Anda di halaman 1dari 41

PANITIA PEMILIHAN KETUA RUKUN

TETANGGA.04/RW.XVII
Hari Sabtu, 31 Desember 2011
Di Balai Kelurahan Muktiharjo Kidul
Kota Semarang

Dasar : 1 Kesepakatan hasil rapat pertemuan rutin


pada Minggu tanggal 11 Desember 2011 di
tempat Bp. Sunowo perihal rencana
Pelaksanaan Pemilihan Ketua RT.04 Tahun
2011 pada hari Sabtu tanggal 31
Desember 2011;
2 Masa bhakti Ketua RT.04/RW.XVII selama 2
(dua) tahun ( 2010 s/d 2011 ) telah selesai.

DAFTAR NAMA NAMA CALON KETUA RT.04/RW.XVII PERIODE TAHUN


2012 s/d 2013

1. Bp. NUROCHIM
2. Bp. ANANG RISDIANTO
3. Bp. ENDIK SUYUDI
4. Bp. MS. RUSTAM EFENDI
5. Bp. AHMAD SALIM
6. Bp. NURUL YAQIN
7. Bp. DIAH NOVI ADRIANTO, SH
8. Bp. DIMAS SATRIYO WEDANA
9. Bp. AGUS FAJARJANTO
10. Bp. RIYANTO
11. Bp. AGUS SUGIYANTO
PERSYARATAN /TATA TERTIB
PEMILIHAN KETUA RT.04

1. Pelaksanaan Pemilihan Ketua RT akan dilaksanakan pada


hari Sabtu tanggal 31 Desember 2011 pukul 19.30 wib
bertempat di Balai Kelurahan Muktiharjo Kidul Kelurahan
Muktiharjo Kidul Kota Semarang;

2. Umur/usia 17 tahun pada bulan Desember 2011(bagi


pemilih remaja putra/putri);

3. Jumlah pemilih di RT.04 kurang lebih 77 (tujuh puluh


tujuh) orang;

4. Warga yang berstatus kontrak tidak dapat dipilih menjadi


Ketua RT, tetapi mempunyai hak memilih dan menjadi
Pengurus RT;

5. Sesuai kesepakatan, untuk Bp. Gempur Hadiono tidak


dapat dipilih menjadi Ketua RT, karena sudah pernah
menjabat sebagai Ketua RW.XVII;

6. Pada Pelaksanaan Penghitungan Suara, calon yang


ditetapkan tidak/ berhalangan hadir, tetapi mendapat
jumlah terbanyak, maka tetap menjadi /menjabat Ketua
RT terpilih;

7. Penunjukan Pengurus RT, PKK, Dasa Wisma dan lain lain


menjadi hak preogratif RT terpilih;
8. Menandatangani Berita Acara serah terima pengurus RT
terpilih.
9. Amanah menjadi Ketua RT.04 agar dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab, hingga selesai (2 tahun);
TEKNIS PEMUNGUTAN SUARA
PEMILIHAN KETUA RT04/RW.XV11

1. DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KETUA RT, PEMILIH


MENERIMA AMPLOP BERISI NAMA CALON KETUA RT.04 DARI
ANGKA 1 s/d 11 YANG DIBERIKAN DENGAN CARA DARI RUMAH
KERUMAH (DOOR TO DOOR) PADA SABTU SORE TANGGAL 31
DESEMBER 2011 OLEH PANITIA;

2. PEMILIH WAJIB MELINGKARI ATAU MENCENTANG SALAH SATU


NAMA CALON PADA NOMOR SESUAI HATI NURANI (YANG
PALING TOP MARKOTOP JOS GANDOS);

3. SETELAH SURAT SUARA DILINGKARI/DICENTANG, DILIPAT


DIMASUKKAN KE AMPLOP DAN DIMASUKKAN
KEKOTAK/TEMPAT SURAT SUARA YANG TELAH
DISEDIAKAN/DIBAWA PANITIA;

4. SURAT SUARA TIDAK SAH APABILA TIDAK BISA DIBACA,


KOSONG, TDK ADA STEMPEL RT DAN RUSAK.

Ketua Panitia Pemilihan Ketua RT.04

SUPRIYADI
DAFTAR PEMILIH WARGA RT.04/RW.XVII
YANG MEMPUNYAI HAK PILIH

1. IBU INDAH RUKATI


2. SDR. IMAM BANU BRAMONO
3. SDR. ADHI PRAMONO

4. BP. RESTU DEWADJI


5. IBU. SRI SUSIATI

6. BP. NUROCHIM
7. IBU. SUMIYATI

8. IBU. SUGINI
9. BP. AGUS SUGIYANTO
10. IBU. SRI LESTARI
11. SDR. EKO BUDIYANTO

12. IBU SAMANI


13. SDRI. SRI
14. MBAH PUTRI SAMANI
15. BP. ANANG RISDIANTO
16. IBU. SRI RAHMAWATI

17. SDRI.YERI

18. BP. SUNOWO


19. IBU. ENY SUGIHATI
20. SDR.JOHAN CAHYA HATNOWO

21. BP. PARNO


22. IBU.SUGIYARTI
23. IBU. PUTRA
24. BP. SIGIT

25. BP. ALAMSYAH


26. IBU. HENI YUNIARTI
27. SDR. WISNU
28. SDRI. VIVI ANDRAINI
29. BP. ALI SUBANDI, SH
30. IBU. NUR HAMIDAH
31. SDRI.HANDINI UNGGUL P
32. SDRI. ULI

