan,
Adanya sinyal lalu lintas di daerah simpang bisa digunakan secara bergiliran
dengan beberapa fase bagi arus kendaraan yang lewat pada tiap kaki simpang dan
juga terlibatnya arus pejalan kaki yang akan menyebrang jalan. Pengaturan fase
bagi arus – arus lalu lintas yang ada akan mengurangi jumlah titik konflik di
atau benturan.
Simpang tak sebidang adalah pertemuan dua arus atau lebih saling bertemu
tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada di atas atau di bawah ruas
membelok tanpa berpotongan, maka dibutuhkan tikungan yang besar dan sulit
serta biaya yang mahal. Pertemuan jalan tak sebidang juga membutuhkan daerah
yang luas serta penempatan tata letaknya sangat dipengaruhi oleh topografi.
yang melalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan – jalannya, dimana
arus lalu lintas tersebut harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa
berhenti, baik itu merupakan arus menerus atau arus yang membelok. Pada
pertemuan tidak sebidang ini ada kemungkinan untuk membelok dari jalan yang
lampu lalu lintas. Oglesby (1999:391) mengemukakan bahwa lampu lalu lintas
tenaga listrik kecuali lampu kedip (flacher), rambu, dan marka jalan untuk
sepeda atau pejalan kaki. Lampu lalu lintas harus dipasang pada simpang pada
saat arus lalu lintas sudah meninggi. Ukuran peningginya arus lalu lintas yaitu
dari waktu tunggu rata-rata kendaraan pada saat melintasi simpang. Oleh karena
itu, Munawar (2004:43) mengemukakan bahwa jika waktu tunggu rata-rata tanpa
lalu lintas sudah lebih besar dari waktu tunggu rata-rata dengan lampu lalu lintas,
sinyal lampu lalu lintas pada persimpangan dipergunakan untuk satu atau lebih
simpang sebidang dengan lampu. Adapun masalah yang dianalisis meliputi hal –
hal yang menyangkut aspek fisik dan non fisik jalan, yaitu kapasitas jalan, derajat
timbul diharapkan dapat berkurang, karena konflik yang timbul antara arus lalu
konflik yang terjadi pada simpang dengan lampu lalu lintas adalah sebagai
berikut:
pola yang dipakai di Amerika Serikat, yaitu merah (red), kuning (amber), dan
hijau (green). Hal ini untuk memisahkan atau menghindari terjadinya konflik
akibat pergerakan lalu lintas lainnya. Pemasangan lampu lalu lintas pada simpang
ini dipisahkan secara koordinat dengan sistem kontrol waktu secara tetap atau
bantuan manusia.
lebar bahu jalan lebar median, dan arah untuk tiap lengan simpang.
Kondisi lingkungan ada tiga tipe, yaitu komersial, permukiman, dan akses
terbatas.
b. Kondisi arus lalu lintas. Perhitungan dilakukan persatuan jam untuk satu
atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas
rencana jam puncak pagi, siang, dan sore. Arus lalu lintas (Q) untuk setiap
gerakan (belok kiri, lurus, dan belok kanan) dikonversi dari kendaraan per
tipe, seperti terlihat pada tabel 2.1 dan memiliki nilai konversi pada tiap
Fase adalah suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu
arus atau beberapa arus, yang mendapatkan identifikasi lampu lalu lintas yang
sama. Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan
Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dan kiri lawan arah
terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan. Arus belok
kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok kanan tidak
Periode merah semua antar fase harus sama atau lebih besar dari LT
setelah waktu merah semua ditentukan. Total waktu hilang (LTI) dapat dihitung
sebagai penjumlahan periode waktu antar hijau (IG). Panjang waktu kuning pada
Dimana:
a. Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase,
yang arus jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus
Dimana:
2.3.5 Perbandingan Arus Lalu Lintas (Q) dengan Arus Jenuh (S)
Dimana:
PR = Rasio fase =
Dimana:
Waktu siklus (c) merupakan waktu untuk urutan lengkap dari indikasi
sinyal (sebagai contoh, diantara dua saat permulaan hijau yang berurutan di dalam
Waktu hijau (g) adalah fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan
(det) dan sebagai waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (MKJI, 1997).
