Anda di halaman 1dari 116

TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL KOTA MAKASSAR

MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

MUH. IKRAR TULUS

D111 12 252

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA MAKASSAR
MENGGUNAKAN QUANTUM GIS
M. Isran Ramli1, Dantje Runtulalo1, Muh. Ikrar Tulus2
ABSTRAK
Perkembangan kota Makassar turut memberikan dampak pada perubahan dalam
berbagai sistem di perkotaan termasuk di dalamnya sistem transportasi, dimana
perkembangan ini tentu akan berpengaruh dengan peningkatan arus lalu lintas. Hal ini
diperkirakan akan menimbulkan permasalahan untuk kinerja sarana prasarana jalan salah
satunya simpang besinyal. Analisis dapat menjadi langkah untuk mengatasi permasalahan
dan teknologi dapat menjadi alat bantu, salah satunya dengan menggunakan GIS
(Geographic Information System) dengan Quantum GIS sebagai produknya. Data pada
penelitian ini mengacu pada MKJI 1997 yang kemudian diperoleh data waktu siklus
simpang, kapasitas, derajat kejenuhan, kendaraan antri, tundaan serta dapat dilihat indeks
tingkat pelayanan simpang sebagai parameter untuk menilai kinerja simpang bersinyal.
Hasil penelitian yaitu untuk simpang Flyover menjadi simpang dengan nilai arus lalu
lintas terbesar, untuk waktu silus terlama terjadi pada simpang Adipura dengan waktu 189
detik, derajat kejenuhan yang besar salah stunya terjadi pada simpang Abdesir – Batua
Raya, Pasar Daya menjadi simpang dengan nilai kendaraan antri terbesar, sedangkan
untuk nilai tundaan simpang Pettarani – Hertasning memiliki nilai terbesar yaitu 60,27
detik. Secara keseluruhan simpang bersinyal di kota Makassar berada pada tingkat
pelayanan dengan klasifikasi “C”, dimana klasifikasi ini menggambarkan bahwa arus lalu
lintas masih dalam keadaan stabil, tetapi kecepatan kendaraan disesuaikan dengan kondisi
volume lalu lintas tinggi.

Kata Kunci : Kinerja, Simpang Bersinyal, Quantum GIS

ABSTRACT
The development of the city of makassar also give an impact on changes in
various urban systems including the transportation system, which is this development will
certainly affect the increase in traffic flow. This is expected will cause problems for the
performance of road infrastructure which is one of them is signal intersection. Analysis
can be a step to overcome the problems and technology can be a tool, one of them is by
using GIS (Geographic Information System) with Quantum GIS as its product. Data of
this study refers to MKJI 1997 which then obtained datas of cycle time intersection,
capacity, degree of saturation, vehicle queue, delay and can be seen the index of service
level of intersection as the parameter to assess signaled intersection performance. The
research result is to make the intersection of Flyover become the intersection with the
biggest traffic flow value, for the longest cycle time is happened at Adipura intersection
with time 189 seconds, big degree of saturation which is one of them is happened at
intersection of Abdesir - Batua Raya, Pasar Daya becomes intersection with the largest
value of vehicle queue, while for the delay value of Pettarani - Hertasning intersection has
the largest value that is 60.27 seconds. Overall signaled intersection in Makassar city is at
service level with "C" classification, which is this classification illustrates that traffic flow
is still in stable condition, but vehicle speed is adjusted to high traffic volume condition.

Keyword: Performance, Signaled Intersection, Quantum GIS


1
Dosen Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
2
Mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan petunjuk-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul

“Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Di Kota Makassar Menggunakan

Quantum GIS (QGIS)”, sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk

menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mengalami hambatan,

namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak,

akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, dengan segala

kerendahan hati penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapakku Ir. Ismail Derang dan ibuku Hasriani, saudara-saudaraku, serta

keluarga tercinta atas bantuan dan dukungannya baik spiritual maupun

materil.

2. Bapak Dr. Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME, selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT, selaku Wakil Dekan dan Pembantu

Dekan I Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT, selaku Ketua Departemen

Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

5. Bapak Dr. Eng. Muhammad Isran Ramli, S.T.,M.T. selaku Dosen

Pembimbing I dan Bapak Ir. Dantje Runtulalo, M.T. selaku Dosen

Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan, meluangkan


waktu di tengah kesibukannya selama penulis melaksanakan penelitian

dan penyusunan tugas akhir ini, serta mengajarkan kepada penulis tentang

pentingnya kerja keras, gigih, dan teliti dalam mengerjakan sesuatu.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Teknik Jurusan Sipil atas bimbingan, arahan,

didikan, ilmu dan motivasi yang diberikan selama kurang lebih empat

tahun perkuliahan.

7. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin atas segala bantuannya selama penulis menempuh

perkuliahan.

8. Saudari Rezky Dwi Utami, S.T. dan keluarga yang senantiasa membantu

dalam proses penelitian serta memberi support, motivasi, semangat dan

kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

9. Pak Ahmad Yani dan pak Kanrasman yang meskipun tidak ada hubungan

namun selalu memberi semangat untuk segera ujian.

10. Saudara – saudara ku pasukan mukim sungai tempat berbagi pusing dan

semangat.

11. Saudara Farham Fahri Abidin, S.T. dan Agung Setiawan, S.T. yang selalu

berbagi ilmu terlebih dalam mempelajari software Quantum GIS.

12. Saudara – saudara Draztiz 09, DaEng dan semua mahasiswa Jurusan Sipil

Angkatan 2012 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang tak bisa

disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan doa,

dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. KEEP ON

FIGHTING TILL THE END.


13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk materil

maupun immaterial. Semoga Allah SWT membalas budi baik dengan

amalan yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis berharap rekan-rekan sekalian dapat

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir

ini. Akhir kata, penulis berharap agar tugas akhir ini dapat berguna bagi kita

semua, bangsa, dan negara.

Gowa, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

ABSTRAK ........................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI…………………………………………… .................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 3

1.4 Batasan Penelitian .................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................. 4

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

2.1 Kinerja Persimpangan Jalan ................................................... 6

2.2 Jenis – jenis Simpang ............................................................. 7

2.2.1 Simpang Sebidang .......................................................... 7


2.2.2 Simpang Tidak Sebidang ................................................ 8

2.3 Simpang Bersinyal ................................................................. 9

2.3.1 Data Masukan .................................................................. 11

2.3.2 Fase Sinyal ...................................................................... 12

2.3.3 Arus Jenuh Dasar (So)..................................................... 13

2.3.4 Faktor Penyesuaian ......................................................... 13

2.3.5 Perbandingan Arus Lalu Lintas (Q) dengan

Arus Jenuh (S) ................................................................. 17

2.3.6 Waktu siklus dan Waktu Hijau........................................ 17

2.3.7 Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS) .................... 18

2.3.8 Perilaku Lalu Lintas ........................................................ 18

2.3.9 Tingkat Pelayanan persimpangan .................................... 24

2.4 Analisis Menggunakan Quantum GIS ................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 30

3.1 Kerangka Penelitian ............................................................... 30

3.2 Rancangan Penelitian ............................................................. 31

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 31

3.3.1 Waktu Penelitian ............................................................. 31

3.3.2 Lokasi Penelitian ............................................................. 31

3.4 Alat Kerja ............................................................................... 34

3.5 Metodologi Pengambilan Data ............................................... 35

3.6 Jenis Data ............................................................................... 36

3.6.1 Data Primer ..................................................................... 36


3.6.2 Data Sekunder ................................................................. 36

3.7 Teknik Analisis....................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 44

4.1 Gambaran Umum ................................................................... 44

4.2 Hasil Perhitungan ................................................................... 46

4.2.1 Arus Lalu Lintas .............................................................. 46

4.2.2 Waktu Siklus (c) .............................................................. 48

4.2.3 Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS) .................... 50

4.2.4 Rasio Hijau (GR) ............................................................. 52

4.2.5 Jumlah Kendaraan Antri (NQ) dan NQMax.................... 53

4.2.6 Panjang Antrian (QL) ...................................................... 54

4.2.7 Kendaraan Antri (Nsv) dan Kendaraan Antri

Rata-rata (Nsv rata-rata) .................................................. 55

4.2.8 Tundaan (D) .................................................................... 59

4.2.9 Tundaan Simpang (D Simpang) ...................................... 60

4.2.10 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) ...................................62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 65

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 55

5.2 Saran ....................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tipe Kendaraan .................................................................................... 12

Tabel 2.2. Nilai Ekivalen Kendaraan Penumpang ................................................ 12

Tabel 2.3. Faktor Koreksi Ukuran Kota (Fcs) untuk Simpang ............................. 14

Tabel 2.4. Faktor Koreksi Hambatan Samping ..................................................... 14

Tabel 2.5. ITP pada Persimpangan Berlampu Lalu Lintas ................................... 25

Tabel 3.1. Nama dan Tipe Jalan Lokasi Penelitian ............................................... 32

Tabel 4.1. Simpang Bersinyal Kota Makassar ...................................................... 44

Tabel 4.2. Arus Lalu Lintas Simpang Bersinyal Kota Makassar .......................... 46

Tabel 4.3. Waktu Siklus (c) Simpang Bersinyal Kota Makassar .......................... 48

Tabel 4.4. Kapasitas (C) Simpang Bersinyal Kota Makassar ............................... 50

Tabel 4.5. Derajat Kejenuhan (DS) Simpang Bersinyal Kota Makassar .............. 51

Tabel 4.6. Rasio Hijau (GR) Simpang Bersinyal Kota Makassar ......................... 52

Tabel 4.7. NQ dan NQMax Simpang Bersinyal Kota Makassar .......................... 54

Tabel 4.8. Panjang Antrian (QL) Simpang Bersinyal Kota Makassar .................. 55

Tabel 4.9. Kendaraan Antri (Nsv) Simpang Bersinyal Kota Makassar ................ 56

Tabel 4.10. Kendaraan Antri Rata-rata (Nsv Rata-rata) Simpang

Bersinyal Kota Makassar .....................................................................57

Tabel 4.11. Tundaan Kaki Simpang Bersinyal Kota Makassar ............................ 59

Tabel 4.12. Tundaan (D) Simpang Bersinyal Kota Makassar .............................. 60

Tabel 4.13. Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Simpang Bersinyal

Kota Makassar ..................................................................................... 62


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konflik lalu lintas pada simpang empat lengan ......................... 10

Gambar 2.2 Grafik faktor penyesuaian untuk kelandaian ............................... 15

Gambar 2.3 Grafik faktor koreksi untuk belok kanan (Frt) ............................ 15

Gambar 2.4 Grafik faktor koreksi untuk belok kiri (Flt) ................................ 16

Gambar 2.5 Grafik perhitungan jumlah antrian (NQmax) dalam smp............ 21

Gambar 2.6 Tampilan Lembar Kerja software Quantum GIS ........................ 28

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian.................................................................... 30

Gambar 3.2 Peta lokasi titik pengamatan ........................................................ 32

Gambar 3.3 Alat – alat kerja ........................................................................... 34

Gambar 3.4 Dokumentasi pengambilan data lapangan ................................... 35

Gambar 3.5 Diagram alir prosedur perhitungan tingkat pelayanan

menggunakan perangkat lunak Quantum GIS (QGIS) ............ 43

Gambar 4.1 Peta simpang bersinyal kota Makassar ....................................... 45

Gambar 4.2 Peta arus lalu lintas simpang ....................................................... 47

Gambar 4.3 Peta waktu siklus simpang .......................................................... 49

Gambar 4.4 Grafik perhitungan jumlah antrian (NQMax) dalam smp ........... 53

Gambar 4.5 Peta kendaraan antri rata-rata (Nsv) ............................................ 58

Gambar 4.6 Peta tundaan simpang .................................................................. 61

Gambar 4.7 Peta Indeks Tingkat Pelayanan Simpang .................................... 64


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makassar merupakan suatu kota di Indonesia yang tepatnya terletak pada

provinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan suatu kota yang sangat pesat seperti

halnya kota Makassar berdampak terhadap perubahan dalam berbagai sistem di

perkotaan. Pertumbuhan tingkat kepadatan penduduk sangat mempengaruhi

tingkat kebutuhan transportasi di kota Makassar.