33. IBU. SRI SISWANTI


34. SDR. ANDRE BAYU PINANTAUAN
35. SDR. ARIS TRI YULIANTO

36. BP. BAMBANG DJOEHARTANTO ADI, SE, MM


37. IBU. WARIYAM
38. SDR. BAGUS JUVISAR ARDYANTO

39. BP. AGUS FADJARJANTO


40. IBU. AGUS FADJARJANTO

41. BP. DIMAS SATRIYO WEDANA


42. IBU. DIMAS SATRIYO W

43. BP. ANDRI


44. IBU. ANDRI

45. BP. SUYONO


46. IBU. NUR ISLAMIYATI
47. Sdri. LIA

48. BP. RIES SUGIYANTO


49. IBU. SUYATIMAH
50. SDRI. ANIS

51. BP. MS. RUSTAM EFENDI


52. IBU. CHOIRIYAH MACHROES

53. IBU. CHUSNUL CHOTIMAH


54. BP. NURUL YAQIN

55. BP. AHMAD SALIM


56. IBU. NOVI AINALYATI

57. BP. D. SUNARTO


58. IBU. SUPRIYATI

59. BP. ENDIK SUYUDI


60. IBU. HARY WIGIYANTI

61. BP. SUPRIYADI


62. IBU. DWI NURWULAN

63. BP. GEMPUR HADIONO


64. IBU. LILIK KASMINI
65. SDRI. RANI PUTRI PAMUNGKAS

66. BP. DIAH NOVI ADRIANTO, SH


67. IBU. DIAH NOVI ADRIANTO

68. BP. MASKUR


69. IBU. HANDAYANI
70. SDR. BAGUS KURNIA MUKTI
71. SDRI. IMA KURNIA SARI

72. BP. ARIEF YUSMANTO


73. IBU. WIDYASTUTI

74. BP. DIDIK APRIYANTO


75. IBU. DIDIK APRIYANTO

76. BP. RIYANTO


77. IBU. FAIZAH

KETUA PANITIA PEMILIHAN


KETUA RT.04

SUPRIYADI

BERITA ACARA
Serah terima Pengurus RT.04 RW.XVII Kelurahan Muktiharjo Kidul
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

Pada hari ini Sabtu tanggal 31 Desember 2011 pada pukul


19.30 bertempat di Balai Kelurahan Muktiharjo Kidul Kota Semarang telah
dilaksanakan Pemilihan Ketua RT.04. Pelaksanaan dimaksud diikuti oleh 10
(sepuluh) calon dari warga Rt.04 yang belum pernah menjabat ketua
RT.04 dengan hak pilih berjumlah 77 (tujuh puluh tujuh ). dengan hasil
sebagai berikut :

1. Perolehan suara terbanyak dimenangkan oleh.Bapak ................


...................dengan jumlah ............

2. Ketua RT.04 Terpilih Masa bhakti 2011 s/d 2012 yaitu


Bapak .........................

Dengan demikian Pengurus Rt.04 /RW.XVII yang lama masa bhakti 2010 s/d
2011 diserahterimakan kepada pengurus RT yang baru masa bhakti 2012
s/d 2013 dengan membawa sbb:

1. Buku Administrasi Kependudukan, Sosial,


2. Buku Administrasi Keuangan/Jps Rp. .........
3. Buku Administrasi Keuangan dari Bendahara berjumlah Rp.............. ;
4. Buku Administrasi PKK;
5. Buku Administrasi Keuangan dari Bendahara PKK berjumlah
Rp. .........
6. Buku Inventaris Barang.

Demikian Berita Acara serah terima tersebut dibuat untuk dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan/kesalahan, akan diadakan perbaikan seperlunya.

Dibuat : Di Semarang
Pada tanggal : 31 Desember
2011

PENGURUS RT baru
PENGURUS RT lama 2012 s/d 2013
2010 s/d 2011

SUPRIYADI ....................................

Saksi -saksi
1. Bp. Gempur H ............
Mengetahui
2. Bp. Ali Subandi,SH ...................... KETUA RW.XVII

HADI PRACOYO, M.Kes

DAFTAR NAMA PENGURUS RT.04 RW. XVII


Kelurahan Muktiharjo Kidul Kota Semarang
masa bhakti 2010 s/d 2012

PENASIHAT : Bp. RIES SUGIYANTO

1. KETUA : Bp. SUPRIYADI


2. SEKRETARIS : Bp. RESTU DEWADJI, SE
3. BENDAHARA : Bp. ALAMSYAH
4. SIE PEMBANGUNAN : 1. BP. GEMPUR HADIONO
2. Bp. D. SUNARTO
5. SIE KEAMANAN : 1. Bp. SOENOWO
2. Bp. TEMON
6. SIE SOSIAL : 1. Bp. MASKUR (SOS.
LUAR)
: 2. BP. EFENDI (SOS. DLM)
7. SIE JPS : Bp. SUYONO
8. SIE PENDIDIKAN,
PEMUDA & OLAH RAGA : 1. Bp. ALI SUBANDI, SH
2. Bp. TILUNG SUPRIYADI
9. SIE ARISAN : Bp. NUROCHIM
10.SIE UMUM : 1. Bp. R. BAMBANG D, SE,
MM
2. Bp. AHMAD SALIM
3. Bp. ENDIK SUYUDI
4. Bp. DANIEL ABDI
5. Bp. ARIEF YUSMANTO
6. BP. ANANG
7. Bp. DANIEL B
8. Bp. SUGIYONO
9. SELURUH REMAJA RT.04

Semarang, 2 Januari 2010

MENGETAHUI
KETUA RT.04/RW.XVII

SUPRIYADI
DAFTAR NAMA PENGURUS PKK RT.04 RW.XVII
Kelurahan Muktiharjo Kidul Kota Semarang
masa bhakti 2010 s/d 2012