2.3.7 Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS)
sebagai berikut:
Dimana:
C = kapasitas (smp/jam)
kapasitas (C)
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
Perilaku lalu lintas pada simpang dipengaruhi oleh panjang antrian, jumlah
kendaraan terhenti dan tundaan. Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang
-
NQ1 = 0,25 x C x [( - ) √ - ] ......... (6) (MKJI, 1997)
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
DS = Derajat kejenuhan
Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2) dihitung
dengan formula:
-
NQ2 = c x [ ] ........................................ (7) (MKJI, 1997)
-
Dimana:
DS = Derajat kejenuhan
sebelumnya
berikut:
NQMax 20
QL = .............................................. (9) (MKJI, 1997)
Wmasuk
Dimana:
QL = Panjang antrian
Untuk perencanaan dan desain disarankan POL < 5%. Untuk pelaksanaan
POL = 5-10% masih dapat diterima. Pada perhitungan ini kami mengambil
b. Kendaraan henti
Jumlah kendaraan henti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang
(MKJI, 1997). Angka henti sebagai jumlah rata – rata per smp untuk
Dimana: ∑g + LTI
NS = Angka henti
c = Waktu siklus(det)
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti (NSV) masing – masing pendekat
Dimana:
NS = Angka henti
dengan rumus:
Dimana:
c. Tundaan
Tundaan lalu lintas adalah waktu yang disebabkan interaksi lalu lintas
dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas rata –
Dimana:
(smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
2. Tundaan geometri
Dimana:
Tundaan rata – rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu
Dimana:
Dimana:
menggambarkan kondisi lalu lintas yang mungkin timbul pada suatu jalan akibat
dari berbagai volume lalu lintas. Ukuran dari tingkat pelayanan suatu simpang
bersinyal terhadap lalu lintas yang ada tergantung dari derajat kejenuhan dan
0.75. Tingkat pelayanan dikategorikan baik jika nilai maksimum tidak melebihi
standard tersebut, jika nilai maksimum melebihi nilai standar derajat kejenuhan
pengaruh kapasitas persimpangan yang sudah tidak memadai. Semakin tinggi nilai
pelayanan (ITP) suatu persimpangan, dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:
a. Kecepatan perjalanan harus sama atau besar daripada nilai standar yang
bersangkutan.
b. Angka volume dibagi dengan kapasitas tidak lebih dari standar yang
bersangkutan.
kecepatan adalah rendah dan variabel dalam hal ini tidak bisa diukur dengan
diluar kota.
c. Tingkat pelayanan “C”. Masih dalam keadaan arus yang stabil, tetapi
kecepatan dan gerakan lebih ditentukan oleh volume yang tinggi sehingga
besar.
e. Tingkat pelayanan “E”. Menunjukkan arus yang tidak stabil, tidak dapat
(berhenti) untuk beberapa saat. Volume dapat atau hampir sama dengan
kapasitas jalan sedang kecepatan pada kapasitas ini pada umumnya sebesar
GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki
informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,
misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para
praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan
(tidak memerlukan lisensi). Pada quantum GIS dapat dilakukan proses pengolahan
data baik itu spasial maupun non spasial. Selain itu di dalam QGIS juga dapat
dilakukan suatu penambahan fungsi, yang tidak dapat dilakukan pada software
pemetaan lain seperti Arc GIS. QGIS memiliki fitur-fitur yang pada umumnya
terdapat di dalam ArcGIS, sehingga pada QGIS juga dapat dilakukan proses
dengan data spasial maupun non spasial. QGIS sendiri dapat dijalankan pada
Quantum GIS, secara umum dilakukan dengan menampilkan ruas jalan yang
menjadi lokasi penelitian dengan mendigitasi jalan tersebut pada peta dasar
berikut:
program
penyempurnaan aplikasi
bentuk dokumen
METODOLOGI PENELITIAN
Latar belakang makro: Konsep teori Rancangan penelitian: Gambaran umum: Kesimpulan
Meningkatnya -Kinerja -Melakukan Penelitian dilakukan 1. Melakukan
pertumbuhan penduduk persimpangan pengumpulan data pada 35 titik perhitungan/pengolahan
diikuti dengan jalan survey lapangan simpang bersinyal di data dengan menggunakan
peningkatan -Jenis-jenis -Melakukan kota Makassar Quantum GIS
pertumbuhan lalu lintas simpang pengolahan dengan dengan mengambil memberikan hasil akurat
yang tentunya -Simpang Quantum GIS data volume lalu untuk memperoleh nilai
mempengaruhi kinerja bersinyal -Mendapatkan nilai lintas simpang penunjang untuk
dari simpang bersinyal -Analisis indeks tingkat kemudian diolah menganalisis kinerja
yang ada di kota kinerja pelayanan menggunakan simpang bersinyal, dan
Makassar simpang Quantum GIS memberikan hasil seperti
bersinyal berikut:.