Transpotasi merupakan salah satu aspek kehidupan yang mempunyai

peranan dalam menunjang kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tidak

dapat dipungkiri setiap manusia dalam kesehariannya melakukan pergerakan yang

didefinisikan sebagai perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dimana dengan adanya perkembangan sarana dan

prasarana transportasi maka akan semakin memudahkan manusia dalam

melakukan perpindahan tempat untuk mencapai tujuannya.

Perubahan dalam hal pertumbuhan kepadatan penduduk yang begitu cepat

ini tentunya berpengaruh pada permasalahan yang semakin kompleks, khususnya

peningkatan arus lalu lintas yang tidak seimbang dengan ketersediaan kapasitas

jalan yang tergolong kecil. Permasalahan ini akan timbul ketika pertambahan

demand tidak diikuti suplay sarana dan prasarana transportasi yang memadai.

Angka pertumbuhan lalu lintas semakin tinggi dari tahun ketahun di kota

Makassar. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2014 kendaraan yang

beroperasi di jalan-jalan Kota Makassar terdiri dari 1.000.050 (79,85%) sepeda


motor, 172.803 (13,79%) kendaraan ringan, 79.525 (6,34%) kendaraan berat

(Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015). Berbeda dengan tingkat

pertumbuhan jumlah kendaraan, tingkat pertumbuhan jalan hanya 1,51%

pertahun. Berdasarkan hal ini, diperkirakan akan timbul permasalahan dimana

kapasitas persimpangan khususnya pada simpang bersinyal tidak mampu lagi

menerima atau menampung arus lalu lintas yang ada sehingga akan terjadi

kemacetan-kemacetan, maka dibutuhkan analisis sebagai langkah untuk mengatasi

masalah tersebut.

GIS yang diartikan sebagai Sistem Informasi Geografis merupakan sistem

komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola

dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang

diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Quantum GIS yang

menjadi salah satu aplikasi GIS merupakan perangkat lunak yang memiliki

pengoperasian perhitungan data serta penambahan fungsi pada tabel atribut

database layaknya formula di Microsoft Excel. Pada Quantum GIS juga dapat

dilakukan proses georeferensing, proses pembuatan peta tematik, menghitung

luasan dari suatu wilayah, dan proses pengolahan pemetaan lainnya.

Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

tentang “Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Kota Makassar Menggunakan

Quantum GIS”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka pokok

permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


1. Bagaimana tingkat kinerja simpang bersinyal yang terdapat di kota

Makassar?

2. Bagaimana menganalisis kinerja simpang bersinyal kota Makassar dengan

menggunakan perangkat lunak Quantum GIS?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

Menganalisis kinerja simpang bersinyal kota Makassar dengan

menggunakan Quantum GIS.

1.4 Batasan Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang meluas dari rumusan masalah maka

penulis memberikan batasan masalah. Adapun batasan masalahnya meliputi :

1. Kinerja yang akan dianalisis yaitu pada simpang bersinyal yang ada di

kota Makassar.

2. Kendaraan yang disurvei adalah sepeda motor (Motorcycle), kendaraan

ringan (Light Vehicle) dan kendaraan berat (Heavy Vehicle).

3. Pengambilan data dilakukan selama sehari dengan waktu pengukuran di

lapangan selama 1 jam pada jam sibuk lalu lintas.

4. Analisis kinerja simpang berbasis Sistem Informasi Geografis

menggunakan perangkat lunak Quantum GIS dan mengacu pada MKJI.


1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini, diantaranya adalah :

1. Mengetahui kinerja simpang bersinyal untuk menampung lalu lintas di

kota Makassar.

2. Sebagai informasi kepada Pemerintah dan masyarakat tentang tingkat

kinerja simpang bersinyal yang ada di kota Makassar. Sehingga

pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam melakukan

pengendalian kinerja simpang bersinyal.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi penulisan tugas

akhir ini, maka susunan bab yang merupakan pokok uraian masalah penelitian

disusun secara sistematika dalam 5 (lima) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan teori-teori yang mendukung pencapaian tujuan penelitian dan teori

yang mendukung penemuan jawaban dari rumusan masalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan secara rinci tentang kondisi dan waktu penelitian, alat ukur, teknik

analisis, kerangka pikir dan data-data yang mendukung.


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menguraikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang terdiri dari pembahasan

hasil pengolahan data lalu lintas dan hasil tingkat pelayanan simpang.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi hasil data analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya

yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan. Selain

itu pula terdapat saran atau rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak yang

terkait sehubungan dengan isi dari tugas akhir ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Persimpangan Jalan

Menurut Bastian dalam Fahmi (2011:2) kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

perumusan skema strategis (straregic planning) suatu organisasi. Sedangkan

pengertian kinerja menurut Smith dalam Suwatno dan Donni (2013: 196) adalah

hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.

Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas

jalan saling bertemu / berpotong yang mencakup fasilitas jalur jalan dan tepi

jalan, dimana lalu lintas dapat bergerak di dalamnya (Ir. Joni Harianto, 2004:2).

Persimpangan merupakan salah satu bagian terpenting dari jalan raya,

dimana sebagian besar efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi,

waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan tergantung pada perencanaan

persimpangan tersebut. Setiap persimpangan mencakup pergerakan lalu lintas

menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki

persimpangan serta pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas dikendalikan

dengan berbagai cara, tergantung dari jenis persimpangannya.

Persimpangan - persimpangan merupakan faktor-faktor yang paling

penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan

jalan, khususnya di daerah - daerah perkotaan karena persimpangan harus


dimanfaatkan bersama oleh setiap orang yang ingin menggunakannya.

Persimpangan jalan merupakan tempat sumber konflik lalu lintas yang rawan

terhadap kecelakaan. Hal ini disebabkan karena terjadinya konflik antara

kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun antara kendaraan dengan pejalan

kaki. Oleh karena itu, persimpangan tersebut harus dirancang dengan hati - hati,

dengan mempertimbangkan efisiensi, keselamatan, kecepatan, biaya operasi, dan

kapasitas.

Sehingga pengertian kinerja jika dihubungkan dengan simpang adalah

hasil kerja optimum yang dapat dicapai oleh suatu persimpangan di dalam suatu

tempat atau lokasi tertentu, dalam upaya untuk mencapai fungsi dan tujuan

persimpangan tersebut sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ada.

2.2 Jenis – jenis Simpang

Jenis – jenis simpang secara umum dibagi menjadi:

2.2.1 Simpang Sebidang

Simpang sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara

sebidang tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan dengan tujuan untuk

mengalirkan atau melewatkan lalu lintas dengan lancar serta mengurangi

kemungkinan terjadinya kecelakaan / pelanggaran sebagai akibat dari titik konflik

yang ditimbulkan dari adanya pergerakan antara kendaraan bermotor, pejalan

kaki, sepeda dan fasilitas – fasilitas lain. Selain itu memberikan kemudahan,

kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan yang melalui persimpangan

tersebut (Ir. Joni Harianto, 2004:5).


Penggunaan sinyal lalu lintas bila dipasang dan dioperasikan dengan baik

akan memberikan keuntungan dalam pengelolaan dan keselamatan lalu lintas.

Adanya sinyal lalu lintas di daerah simpang bisa digunakan secara bergiliran

dengan beberapa fase bagi arus kendaraan yang lewat pada tiap kaki simpang dan

juga terlibatnya arus pejalan kaki yang akan menyebrang jalan. Pengaturan fase

bagi arus – arus lalu lintas yang ada akan mengurangi jumlah titik konflik di

daerah simpang sehingga dapat mengurangi kemungkinan akan terjadinya konflik

atau benturan.

2.2.2 Simpang Tidak Sebidang

Simpang tak sebidang adalah pertemuan dua arus atau lebih saling bertemu

tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada di atas atau di bawah ruas

jalan yang lain (Ir. Joni Harianto, 2004:5).

Simpang tidak sebidang (interchange) biasanya menyediakan gerakan

membelok tanpa berpotongan, maka dibutuhkan tikungan yang besar dan sulit

serta biaya yang mahal. Pertemuan jalan tak sebidang juga membutuhkan daerah

yang luas serta penempatan tata letaknya sangat dipengaruhi oleh topografi.

Perencanaan pertemuan tidak sebidang dilakukan bila volume lalu lintas

yang melalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan – jalannya, dimana

arus lalu lintas tersebut harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa

berhenti, baik itu merupakan arus menerus atau arus yang membelok. Pada

pertemuan tidak sebidang ini ada kemungkinan untuk membelok dari jalan yang

satu ke jalan yang lain dengan melalui jalur-jalur penghubung.


2.3 Simpang Bersinyal

Simpang bersinyal yang dimaksud adalah simpang yang menggunakan

lampu lalu lintas. Oglesby (1999:391) mengemukakan bahwa lampu lalu lintas

didefinisikan sebagai semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan

tenaga listrik kecuali lampu kedip (flacher), rambu, dan marka jalan untuk

mengarahkan dan memperingatkan pengemudi kendaraan bermotor, pengendara

sepeda atau pejalan kaki. Lampu lalu lintas harus dipasang pada simpang pada

saat arus lalu lintas sudah meninggi. Ukuran peningginya arus lalu lintas yaitu

dari waktu tunggu rata-rata kendaraan pada saat melintasi simpang. Oleh karena

itu, Munawar (2004:43) mengemukakan bahwa jika waktu tunggu rata-rata tanpa

lalu lintas sudah lebih besar dari waktu tunggu rata-rata dengan lampu lalu lintas,

maka perlu dipasang lampu lalu lintas.

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997), penggunaan

sinyal lampu lalu lintas pada persimpangan dipergunakan untuk satu atau lebih

alasan berikut ini :

a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu

lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat

dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.

b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari

jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.

c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara

kendaraan- kendaraan dari arah yang bertentangan.


Adapun mengenai simpang yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah

simpang sebidang dengan lampu. Adapun masalah yang dianalisis meliputi hal –

hal yang menyangkut aspek fisik dan non fisik jalan, yaitu kapasitas jalan, derajat

kejenuhan, jumlah antrian, kendaraan terhenti, dan tundaan.

Dengan adanya pemasangan lampu lalu lintas, maka kecelakaan yang

timbul diharapkan dapat berkurang, karena konflik yang timbul antara arus lalu

lintas dapat dikurangi (Munawar, 2004:44).