PENASIHAT : Ibu. GEMPUR


PEMBINA : Ibu. D. SUNARTO

1. KETUA PKK : Ibu. SUPRIYADI


2. SEKRETARIS : Ibu. EFENDI
3. BENDAHARA : Ibu. RESTU
4. SIE USAHA : Ibu. ALI SUBANDI
5. SIE SOSIAL : Ibu. ALAMSYAH
6. SIE BALITA : Ibu. RIES SUGIYANTO
7. SIE INVENTARIS : 1. Ibu. INDAH
2. Ibu. SUNOWO
8. SIE KEROHANIAN : Ibu. NUROCHIM

9. KETUA DAWIS MELATI IV.1 : Ibu. SALIM


10. KETUA DAWIS MELATI IV.2 : Ibu. ENDIK

Semarang, 2 Januari 2010

MENGETAHUI
KETUA RT.04/RW.XVII

SUPRIYADI
5. PANITIA PEMILIHAN KETUA RT DALAM PELAKSANAANYA
AKAN MENERIMA SURAT SUARA PEMILIH DENGAN CARA
DARI RUMAH KERUMAH (DOOR TO DOOR) PADA SORE
HARI TANGGAL 31 DESEMBER 2009 ;

6. PEMILIH WAJIB MENULIS NAMA CALON SESUAI HATI


NURANI YANG SUDAH DISIAPKAN DIATAS KERTAS
BERSTEMPEL DAN DIMASUKKAN AMPLOP YANG TELAH
DISEDIAKAN OLEH PANITIA PEMILIHAN KETUA RT
(PANPEMTE);

7. SURAT SUARA SETELAH DITULIS AGAR DILIPAT DAN


DIMASUKKAN KETEMPAT YANG TELAH DISEDIAKAN
PANITIA (TIDAK BOLEH DICORAT CORET);

8. SURAT SUARA TIDAK SAH APABILA TIDAK BISA DIBACA,


KOSONG, SALAH MENGISI, TDK ADA STEMPEL RT.

KARTU SUARA
PEMILIHAN CALON KETUA RT.04
( MOHON DILINGKARI/ DICENTANG )

1. BAPAK NUROCHIM

2. BAPAK ANANG RISDIANTO

3. BAPAK MS.RUSTAM EFENDY

4. BAPAK AHMAD SALIM

5. BAPAK NURUL YAQIN

6. BAPAK ENDIK SUYUDI

7. BAPAK DIAH NOVI ADRIANTO, SH

8. BAPAK DIMAS SATRIYO WEDANA

9. BAPAK AGUS FAJARYANTO

10. BAPAK RIYANTO

11. BAPAK AGUS SUGIYANTO

SUSUNAN ACARA PERINGATAN TAHUN BARU


2012 DAN PEMILIHAN KETUA RT.04 PADA TANGGAL 31 DESEMBER
2011 BERTEMPAT DI BALAI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL
KOTA SEMARANG

1. PEMBUKAAN
2. DOA
3. SAMBUTAN BAPAK KETUA RT.04 SELAMA 2 TAHUN MENJADI
KETUA RT 04/RW.XVII(secara singkat)
4. SAMBUTAN SESEPUH RT.04
5. PEMBUKAAN KOTAK SUARA DISAKSIKAN SELURUH WARGA
6. MENGHITUNG JUMLAH PEMILIH DG KARTU SUARA YANG
SUDAH MASUK (Menyiapkan alat tulis dan karton)
7. MULAI MENGHITUNG PEROLEHAN SUARA DR MASING MASING
CALON KETUA RT DARI NOMOR 1 s/d 11.
8. MENGUMUMKAN HASIL PEROLEHAN SUARA
9. MENANDATANGANI BERITA ACARA SERAH TERIMA KETUA
RT.04 TERPILIH
10.MENYERAHKAN BUKU2 ADMINISTRASI KEPADA PENGURUS
RT.TERPILIH YAITU :
- KEPENDUDUKAN,
- SOSIAL,
- JPS,
- KEUANGAN DARI BENDAHARA,
- PKK, DASA WISMA,
- INVENTARISASI BARANG, DAN LAIN LAIN
11.SAMBUTAN BAPAK KETUA RT.04 TERPILIH
12.ISTIRAHAT
13.DILANJUTKAN PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN RT04 .
14.DOA PENUTUP
SURAT KEPUTUSAN
Nomor.001/SK-YMDM/VI/2013

Berdasarkan hasil keputusan Rapat Panitia Tamir Masjid Darul Mutaqin yang
dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Juli 2013 bertempat di serambi Masjid Daarul
Muttaqin pada pukul 20.30 s/d 22.00 WIB, dengan acara musyawarah rencana
pelaksanaan penerimaan, distribusi zakat fitrah 1434 H dan Pembentukan Panitia
Zakat Fitrah, dengan ini memutuskan bahwa susunan panitia zakat fitrah Tahun
1434 H/2013 M, adalah sebagai berikut :

No. NAMA KEDUDUKAN KETERANGAN

1. Restu Dewadji Ketua


2. H. Mulyanto Sekretaris
3. Sdri Winda Bendahara
4. Bp. Ahcmad Saichu, Penerima dan doa
Bp. Munawi,
Bp. H, Hartono,
Bp. Zainul,
Bp. Solichin
5. Sdr.Risky pendaftar
6. Bp. Suparmin, Asep Petugas ke Pokwil
7. Bp.Isbandi Penghubung
8. Bp. Soleh Transportasi
9. Bp. Suyono, Bp.Suparlan, Sdr.Aji Keamanan

Kepada seluruh panitia tersebut diatas memiliki kewajiban dan tanggung jawab
sebagai panitia zakat fitrah 1434 H di Masjid Darrul Muttaqin.
Surat Keputusan ini dibuat dengan sebenarnya serta penuh tanggung jawab
untuk kelancaran kegiatan zakat fitrah jama’ah Masjid Darul Mutaqin. Hal hal yang
menyangkut pelaksanaan teknis akan diatur pada rapat panitia kerja zakat
kemudian.

