Anda di halaman 1dari 9

Struktur dan Kinerja Industri .…………..…….................….………………………….….

(Rachmawati & Rismayani)

STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI OTOMOTIF


INDONESIA

Vini Kartika Rachmawati1, Risris Rismayani2


Prodi S1 Manajemen Bisnis Telkomunikasi dan Informatika
Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom
Email: vinikartika21@gmail.com1, risrisrismayani@telkomuniversity.ac.id2

ABSTRACT

Through the Structure and Performance approach, this research aims to analyze the structure and
performance of the automotive industry in Indonesia. This research not only aimed to comprehensively
analyze both quantitative and qualitative data using mixed method approach, but also explains the
correlation between them. The study was conducted in a period of 10 years starting from 2007 to 2016.
The result of the analysis shows that: (1) Indonesian automotive industry’s structure is tight oligopoly
with the average score of market concentration ratio (CR3) in 2007–2016 is 87,30%, and the average
score of MES in 2007–2016 is 71,34%; (3) The performance of the industry is “declining‟ with the
ROA average score of Indonesian automotive industry throughout 2007–2016 is 5,97 %; and (4) there
is a consistency element in the both research variables, which are structure and performance. It has
been proven qualitatively (CR3-ROA is 65,5% & MES-ROA is 67%) and quantitatively (CR3-MES-
ROA is 58,1%).

Keywords: Industrial Economy, Structure, Performance, Automotive Industry.

ABSTRAK

Melalui pendekatan Struktur dan Kinerja, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur
dan kinerja industri otomotif di Indonesia. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk menganalisis
secara komprehensif, baik data kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan metode campuran,
tetapi juga menjelaskan korelasi di antara mereka. Periode pada penelitian ini adalah 10 tahun mulai
2007 hingga 2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Struktur industri otomotif Indonesia adalah
oligopoli yang ketat dengan rata-rata nilai rasio konsentrasi pasar (CR3) pada tahun 2007-2016
adalah 87,30%, dan nilai rata-rata MES pada 2007–2016 adalah 71,34%; (3) Kinerja industri
“menurun” dengan skor rata-rata ROA industri otomotif Indonesia sepanjang 2007–2016 adalah
5,97%; dan (4) ada elemen konsistensi dalam kedua variabel penelitian, yaitu struktur dan kinerja. Ini
telah terbukti secara kualitatif (CR3-ROA adalah 65,5% & MES-ROA adalah 67%) dan secara
kuantitatif (CR3-MES-ROA adalah 58,1%).

Kata Kunci: Ekonomi Industri, Struktur, Kinerja, Industri Otomotif

PENDAHULUAN mengalami peningkatan secara terus menerus


adalah industri otomotif.
Sektor industri adalah sektor Tingginya pekembangan industri
penyumbang ekonomi nasional yang terbesar otomotif telah menarik pemain-pemain baru
saat ini. Sektor ini telah mengalami banyak dalam industri otomotif yang menyebabkan
kemajuan yang dilihat dari bertambahnya meningkatnya jumlah pemain dan brand mobil
jumlah pemain dan persaingan yang ketat di Indonesia. Besarnya jumlah pemain dalam
diantara perusahaan-perusahaan industri industri ini, seharusnya meningkatkan
tersebut. Salah satu sektor industri yang telah persaingan antar perusahaan, namun ada
beberapa perusahaan yang mendominasi pasar