Gerakan dan manuver kendaraan dapat dibagi dalam beberapa kategori

dasar, yaitu pemisahan (diverging), penggabungan (merging), menyalip berpindah

jalur (weafing) dan penyilangan (crossing). Contoh perbandingan antara jumlah

konflik yang terjadi pada simpang dengan lampu lalu lintas adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Konflik Lalu Lintas pada Simpang Empat Lengan

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997


Pola urutan lampu lalu lintas yang digunakan di Indonesia mengacu pada

pola yang dipakai di Amerika Serikat, yaitu merah (red), kuning (amber), dan

hijau (green). Hal ini untuk memisahkan atau menghindari terjadinya konflik

akibat pergerakan lalu lintas lainnya. Pemasangan lampu lalu lintas pada simpang

ini dipisahkan secara koordinat dengan sistem kontrol waktu secara tetap atau

bantuan manusia.

Langkah – langkah dalam menganalisis simpang sebidang dengan lampu

pengatur lalu lintas adalah sebagai berikut:

2.3.1 Data Masukan

a. Kondisi geometrik dan lingkungan. Berisi tentang informasi lebar jalan,

lebar bahu jalan lebar median, dan arah untuk tiap lengan simpang.

Kondisi lingkungan ada tiga tipe, yaitu komersial, permukiman, dan akses

terbatas.

b. Kondisi arus lalu lintas. Perhitungan dilakukan persatuan jam untuk satu

atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas

rencana jam puncak pagi, siang, dan sore. Arus lalu lintas (Q) untuk setiap

gerakan (belok kiri, lurus, dan belok kanan) dikonversi dari kendaraan per

jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan

menggunakan ekivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing

pendekat terlindung dan terlawan. Jenis kendaraan dibagi dalam beberapa

tipe, seperti terlihat pada tabel 2.1 dan memiliki nilai konversi pada tiap

pendekat seperti tersaji pada tabel 2.2.


Tabel 2.1 Tipe Kendaraan

No. Tipe Kendaraan Definisi

1 Kendaraan Tak Bermotor (UM) Sepeda, Becak, Gerobak

2 Kendaraan Bermotor (MC) Sepeda Motor

3 Kendaraan Ringan (LV) Sedan, Pick up, Angkot

4 Kendaraan Berat (HV) Bus, Truck

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

Adapun untuk nilai ekivalen kendaraan penumpang (emp) diperoleh dari

tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Nilai Ekivalen Kendaraan Penumpang

Nilai emp untuk tiap pendekat


Jenis Kendaraan
Terlindung (P) Terlawan (O)
Kendaraan Ringan (LV) 1,0 1,0
Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3
Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

2.3.2 Fase Sinyal

Fase adalah suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu

arus atau beberapa arus, yang mendapatkan identifikasi lampu lalu lintas yang

sama. Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan

rata – rata tundaan rendah (Munawar, 2004:45).

Berdasar pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997 : 2-4,2-5).

Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dan kiri lawan arah

terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan. Arus belok
kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok kanan tidak

diijinkan, maka arus ini dinyatakan sebagai terlindung.

Periode merah semua antar fase harus sama atau lebih besar dari LT

setelah waktu merah semua ditentukan. Total waktu hilang (LTI) dapat dihitung

sebagai penjumlahan periode waktu antar hijau (IG). Panjang waktu kuning pada

sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya 3 detik.

Berikut penentuan waktu sinyal:

a. Pemilihan tipe pendekat. Pemlihan tipe pendekat yaitu termasuk tipe

terlindung (P) atau terlawan (O).

b. Lebar efektif pendekat (We).

2.3.3 Arus Jenuh Dasar (So)

Arus jenuh dasar merupakan besarnya keberangkatan antrian di dalam

pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau).

Untuk tipe pendekat P (Tipe P = Arus berangkat terlindung)

So = 600 x We .............................................................................. (1) (MKJI, 1997)

Dimana:

So = Arus jenuh dasar

We = Lebar efektif pendekat

2.3.4 Faktor Penyesuaian

a. Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe

pendekat pada persimpangan adalah sebagai berikut:

1. Faktor koreksi ukuran kota (Fcs), sesuai tabel 2.3


Tabel 2.3 Faktor Koreksi Ukuran Kota (Fcs) untuk Simpang

Jumlah Penduduk (Juta jiwa) Faktor Koreksi Ukuran Kota (Fcs)

> 3,0 1,05


1,0 - 3,0 1,00
0,5 - 1,0 0,94
0,1 - 0,5 0,83
< 0,1 0,82

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

2. Faktor koreksi hambatan samping (Fsf) ditentukan sesuai Tabel 2.4

Tabel 2.4 Faktor Koreksi Hambatan Samping

Rasio kendaraan tak bermotor


Lingkungan Hambatan
Tipe fase >
jalan samping 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
0.25
Tinggi Terlawan 0.93 0.88 0.84 0.79 0.74 0.70
Terlindung 0.93 0.91 0.88 0.87 0.85 0.81
Sedang Terlawan 0.94 0.89 0.85 0.80 0.75 0.71
Komersial
Terlindung 0.94 0.92 0.89 0.88 0.86 0.82
Rendah Terlawan 0.95 0.90 0.86 0.81 0.76 0.72
terlindung 0.95 0.93 0.90 0.89 0.87 0.83
Tinggi Terlawan 0.96 0.91 0.86 0.81 0.78 0.72
Terlindung 0.96 0.94 0.92 0.89 0.86 0.84
Sedang Terlawan 0.97 0.92 0.87 0.82 0.79 0.73
Pemukiman
Terlindung 0.97 0.95 0.93 0.90 0.87 0.85
Rendah Terlawan 0.98 0.93 0.88 0.83 0.80 0.74
terlindung 0.98 0.96 0.94 0.91 0.88 0.86
Akses Tinggi/sed Terlawan 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.75
terbatas ng/rendah terlindung 1.00 0.98 0.95 0.93 0.90 0.88

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997


3. Faktor penyesuaian untuk kelandaian (Fg) sesuai gambar 2.2

Gambar 2.2 Grafik Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

4. Faktor penyesuaian untuk belok kanan sesuai gambar 2.3

Gambar 2.3 Grafik Faktor Koreksi untuk Belok Kanan (Frt)

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997


5. Faktor penyesuaian untuk belok kiri sesuai gambar 2.4

Gambar 2.4 Grafik Faktor Koreksi untuk Belok Kiri (Flt)

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

b. Nilai arus jenuh

Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase,

yang arus jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus

kombinasi harus dihitung secara proporsional terhadap waktu hijau

masing – masing fase.

S = So x Fcs x Fsf x Fg x Fp x Frt x Flt ..................... (2) (MKJI, 1997)

Dimana:

So = Arus jenuh dasar

Fcs = Faktor koreksi ukuran kota

Fsf = Faktor koreksi hambatan samping

Fg = Faktor koreksi kelandaian


Fp = Faktor koreksi parkir

Frt = Faktor koreksi belok kanan

Flt = Faktor koreksi belok kiri

2.3.5 Perbandingan Arus Lalu Lintas (Q) dengan Arus Jenuh (S)

FR = Q/S .......................................................................... (3) (MKJI, 1997)

Dimana:

FR = Rasio arus/rasio arus jenuh

PR = Rasio fase =

Dimana:

Frcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada

suatu fase sinyal

IFR = Perbandingan arus simpang = ∑(FRcrit)

2.3.6 Waktu Siklus dan Waktu Hijau

Waktu siklus (c) merupakan waktu untuk urutan lengkap dari indikasi

sinyal (sebagai contoh, diantara dua saat permulaan hijau yang berurutan di dalam

pendekat yang sama; det) (MKJI, 1997).

Waktu hijau (g) adalah fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan

(det) dan sebagai waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (MKJI, 1997).
2.3.7 Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS)

Kapasitas (C) dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan

sebagai berikut:

C = S x g/c = S x GR ................................................................... (4) (MKJI, 1997)

Dimana:

C = kapasitas (smp/jam)

S = Arus jenuh (smp/jam)

g = Waktu hijau (detik)

c = Waktu siklus yang disesuaikan (detik)

GR = Rasio hijau = g/c

Derajat kejenuhan (DS) adalah perbandingan antara arus (Q) dengan

kapasitas (C)

DS = Q/C ..................................................................................... (5) (MKJI, 1997)

Dimana:

Q = Arus lalu lintas(smp/jam)

C = Kapasitas (smp/jam)

2.3.8 Perilaku Lalu Lintas

Perilaku lalu lintas pada simpang dipengaruhi oleh panjang antrian, jumlah

kendaraan terhenti dan tundaan. Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang

antri dalam suatu pendekat (MKJI, 1997).


a. Jumlah antrian (NQ) dan panjang antrian (QL)

Nilai dari Jumlah antrian (NQ1) dapat dihitung dengan formula:

-
NQ1 = 0,25 x C x [( - ) √ - ] ......... (6) (MKJI, 1997)

Untuk DS ≤ 0,5 ; NQ1 = 0

Dimana:

NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya

C = Kapasitas (smp/jam)

DS = Derajat kejenuhan

Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2) dihitung

dengan formula:

-
NQ2 = c x [ ] ........................................ (7) (MKJI, 1997)
-

Dimana:

NQ2 = Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah

c = Waktu siklus (detik)

GR = g/c (Rasio Hijau)

DS = Derajat kejenuhan

Q = Volume lalu lintas (smp/jam)

Untuk antrian total (NQ) dihitung dengan menjumlahkan kedua hasil

tersebut yaitu NQ1 dan NQ2:

NQ = NQ1 + NQ2 .................................................................. (8) (MKJI, 1997)


Dimana:

NQ = Jumlah rata – rata antrian smp pada awal sinyal hijau

NQ1 = Jumlah antrian smp yang tertinggal dari fase hijau

sebelumnya

NQ2 = Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah

Untuk menghitung panjang antrian (QL) dihitung dengan formula sebagai

berikut:

NQMax 20
QL = .............................................. (9) (MKJI, 1997)
Wmasuk

Dimana:

QL = Panjang antrian

NQmax = Jumlah antrian

Wmasuk = Lebar masuk

Untuk perencanaan dan desain disarankan POL < 5%. Untuk pelaksanaan

POL = 5-10% masih dapat diterima. Pada perhitungan ini kami mengambil

POL = 5%. (MKJI, 1997)


Gambar 2.5 Grafik Perhitungan Jumlah Antrian (NQmax) dalam smp

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

b. Kendaraan henti

Jumlah kendaraan henti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang

terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal

(MKJI, 1997). Angka henti sebagai jumlah rata – rata per smp untuk

perancangan dihitung dengan rumus dibawah ini:

NS = 0,9 x x 3600 ....................................................... (10) (MKJI, 1997)

Dimana: ∑g + LTI

NS = Angka henti

NQ = Jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau

Q = Arus lalu lintas (smp/jam)

c = Waktu siklus(det)
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti (NSV) masing – masing pendekat

menggunakan formula sebagai berikut:

NSV = Q x NS ....................................................................... (11) (MKJI, 1997)

Dimana:

NSV = Jumlah kendaraan terhenti

Q = Arus lalu lintas (smp/jam)

NS = Angka henti

Adapun perhitungan untuk angka henti total seluruh simpang dihitung

dengan rumus:

NStotal = ∑NSV / ∑Q............................................................ (12) (MKJI, 1997)

Dimana:

NStotal = Angka henti total seluruh simpang

∑ NSV = Jumlah kendaraan terhenti

∑ Q = Arus lalu lintas (smp/jam)

c. Tundaan

Tundaan merupakan waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk

melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang

(MKJI, 1997). Tundaan terdiri dari:

1. Tundaan lalu lintas

Tundaan lalu lintas adalah waktu yang disebabkan interaksi lalu lintas

dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas rata –

rata tiap pendekat dihitung dengan menggunakan formula:


DT = c x A + ............................................... (13) (MKJ1, 1997)

Dimana:

DT = Rata-rata tundaan lalu lintas tiap pendekat (detik/smp)

c = Waktu siklus yang disesuaikan (detik)

A = 0,5 x (1-GR)2/(1-GR x DS)

NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya

(smp/jam)

C = Kapasitas (smp/jam)

2. Tundaan geometri

Tundaan geometri disebabkan oleh perlambatan dan percepatan

kendaraan yang membelok di samping atau yang terhenti oleh lampu

merah. Tundaan geometrik rata-rata (DG) masing – masing pendekat

dihitung dengn menggunakan formula:

DG = (1 – PSV) x PT x 6 + (PSV x 4) ................................ (14) (MKJ1, 1997)

Dimana:

PSV = Rasio kendaraan berhenti pada pendekat = Min (NS,1)

PT = Rasio kendaraan berbelok pada pendekat

Tundaan rata – rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu

lintas rata-rata dan tundaan geometrik masing – masing pendekat:

D = DT + DG .................................................................. (15) (MKJ1, 1997)


Dimana:

D = Tundaan rata-rata tiap pendekat

DT = Rata-rata tundaan lalu lintas tiap pendekat (detik/smp)

DG = Rata-rata tundaan geometrik tiap pendekat (detik/smp)

Untuk menghitung tundaan total pada simpang adalah:

Dtot = D x Q .................................................................... (16) (MKJI, 1997)

Dimana:

D = Tundaan rata-rata tiap pendekat

Q = Arus lalu lintas (smp/jam)

Untuk menghitung tundaan simpang rata-rata adalah:

D = ∑Dtot / ∑Q ............................................................... (17) (MKJI, 1997)

Dimana:

D = Tundaan rata-rata tiap pendekat

Dtot = Tundaan Total semua pendekat

Q = Arus lalu lintas (smp/jam)

2.3.9 Tingkat Pelayanan Persimpangan

Tingkat pelayanan persimpangan jalan adalah suatu kualitas perjalanan

menggambarkan kondisi lalu lintas yang mungkin timbul pada suatu jalan akibat

dari berbagai volume lalu lintas. Ukuran dari tingkat pelayanan suatu simpang

bersinyal terhadap lalu lintas yang ada tergantung dari derajat kejenuhan dan

tundaan kendaraan (MKJ1, 1997).


Untuk nilai derajat kejenuhan standar perencanaan di MKJI 1997 adalah

0.75. Tingkat pelayanan dikategorikan baik jika nilai maksimum tidak melebihi

standard tersebut, jika nilai maksimum melebihi nilai standar derajat kejenuhan

maka dikategorikan tingkat pelayanan buruk.

Menurut Tamin (2000), jika kendaraan berhenti terjadi antrian di

persimpangan sampai kendaraan tersebut keluar dari persimpangan karena adanya

pengaruh kapasitas persimpangan yang sudah tidak memadai. Semakin tinggi nilai

tundaan semakin tinggi pula waktu tempuhnya. Untuk menentukan tingkat

pelayanan (ITP) suatu persimpangan, dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 ITP pada Persimpangan Berlampu Lalu Lintas

Indeks Tingkat Pelayanan Tundaan


(ITP) kendaraan (detik)
A < 5,0
B 5,1-15,0
C 15,0-25,0
D 25,1-40,1
E 40,1-60,0
F > 60

Sumber: Tamin (2000)

Tingkat pelayanan A, B, C dan D masing-masing dibatasi oleh:

a. Kecepatan perjalanan harus sama atau besar daripada nilai standar yang

bersangkutan.
b. Angka volume dibagi dengan kapasitas tidak lebih dari standar yang

bersangkutan.

Tingkat pelayanan E menunjukkan keadaan yang mendekati kapasitas

jalan yang bersangkutan (kepadatan kritis).

Tingkat pelayanan F menunjukkan keadaan kepadatan yang tinggi dimana

kecepatan adalah rendah dan variabel dalam hal ini tidak bisa diukur dengan

ketentuan kecepatan dan volume/kapasitas. Adapun penjelasan mengenai tingkat

pelayanan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat pelayanan “A”. Keadaan arus bebas, volume rendah, kecepatan

tinggi, kepadatan rendah, kecepatan ditentukan oleh kemauan pengemudi,

pembatasan kecepatan dan keadaan fisik jalan.

b. Tingkat Pelayanan “B”. Keadaan arus yang terstabil, kecepatan perjalanan

mulai dipengaruhi keadaan lalu lintas, dalam batas dimana pengemudi

masih mendapat kebebasan yang cukup dalam memilih kecepatannya.

Batas terbawah dari kecepatan ini (kecepatan terendah dengan volume

tertinggi) digunakan untuk ketentuan-ketentuan perencanaan jalan-jalan

diluar kota.

c. Tingkat pelayanan “C”. Masih dalam keadaan arus yang stabil, tetapi

kecepatan dan gerakan lebih ditentukan oleh volume yang tinggi sehingga

pemilihan kecepatan sudah terbatas dalam batas-batas kecepatan jalan

yang masih cukup memuaskan, besaran ini digunakan untuk ketentuan-

ketentuan perencanaan jalan-jalan dalam kota.


d. Tingkat pelayanan “D”. Menunjukkan keadaan yang mendekati tidak

stabil, dimana kecepatan yang dikehendaki secara terbatas masih dapat

dipertahankan, meskipun sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

dalam keadaan perjalanan yang dapat menurunkan kecepatan yang cukup

besar.

e. Tingkat pelayanan “E”. Menunjukkan arus yang tidak stabil, tidak dapat

ditentukan hanya dari kecepatan perjalanan saja, sering terjadi kemacetan

(berhenti) untuk beberapa saat. Volume dapat atau hampir sama dengan

kapasitas jalan sedang kecepatan pada kapasitas ini pada umumnya sebesar

kurang lebih 50 km/jam.

f. Tingkat pelayanan “F”. Menujukkan arus yang tertahan, kecepatan rendah

sedang volume berada di bawah kapasitas dan membentuk rentetan

kendaraan, sering terjadi kemacetan yang cukup lama. Dalam keadaan

ekstrim, kecepatan volume dapat turun menjadi nol.

2.4 Analisis Menggunakan Quantum GIS

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat

GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki

informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,

menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis,

misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para
praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan

data sebagai bagian dari sistem ini.

Quantum GIS sendiri merupakan software yang berbasis open source

(tidak memerlukan lisensi). Pada quantum GIS dapat dilakukan proses pengolahan

data baik itu spasial maupun non spasial. Selain itu di dalam QGIS juga dapat

dilakukan suatu penambahan fungsi, yang tidak dapat dilakukan pada software

pemetaan lain seperti Arc GIS. QGIS memiliki fitur-fitur yang pada umumnya

terdapat di dalam ArcGIS, sehingga pada QGIS juga dapat dilakukan proses

georeferensing, proses pembuatan peta tematik, menghitung luasan dari suatu

daerah/wilayah, dan proses pengolahan pemetaan lainnya yang berhubungan

dengan data spasial maupun non spasial. QGIS sendiri dapat dijalankan pada

banyak Operating System, seperti Windows, Linux, Ubuntu, maupun MAX.

Gambar 2.6 Tampilan Kerja Software Quantum GIS

Sumber: Quantum GIS


Quantum GIS mendukung dalam pengolahan data spasial berbasis vektor,

raster, maupun format database. Analisis Menggunakan Quantum GIS merupakan

metode analisis dengan menggunakan Field Calculator di attribute table

Quantum GIS, secara umum dilakukan dengan menampilkan ruas jalan yang

menjadi lokasi penelitian dengan mendigitasi jalan tersebut pada peta dasar

kemudian menginput data hasil pengukuran pada attribute table.

Penggunaan Quantum GIS sebagai alternatif dari sekian banyak perangkat

lunak pengolahan data spasial didukung dengan beberapa kelebihan seperti

berikut:

a. Gratis, tidak membutuhkan biaya untuk proses instalasi dan penggunaan

program

b. Bebas, dapat menambah dan memodifikasi fungsi dalam QGIS

c. Terus berkembang, setiap orang dapat menambah fitur baru dan

penyempurnaan aplikasi

d. Ketersediaan dokumen panduan pertolongan, pendukung panduan dan

bantuan terhadap permasalahan tersedia online dan dapat diunduh dalam

bentuk dokumen

e. Multi system operasi, dapat diinstal di MacOS, Windows, dan Linux.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Bagan alir penelitian analisis kinerja simpang bersinyal kota Makassar

dengan menggunakan Quantum GIS adalah sebagai berikut:

TAHAP TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4 TAHAP 5


PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA METODE STUDI DATA & ANALISA PENUTUP

Latar belakang makro: Konsep teori Rancangan penelitian: Gambaran umum: Kesimpulan
Meningkatnya -Kinerja -Melakukan Penelitian dilakukan 1. Melakukan
pertumbuhan penduduk persimpangan pengumpulan data pada 35 titik perhitungan/pengolahan
diikuti dengan jalan survey lapangan simpang bersinyal di data dengan menggunakan
peningkatan -Jenis-jenis -Melakukan kota Makassar Quantum GIS
pertumbuhan lalu lintas simpang pengolahan dengan dengan mengambil memberikan hasil akurat
yang tentunya -Simpang Quantum GIS data volume lalu untuk memperoleh nilai
mempengaruhi kinerja bersinyal -Mendapatkan nilai lintas simpang penunjang untuk
dari simpang bersinyal -Analisis indeks tingkat kemudian diolah menganalisis kinerja
yang ada di kota kinerja pelayanan menggunakan simpang bersinyal, dan
Makassar simpang Quantum GIS memberikan hasil seperti
bersinyal berikut:.
Data penelitian -Tundaan (D) simpang
Latar belakang mikro: Analisis kinerja Data primer yaitu data Hasil analisis data : Pettarani – Hertasning
Diperlukan simpang volume kendaraan 1. Nilai arus (Q) adalah yang terbesar
pemantauan kinerja bersinyal: Data sekunder : lalu lintas pada dengan tundaan sebesar
dari simpang bersinyal -Data masukan -Manual Kapasitas simpang Flyover 60,27 detik
yang ada di kota (kondisi Jalan Indonesia menjadi arus
Makassar lingkungan dan (MKJI 1997) terbesar dan masuk 2. Dari semua nilai
kondisi arus) -Peta dan data ke dalam golongan penunjang tersebut dan
-Fase sinyal jaringan jalan di kota > 5000 smp/jam mengacu pada Manual
Rumusan masalah: -Arus jenuh Makassar 2. Waktu siklus (c) Kapasitas Jalan Indonesia
1. Berapa tingkat dasar -Jurnal dan buku terlama terjadi pada (MKJI 1997), simpang
kinerja simpang -Faktor sebagai referensi simpang adipura Pettarani – Hertasning
bersinyal yang terdapat penyesuaian dengan waktu siklus termasuk ke dalam
di kota Makassar -Waktu siklus selama 189 detik. klasifikasi buruk “F”, dan
2. Bagaimana dan waktu hijau 3. Nilai derajat secara keseluruhan
Lokasi dan waktu
menganalisis kinerja -Kapasitas dan kejenuhan (DS) simpang bersinyal di kota
penelitian :
simpang bersinyal kota Derajat simpang Abdesir- Makassar berada pada
Penelitian dilakukan
Makassar dengan Kejenuhan Batua Raya, kondisi “C”.
pada 35 titik simpang
menggunakan -Perilaku lalu Pettarani-Boulevard
di kota Makassar
perangkat lunak lintas (Panjang dan Pettarani-
dengan durasi waktu
Quantum GIS antrian dan Hertasning
1 jam pengambilan Saran
Tundaan) video untuk setiap termasuk dalam 1.Dapat melakukan
simpang golongan > 0,900 pengambilan data lebih
Tujuan penelitian: 4. Tundaan (D) untuk mendapat hasil
1. Mengetahui tingkat simpang hertasning yang lebih akurat.
Analisis Kinerja
kinerja simpang menjadi yang 2.Untuk penelitian
dengan Quantum Perangkat keras :
bersinyal yang ter terbesar yaitu 60,27 selajutnya diperlukan
GIS 1. GPS Garmin
dapat di kota Makassar 2. Handycam detik Penguasaan aplikasi
2. Menganalisis kinerja 3. Tripod dan Quantum GIS.
simpang bersinyal kota Gorillapod 3.Pemerintah lebih
Makassar dengan 4. Laptop memperhatikan simpang
menggunakan yang termasuk dalam
Quantum GIS Perangkat Lunak kategori pelayanan buruk.
Software Quantum
GIS

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian


3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data

yang diperlukan untuk analisis penelitian dapat diperoleh secara langsung di

lapangan yang kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak Quantum

GIS. Data yang diperoleh secara langsung melalui pengukuran yaitu data kondisi

lingkungan, data geometrik jalan, dan volume lalu lintas. Penelitian ini nantinya

akan menghasilkan nilai tundaan simpang yang akan menggambarkan kinerja

simpang bersinyal dalam bentuk nilai tingkat pelayanan.