Demikian surat keputusan ini kami buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui

Sekretaris Ketua Yayasan

MUHAMAD SOLICHIN ACHMAD SAICHU


PENERIMAAN ZAKAT 1434 H/2013 M
MASJID DARUL MUTAQIN

NAMA KELUARGA :

JUMLAH ANGGOTA KELUARGA :

JENIS BARANG

NO JENIS ZIS
UANG (Rp) BERAS (Kg)

a. Zakat Fitrah

b. Zakat Mal

c. Sadaqah

d. Infaq

Jumlah …………………………

Semarang, 2013

Petugas Penerima, Yang menyerahkan,

…………………………. ………………………….
Yayasan Masjid Darrul Muttaqin
Jl. Sido Mukti Raya no.1 Kel. Muktiharjo kidul
Pedurungan Kota Semarang

Semarang, 27 juli 2013

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Majelis Taklim Darul Muttaqin dan Uswatun Hasanah

Di- tempat.

Perihal : Penerimaan dan Penyaluran Zakat.

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Panitia Ramadhan Masjid Darul Mutaqin memberitahukan dengan hormat


kepada Bapak/Ibu/Sdr.kaum Muslimin/muslimat, bahwa Panitia Zakat Fitrah mulai
tanggal 29 Juli s/d 5 Agustus 2013 siap melayani penerimaan zakat fitrah ,
fidyah, sadaqah dan zakat mal yang pada waktunya akan disalurkan kepada yang
berhak menerima. Kewajiban pembayaran zakat fitrah dibebankan kepada setiap
kaum muslimin/muslimat beserta anggota keluarga yang menjadi tanggungannya.
a. Adapun nilai rupiah zakat fitrah tahun 1434 H/2013 M :

- Rp. 25.000,-(dua puluh lima ribu) per jiwa/orang atau 2,5 kg beras
dengan asumsi nilai beras / kg Rp. 10.000,-.

b. Waktu Penerimaan zakat mulai tanggal :

- 29 Juli s/d 5 Agustus 2013 pukul 20.30 s/d 22.00 wib

c. Distribusi/penyaluran zakat tanggal

- 6 dan 7 Agustus 2013 pukul 16.00 s/d 22.00 wib.

Demikian informasi yang kami sampaikan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i, semoga


Allah Swt menerima amal ibadah kita, Amin

Wasalamualaikum Wr. Wb
Panitia zakat fitrah Ramadhan 1434 H/2013 M

Sekretaris Ketua

H. MULYANTO RESTU DEWADJI, SE


Nikah Itu Indah
Catatan Kecil Sebuah Pernikahan Islam

Semoga Allah menghimpun yang terserak dari keduanya,


memberkati mereka berdua,
dan kiranya Allah meningkatkan kualitas keturunan mereka.
Menjadikan pembuka pintu-pintu rahmat, sumber ilmu,
dan hikmah serta memberikan rasa aman bagi umat.
(Doa Rasulullah pada pernikahan Fatimah Azzahra dengan Ali bin Abi Tholib)

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan-pasangan kami, dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertakwa”
(QS Al Furqan:74)

Ya Allah tentramkanlah antara kedua mempelai iniseperti engkau tentramkan antara Nabi
Adam dan Hawa, Yusuf dan Zulaikha, junjungan kami Nabi Muhammad dab Khadijah (Al
Kubra)

“Ya Allah panjangkanlah umur kami, teguhkanlah iman kami, bagusi amal perbuatan kami,
lapangkan rizki kami, dekatkan kami menuju kebaikan, jauhkan kami dari keburukan,
kabulkan hajat kami yang mendatangkan ridho-Mu dan kebajikan. Semoga Allah
melimpahkan shalawat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat.” (Doa Walimatul Ursy)
Nikah Itu Indah………………….

“Diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, seupaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah jadikan bagimu
cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-bernar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berfikir.” (QS Ar-Rum:21)

Dalam  Hadist Tarmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda : “Tiga
golongan yang berhak ditolong oleh Allah, yakni pejuang di jalan Allah, mukatib (budak
yang membeli dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya dan orang menikah karena
mau menjauhkan dirinya  dari yang haram.”

Catatan Kecil Sebuah Pernikahan yang Islam

Pernikahan atau perkawinan dalam pandangan Islam bukan hanya merupakan bentuk
formalisasi hubungan suami istri atau pemenuhan kebutuhan fitrah insani semata, tetapi lebih
dari itu, merupakan amal ibadah yang disyariatkan. Meskipun upacara yang sakral itu tidak
bisa dipisahkan dari statusnya sebagai ibadah, namun dalam pelaksanaannya seringkali tampil
dalam tata cara yang berbeda-beda, bahkan cenderung didominasi adat istiadat setempat yang
merusak nilai ibadah itu sendiri.
Adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memahami seluruh aspek
peribadatan dalam Islam, khususnya dalam masalah pernikahan. Apa pula hikmah dan rahasia
dibaliknya serta bagaimana etika penyelenggaraan pernikahan itu, Insya Allah akan diberkati
Allah Azza Wa Jalla, disamping terbebas dari aktivitas yang menyimpang dari ajaran Islam.