113
JRMB, Volume 13, No. 2, Desember 2018

tersebut yang menyebabkan struktur pasar dijelaskan dengan mudah atau sulitnya masuk
otomotif Indonesia berbentuk oligopoli. pasar terutama bagi pendatang baru. Keempat
Terlebih lagi pangsa pasar atau market share aspek strategis itu disebut sebagai elemen-
yang dimiliki Astra berjumlah lebih dari 50%, elemen struktur pasar oleh Kuncoro
sehingga menjadi hambatan yang cukup besar (2007:137).
bagi pendatang baru. Selain itu masih lemahnya
industri otomotif Indonesia di sektor komponen Kinerja
menjadi hambatan bagi perkembangan Industri
Otomotif. Kinerja pasar merupakan hasil-hasil atau
Karena merupakan salah satu industri prestasi yang muncul di dalam pasar sebagai
penyumbang ekonomi nasional dengan reaksi akibat terjadinya tindakan-tindakan para
peningkatan yang baik, maka perlu dipelajari pesaing pasar yang menjalankan sebagai
struktur pasar dan kinerja dari Industri ini agar strategi perusahaannya guna bersaing dan
dapat lebih berkembang dan bersaing dengan menguasai keadaan pasar. Rasio keuangan
baik. Maka, dalam mempelajari suatu industri berguna untuk mengidentifikasi beberapa
agar lebih memahaminya secara mendalam kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan
diperlukannya meninjau industri tersebut dalam (Keown et al, 2011:74). Menurut Brigham dan
berbagai aspek. Houston (2010:134) rasio likuiditas
Dengan meninjau permasalahan yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset
terjadi di Industri Kendaraan Indonesia dalam lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban
berbagai aspek diatas, maka pemahaman lancarnya. Rasio leverage yaitu rasio yang
mengenai industri ini akan semakin mendalam menunjukkan berapa banyak hutang yang
dan akan mempermudah dalam mempelajari digunakan untuk membiayai aset-aset
struktur pasar dan kinerja industri kendaraan perusahaan (Keown et al, 2011:83). Rasio
Indonesia. Dengan mempelajari struktur pasar profitabilitas adalah sekelompok rasio yang
dan kinerja maka dapat diketahui keadaan menunjukkan kombinasi dari pengaruh
industri kendaraan Indonesia saat ini. Melalui likuiditas, manajemen aset, dan utang pada
pendekatan Struktur-Kinerja, penelitian ini hasil operasi.
akan mempelajari struktur pasar dan kinerja
Industri Otomotif Indonesia serta akan Kerangka Pemikiran
memaparkan hubungan antar keduanya
Kerangka pemikian penelitian disajikan

KAJIAN LITERATUR pada gambar 1.

Struktur Pasar
METODE PENELITIAN
Menurut Kuncoro (2007:137), struktur
dalam konteks ekonomi merupakan sifat Metode yang digunakan pada penelitian
penawaran dan permintaan barang dan jasa ini yaitu metode penelitian campuran (mix
yang dipengaruhi oleh jenis barang yang method research) yang akan membahas: (1)
dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi struktur pasar industri otomotif di Indonesia;
pembeli, diferensiasi produk, serta mudah (2) kinerja perusahaan-perusahaan dalam
tidaknya masuk kedalam industri. Dalam industri otomotif Indonesia; dan (3) konsistensi
mengukur struktur pasar dapat digunakan aspek struktur dan kinerja pada industri otomotif
strategis sebagai berikut: (1)Derajat konsentrasi Indonesia. Variabel pada penelitian ini adalah
penjual, digambarkan dengan jumlah dan struktur dan kinerja industri otomotif di
distribusi penjual dalam pasar; (2)Derajat Indonesia.
konsentrasi pembeli, digambarkan dengan Indikator struktur terdiri dari jumlah
jumlah dan distribusi pembeli dalam pasar; (3) pembeli, jumlah penjual, diferensiasi produk
Derajat differensiasi produk, jumlah output dari dan hambatan untuk masuk pasar. Lalu struktur
berbagai penjual yang sulit dibedakan oleh pasar akan ditentukan dengan melihat hasil
pembeli; (4)Kondisi masuk pasar yang dapat perhitungan rasio konsentrasi (CRn) dan
hambatan masuk (barrier to entry) industri

114
Struktur dan Kinerja Industri .…………..…….................….………………………….….(Rachmawati & Rismayani)

telekomunikasi Indonesia. Sedangkan indikator rangka menguji model diatas dilakukan


kinerja dilihat dari rasio profitabilitas, rasio menggunakan software IBM SPSS Statistic
leverage dan rasio likuiditas. versi 21. Lalu uji konsistensi secara kualitatif
Lalu konsistensi struktur-kinerja dianalisis dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai
secara kuantitatif menggunakan analisis masing-masing indikator dibandingkan dengan
korelasi sederhana (bivariate correlation tahun sebelumnya, apakah mengalami
analysis) yang akan menjelaskan hubungan kenaikan atau penurunan. Kemudian kenaikan
antara variabel X dan variabel Y. Korelasi dan penurunan pada indikator tersebut akan
sederhana adalah korelasi antara dua variable, diuji kembali dengan indikator pada variabel
yaitu variable terikat (dependent) dan bebas lain, apakah menghasilkan hubungan positif
(independent). Variabel struktur akan dihitung atau negatif. Tabel 1 berikut menyajikan hasil
berdasarkan nilai CR3 dan MES. Lalu variabel uji konsistensi kualitatif antar variabel struktur
kinerja sebagai variabel terikat dihitung dan kinerja.
berdasarkan ROA. Pengolahan data dalam