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu dan lokasi penelitian diuraikan sebagai berikut:

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam waktu kurang lebih 6 bulan yang

didalamnya terdapat studi literatur, survei pendahuluan, pengumpulan data

dan pengolahan data. Proses pengumpulan data dilakukan selama kurang

lebih 2 bulan. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data

volume melalui rekaman video di titik simpang yang sudah ditentukan,

dilakukan selama 1 jam pada jam sibuk kendaraan.

3.3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada ruas jalan kota Makassar yang terdiri 35

titik pengukuran pada simpang bersinyal, yakni pada jalan arteri dan

beberapa jalan kolektor. Pada setiap simpang dipilih 1 titik lokasi


pengukuran. Titik tersebut dipilih dengan pertimbangan mampu

menangkap gambar arus lalu lintas dari seluruh kaki simpang pada titik

tersebut. Lokasi, nama dan tipe jalan dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan

Tabel 3.1.

Gambar 3.2 Peta Lokasi Titik Pengamatan

Tabel 3.1 Nama dan Tipe Jalan Lokasi Penelitian

Tipe Kode
Nama Simpang Tipe Lingkungan
Simpang Simpang

S01 Abdesir – Adyaksa RES


S02 Adipura RES
Simpang 3 S03 Pettarani – Boulevard COM
S04 Pettarani – Hertasning COM
S05 Pintu 1 UNHAS COM
S06 Yos Sudarso – Cakalang RES
Tipe Kode
Nama Simpang Tipe Lingkungan
Simpang Simpang

S07 Abdesir – Batua Raya RES


S08 Adyaksa – Pengayoman COM
S09 Andalas – Diponegoro RES
S10 Andi Tonro RES

S11 Arif Rate – Hajibau RES

S12 BTP RES


S13 Bulukunyi – Monginsidi RES
S14 Cendrawasih – Bajiminasa RES
S15 Cendrawasih – Kakatua RES
S16 Flyover COM
S17 Latimojong – Bawakaraeng COM
S18 Latimojong – Mesjid Raya COM
S19 Latimojong – S. Saddang COM
Simpang 4 S20 Pasar Daya COM
S21 Pengayoman – Toddopuli COM
S22 Ratulangi – Hajibau COM
S23 Ratulangi – Kakatua RES
S24 Ratulangi – Kaswari COM
S25 Sudirman – Ahmad Yani COM
S26 Sudirman – Chairil Anwar COM
S27 Sudirman – Kartini COM
S28 Sudirman – Karunrung COM
S29 Toddopuli Timur RES
S30 Veteran – Bawakaraeng COM
S31 Veteran – Kerung kerung RES
S32 Veteran – Landak RES
S33 Veteran – Mesjid Raya COM
S34 Veteran – S. Saddang RES
S35 Yos Sudarso – Tentara Pelajar RES
3.4 Alat Kerja

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat-alat sebagai berikut:

1 2

4
3

Gambar 3.3 Alat – alat kerja

1. GPS Garmin berfungsi mengambil / memplot titik koordinat simpang

bersinyal.

2. Handycam berfungsi untuk mengambil gambar video.

3. Tripod dan Gorillapod berfungsi sebagai kaki dan tempat menaruh

kamera handycam agar dalam posisi yang seimbang.

4. Laptop berfungsi untuk memindahkan data video arus dan membantu

proses pengolahan data.


3.5 Metodologi Pengambilan Data

Proses pengambilan data (survey) lapangan dilakukan dengan

pengambilan data rekaman video di titik simpang yang sudah ditentukan,

dilakukan selama 1 jam pada jam sibuk kendaraan. Asumsi – asumsi

tersebut dilakukan dengan pertimbangan data yang akan dimasukkan

berupa data kendaraan per jam (kend/jam).

Pengambilan data rekaman pada setiap simpang dengan memilih 1

titik lokasi pengukuran. Titik tersebut dipilih dengan pertimbangan

mampu menangkap gambar arus lalu lintas dari seluruh kaki simpang

pada titik tersebut.

Gambar 3.4 Dokumentasi pengambilan data lapangan


Berdasarkan tujuan penelitian, teknik pengambilan data tersebut

dapat diperjelas sebagai berikut:

1. Persiapan serta waktu pelaksanaan pengambilan data

dilaksanakan sejak tanggal 9 hingga 27 Mei 2017.

2. Persiapan peralatan pengambilan data lapangan, seperti tripod,

kamera video (handycam), dan alat pengukur waktu

(stopwatch).

3. Survei utama, yaitu mulai dari merekam data di lapangan

kemudian memindahkan ke laptop hingga memutar kembali

hasil rekaman dan menghitung volume kendaraan.

3.6 Jenis Data

3.6.1 Data Primer

Data yang dikumpulkan adalah data volume lalu lintas dengan

kendaraan yang menjadi objek penelitian adalah sepeda motor

(Motorcycle), kendaraan ringan (Light Vehicle), kendaraan berat (Heavy

Vehicle) dan kendaraan tidak bermotor (Unmotorcycle).

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung untuk memenuhi kebutuhan

data dalam pengukuran. Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah:

1. Data Provinsi Sulawesi Selatan dalam angka tahun terakhir

2. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997)

3. Peta Kota Makassar

4. Jurnal dan buku sebagai referensi


3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis kinerja yang dilakukan adalah perhitungan tingkat

pelayanan simpang bersinyal dengan menggunakan perangkat lunak

Quantum GIS (QGIS). Adapun tahapan perhitungan yang dilakukan dalam

Quantum GIS seperti berikut:

a. Memasukkan data arus lalu lintas (Q)

Memasukkan (input) data lapangan yaitu data arus lalu lintas (Q) yang

merupakan hasil konversi data volume lalu lintas. Penginputan data

arus lalu lintas dilakukan secara manual karena data arus setiap

simpang berbeda, dapat dilakukan dengan cara mengetik langsung

atau melalui field calculator dengan cara:

Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (Q) – tulis angka pada kolom formula – apply / update

b. Memasukkan data lebar efektif (We)

Memasukkan (input) data lebar efektif (We) dilakukan secara manual

karena data lebar efektif setiap ruas jalan berbeda, dapat dilakukan

dengan cara mengetik langsung atau melalui field calculator dengan

cara:

Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (We) – tulis angka pada kolom formula – apply / update


c. Memasukkan nilai So

Memasukkan (input) data nilai penyesuaian awal (So) dilakukan

secara manual karena mengacu pada MKJI 1997, data So dibedakan

dengan tipe arus terlindung (P) atau arus terlawan (O). Untuk arus

terlawan dapat dilakukan secara manual, sedangkan untuk tipe

terlindung dapat dilakukan melalui field calculator dengan cara:

Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (So) – tulis angka pada kolom formula (600 * field We) –

apply / update

d. Memasukkan data nilai faktor koreksi

Nilai Faktor – factor koreksi yang diinput berupa Faktor ukuran kota

(Fcs), hambatan samping (Fsf), kelandaian (Fg), parker (Fp), rasio

belok kanan (Frt) dan rasio belok kiri (Flt). Memasukkan (input) data

factor koreksi dilakukan secara manual karena data factor koreksi

mengacu pada MKJI 1997, dapat dilakukan dengan cara mengetik

langsung atau melalui field calculator dengan cara:

Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (ex: Fcs) – tulis angka pada kolom formula – apply / update

e. Memasukkan nilai penyesuaian (S)

Memasukkan (input) data nilai penyesuaian (S) dapat dilakukan secara

langsung untuk semua field (simpang) melalui field calculator dengan

cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (S) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (So*Fcs*Fsf*Fg*Fp*Frt*Flt) – apply / update all

f. Memasukkan nilai rasio arus (FR)

Memasukkan (input) data nilai rasio arus (FR) dapat dilakukan secara

langsung untuk semua field (simpang) melalui field calculator dengan

cara:

Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (FR) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (Q/S) – apply / update all

g. Memasukkan nilai rasio arus simpang (IFR)

Memasukkan (input) data nilai rasio arus simpang (IFR) harus

dilakukan secara manual (per simpang) karena nilai IFR mengacu

pada MKJI 1997 merupakan nilai dari FR kritis pada simpang

tersebut, penginputan dilakukan melalui field calculator dengan cara:

Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (IFR) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (ex: FR(U) + FR(S)) – apply / update

h. Memasukkan nilai rasio fase (PR)

Memasukkan (input) data nilai rasio fase (PR) harus dilakukan secara

manual (per simpang) karena nilai PR mengacu pada MKJI 1997

menggunakan nilai FRcrit, penginputan dilakukan melalui field

calculator dengan cara:


Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (PR) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (ex: FR(U) / IFR) – apply / update

i. Memasukkan nilai waktu hijau (g)

Memasukkan (input) data nilai waktu hijau (g) harus dilakukan secara

manual (per simpang) karena nilai g mengacu pada MKJI 1997

menggunakan nilai rasio fase (PR) pada fase yang sama, penginputan

dilakukan melalui field calculator dengan cara:

Select field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (g) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (ex: (Cua – LTI) * PR (U)) – apply / update

j. Memasukkan nilai waktu siklus (c)

Memasukkan (input) data nilai waktu siklus (c) dapat dilakukan secara

langsung untuk semua field (simpang) melalui field calculator dengan

cara:

Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (c) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (∑g + LTI) – apply / update all

k. Memasukkan nilai Kapasitas (C)

Memasukkan (input) data nilai kapasitas (C) dapat dilakukan secara

langsung untuk semua field (simpang) melalui field calculator dengan

cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (C) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (S*(g/c)) – apply / update all

l. Memasukkan nilai Derajat Kejenuhan (DS)

Memasukkan (input) data nilai derajat kejenuhan (DS) dapat

dilakukan secara langsung untuk semua field (simpang) melalui field

calculator dengan cara:

Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (DS) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (Q/C) – apply / update all

m. Memasukkan nilai Tundaan (D)