Antara Ibadah dan Fitrah

Dikatakan sebagai fitrah karena secara jelas Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan
nikah sebagai perintah yang harus dilaksanakan seperti termaktub dalam Al-Quran dan
Sunah:
“Maka nikahilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah
seorang saja…” (QS. An Nisa: 3)
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-Mu yang telah menciptakanmu dan
menjadikan materi daripadanya dan daripada keduanya berkembang biak laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu saling meminta dengan
nama-Nya dan takutlah (akan memutuskan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah mengawasi
kamu”. (QS An Nisa:1)

Lebih tegas diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepada kaum muda yang sudah
memiliki kesiapan, hendaknya segera menikah tanpa harus banyak berfikir-fikir dan
menunggu-nuggu, karena nikah itu perbuatan yang mulia dan disukai oleh Al-Khaliq. Bahkan
beliau mengingatkan amal yang terpuji ini merupakan sebagian dari kesempurnaan
pelaksanaan Dien. Jadi barangsiapa yang belum menunaikan nikah berarti ia belum mampu
melaksanakan Dien secara sempurna, sabda Rasulullah SAW.
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah mampu menikah, hendaklah ia
nikah. Sesungguhnya dengan demikian akan lebih menundukkan pandangan mata dan lebih
leluasa menjaga kemaluannya. Barang siapa yang tidak sanggup, maka sebaiknya berpuasa
saja. Sesungguhnya ia akan menciptakan keseimbangan.” (HR. Muslim)
“Manakala seseorang telah beristri, telah menyempurnakan separuh Dien, maka
tekutlah kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lain”. (HR. Baihaqi)

Memang pernikahan merupakankebutuhan fitrah setiap insan yang tidak mungkin


dihindari. Seiring dengan kebutuhan biologis manusia, maka tumbuh pula dorongan
seksualnya. Jika hal tersebut tak tersalurkan pada hal yang benar, akan menimbulkan bencana
sosial maupun kemanusiaan. Karena itu Islam sebagai agama fitrah (QS 30:30) memberikan
jalan keluarnya secara sempurna.
Disamping aspek-aspek hidup yang lain. Islam tidak setuju terhadap sikap
membujang. Sebab ini melanggar fitrah kemanusiaan, Rasulullah pernah marah ketika
mendengar salah seorang sahabatnya berniat hendak membujang terus, demi alasan
membersihkan diri dari nafsu. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku ini menikahi wanita, barangsiapa yang tidak mengikuti sunnahku
maka ia bukan termasuk golonganku”.
Inilah bukti keselarasan antara ajaran Islam dengan tuntutan biologis atas fitrah
kemanusiaan. Islam memberi jawaban terhadap seluruh persoalan insani, tidak ada satu pun
yang luput dari perhatian Islam.
Tujuan Nikah

Sesungguhnya hubungan kasih saying antara pria dan wanita merupakan masalah
urgen yang harus ditata. Dan lembaga pernikahan merupakan aturan yang mesti dipatuhi oleh
setiap muslim. Pernikahan dalam Islam bukan sekedar sarana formalisasi kebutuhan biologis,
lebih dari itu adalah untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta upaya
melestarikan kekhalifahan manusia di muka bumi sebagai amanat suci dengan menurunkan
generasi yang sah, baik dan berkualitas dari rumah tangga yang tertata menurut syariat.
Rasulullah mencintai ummatnya yang berketurunan banyak :
“Nikahlah, perbanyaklah keturunan. Sebab di hari kiamat kelak aku akan
membanggakan kalian dari ummat-ummat yang lain”.
Pernikahan juga akan mengantarkan manusia pada ketentraman, suasana sejuk yang
membebaskan diri dari kegelisahan dan rasa gundah gulana, bila perkawinan itu dilandasi
syariat. Sebaliknya, rumah tangga akan dapat menjadi sumber api yang dapat merembet ke
aspek lain bila lepas dari landasan syar’i.
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum:21)
Jika demikian tujuan pernikahan, yakni keluarga sakinah dalam lindungan rahmat-
Nya, sudah barang tentu kita tak mungkin melepaskan diri dari tuntutan syari’at-Nya.
Di zaman yang sedang dilanda krisis moral seperti sekarang ini banyak kalangan
muda yang tidak punya keberanian untuk menikah, mereka takut mendayung bahtera rumah
tangga dengan segala beban resikonya, ditambah orang tua yang kebanyakan tidak mau
membantu anak-anaknya pada langkah-langkah awal memasuki jenjang pernikahan.
“Jika kamu mampu mengurus anak dan istri maka nikahlah, bila tidak maka jangan
buru-buru nikah, nanti kamu akan sengsara”, dmeikian ungkapan yang sering dilontarkan.
Padahal sang anak sudah meningkat dewasa demikian pula dengan emosi seksualitasnya.
Sesungguhnya terjadi kenyataan yang tidak sinkron. Satu pihak kita menekan anak-anak
muda untuk menunda perkawinan dengan alasan belum cukup umur, belum mampu
mengurus tetek bengek keluarga namun di pihak lain membiarkan mereka dipermainkan oleh
yang dahsyat lewat realita kultur yang penuh maksiat, lewat koran, televisi, film, pertunjukan
nyata, dan lain sebagainya.
Mampukah mereka bertahan, ataukah dibiarkan saja hingga menyerempet (atau
sudah) ke arah perbuatan zina? Sangat disesalkan bila mereka tidak berani menikah, yang
sesungguhnya itu merupakan ibadah, hanya karena takut menanggung resiko ekonomi, lalu
melampiaskannya dengan cara-cara yang tidak dianjurkan, yang justru mengeluarkan banyak
biaya disamping dosa besar. Allah SWT Yang Maha Pemurah menjanjikan bagi orang yang
mau menikah :
“Hendaklah kamu mengawinkan orang-orang yang sendirian (belum menikah)
diantaramu dan orang-orang yang shaleh diantara hamba yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberi kekayaan kepada mereka dengan
Karunia-Nya. Allah Maha Luas (Karunia)-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-
Nur:32)