Structure
Seller (Supply) Descriptive
Demand Buyer (Demand) Approach
Emerging Industry Key Factor for

Product
Basic Condition

Differentiation
Barrier to Entry Corporate Strategy
Success (KSF)

Vision, Mission,
Conduct and Strategy
Supply
Objective
Government Role

Emergent Strategy

Performance

Public Policy Profitability Ratio Perspective


Leverage Ratio Approach

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


Sumber: Diadaptasi dari Rismayani dan Pramudiana (2017:113), dan Novi et al (2015))

Tabel 1 Uji Konsistensi Kualitatif


Variabel Indikator Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 %
Struktur
CR3
MES
Kinerja
ROA

Uji Konsistensi Kualitatif Antar Variabel

Struktur-Kinerja
CR3-ROA
MES-ROA

Sumber : Diadaptasi dari Rismayani dan Pramudiaan (2013:51)

115
JRMB, Volume 13, No. 2, Desember 2018

PEMBAHASAN Indonesia, Indo kordsa, Gajah Tunggal, dan


Multistrada Arah Sarana); dan 3) Industri
Struktur Penjual Sparepart (Indosprings, Multi Prima Sejahtera,
Prima Alloy, Nipress, Selamat Sempurna, Astra
Awal mula tahun 1980, Indonesia hanya Otoparts, dan Garuda Metalindo).
memiliki satu perusahaan otomotif yang IPO di Industri Otomotif, hanya memiliki 3
Bursa Efek Indonesia. Namun, jumlah tersebut perusahaan yang menguasai pasar yaitu Astra
semakin berkembang dimulai dari tahun 1990, Internasional dengan besar pasar rata-rata 71%
hingga pada tahun 2016, industri otomotif di dari total penjualan Industri yang dapat dilihat
Indonesia memiliki 14 pemain. Pemain tersebut dari tabel 2. Kemudian disusul oleh Gajah
terbagi kedalam 3 industri yaitu: 1) Industri tunggal sebesar 7% dan Indomobil 9%.
Kendaraan (Astra International, Indomobil, dan
Bintang oto Global); 2) Industri Ban (Goodyear
Tabel 2
Perhitungan Rasio Kosentrasi Industri Otomotif

Astra Gajah Tunggal Indomobil


Tahun CR3 (%)
International (%) (%) (%)
2007 71,14 8,92 6,81 86,87
2008 72,14 7,67 7,90 87,71
2009 72,44 8,07 7,05 87,56
2010 73,15 7,33 8,13 88,61
2011 72,82 6,98 9,37 89,17
2012 72,72 6,54 10,29 89,55
2013 70,78 6,22 10,12 87,11
2014 70,45 6,42 9,56 86,44
2015 68,44 7,02 9,80 85,27
2016 69,30 7,34 8,10 84,75
Sumber : Data Olahan penulis

Studi CR3 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Tipe I, dimana tipe ini merupakan oligopoli
perusahaan industri otomotif yang telah listing penuh atau tingkat konsentrasi tinggi. Pada tipe
di bursa efek memiliki tingkat konsentrasi yang I ini, tiga perusahaan terbesar menguasai sekitar
tinggi, yaitu berkisar 84,75%-89,17%, sehingga 87% dari total penawaran output ke suatu pasar
rata-rata CR3 pada periode 2006 sampai 2016 atau 8 perusahaan terbesar menguasai 99% total
sekitar 87,30%. Bila merujuk pada Bain (1954) penawaran output.
dalam Rismayani dan Pramudiana (2013:23),
Industri Otomotif Indonesia termasuk kedalam
Pembeli
2000
258,7
1500 1620
248,8 252,2
245,4
1000 1230 1210 255,5
242 1120
237,6 1010
228,5 890
500 231,4 760
225,6 610
430 490
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah Penduduk Indonesia (juta jiwa)