Memasukkan (input) data nilai tundaan (D) dapat dilakukan secara

langsung untuk semua field (simpang) melalui field calculator dengan

cara:

Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (D) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (DT+DG) – apply / update all

n. Memasukkan nilai Tundaan Total (Dtot)

Memasukkan (input) data nilai tundaan total (Dtot) dapat dilakukan

secara langsung untuk semua field (simpang) melalui field calculator

dengan cara:
Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (Dtot) – tulis angka pada kolom formula dan memilih field di

kolom pilihan (Q * D) – apply / update all

o. Memasukkan nilai Tundaan simpang (Dsimpang)

Memasukkan (input) data nilai tundaan simpang (Dsimpang) dapat

dilakukan secara langsung untuk semua field (simpang) melalui field

calculator dengan cara:

Select all field – centang Update existing field – pilih data yang ingin

diubah (Dsimpang) – tulis angka pada kolom formula dan memilih

field di kolom pilihan ((∑(Dtot))/Qtot) – apply / update all

p. Memasukkan nilai Indeks Tingkat Pelayanan (ITP)

Memasukkan (input) data nilai indeks tingkat pelayanan (ITP) harus

dilakukan secara manual karena mengacu pada MKJI 1997 nilai ITP

diperoleh dari nilai tundaan yang dikonversi ke dalam bentuk indeks

tingkat pelayanan sehingga hasil untuk setiap simpang (field) berbeda,

penginputan dapat dilakukan dengan cara memasukkan nilai langsung

ke attribute table.
Seluruh Tahapan perhitungan untuk mendapatkan nilai tingkat

pelayanan simpang (ITP) dalam Quantum GIS tersebut dapat dirincikan

seperti Gambar 3.5 berikut:

Gambar 3.5 Diagram alir prosedur perhitungan tingkat pelayanan


menggunakan perangkat lunak Quantum GIS (QGIS)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Penelitian dilakukan pada 35 titik simpang bersinyal di Kota Makassar

dengan berbagai karakteristik jalan yang berbeda seperti lebar badan jalan, ada

tidaknya median, jalur dan jumlah lajur. Penelitian ini juga dilakukan pada lokasi

yang memiliki tata guna lahan yang juga berbeda-beda seperti perkantoran,

perdagangan, pendidikan dan pemukiman.

Tabel 4.1 Simpang Bersinyal Kota Makassar

Tipe Kode Koordinat


Nama Simpang
Simpang Simpang X Y
S01 Abdesir – Adyaksa 119.448568000 -5.151447700
S02 Adipura 119.469878804 -5.146299203
Simpang S03 Pettarani – Boulevard 119.436971581 -5.155245897
3 S04 Pettarani – Hertasning 119.435941830 -5.161587810
S05 Pintu 1 UNHAS 119.489116400 -5.140796527
S06 Yos Sudarso – Cakalang 119.417078803 -5.117272300
S07 Abdesir – Batua Raya 119.460536899 -5.149697899
S08 Adyaksa – Pengayoman 119.447421071 -5.159652140
S09 Andalas – Diponegoro 119.418528124 -5.126499756
S10 Andi Tonro 119.418250600 -5.171691300
S11 Arif Rate – Hajibau 119.413010198 -5.148530300
S12 BTP 119.498178728 -5.131756720
Simpang S13 Bulukunyi – Monginsidi 119.421658600 -5.148422800
4 S14 Cendrawasih – Bajiminasa 119.411848400 -5.166601599
S15 Cendrawasih – Kakatua 119.413261500 -5.161290200
S16 Flyover 119.439961472 -5.136791499
S17 Latimojong – Bawakaraeng 119.419234302 -5.131367299
S18 Latimojong – Mesjid Raya 119.419870940 -5.135110064
S19 Latimojong – S. Saddang 119.421484602 -5.146198801
S20 Pasar Daya 119.511585101 -5.112832400
S21 Pengayoman – Toddopuli 119.452846382 -5.162125256
S22 Ratulangi – Hajibau 119.415630801 -5.148335399
Tipe Kode Koordinat
Nama Simpang
Simpang Simpang X Y
S23 Ratulangi – Kakatua 119.416041800 -5.152071500
S24 Ratulangi – Kaswari 119.417578502 -5.161975401
S25 Sudirman – Ahmad Yani 119.413601573 -5.133010592
S26 Sudirman – Chairil Anwar 119.413971801 -5.136034699
Simpang S27 Sudirman – Kartini 119.414360301 -5.139098396
4 S28 Sudirman – Karunrung 119.415226706 -5.145274368
S29 Toddopuli Timur 119.454818801 -5.162913498
S30 Veteran – Bawakaraeng 119.420784873 -5.130913818
S31 Veteran – Kerung kerung 119.422012517 -5.134792752
S32 Veteran – Landak 119.423728494 -5.140222249
S33 Veteran – Mesjid Raya 119.424980793 -5.146797349
S34 Veteran – S. Saddang 119.421305641 -5.162788336
S35 Yos Sudarso – Tentara Pelajar 119.417924835 -5.122566497

Pemetaan dari simpang – simpang tersebut terlihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Peta Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber: Data Open Street Map (OSM) dan Hasil Pemetaan pada Qgis)
4.2. Hasil Perhitungan

4.2.1 Arus lalu lintas

Data volume lalu lintas diperoleh dari hasil survey lapangan dalam satuan

kendaraan per jam (kend/jam), yang dikonversi menjadi arus lalu lintas (Q) satuan

smp per jam (smp/jam) dengan menggunakan nilai ekivalen kendaraan

penumpang (emp) kemudian dicantumkan dalam atribut tabel Quantum GIS

seperti Tabel 4.2 di bawah ini, dan hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 1:

Tabel 4.2 Arus Lalu Lintas Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)


Data arus lalu lintas yang telah diolah dalam atribut tabel kemudian

dipetakan sehingga terlihat seperti Gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Peta arus lalu lintas simpang

(Sumber: Hasil Pemetaan pada Qgis)

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada masing-masing tipe simpang bahwa

untuk simpang tiga, arus lalu lintas tertinggi terjadi pada simpang Pettarani –

Boulevard yaitu 4877,1 smp/jam. Sedangkan untuk tipe simpang empat nilai arus

lalu lintas tertinggi dicapai simpang Flyover dengan angka 5945 smp/jam.

Kedua simpang ini termasuk kedalam klasifikasi arus lalu lintas padat

menunjukkan warna klasifikasi simpang gelap dengan nilai arus total pada

simpang tersebut berada pada kisaran 4000 – 5000 smp/jam bahkan > 5000

smp/jam. Hal ini disebabkan karena simpang – simpang ini menjadi pusat lalu

lintas yang menampung secara langsung arus kendaraan, dengan simpang Flyover
menjadi pusat lalu lintas dari Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Pettarani dan Jl Tol. Ir.

Sutami, sedangkan simpang Pettarani – Boulevard menjadi pusat lalu lintas dari

Jl. Pettarani dan Jl. Boulevard yang merupakan daerah komersil (COM) dengan

berbagai perkantoran di sekitarnya.

4.2.2 Waktu Siklus (c)

Perhitungan waktu siklus didapatkan dengan menghitung seluruh waktu

hijau (g) kaki simpang dijumlahkan dengan waktu hilang (LTI), hasil dari

perhitungan waktu siklus dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini dan hasil

waktu siklus untuk semua simpang bersinyal di kota Makassar tercantum pada

Lampiran 1:

Tabel 4.3 Waktu Siklus (c) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)


Untuk data waktu siklus (c) tersebut kemudian dilakukan pemetaan seperti

Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Peta waktu siklus simpang

(Sumber: Hasil Pemetaan pada Qgis)

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa simpang adipura memiliki waktu

siklus simpang terlama yaitu > 150 detik yaitu 189 detik seperti yang terlihat juga

pada Tabel 4.3. Penggunaan waktu siklus yang lama pada simpang adipura ini

untuk penyesuaian arus kendaraan yang masuk memenuhi lebar jalan masing-

masing kaki simpang. Sehingga seperti yang biasa didapatkan ketika kondisi lalu

lintas padat, simpang adipura mengalami kemacetan karena lebar jalan berbanding

lurus dengan arus lalu lintas yang datang. Sedangkan untuk simpang empat terjadi

pada beberapa titik simpang, seperti Abdesir – Batua Raya, simpang Pettarani –

Hertasning serta simpang Cendarawasih – Kakatua.


4.2.3 Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS)

a. Kapasitas (C)

Kapasitas simpang (C) diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari

hubungan Nilai Penyesuaian (S) dengan waktu hijau (g) dan waktu siklus (c),

hasil perhitungan kapasitas dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut dan hasil untuk

semua simpang terdapat pada Lampiran 1:

Tabel 4.4 Kapasitas (C) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

b. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan simpang (DS) diperoleh dari pengolahan data yaitu

hubungan antara arus lalu lintas (Q) dan kapasitas (C), hasil perhitungan Derajat

Kejenuhan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut dan hasil untuk semua simpang

terdapat pada Lampiran 1:


Tabel 4.5 Derajat Kejenuhan (DS) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

Pada Tabel 4.5 hasil pengolahan data Derajat Kejenuhan terlihat kondisi

kejenuhan lalu lintas yang mewakili dua tipe simpang, yaitu pada simpang empat

titik simpang yang memiliki nilai derajat kejenuhan tinggi terdapat pada simpang

Abdesir – Batua Raya. Simpang ini termasuk ke dalam kelompok simpang yang

memiliki rata-rata Derajat Kejenuhan tinggi bergabung bersama simpang Pettarani

– Boulevard dan simpang Pettarani – Hertasning yang mewakili tipe simpang tiga

dengan memiliki rata-rata Derajat Kejenuhan > 0,900.


4.2.4 Rasio Hijau (GR)

Data Rasio Hijau (GR) diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari

hubungan waktu hijau (g) dengan waktu siklus (c), kemudian hasil perhitungan

rasio hijau dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut dan hasil untuk semua simpang

terdapat pada Lampiran 1:

Tabel 4.6 Rasio Hijau (GR) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

Pada Tabel 4.6 hasil pengolahan data Rasio Hijau terlihat ruas jalan

Cendrawasih yaitu simpang Arif Rate – Hajibau, Cendrawasih – Kakatua,

Cendrawasih – Bajiminasa memiliki rata-rata nilai rasio hijau yang tinggi. Hal ini

dipengaruhi oleh waktu hijau yang hampir sama dan memiliki selisih tidak jauh

untuk semua kaki simpang.


4.2.5 Jumlah Kendaraan Antri (NQ) dan NQMax

Jumlah Kendaraan Antri (NQ) diperoleh dari pengolahan data dengan

menjumlahkan antara NQ1 dan NQ2, sedangkan nilai NQMax diperoleh dari

grafik peluang pembebanan lebih (POL) dengan mengacu pada nilai NQ seperti

gambar berikut ini:

Gambar 4.4 Grafik Perhitungan Jumlah Antrian (NQMax) dalam smp

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

Untuk perencanaan dan desain disarankan POL < 5%. Untuk pelaksanaan

POL = 5-10% masih dapat diterima. Pada perhitungan ini diambil POL = 5%.