Data penelitian -Tundaan (D) simpang
Latar belakang mikro: Analisis kinerja Data primer yaitu data Hasil analisis data : Pettarani – Hertasning
Diperlukan simpang volume kendaraan 1. Nilai arus (Q) adalah yang terbesar
pemantauan kinerja bersinyal: Data sekunder : lalu lintas pada dengan tundaan sebesar
dari simpang bersinyal -Data masukan -Manual Kapasitas simpang Flyover 60,27 detik
yang ada di kota (kondisi Jalan Indonesia menjadi arus
Makassar lingkungan dan (MKJI 1997) terbesar dan masuk 2. Dari semua nilai
kondisi arus) -Peta dan data ke dalam golongan penunjang tersebut dan
-Fase sinyal jaringan jalan di kota > 5000 smp/jam mengacu pada Manual
Rumusan masalah: -Arus jenuh Makassar 2. Waktu siklus (c) Kapasitas Jalan Indonesia
1. Berapa tingkat dasar -Jurnal dan buku terlama terjadi pada (MKJI 1997), simpang
kinerja simpang -Faktor sebagai referensi simpang adipura Pettarani – Hertasning
bersinyal yang terdapat penyesuaian dengan waktu siklus termasuk ke dalam
di kota Makassar -Waktu siklus selama 189 detik. klasifikasi buruk “F”, dan
2. Bagaimana dan waktu hijau 3. Nilai derajat secara keseluruhan
Lokasi dan waktu
menganalisis kinerja -Kapasitas dan kejenuhan (DS) simpang bersinyal di kota
penelitian :
simpang bersinyal kota Derajat simpang Abdesir- Makassar berada pada
Penelitian dilakukan
Makassar dengan Kejenuhan Batua Raya, kondisi “C”.
pada 35 titik simpang
menggunakan -Perilaku lalu Pettarani-Boulevard
di kota Makassar
perangkat lunak lintas (Panjang dan Pettarani-
dengan durasi waktu
Quantum GIS antrian dan Hertasning
1 jam pengambilan Saran
Tundaan) video untuk setiap termasuk dalam 1.Dapat melakukan
simpang golongan > 0,900 pengambilan data lebih
Tujuan penelitian: 4. Tundaan (D) untuk mendapat hasil
1. Mengetahui tingkat simpang hertasning yang lebih akurat.
Analisis Kinerja
kinerja simpang menjadi yang 2.Untuk penelitian
dengan Quantum Perangkat keras :
bersinyal yang ter terbesar yaitu 60,27 selajutnya diperlukan
GIS 1. GPS Garmin
dapat di kota Makassar 2. Handycam detik Penguasaan aplikasi
2. Menganalisis kinerja 3. Tripod dan Quantum GIS.
simpang bersinyal kota Gorillapod 3.Pemerintah lebih
Makassar dengan 4. Laptop memperhatikan simpang
menggunakan yang termasuk dalam
Quantum GIS Perangkat Lunak kategori pelayanan buruk.
Software Quantum
GIS
GIS. Data yang diperoleh secara langsung melalui pengukuran yaitu data kondisi
lingkungan, data geometrik jalan, dan volume lalu lintas. Penelitian ini nantinya
titik pengukuran pada simpang bersinyal, yakni pada jalan arteri dan
menangkap gambar arus lalu lintas dari seluruh kaki simpang pada titik
tersebut. Lokasi, nama dan tipe jalan dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan
Tabel 3.1.
Tipe Kode
Nama Simpang Tipe Lingkungan
Simpang Simpang
1 2
4
3
bersinyal.
mampu menangkap gambar arus lalu lintas dari seluruh kaki simpang
(stopwatch).