ADAB WALIMAH
(Resepsi Pernikahan Islami)

Karena pernikahan itu merupakan ibadah maka Islam mengatur pelaksanaan atau tata
cara pernikahan dan walimah (resepsi pernikahan) dengan cara-cara yang tidak boleh
menyimpang dari nilai Islam.
Dalam Islam, walimah dianjurkan utnuk diselenggerakan, betapa pun dalam bentuk
yang amat sederhana, hal ini merupakan formalisasi dari pernikahan agar khalayak
mengetahui secara resmi pernikahan itu, dengan demikian secara sosial akan menghilangkan
hal-hal yang akan mengarah pada fitnah.
Hadits Rasulullah SAW :
Dari Anas ra. Berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengadakan
walimah untuk istrinya seperti beliau mengadakan walimah untuk Zaenab, beliau
menyembelih seekor kambing”. (HR. Bukhari-Muslim)
Adapun acara walimah yang Islami harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Bertujuan untuk melaksanakan ibadah.
Tidak dibenarkan menyelenggarakan walimah didasari kepentingan-kepentingan selain
mencari ridho Allah. Harus dijauhkan dari bentuk upacara yang mengandung syirik seperti
ada sesajian, atau sejenisnya yang terpengaruh budaya atau adat, juga harus menghindari
kecenderungan bersikap riya’, yakni memamerkan kemewahan, kekayaan, kecantikan dan
sejenisnya.
2. Menghindari kemaksiatan

Dalam Islam tidak dibenarkan sang pengantin dipertontonkan di depan umum. Adapun
kehadiran para tamu dimaksudkan agar turut memberikan ucapan selamat (doa) dan ikut
memeriahkan. Harus dihindari suasana campur baur antara undangan pria dan wanita, karena
ini tidak dibenarkan syari’at, Syariat melarang hubungan sosial dalam bentuk saling pandang,
kontak, bersentuhan antar lain jenis kecuali muhrimnya, dasar ini terambil dari firman Allah
dan hadits Rasulnya:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya serta
memelihara kemaluannya. Yang demikian ini adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahuai apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
3. Menghindari perbuatan mubadzir

Dalam acara walimah tidak dibenarkan adanya kemubadziran, pemborosan dalam biaya,
berlebihan dalam hidangan sehingga banyak makanan yang terbuang. Firman Allah :
“Sesungguhnya kemubadziran itu adalah saudaranya setan”.
4. Harus mengundang kaum fakir miskin

Rasulullah SAW bersabda :


“Makanan yang paling buruk adalah  makanan dalam walimah, dimana orang-orang kaya
diundang makan sedangkan orang-orang miskin tidak diundang”. (HR. Bukhari – Baihaqi).

Apabila sebuah pernikahan dan walimah diselenggarakan dengan tatacara demikian,


Insya Allah keberkahan ibadah dalam acara itu diperolehnya. Sebaliknya, akan rusak jika
jauh dari aturan yang ada.

NASIHAT UNTUK KEDUA MEMPELAI

Izinkanlah kami menyampaikan amanat, pertama kepada saudara yang harus memikul
wasiat Nabi pada haji Wada”
Saudaraku, pagi ini dengan nikmat dan inayah Allah SWT, Anda sampai pada saat
yang paling indah, paling bahagia, tetapi paling mendebarkan dalam kehidupan Anda. Saat
paling indah, sebab mulai pagi ini cinta tidak hanya berbentuk impian dan khayalan. Saat
yang paling bahagia, sebab akhirnya Anda berhasil mendampingi wanita yang Anda cintai
(Insya Allah). Saat yang paling mendebarkan sebab mulai saat ini Anda memikul amanah
Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.
Dahulu Anda adalah manusia bebas yang pergi sesuka Anda. Tatapi sejak pagi ini bial
Anda belum pulang juga sampai larut malam, di rumah ada seorang wanita yang tidak dapat
tidur, karena mencemaskan Anda. Kini, bila berhari-hari Anda tidak pulang tanpa berita, di
kamar Anda ada seorang wanita lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan
airmata. Dahulu bila Anda mendapat musibah, Anda hanya mendapat ucapan, ‘turut berduka
cita’ dari sahabat-sahabat Anda. Tetapi kini, seorang istri akan bersedia mengorbankan apa
saja agar meraih kembali kebahagiaan Anda. Sekarang Anda mempunyai kekasih yang
diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan Anda.
Saudara, wanita yang duduk disisi Anda bukanlah segumpal daging yang dapat Anda
kerat semena-mena, dan bukan pula budak belian yang dapat Anda perlakukan sewenang-
wenang. Ia adalah wanita yang dianugerahkan oleh Allah untuk membuat hidup Anda lebih
indah dan lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah yang akan Anda pertanggungjawabkan di
hadapan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu :
Al bagyu dan durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Turmudzi, Bukhori dan thabrani)
Al Bagyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat dzalim dan menganiaya orang
lain. Dan Al Bagyu yang paling dimurkai adalah berbuat dzalim kepada istri, menyakiti
hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikan dalam
mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama
Anda. Karena itu Rasulullah SAW mengukur tinggi rendahnya martabat laki-laki dari cara ia
bergaul dengan istrinya, Nabi yang mulia bersabda :
“Tidak akan memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan
merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”.
Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia. Dan Aisyah ra. Bercerita
bagaimana Rasulullah memuliakannya:
“Di rumah, kata Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan istrinya memasak, menyapu
lantai, memerah susu dan membersihkan pakaian. Dia memanggil istrinya dengan gelaran
yang baik”.
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, ada beberapa sahabat menemui Aisyah,
memintanya agar menceritakan perilaku rasulullah SAW, Aisyah sesaat tidak menjawab
permintaan itu. Airmatanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang ia berkata “Kaana
kullu amrihi ‘ajaba’ (Ahh …. perilakunya indah).

Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mempesona. Aisyah
kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia ditengah malam bangun dan meminta
izin kepada Aisyah untuk shalat malam.
“Izinkan aku beribadah kepada Rabbku,” ujar Rasulullah kepada Aisyah.
Bayangkan Saudara, sampai untuk shalat malam saja diperlukan izin istrinya. Disitu
berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan, dan penghormatan.
Saudaraku, kalau saya harus menyimpulkan nasihat saya kepada Anda, saya ingin
mengucapkan: “Muliakanlah istri Anda begitu rupa sehingga kelak bila Allah menakdirkan
Anda meninggal lebih dahulu, lalu kami tanyai istri Anda tentang anda, ia akan menjawab
seperti Aisyah: “Ahh…. Semua perilakunya indah, menakjubkan.”

Saudaraku, dengan izin Anda perkenankanlah saya sekaran menyampaikan wasiat


Rasulullah SAW, kepada wanita disamping Anda:
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, aku
akan perintahkan para istri untuk bersujud pada suami mereka karena besarnya hak suami
yang dianugerahkan Allah atas mereka”.
Banyak istri yang menuntut agar suaminya membahagiakan mereka. Jarang
terpikirkan oleh mereka bagaimana ia membahagiakan suami. Padahal cinta kasih sayang
akan tumbuh dan subur dalam suasana ‘memberi’ bukan ‘mengambil’. Cinta adalah ‘sharing’
saling berbagi. Anda tidak akan memperoleh cinta kalau yang Anda tebarkan adalah
kebencian. Anda tidak akan memetik kasih sayang kalau yang Anda tanam adalah
kemarahan. Anda tidak akan meraih ketenangan bila yang Anda suburkan dendam dan
kekecewaan.
Saudariku, Anda boleh memberi apa saja yang Anda miliki. Tetapi, buat suami Anda,
tidak ada pemberian istri yang paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi
kesenangan dan penderitaan. Diluar rumah, suami Anda boleh jadi diguncangkan dengan
berbagai kesulitan. Di luar, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan-
ucapan kasar, dan pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika pulang ke rumah,
menemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut, dan berlindung dalam
keteduhan kasih sayang Anda (seperti cerita putri  saljunya Anderson). Suami Anda ingin
mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang terbit dari samudera
kasih sayang Anda.

Rasul yang mulia pernah berkata bahwa istri terbaik adalah:


“Istri yang paling baik adalah yang membahagiakanmu, saat kamu memandangnya,
yang mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan
hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”
Saudariku….
Rasul bersabda bahwa surga terletak dibawah telapak kaki kaum ibu, maka apakah
rumah tanggan yang Anda bangun hari ini akan menjadi surga atau neraka, bergantung
kepada Anda sebagai ibu rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga bila Anda
menghiasnya dengan kesabaran, kesetiaan dan kesucian. Allah SWT berfirman:
“Wahai-wanita ingatlah ayat-ayat Allah dan hikmah yang dbacakan dirumah-rumah
kami. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. 33:34)
Saudariku, kelak bila perahu rumah tangga Anda bertubrukan dengan kerikil tajam,
bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan
diguncangkan gempa cobaan, kami ingin melihat Anda tetap teguh di samping suami Anda.
Anda tetap tersenyum walaupun langit mendung. Pada saat seperti itu mungkin tidak ada
yang paling menyejukkan suami Anda selain melihat pemandangan yang mengharukan. Ia
bangun di malam hari, didapatinya Anda tidak ada disampingnya. Tetapi, ia dengan suara
yang dikenalnya betul.
Di atas sajadah dan di atas lantai yang dingin ia menyaksikan seorang wanita
bersujud. Suaranya bergetar. Ia memohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi
suaminya. Pada saat seperti itu suami Anda akan mengangkat tangannya ke langit, dan
dengan airmata yang menetes ia berdo’a :
“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menentramkan
hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang bertaqwa”.
Saudariku, pernah suatu saat Aisyah ra. Bercerita, alam setelah meninggalnya
Khadijah ra. :
“Hampir setiap kali Rasulullah SAW, akan keluar rumah, beliau menyebut nama
Khadijah seraya memujinya. Sehingga pada suatu hari, ketika beliau menyebutnya lagi,
timbul rasa cemburuku dan kukatakan padanya, “Bukankah ia hanya seorang wanita yang
sudah tua, sedang Allah telah memberi Anda pengganti yang lebih baik daripada dia?”
Mendengar itu rasulullah SAW kelihatan sangat marah, sehingga bagian depan
rambutnya bergetar karenanya. Lalu beliau berkata, “Tidak, demi Allah ! Aku tidak mendapat
pengganti yang lebih baik daripada dia ! Dia beriman keapdaku ketika orang-orang
mendustakanku. Dia membantuku dengan hartanya ketika tak seorangpun selain dia bersedia
memberiku sesuatu. Dan Allah telah menganugerahkan keturunan dari padanya, dan tidak
dari istri-istriku yang lain.” (Al Hadits)
Saudariku, seandainya ditakdirkan  Allah Anda meninggal lebih dahulu, lalu kami
menemui suami Anda, dan kami tawarkan pengganti Anda. Pada saat itu, suami Anda akan
bergetar marah, dan seperti Rasul yang mulia, ia berkata, “Demi Allah, tidak ada yang dapat
menggantikan dia. Dia yang memperkuat hatiku ketika aku hampir putus asa, dia
mempercayaiku ketika semua orang menjauhiku. Dia memberikan ketulusan hati ketika
semua orang mengkhianatiku”. Bila itu terjadi berbahagialah Anda, saudariku, karena
rasulullah SAW bersabda :