Jumlah Penjualan Industri Otomotif (ribu Unit)

Gambar 2. Penjualan Mobil dan Jumlah Penduduk


Sumber : Badan Pusat Statistik

116
Struktur dan Kinerja Industri .…………..…….................….………………………….….(Rachmawati & Rismayani)

Konsumsi kendaraan pribadi Indonesia Motor. Karakteristik produk ban dikategorikan


terus mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar berdasarkan jenis kendaraan dan struktur ban.
19% pertahunnya, yaitu dari tahun 2007-2016. Berdasarkan jenis kendaraan yaitu ban mobil
Namun bila dilihat dari penjualan mobil per- penumpang, ban mobil balap, ban industri, ban
unit, maka terjadi peningkatan secara terus truk ringan, ban pertanian, ban motor, ban truk
menerus pada perbandingan pembelian mobil dan bis, ban off-road, dan ban pesawat.
akhir 2016 yaitu setiap 160 orang akan membeli Sedangkan berdasar strukturnya, ban dibagi
satu unit kendaraan, bila dibandingkan dengan menjadi ban bias dan radial. Untuk produk
tahun 2007 dimana penjualan mobil terjadi komponen dibagi menjadi 3 kategori utama,
pada setiap 525 orang per-unit. yaitu tier 1 merupakan sektor komponen inti
Penjualan pada industri otomotif dalam berupa platform, sedangkan tier 2 adalah
produk ban dan komponen memiliki komponen pelengkap berupa power train dan
keterkaitan dengan penjualan kendaraan. tier 3 merupakan komponen tambahan berupa
Terdapat tiga sasaran penjualan, yaitu melalui electrical dan interior/eksterior.
ekspor, after market atau market replacement, Hambatan masuk suatu industri dapat
dan satu lagi adalah Original Equipment dilihat dari besarnya nilai MES (Minimum
Manufacturer atau disingkat OEM. OEM ini Efficiency of Scale). Nilai ini didapat dari rata-
dimaksud dengan perusahaan yang rata output perusahaan terbesar yang
memproduksi produk ban yang kemudian menghasilkan 50% output industri (minimal
digunakan untuk memasok langsung ke dua perusahaan yaitu Astra Internasional dan
perusahaan perakitan kendaraan bermotor Indomobil yaitu 87,30% dari total industri
untuk dirakit menjadi kendaraan. Sedangkan otomotif) dibandingkan dengan total output
after market atau Replacement Market (REM) industri otomotif. Menurut Comanor dan
merupakan penjualan yang berhubungan Wilson (1976) nilai MES yang lebih besar dari
dengan konsumsi setelah pembelian produk 10,00% menggambarkan hambatan masuk
kendaraan, atau merupakan pembelian secara yang tinggi pada suatu industri (Rismayani dan
pribadi oleh masyarakat. Pramudiana, 2013:22). Tabel 3 menunjukkan
hasil perhitungan MES pada industri otomotif
Differensiasi Produk Indonesia yang mencapai angka 80,05%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa hambatan
Produk industri otomotif terbagi menjadi masuk pada industri tergolong sangat tinggi.
3 segmen yaitu kendaraan, ban dan komponen
otomotif. Karakteristik produk kendaraan
dibagi menjadi 6 jenis kategori, yaitu Sedan, Hambatan Masuk
Jeep 4x2, Jeep 4x4, Bis, Pick Up, dan Sepeda

Tabel 3
Perhitungan MES Industri Otomotif

Astra Gajah Indomobil Jumlah Output Rata-


International Tunggal (dalam Industri MES Rata
Tahun
(dalam miliar (dalam miliar miliar (dalam miliar (%) MES
rupiah) rupiah) rupiah) rupiah) (%)
2007 53.119 6.660 5.084 74.665 77,95
2008 74.893 7.963 8.197 103.814 80,04
2009 71.271 7.936 6.940 98.384 79,50
2010 98.403 9.854 10.935 134.514 81,28
2011 123.520 11.841 15.892 169.632 82,18
80,05
2012 139.845 12.579 19.781 192.300 83,01
2013 140.608 12.352 20.095 198.661 80,89
2014 143.332 13.070 19.458 203.441 80,02
2015 126.381 12.970 18.100 184.655 78,24
2016 128.705 13.634 15.050 185.720 77,40
Sumber : Data Olahan penulis