Memasukkan (input) data lapangan yaitu data arus lalu lintas (Q) yang
arus lalu lintas dilakukan secara manual karena data arus setiap
Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
karena data lebar efektif setiap ruas jalan berbeda, dapat dilakukan
cara:
Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
dengan tipe arus terlindung (P) atau arus terlawan (O). Untuk arus
Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (So) – tulis angka pada kolom formula (600 * field We) –
apply / update
Nilai Faktor – factor koreksi yang diinput berupa Faktor ukuran kota
belok kanan (Frt) dan rasio belok kiri (Flt). Memasukkan (input) data
Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (ex: Fcs) – tulis angka pada kolom formula – apply / update
cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (S) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Memasukkan (input) data nilai rasio arus (FR) dapat dilakukan secara
cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (FR) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (IFR) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Memasukkan (input) data nilai rasio fase (PR) harus dilakukan secara
diubah (PR) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Memasukkan (input) data nilai waktu hijau (g) harus dilakukan secara
menggunakan nilai rasio fase (PR) pada fase yang sama, penginputan
Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (g) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Memasukkan (input) data nilai waktu siklus (c) dapat dilakukan secara
cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (c) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (C) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (DS) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (D) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
dengan cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
diubah (Dtot) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin
dilakukan secara manual karena mengacu pada MKJI 1997 nilai ITP
ke attribute table.
Seluruh Tahapan perhitungan untuk mendapatkan nilai tingkat
dengan berbagai karakteristik jalan yang berbeda seperti lebar badan jalan, ada
tidaknya median, jalur dan jumlah lajur. Penelitian ini juga dilakukan pada lokasi
yang memiliki tata guna lahan yang juga berbeda-beda seperti perkantoran,
Pemetaan dari simpang – simpang tersebut terlihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
(Sumber: Data Open Street Map (OSM) dan Hasil Pemetaan pada Qgis)
4.2. Hasil Perhitungan
Data volume lalu lintas diperoleh dari hasil survey lapangan dalam satuan
kendaraan per jam (kend/jam), yang dikonversi menjadi arus lalu lintas (Q) satuan
seperti Tabel 4.2 di bawah ini, dan hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1:
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada masing-masing tipe simpang bahwa
untuk simpang tiga, arus lalu lintas tertinggi terjadi pada simpang Pettarani –
Boulevard yaitu 4877,1 smp/jam. Sedangkan untuk tipe simpang empat nilai arus
lalu lintas tertinggi dicapai simpang Flyover dengan angka 5945 smp/jam.
Kedua simpang ini termasuk kedalam klasifikasi arus lalu lintas padat
menunjukkan warna klasifikasi simpang gelap dengan nilai arus total pada
simpang tersebut berada pada kisaran 4000 – 5000 smp/jam bahkan > 5000
smp/jam. Hal ini disebabkan karena simpang – simpang ini menjadi pusat lalu
lintas yang menampung secara langsung arus kendaraan, dengan simpang Flyover
menjadi pusat lalu lintas dari Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Pettarani dan Jl Tol. Ir.