Hasil dari perhitungan dari NQ dan NQMax tercantum pada Tabel 4.7

berikut ini:
Tabel 4.7 NQ dan NQMax Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

4.2.6 Panjang Antrian (QL)

Nilai Panjang Antrian (QL) diperoleh dari pengolahan data yaitu dari

hubungan NQMax dan Lebar Masuk (WMasuk), kemudian hasil perhitungan

Panjang antrian tercantum pada Tabel 4.8 berikut dan hasil untuk semua simpang

terdapat pada Lampiran 1:


Tabel 4.8 Panjang Antrian (QL) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

4.2.7 Kendaraan Antri (Nsv) dan Kendaraan Antri Rata-rata (Nsv rata

rata)

a. Kendaraan Antri (Nsv)

Nilai Kendaraan antri (Nsv) diperoleh dari hasil pengolahan data yaitu

hubungan antara Arus lalu lintas (Q) dan Rasio Antri (NS), dengan hasil yang

terlihat pada Tabel 4.9 berikut serta hasil lengkap Kendaraan Antri (Nsv) semua

simpang di Kota Makassar terangkum pada Lampiran 1:


Tabel 4.9 Kendaraan Antri (Nsv) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

b. Kendaraan Antri Rata-rata (Nsv Rata-rata)

Nilai Kendaraan antri (Nsv Rata-rata) diperoleh dari hasil pengolahan data

yaitu hubungan antara Kendaraan Antri (Nsv) dan Arus Total simpang (Qtot),

dengan hasil yang terlihat pada Tabel 4.10 berikut serta hasil lengkap semua

simpang di Kota Makassar terangkum pada Lampiran 1:


Tabel 4.10 Kendaraan Antri Rata-rata (Nsv Rata-rata) Simpang Bersinyal

Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

Data – data di atas menunjukkan nilai arus lalu lintas masing – masing titik

simpang serta data nilai kendaraan antri pada masing – masing kaki simpang yang

kemudian hasil olah data dari hubungan kedua data tersebut menghasilkan nilai

kendaraan antri rata-rata (Nsv rata-rata) yang kemudian ditunjukkan melalui

pemetaan seperti pada gambar berikut:


Gambar 4.5 Peta Kendaraan Antri Rata-rata (Nsv)

(Sumber: Hasil Pemetaan pada Qgis)

Berdasarkan hasil pemetaan simpang pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa

simpang Pasar Daya memiliki nilai kendaraan antri (Nsv) paling besar untuk

seluruh simpang di kota Makassar dengan nilai (Nsv) yaitu 0,82 stop/smp dan

termasuk ke kelompok jarak 0,8 – 0,9 stop/smp dengan warna mendekati hitam

gelap.

Untuk rata-rata keseluruhan simpang dalam kondisi yang baik dari segi

Kendaraan Antri, dan hanya beberapa titik saja yang mendekati kondisi buruk

seperti simpang Pasar Daya, Flyover serta Sudirman – Kartini.


4.2.8 Tundaan (D)

Tundaan masing – masing simpang diperoleh dari pengolahan data dengan

melalui penjumlahan tundaan lalu lintas rata – rata (DT) dengan tundaan

geometrik rata – rata (DG), seperti hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.11 berikut

ini:

Tabel 4.11 Tundaan Kaki Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)

Pada Tabel 4.11 hasil pengolahan data Tundaan terlihat ruas jalan Abdesir

– Batua Raya memiliki rata-rata nilai Tundaan yang tinggi. Hal ini dipengaruhi

oleh nilai tundaan lalu lintas semua kaki simpang yang mempunyai nilai yang

besar.
4.2.9 Tundaan Simpang (D Simpang)

Perhitungan Tundaan didapatkan dengan menghitung perbandingan

Tundaan seluruh kaki simpang dengan Arus lalu lintas Total (Qtot), hasil dari

perhitungan Tundaan dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini dan hasil

Tundaan untuk semua simpang bersinyal di kota Makassar tercantum pada

Lampiran 1:

Tabel 4.12 Tundaan (D) Simpang Bersinyal Kota Makassar

(Sumber : Hasil Olah Data Quantum GIS)


Data Tundaan simpang (D) tersebut kemudian dipetakan seperti pada

gambar berikut:

Gambar 4.6 Peta Tundaan simpang

(Sumber: Hasil Pemetaan pada Qgis)

Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa simpang Hertasning mewakili tipe

simpang tiga yang memiliki nilai Tundaan terbesar yaitu > 60 detik yaitu 60,27

detik seperti yang terlihat juga pada Tabel 4.12, bahkan simpang ini menjadi

simpang yang memiliki nilai Tundaan terbesar untuk seluruh simpang di Kota

Makassar dimana kondisi ini juga terlihat pada hasil pemetaan simpang Pettarani

– Hertasning yang menunjukkan warna merah kecoklatan yang menunjukkan nilai

terbesar pada klasifikasi simpang.


4.2.10 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP)

Dari semua perhitungan, maka diperoleh hasil akhir berupa Indeks Tingkat

Pelayanan (ITP) seperti berikut:

Tingkat pelayanan A, B, C dan D masing-masing dibatasi oleh:

a. Kecepatan perjalanan harus sama atau besar daripada nilai standar yang

bersangkutan.

b. Angka volume dibagi dengan kapasitas tidak lebih dari standar yang

bersangkutan.

Tingkat pelayanan E menunjukkan keadaan yang mendekati kapasitas jalan yang

bersangkutan (kepadatan kritis).

Tingkat pelayanan F menunjukkan keadaan kepadatan yang tinggi dimana

kecepatan adalah rendah dan variabel dalam hal ini tidak bisa diukur dengan

ketentuan kecepatan dan volume/kapasitas.

Tabel 4.13 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Simpang Bersinyal Kota

Makassar

Tundaan
Tipe Kode
Nama Simpang (D) ITP
Simpang Simpang
det/smp
S01 Abdesir – Adyaksa 24,11 C
S02 Adipura 55,22 E
Simpang S03 Pettarani – Boulevard 48,92 E
3 S04 Pettarani – Hertasning 60,27 F
S05 Pintu 1 UNHAS 8,40 B
S06 Yos Sudarso – Cakalang 17,34 C
S07 Abdesir – Batua Raya 56,09 E
Simpang S08 Adyaksa – Pengayoman 22,41 C
4 S09 Andalas – Diponegoro 11,24 B
S10 Andi Tonro 10,25 B
Tipe Kode Tundaan
Nama Jalan ITP
Simpang Simpang (D)
S11 Arif Rate – Hajibau 8,69 B
S12 BTP 32,02 D
S13 Bulukunyi – Monginsidi 10,56 B
S14 Cendrawasih – Bajiminasa 21,11 C
S15 Cendrawasih – Kakatua 43,47 E
S16 Flyover 32,11 D
S17 Latimojong – Bawakaraeng 14,02 B
S18 Latimojong – Mesjid Raya 45,09 E
S19 Latimojong – S. Saddang 32,57 D
S20 Pasar Daya 49,49 E
Simpang S21 Pengayoman – Toddopuli 14,86 B
4 S22 Ratulangi – Hajibau 9,71 B
S23 Ratulangi – Kakatua 15,29 C
S24 Ratulangi – Kaswari 12,05 B
S25 Sudirman – Ahmad Yani 10,31 B
S26 Sudirman – Chairil Anwar 8,26 B
S27 Sudirman – Kartini 17,03 C
S28 Sudirman – Karunrung 10,22 B
S29 Toddopuli Timur 12,72 B
S30 Veteran – Bawakaraeng 14,62 B
S31 Veteran – Kerung kerung 22,00 C
S32 Veteran – Landak 9,17 B
S33 Veteran – Mesjid Raya 20,96 C
S34 Veteran – S. Saddang 14,34 B
S35 Yos Sudarso – Tentara Pelajar 22,91 C

Dari data hasil yang diperoleh tersebut, nilai indeks tingkat pelayanan

kemudian dipetakan seperti yang terlihat pada gambar 4.7 berikut:


Gambar 4.7 Peta Indeks Tingkat Pelayanan Simpang

(Sumber: Hasil Pemetaan pada Qgis)

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data hingga memperoleh

nilai tundaan kendaraan dan mengacu pada standar Indeks Tingkat Pelayanan

(ITP) simpang bersinyal, diperoleh hasil pada Tabel 4.13 untuk masing – masing

tipe simpang dimana ditunjukkan bahwa simpang Pettarani – Hertasning termasuk

klasifikasi tingkat pelayanan “F”, dengan penggambaran pada gambar 4.7 yaitu

titik segitiga gelap dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan titik – titik

simpang yang lainnya. Adapun untuk seluruh kota Makassar kondisi pelayanan

berada pada kondisi rata “C” dengan penggambaran klasifikasi warna hijau

berukuruan sedang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Melakukan perhitungan/pengolahan data dengan menggunakan Quantum

GIS memberikan hasil akurat untuk memperoleh nilai penunjang untuk

menganalisis kinerja simpang bersinyal, dan memberikan hasil seperti

berikut:

a. Arus lalu lintas (Q) terbesar terjadi pada simpang flyover yaitu

sebesar 5945 smp/jam termasuk klasifikasi > 5000 smp/jam.

b. Waktu siklus (c) simpang adipura menjadi yang terlama dengan

waktu siklus simpang 189 detik.

c. Derajat kejenuhan (DS) yang besar terjadi salah satunya di

simpang Abdesir – Batua raya yang termasuk ke dalam golongan

besar bersama simpang Pettarani – Boulevard dan Pettarani –

Hertasning.

d. Kendaraan antri (Nsv rata-rata) simpang pasar daya adalah yang

terbesar yaitu 0,82 stop/smp.

e. Tundaan (D) simpang Pettarani – Hertasning adalah yang terbesar

dengan tundaan sebesar 60,27 detik


2. Dari semua nilai penunjang tersebut dan mengacu pada Manual

Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), simpang Pettarani – Hertasning

termasuk ke dalam klasifikasi buruk “F”, dan secara keseluruhan

simpang bersinyal di kota Makassar berada pada kondisi “C” yaitu masih

dalam keadaan arus stabil, tetapi pemilihan kecepatan dan gerakan

kendaraan terbatas pada kondisi volume kendaraan tinggi.

5.2 Saran

Setelah melalui seluruh tahapan penelitian, terdapat beberapa saran yaitu:

1. Dapat melakukan pengambilan data lebih untuk mendapat hasil yang

lebih akurat.

2. Untuk pihak yang ingin melakukan penelitian analisis selanjutnya dan

menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) diutamakan

penguasaan Software yakni berupa aplikasi Quantum GIS.

3. Pemerintah lebih memperhatikan simpang yang termasuk dalam

kategori pelayanan buruk.