117
JRMB, Volume 13, No. 2, Desember 2018

Tingginya nilai MES bisa menjadi saat ini masih diperkirakan mengalami kondisi
kendala masuknya perusahaan baru ke pasar yang baik bila melihat adanya peningkatan
industri semen Indonesia. Hambatan pendatang dengan keberadaan pemain baru pada tahun
baru tidak hanya berasal dari rintangan endogen 2013 dan 2014. Kedepannya kondisi pasar
tapi juga hambatan eksogen ada kebutuhan otomotif tidak dapat diprediksi karena PDB,
modal yang tinggi; skala ekonomi minimum peran Pemerintah, tren otomotif masih menjadi
yang besar; kekuatan pengendalian sumber faktor penentu untuk meningkatkan volume
daya strategis; dan struktur biaya tinggi dari penjualan.
energi dan transportasi. Namun, pasar otomotif

Kinerja

300,00

250,00

200,00

150,00

100,00

50,00

0,00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-50,00

Rasio lancar Rasio Hutang Rata-rata ROA Rata-rata ROE Rata-rata

Gambar 3. Kinerja Industri Otomotif


Sumber: data olahan penulis

Bila dilihat dari Industri Otomotif pergerakan penurunan yang terlihat stabil, hal
Indonesia secara keseluruhan, pergerakan ratio ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
keuangan industri otomotif Indonesia tingkat hutang untuk pendanaan asset secara
cenderung stabil seperti gambar di atas. perlahan. Pada rasio profitabilitas terjadi
Kenaikan pada rasio lancar (current ratio) dari penurunan efisiensi industri untuk
tahun ke tahun mengindikasikan kemampuan mendapatkan laba dari pendapatan terkait
perusahaan-perusahaan dalam industri untuk penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan ROA
membayar utang lancar dengan aset lancarnya dan ROE.
bergerak naik. Pada rasio hutang terlihat

118
Struktur dan Kinerja Industri .…………..…….................….………………………….….(Rachmawati & Rismayani)

2007 2016

Rasio lancar
800
600
400
200
0
-200
ROE Rata-rata -400 Rasio Hutang Rata-rata

ROA Rata-rata

Gambar 4. Perbandingan Kinerja Industri Otomotif 2007 dan 2016


Sumber: data olahan penulis

Gambar radar chart di atas menunjukkan kemampuan industri otomotif dalam membayar
perbandingan indikator rasio keuangan industri hutang lancarnya beserta pelunasannya yang
otomotif Indonesia pada tahun 2007 dan 2016. menggunakan asset lancar.
Secara keseluruhan, kinerja keuangan industri
otomotif Indonesia mengalami penurunan dari
tahun 2007 hingga 2016. Rasio hutang (debt to Hubungan Struktur-Kinerja
total assets) dan rasio profitabilitas (return on
assets dan return on equity) mengalami Uji konsistensi secara kualitatif dapat dilakukan
penurunan dari tahun 2007 hingga 2016. Hal ini dengan cara memperhatikan nilai masing-
mengindikasikan bahwa terjadi menurunnya masing indikator dibandingkan dengan tahun
tingkat hutang untuk pendanaan asset dan sebelumnya, apakah mengalami kenaikan atau
terjadi penurunan efisiensi perusahaan untuk penurunan. Kemudian kenaikan dan penurunan
mendapatkan laba dari pendapatan terkait pada indikator tersebut akan diuji kembali
penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan ROA dengan indikator pada variabel lain, apakah
dan ROE. Namun terjadi kenaikan pada rasio menghasilkan hubungan positif atau negatif
lancar. Hal ini mengindikasikan bertambahnya (Rismayani dan Pramudiana, 2013:197).