Sutami, sedangkan simpang Pettarani – Boulevard menjadi pusat lalu lintas dari
Jl. Pettarani dan Jl. Boulevard yang merupakan daerah komersil (COM) dengan
hijau (g) kaki simpang dijumlahkan dengan waktu hilang (LTI), hasil dari
perhitungan waktu siklus dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini dan hasil
waktu siklus untuk semua simpang bersinyal di kota Makassar tercantum pada
Lampiran 1:
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa simpang adipura memiliki waktu
siklus simpang terlama yaitu > 150 detik yaitu 189 detik seperti yang terlihat juga
pada Tabel 4.3. Penggunaan waktu siklus yang lama pada simpang adipura ini
untuk penyesuaian arus kendaraan yang masuk memenuhi lebar jalan masing-
masing kaki simpang. Sehingga seperti yang biasa didapatkan ketika kondisi lalu
lintas padat, simpang adipura mengalami kemacetan karena lebar jalan berbanding
lurus dengan arus lalu lintas yang datang. Sedangkan untuk simpang empat terjadi
pada beberapa titik simpang, seperti Abdesir – Batua Raya, simpang Pettarani –
a. Kapasitas (C)
Kapasitas simpang (C) diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari
hubungan Nilai Penyesuaian (S) dengan waktu hijau (g) dan waktu siklus (c),
hasil perhitungan kapasitas dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut dan hasil untuk
b. Derajat Kejenuhan
hubungan antara arus lalu lintas (Q) dan kapasitas (C), hasil perhitungan Derajat
Kejenuhan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut dan hasil untuk semua simpang
Pada Tabel 4.5 hasil pengolahan data Derajat Kejenuhan terlihat kondisi
kejenuhan lalu lintas yang mewakili dua tipe simpang, yaitu pada simpang empat
titik simpang yang memiliki nilai derajat kejenuhan tinggi terdapat pada simpang
Abdesir – Batua Raya. Simpang ini termasuk ke dalam kelompok simpang yang
– Boulevard dan simpang Pettarani – Hertasning yang mewakili tipe simpang tiga
Data Rasio Hijau (GR) diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari
hubungan waktu hijau (g) dengan waktu siklus (c), kemudian hasil perhitungan
rasio hijau dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut dan hasil untuk semua simpang
Pada Tabel 4.6 hasil pengolahan data Rasio Hijau terlihat ruas jalan
Cendrawasih – Bajiminasa memiliki rata-rata nilai rasio hijau yang tinggi. Hal ini
dipengaruhi oleh waktu hijau yang hampir sama dan memiliki selisih tidak jauh
menjumlahkan antara NQ1 dan NQ2, sedangkan nilai NQMax diperoleh dari
grafik peluang pembebanan lebih (POL) dengan mengacu pada nilai NQ seperti
Untuk perencanaan dan desain disarankan POL < 5%. Untuk pelaksanaan
POL = 5-10% masih dapat diterima. Pada perhitungan ini diambil POL = 5%.
Hasil dari perhitungan dari NQ dan NQMax tercantum pada Tabel 4.7
berikut ini:
Tabel 4.7 NQ dan NQMax Simpang Bersinyal Kota Makassar
Nilai Panjang Antrian (QL) diperoleh dari pengolahan data yaitu dari
Panjang antrian tercantum pada Tabel 4.8 berikut dan hasil untuk semua simpang
4.2.7 Kendaraan Antri (Nsv) dan Kendaraan Antri Rata-rata (Nsv rata
rata)
Nilai Kendaraan antri (Nsv) diperoleh dari hasil pengolahan data yaitu
hubungan antara Arus lalu lintas (Q) dan Rasio Antri (NS), dengan hasil yang
terlihat pada Tabel 4.9 berikut serta hasil lengkap Kendaraan Antri (Nsv) semua
Nilai Kendaraan antri (Nsv Rata-rata) diperoleh dari hasil pengolahan data
yaitu hubungan antara Kendaraan Antri (Nsv) dan Arus Total simpang (Qtot),
dengan hasil yang terlihat pada Tabel 4.10 berikut serta hasil lengkap semua
Kota Makassar
Data – data di atas menunjukkan nilai arus lalu lintas masing – masing titik
simpang serta data nilai kendaraan antri pada masing – masing kaki simpang yang
kemudian hasil olah data dari hubungan kedua data tersebut menghasilkan nilai
Berdasarkan hasil pemetaan simpang pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa
simpang Pasar Daya memiliki nilai kendaraan antri (Nsv) paling besar untuk
seluruh simpang di kota Makassar dengan nilai (Nsv) yaitu 0,82 stop/smp dan
termasuk ke kelompok jarak 0,8 – 0,9 stop/smp dengan warna mendekati hitam
gelap.
Untuk rata-rata keseluruhan simpang dalam kondisi yang baik dari segi
Kendaraan Antri, dan hanya beberapa titik saja yang mendekati kondisi buruk
melalui penjumlahan tundaan lalu lintas rata – rata (DT) dengan tundaan
geometrik rata – rata (DG), seperti hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.11 berikut
ini:
Pada Tabel 4.11 hasil pengolahan data Tundaan terlihat ruas jalan Abdesir
– Batua Raya memiliki rata-rata nilai Tundaan yang tinggi. Hal ini dipengaruhi
oleh nilai tundaan lalu lintas semua kaki simpang yang mempunyai nilai yang
besar.