DAFTAR PUSTAKA

Astrini, Retno dan Patrick Oswald., 2012. Modul Pelatihan Quantum GIS Tingkat
Dasar. Program GIZ Decentralization as Contribution to Good Governance
dan Bappeda Provinsi NTB, Mataram

Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2015. Makassar Dalam Angka 2015,
Pemkot Makassar, Makassar

Binkot Bina Marga, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen


Pekerjaan Umum, Jakarta

Fahmi, Irham., 2011. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, Cetakan Ke 2,


Bandung : Alfabeta

Harianto, Joni., 2004. Perencanaan Persimpangan Tidak Sebidang Pada Jalan


Raya, USU Digital Library, Medan

Munawar, Ahmad., 2004. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta : Beta


Offset

Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G., 1999. Teknik Jalan Raya Jilid 1. Jakarta :
Erlangga

Suwatno dan Priansa, D., 2013. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung : Alfabeta

Tamin, OZ, 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Institut Teknologi


Bandung, Bandung
LAMPIRAN 1

HASIL PENGOLAHAN DATA


LALU LINTAS
LAMPIRAN 2

HASIL IDENTIFIKASI DATA


SIMPANG BERSINYAL
1. Abd Dg. Sirua – Adyaksa

2. Abd Dg. Sirua – Batua Raya


3. Adipura

4. Adyaksa – Pengayoman
5. Andalas – Diponegoro

6. Andi Tonro
7. Arif Rate – Hajibau

8. BTP
9. Bulukunyi – Monginsidi

10. Cendrawasih – Bajiminasa


11. Cendrawasih – Kakatua

12. Flyover
13. Latimojong – Bawakaraeng

14. Latimojong – Mesjid Raya


15. Latimojong – S.Saddang

16. Pasar Daya


17. Pengayoman – Toddopuli

18. Pettarani – Boulevard


19. Pettarani – Hertasning

20. Pintu 1 Unhas


21. Ratulangi – Hajibau

22. Ratulangi – Kakatua


23. Ratulangi – Kaswari

24. Sudirman – Ahmad Yani


25. Sudirman – Chairil Anwar

26. Sudirman – Kartini


27. Sudirman – Karunrung

28. Toddopuli Timur


29. Veteran – Bawakaraeng

30. Veteran – Kerung kerung


31. Veteran – Landak

32. Veteran – Mesjid Raya


33. Veteran – S.Saddang

34. Yos Sudarso – Cakalang


35. Yos Sudarso – Tentara Pelajar
LAMPIRAN 3

TUTORIAL PENGGUNAAN
SOFTWARE QUANTUM GIS
(QGIS)
1. Membuka Project Pada QGIS

Buka Program Quantum GIS Desktop. Quantum GIS dapat menyimpan

sebuah project yang berisi kumpulan data layers yang ingin kita gunakan.

2. Membuat Shapefile

 Untuk Membuat shapefile baru pada QGIS, Layer > New > New Shapefile

layer atau dengan shortcut Ctrl + Shift + N.

 Akan muncul kotak dialog pembuatan layer baru seperti dibawah ini :

- Tipe Point adalah jenis layer berupa titik digunakan untuk membuat Point

of Interest.

- Tipe Line adalah jenis layer berupa garis digunakan untuk membuat Jalan,

Sungai, dll

- Tipe Polygon adalah jenis layer berupa area/ luasan digunakan untuk

membuat Batas Administrasi, Landcover, Bangunan, dll.


 Tentukan sistem koordinat nya, di indonesia sistem koordinat yang dipakai

WGS 1984.

 Membuat Kolom pada data Atribut pada Groupbox New Attribute

- Buat nama kolom pada Name

- Tentukan tipe data yang ingin digunakan pada Type

Tipe Data pada Atribut:

Text Data/ String : Merupakan jenis data berupa teks

Whole number/Integer : Merupakan jenis data untuk bilangan bulat.

Decimal number/ real : Merupakan jenis data untuk bilangan pecahan

yang bisa dituliskan dalam bentuk decimal.

- Atur panjangnya karakter yang dapat disimpan pada kolom, pada Width

- Khusus untuk tipe data Decimal Number anda bisa atur panjangnya

karakter sesudah komma yang dapat disimpan pada kolom, pada

Precision

- Sebagai catatan saja bahwa nama field terbatas hanya 10 karakter saja

dan hanya bisa menggunakan huruf, angka, hypens dan underscores.

Sepasang karakter dibolehkan tetapi tidak disarankan. Tidak bisa

memberi nama field menggunakan spasi atau spesial karakter lainnya

misalnya tanda tanya ( ? ).

- Nama shapefile boleh max. 10 charakters (huruf, angka, underscore “_”)

- Data type adalah untuk mengatur apa yang diperbolehkan dimasuk di

attribut field tersebut


a. Text Data / String adalah seluruh karakter termasuk alphanumeric.

Maximum 255 karakter.

b. Whole Number / Integer adalah seluruh angka termasuk positif dan

negatif yang biasanya digunakan untuk menunjukkan nilai banyak

(kuantitas) dari suatu tema, misalnya populasi penduduk.

c. Decimal Number / Real adalah angka dengan nilai pecahan decimal

yang memiliki range yang spesifik. Dengan data type float ini Anda

bisa „menolak‟ sebuah nilai jika nilai tersebut diluar dari Precision dan

scale yang sudah ditentukan sebelumnya. Contoh : Anda menentukan

precision 4 (lebar field hanya menerima max 4 angka termasuk nilai

decimal tanpa memperhitungkan pemecah angka tersebut yaitu titik

sebagai bentuk decimal) dan scale 2 (max 2 angka setelah pemecah

angka tersebut yaitu titik sebagai bentuk decimal), maka field tersebut

bisa menerima nilai 12.35 tetapi tidak menerima 1.235 dan 123.5.

Lihat gambar di bawah untuk ilustrasi Precision dan Scale. Data Type

Double biasanya digunakan menyimpan angka decimal misalnya nilai

suatu koordinat, angka statistic dengan komma dll.

Width = 9, Precision = 5

 Apabila sudah diisi semua, klik Add to Attribute List

 Klik Ok
3. Memastikan CRS (Coordinate Reference System) settings

 Seharusnya CRS (Coordinate Reference System) dari Shapefile dan

CRS yang dipilih untuk Map Project sama.

 Lihat CRS pada shapefile Menu: Layer → Properties → Tab Metadata

 Dan Memastikan bawah CRS untuk Map Project Menu: Settings →

Project Properties → Tab Coordinate Reference System (CRS) adalah

dipilih CRS yang sama dengan yang mempunyai layer yang anda mau

mengedit.

4. Mengelola Layer

a. ON / OFF Layer

 Untuk dapat mematikan dan menyalakan layer dengan cara klik pada

kotak di sebelah nama layer pada TOC.

 Berlatihlah untuk mematikan dan menyalakan layer , dan lihat

hasilnya pada Data frame anda.


b. Mengubah Susunan Layer

Cara mengubah susunan layer dilakukan dengan Drag-and-Drop layer

yang bersangkutan :

 Klik dan Tahan pada layer l_world_rivers

 Tarik (Mouse masih ditahan) layer sungai ke atas layer

a_world_Country1999

 Lepaskan Mouse

c. Mengubah Nama Layer

Untuk mengubah nama layer dapat dilakukan dengan cara berikut:

 Klik kanan pada layer yang ingin anda ubah namanya lalu Pilih

properties.

 Pada jendela properties pilih tab General

 Anda dapat mengubah nama layer anda pada Display Name

 Pengubahan nama layer tidak berpengaruh pada file database anda.

Karena hanya link saja.

5. Membuka Data Spasial dengan Quantum GIS

Di Quantum GIS anda bekerja dalam suatu map project dengan file

extension *.qgs. Untuk Memulai membuat peta sederhana langkah pertama

yang harus dilakukan adalah menambah data ke dalam map project. Berikut

langkah-langkahnya:

a. Klik pada tombol “Add Vector Layer” pada QGIS.


Ketika Anda menambah sebuah shapefile pada QGIS, shapefile tersebut

akan menjadi sebuah layer. Ketika Anda menambahkan file dalam

jumlah banyak, Anda akan memiliki multiple layer. Anda dapat

mengurutkan layer-layer ini sehingga layer tertentu dapat muncul di

depan layer yang lain. Sebagai contoh, Anda mungkin menginginkan

layer jalan raya untuk tampil di depan layer sungai, karena secara

umum jalan raya melewati sungai.

b. Sebuah kotak dialog akan muncul yang memperbolehkan Anda untuk

memilih file yang akan ditambahkan ke dalam proyek QGIS Anda.

c. Klik “Browse” dan navigasikan pada shapefile yang ada di dalam folder

tempat penyimpanan shapefile anda. Anda dapat memilih beberapa

shapefile untuk dimuat dengan menahan tombol “Ctrl” pada keyboard

Anda dan meng-klik pada file yang berbeda.

d. Setelah Anda memilih shapefile yang Anda inginkan untuk ditampilkan

pada project anda, klik “Open”. Klik “Open” lagi pada dialog “Add

vector layer”. Seharusnya Anda dapat melihat layer Anda terdaftar pada

sisi kiri, dan Anda akan dapat melihat data yang ditunjukan pada

jendela utama di sebelah kanan.


Untuk melihat atribut dari sebuah fitur, kita perlu memilih layer yang

kita inginkan di sebelah kiri, kemudian klik sebuah objek menggunakan tool

“Identify Features”.

 Klik pada salah satu layer pada panel di sebelah kiri. Kemudian pada

panel atas QGIS, klik pada tool “Identify Features”.

 Sekarang klik pada salah satu fitur dimana saja pada peta. Ketika Anda

mengklik sebuah jendela akan muncul dan menampilkan atribut dari

fitur tersebut.

 Pilih layer jalan dan klik dengan “Identify tool” pada satu jalan di peta.

Lihat data attribute dari fiturnya di “Identify Results” Window.

6. Mengelola Tabel Atribut

a. Membuka Tabel Atribut

 Pada panel layer di sebelah kiri QGIS, klik kanan pada layer apa saja

dan klik “Open attribute table”. Sebagai contoh kita akan melihat pada

layer p_world_cities.
b. Representasi Selected Feature

 Apabila anda klik di salah satu field,misalnya kota Kabul kemudian

klik ikon pada tabel. lalu kembali ke peta anda, anda akan melihat

lokasi diamana titik yang anda pilih tersebut direpresentasikan dalam

peta.

 Hal ini juga berlaku sebaliknya, apabila anda menggunakan fungsi

Select Single Feature pada peta anda hasil seleksi anda juga

terepresentasikan pada tabel atributnya.

 Kembali ke peta anda, kemudian klik layer a_world_country1999

pada TOC, kemudian pilih lima negara menggunakan tool Select

Single Feature , untuk melakukan multi seleksi dengan menahan

tombol Ctrl pada keyboard anda pada saat melakukan seleksi.

c. Edit Tabel Atribut

Anda bisa menambah fields/kolom pada Tabel attribute dengan cara:

 Buka table Atribut dari layer dan mulai mendigitasi klik toggle

Editing

 Kemudian klik “new column”

 Di “Add Column” Dialog menantukan nama field/Kolom seta tipe

data (text, whole number, decimal number) dan width & Precision.
 Klik OK. Direkomendasi anda juga klik toogle Editing dua kali (stop

editing dan start editing lagi) supaya kolom langsung disimpan dalam

shapefile.

 Untuk menghapus satu field/kolom klik Delete Column dan pilih

Field/Kolomyang ingin menghapus.

 Ketika anda Toggle editing atau klik Save Edits field/kolom memang

dihapus dari shapefile dan tidak bisa dapat mengembalikan /undo.

 Di QGIS belum ada cara untuk bisa ganti nana field/kolom langsung

d. Menambahkan Kolom Pada Tabel Atribut

 Tutup jendela labeling jika terbuka.

 Buka tabel atribut untuk layer points.

 Untuk menambahkan sebuah kolom pada tabel kita, kita harus

menyalakan mode editing. Klik tombol “Toggle editing mode” pada

bagian bawah tabel atribut.

 Anda akan dapat melihat bahwa beberapa tombol-tombol kini tidak

lagi berwarna abu-abu. Klik pada salah satu yang bertuliskan “New

column”.

 Pada kolom nama, ketik “lbl_x”. Pilih “decimal number (real)” di

bawah Type, dan atur width ke 8. Width 8 (bisa simpang angka

sampai 99999999= _ _ _ _ _ _ _ _ = 8 spaces) karna fieldnya harus

cukup besar untuk simpang koordinat UTM.

Anda mungkin juga menyukai