Tabel 4.
Konsistensi Struktur Kinerja Kualitatif Industri Otomotif
Variabel
dan Tahun
Indikator
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 %
Struktur
CR3 - Naik Naik Naik Naik Naik Turun Turun Turun Turun 65,50
MES - Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Turun Naik 71,3
Kinerja
ROA - Turun Turun Naik Naik Turun Turun Turun Turun Turun 65,50

Uji Konsistensi Kualitatif Antar Variabel


Struktur-Kinerja
CR3-
- Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif 65,50
ROA
MES-
- Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif 67,00
ROA

Sumber: data olahan penulis

Hasil pengujian dikatakan terdapat hubungan variabel struktur dan kinerja Dapat dilihat pada
yang signifikan jika angka mencapai lebih dari tabel 4. Sementara itu, dari tabel 5 dapat terlihat
50%. Hasil uji konsistensi kualitatif antar bahwa variabel struktur (CR3, MES) dan
119
JRMB, Volume 13, No. 2, Desember 2018

kinerja (ROA) menunjukkan hubungan yang dengan indikator MES dan ROA menunjukkan
signifikan pada indikator CR3 dengan ROA, hubungan yang signifikan, dengan hasil sebesar
dengan hasil sebesar 65,5%. Begitu pula
67,0%.

Tabel 5.
Hasil Uji F

Change Statistics
Std. Error
Mod R Adjusted R
R of the
el Square Square R Square F Change df1 df2 Sig. F
Estimate
Change Change

1 .821a .674 .581 2.13706 .674 7.240 2 7 .020

a. Predictors: (Constant), CR3, MES

Koefisien korelasi berganda (R) antara KESIMPULAN DAN SARAN


CR3 (X1), MES (X2), dengan ROA (Y) sebesar
0,674 tergolong kuat. Koefisien korelasi Kesimpulan
mempunyai harga -1 hingga +1 (bergerak dari
nol hingga 1dan memiliki nilai positif atau Bedasarkan hasil penelitian dan
negatif). Semakin mendekati nilai 1 maka pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
semakin besar atau kuat hubungan antar berikut: Pertama, struktur Industri otomotif
variabel atau dikatakan sempurna apabila = 1. Indonesia adalah oligopoli ketat (tight
Namun sebaliknya, bila angka semakin oligopoly) dengan karakteristik: memiliki 14
mendekati 0 maka semakin lemah atau kecil pemain; nilai rata-rata konsentrasi pasar (CR3)
hubungannya (Wijaya, 2009:81). Sedangkan 2007-2016 adalah 87,30%; jumlah pembeli
kontribusi variabel X1 dan X2, secara bersama- terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
sama terhadap Y menunjukkan angka sebesar konsumsi masyarakat, dari tahun 2007-2016;
58,1%. Sedangkan 41,9% lainnya ditentukan produk heterogen dengan tiga segmen sub
oleh faktor lain diluar variabel X1 dan X2. industri, yaitu kendaraan, ban dan spareparts;
Tingkat keberartian koefisiensi korelasi ganda dengan rata-rata nilai MES 2007-2016 adalah
diuji dengan uji F dengan tingkat signifikansi 71,34%, artinya hambatan masuk tergolong
sebesar 0,05 diperoleh : F hitung = 7,240 > F tinggi.
tabel = 4,74. Maka H1 diterima, artinya secara Kedua, kenaikan pada rasio lancar
simultan terdapat hubungan antara CR3 (X1) (current ratio) dari tahun ke tahun
dan MES (X2), dengan ROA (Y). Pengujian mengindikasikan kemampuan perusahaan-
hipotesis dengan melihat nilai p value perusahaan dalam industri untuk membayar
(significance F) sebesar 0,020 ≠ 0 maka H1 utang lancar dengan aset lancarnya bergerak
diterima. Artinya secara simultan terdapat naik. Pada rasio hutang terlihat pergerakan
hubungan antara CR3 (X1) dan MES (X2) penurunan yang terlihat stabil, hal ini
dengan ROA (Y). mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
Berdasarkan perhitungan secara kualitatif tingkat hutang untuk pendanaan asset secara
dan kuantitatif industri otomotif Indonesia, perlahan. Pada rasio profitabilitas terjadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat penurunan efisiensi industri untuk
hubungan antara CR3=MES (variabel struktur) mendapatkan laba dari pendapatan terkait
dengan ROA (variabel kinerja) dengan penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan ROA
kontribusi sebesar 58,1%. Sedangkan dan ROE.
hubungan indikator CR3 dengan ROA, Ketiga, konsistensi variabel struktur dan
memberikan hasil yang signifikan sebesar kinerja industri otomotif Indonesia,
65,5%. Begitu pula dengan indikator MES dan berdasarkan perhitungan secara kualitatif dan
ROA menunjukkan hubungan yang signifikan, kuantitatif dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan hasil sebesar 67,0%. terdapat hubungan antara CR3=MES (variabel
struktur) dengan ROA (variabel kinerja)
dengan kontribusi sebesar 58,1%. Sedangkan
hubungan indikator CR3 dengan ROA,
120
Struktur dan Kinerja Industri .…………..…….................….………………………….….(Rachmawati & Rismayani)