4.2.9 Tundaan Simpang (D Simpang)
Tundaan seluruh kaki simpang dengan Arus lalu lintas Total (Qtot), hasil dari
perhitungan Tundaan dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini dan hasil
Lampiran 1:
gambar berikut:
Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa simpang Hertasning mewakili tipe
simpang tiga yang memiliki nilai Tundaan terbesar yaitu > 60 detik yaitu 60,27
detik seperti yang terlihat juga pada Tabel 4.12, bahkan simpang ini menjadi
simpang yang memiliki nilai Tundaan terbesar untuk seluruh simpang di Kota
Makassar dimana kondisi ini juga terlihat pada hasil pemetaan simpang Pettarani
Dari semua perhitungan, maka diperoleh hasil akhir berupa Indeks Tingkat
a. Kecepatan perjalanan harus sama atau besar daripada nilai standar yang
bersangkutan.
b. Angka volume dibagi dengan kapasitas tidak lebih dari standar yang
bersangkutan.
kecepatan adalah rendah dan variabel dalam hal ini tidak bisa diukur dengan
Makassar
Tundaan
Tipe Kode
Nama Simpang (D) ITP
Simpang Simpang
det/smp
S01 Abdesir – Adyaksa 24,11 C
S02 Adipura 55,22 E
Simpang S03 Pettarani – Boulevard 48,92 E
3 S04 Pettarani – Hertasning 60,27 F
S05 Pintu 1 UNHAS 8,40 B
S06 Yos Sudarso – Cakalang 17,34 C
S07 Abdesir – Batua Raya 56,09 E
Simpang S08 Adyaksa – Pengayoman 22,41 C
4 S09 Andalas – Diponegoro 11,24 B
S10 Andi Tonro 10,25 B
Tipe Kode Tundaan
Nama Jalan ITP
Simpang Simpang (D)
S11 Arif Rate – Hajibau 8,69 B
S12 BTP 32,02 D
S13 Bulukunyi – Monginsidi 10,56 B
S14 Cendrawasih – Bajiminasa 21,11 C
S15 Cendrawasih – Kakatua 43,47 E
S16 Flyover 32,11 D
S17 Latimojong – Bawakaraeng 14,02 B
S18 Latimojong – Mesjid Raya 45,09 E
S19 Latimojong – S. Saddang 32,57 D
S20 Pasar Daya 49,49 E
Simpang S21 Pengayoman – Toddopuli 14,86 B
4 S22 Ratulangi – Hajibau 9,71 B
S23 Ratulangi – Kakatua 15,29 C
S24 Ratulangi – Kaswari 12,05 B
S25 Sudirman – Ahmad Yani 10,31 B
S26 Sudirman – Chairil Anwar 8,26 B
S27 Sudirman – Kartini 17,03 C
S28 Sudirman – Karunrung 10,22 B
S29 Toddopuli Timur 12,72 B
S30 Veteran – Bawakaraeng 14,62 B
S31 Veteran – Kerung kerung 22,00 C
S32 Veteran – Landak 9,17 B
S33 Veteran – Mesjid Raya 20,96 C
S34 Veteran – S. Saddang 14,34 B
S35 Yos Sudarso – Tentara Pelajar 22,91 C
Dari data hasil yang diperoleh tersebut, nilai indeks tingkat pelayanan
nilai tundaan kendaraan dan mengacu pada standar Indeks Tingkat Pelayanan
(ITP) simpang bersinyal, diperoleh hasil pada Tabel 4.13 untuk masing – masing
klasifikasi tingkat pelayanan “F”, dengan penggambaran pada gambar 4.7 yaitu
titik segitiga gelap dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan titik – titik
simpang yang lainnya. Adapun untuk seluruh kota Makassar kondisi pelayanan
berada pada kondisi rata “C” dengan penggambaran klasifikasi warna hijau
berukuruan sedang.
BAB V
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
berikut:
a. Arus lalu lintas (Q) terbesar terjadi pada simpang flyover yaitu
Hertasning.
simpang bersinyal di kota Makassar berada pada kondisi “C” yaitu masih
5.2 Saran
lebih akurat.