memberikan hasil yang signifikan sebesar spareparts, yang sebagian produknya masih
65,5%. Begitu pula dengan indikator MES dan bergantung pada impor.
ROA menunjukkan hubungan yang signifikan,
dengan hasil sebesar 67,0%.Sub Industri Bagi Pemerintah
KendaraanTerdapat hubungan sebab akibat 1. Selain membuat regulasi pembatasan impor
satu arah (kausalitas satu arah), yaitu volatilitas kendaraan dalam bentuk unit atau
indeks saham Kompas100 mempengaruhi Component Built up (CBU), pemerintah
pergerakan nilai tukar Rupiah per US Dollar juga harus mengurangi batas impor baik
pada lag 3. Sedangkan pergerakan nilai tukar berupa ban maupun sparepart, serta
Rupiah per US Dollar tidak mempengaruhi menekan peningkatan standar industri
volatilitas indeks saham Kompas100. komponen yang berujung pada peningkatan
teknologi.
Saran 2. Pemerintah sebaiknya segera melakukan
perencanaan program pembangunan dan
Adapun saran mengenai penelitian ini adalah regualsi terkait Stasiun Penyedia Listrik
sebagai berikut: Umum (SPLU) guna mempersiapkan
Bagi pelaku industri berjalannya program mobil listrik di
1. Perusahaan harus senantiasa memperhati- Indonesia. Selain itu guna menanggulangi
kan tren perubahan atau pergerakan struktur kemunduran industri sparepart dalam era
dari industri sebagai dasar untuk perumusan kendaraan listrik, maka pemerintah
strategi dalam rangka meningkatkan sebaiknya segera mengambil tindakan untuk
kinerjanya. menanggulanginya. Untuk industri ban
2. Perusahaan-perusahaan didalam industri sebaiknya pemerintah memberikan regulari
sebaiknya meninjau kembali produk apa terkait tren ban masa depan, agar industri
yang masih di impor dalam bentuk utuh dan ban Indonesia tetap dapat bersaing dengan
mencoba untuk membuat produk tersebut ban luar negeri.
guna memperluas pangsa pasar dan
memperkeil ketergantungan impor. Bagi Peneliti Selanjutnya
3. Perusahaan-perusahaan juga sebaiknya
segera melakukan peningkatan teknologi 1. Menambah indikator pada variabel
dan standar produk agar dapat mengurangi struktur dan kinerja
cost dan dapat lebih bersaing di ruang 2. Menambahkan variabel perilaku
lingkup yang lebih luas. Terlebih produk (Conduct) dengan melihat kaitannya
antara Struktur-Perilaku-Kinerja.

DAFTAR REFERENSI Industri Semen Indonesia. Bandung:


Alfabeta.
Rismayani, Risris dan Pramudiana, Yudi. 2013.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2010. Pemetaan Struktur, Perilaku dan Kinerja
Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Industri Semen Indonesia. Jurnal
Jakarta: Salemba Empat. Manajemen Indonesia, 12 (4): 258-264.
Keown, Arthur J dkk. 2011. Manajemen Wulansari, Novi Eka dkk. 2015. Study on
Keungan:Prinsip dan Penerapan. Structure and Performance of
Indonesia: PT Indeks.. Telecommunication Services Industry in
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Indonesia. Conference of Telecommuni-
Meraih Keunggulan Kompetitif. Indone- cation, Media and Internet Techno-
sia: Erlangga Economics (CTTE), 1-8.
Rismayani, Risris dan Pramudiana, Yudi. 2013.
Highlight Anatomi dan Dinamika

121

Anda mungkin juga menyukai