Astrini, Retno dan Patrick Oswald., 2012. Modul Pelatihan Quantum GIS Tingkat
Dasar. Program GIZ Decentralization as Contribution to Good Governance
dan Bappeda Provinsi NTB, Mataram
Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2015. Makassar Dalam Angka 2015,
Pemkot Makassar, Makassar
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G., 1999. Teknik Jalan Raya Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Suwatno dan Priansa, D., 2013. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung : Alfabeta
4. Adyaksa – Pengayoman
5. Andalas – Diponegoro
6. Andi Tonro
7. Arif Rate – Hajibau
8. BTP
9. Bulukunyi – Monginsidi
12. Flyover
13. Latimojong – Bawakaraeng
TUTORIAL PENGGUNAAN
SOFTWARE QUANTUM GIS
(QGIS)
1. Membuka Project Pada QGIS
sebuah project yang berisi kumpulan data layers yang ingin kita gunakan.
2. Membuat Shapefile
Untuk Membuat shapefile baru pada QGIS, Layer > New > New Shapefile
Akan muncul kotak dialog pembuatan layer baru seperti dibawah ini :
- Tipe Point adalah jenis layer berupa titik digunakan untuk membuat Point
of Interest.
- Tipe Line adalah jenis layer berupa garis digunakan untuk membuat Jalan,
Sungai, dll
- Tipe Polygon adalah jenis layer berupa area/ luasan digunakan untuk
WGS 1984.
- Atur panjangnya karakter yang dapat disimpan pada kolom, pada Width
- Khusus untuk tipe data Decimal Number anda bisa atur panjangnya
Precision
- Sebagai catatan saja bahwa nama field terbatas hanya 10 karakter saja
yang memiliki range yang spesifik. Dengan data type float ini Anda
bisa „menolak‟ sebuah nilai jika nilai tersebut diluar dari Precision dan
angka tersebut yaitu titik sebagai bentuk decimal), maka field tersebut
bisa menerima nilai 12.35 tetapi tidak menerima 1.235 dan 123.5.
Lihat gambar di bawah untuk ilustrasi Precision dan Scale. Data Type
Width = 9, Precision = 5
Klik Ok
3. Memastikan CRS (Coordinate Reference System) settings
dipilih CRS yang sama dengan yang mempunyai layer yang anda mau
mengedit.
4. Mengelola Layer
a. ON / OFF Layer
Untuk dapat mematikan dan menyalakan layer dengan cara klik pada
yang bersangkutan :
a_world_Country1999
Lepaskan Mouse
Klik kanan pada layer yang ingin anda ubah namanya lalu Pilih
properties.
Di Quantum GIS anda bekerja dalam suatu map project dengan file
yang harus dilakukan adalah menambah data ke dalam map project. Berikut
langkah-langkahnya:
layer jalan raya untuk tampil di depan layer sungai, karena secara
c. Klik “Browse” dan navigasikan pada shapefile yang ada di dalam folder
pada project anda, klik “Open”. Klik “Open” lagi pada dialog “Add
vector layer”. Seharusnya Anda dapat melihat layer Anda terdaftar pada
sisi kiri, dan Anda akan dapat melihat data yang ditunjukan pada
kita inginkan di sebelah kiri, kemudian klik sebuah objek menggunakan tool
“Identify Features”.
Klik pada salah satu layer pada panel di sebelah kiri. Kemudian pada
Sekarang klik pada salah satu fitur dimana saja pada peta. Ketika Anda
fitur tersebut.
Pilih layer jalan dan klik dengan “Identify tool” pada satu jalan di peta.
Pada panel layer di sebelah kiri QGIS, klik kanan pada layer apa saja
dan klik “Open attribute table”. Sebagai contoh kita akan melihat pada
layer p_world_cities.
b. Representasi Selected Feature
klik ikon pada tabel. lalu kembali ke peta anda, anda akan melihat
peta.
Select Single Feature pada peta anda hasil seleksi anda juga
Buka table Atribut dari layer dan mulai mendigitasi klik toggle
Editing
data (text, whole number, decimal number) dan width & Precision.
Klik OK. Direkomendasi anda juga klik toogle Editing dua kali (stop
editing dan start editing lagi) supaya kolom langsung disimpan dalam
shapefile.
Ketika anda Toggle editing atau klik Save Edits field/kolom memang
Di QGIS belum ada cara untuk bisa ganti nana field/kolom langsung
lagi berwarna abu-abu. Klik pada salah satu yang bertuliskan “New
column”.