Motivasi menikah bukanlah semata untuk


memuaskan kebutuhan biologis/fisik. Menikah
merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT
sebagaimana diungkap dalam Alqur’an (QS. Ar
Rum:21), sehingga bernilai sakral dan signifikan.
Menikah juga merupakan perintah-Nya (QS. An-
Nur:32) yang berarti suatu aktifitas yang bernilai ibadah
dan merupakan Sunnah Rasul dalam kehidupan
sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadits :
”Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk
menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia
termasuk golonganku” (HR.At-Thabrani dan Al-
Baihaqi). Oleh karena nikah merupakan sunnah Rasul,
maka selayaknya proses menuju pernikahan, tata cara
(prosesi) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca
pernikahan harus mencontoh Rasul. Misalnya saat
hendak menentukan pasangan hidup hendaknya lebih
mengutamakan kriteria ad Dien (agama/akhlaq)
sebelum hal-hal lainnya (kecantikan/ketampanan,
keturunan, dan harta); dalam prosesi pernikahan
(walimatul ‘urusy) hendaknya juga dihindari hal-hal
yang berlebihan (mubadzir), tradisi yang menyimpang
(khurafat) dan kondisi bercampur baur (ikhtilath).
Kemudian dalam kehidupan berumah tangga pasca
pernikahan hendaknya berupaya membiasakan diri
dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan
Rasulullah saw.

Menikah merupakan upaya menjaga kehormatan dan


kesucian diri, artinya seorang yang telah menikah
semestinya lebih terjaga dari perangkap zina dan
mampu mengendalikan syahwatnya. Allah SWT akan
memberikan pertolong-an kepada mereka yang
mengambil langkah ini; “ Tiga golongan yang wajib
Aku (Allah) menolongnya, salah satunya adalah orang
yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.”
(HR. Tarmidzi)

Menikah juga merupakan tangga kedua setelah


pembentukan pribadi muslim (syahsiyah islamiyah)
dalam tahapan amal dakwah, artinya menjadikan
keluarga sebagai ladang beramal dalam rangka
membentuk keluarga muslim teladan (usrah islami)
yang diwarnai akhlak Islam dalam segala aktifitas dan
interaksi seluruh anggota keluarga, sehingga mampu
menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat
sekitarnya. Dengan adanya keluarga-keluarga muslim
pembawa rahmat diharapkan dapat terwujud
komunitas dan lingkungan masyarakat yang sejahtera.

2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)

Secara fisik suami isteri telah dihalalkan oleh Allah SWT


untuk saling terbuka saat jima’ (bersenggama), padahal
sebelum menikah hal itu adalah sesuatu yang
diharamkan. Maka hakikatnya keterbukaan itu pun
harus diwujudkan dalam interaksi kejiwaan (syu’ur),
pemikiran (fikrah), dan sikap (mauqif) serta tingkah
laku (suluk), sehingga masing-masing dapat secara utuh
mengenal hakikat kepribadian suami/isteri-nya dan
dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara
keduanya.

Hal itu dapat dicapai bila suami/isteri saling terbuka


dalam segala hal menyangkut perasaan dan keinginan,
ide dan pendapat, serta sifat dan kepribadian. Jangan
sampai terjadi seorang suami/isteri memendam
perasaan tidak enak kepada pasangannya karena
prasangka buruk, atau karena kelemahan/kesalahan
yang ada pada suami/isteri. Jika hal yang demikian
terjadi hal yang demikian, hendaknya suami/isteri
segera introspeksi (bermuhasabah) dan mengklarifikasi
penyebab masalah atas dasar cinta dan kasih sayang,
selanjutnya mencari solusi bersama untuk
penyelesaiannya. Namun apabila perasaan tidak enak
itu dibiarkan maka dapat menyebabkan interaksi
suami/isteri menjadi tidak sehat dan potensial menjadi
sumber konflik berkepanjangan.

3. Sikap toleran (Tasamuh)

Dua insan yang berbeda latar belakang sosial, budaya,


pendidikan, dan pengalaman hidup bersatu dalam
pernikahan, tentunya akan menimbulkan terjadinya
perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, memandang
suatu permasalahan, cara bersikap/bertindak, juga
selera (makanan, pakaian, dsb). Potensi perbedaan
tersebut apabila tidak disikapi dengan sikap toleran
(tasamuh) dapat menjadi sumber konflik/perdebatan.
Oleh karena itu masing-masing suami/isteri harus
mengenali dan menyadari kelemahan dan kelebihan
pasangannya, kemudian berusaha untuk memperbaiki
kelemahan yang ada dan memupuk kelebihannya.
Layaknya sebagai pakaian (seperti yang Allah sebutkan
dalam QS. Albaqarah:187), maka suami/isteri harus
mampu mem-percantik penampilan, artinya berusaha
memupuk kebaikan yang ada (capacity building); dan
menutup aurat artinya berupaya meminimalisir
kelemahan/kekurangan yang ada.

Prinsip “hunna libasullakum wa antum libasullahun


(QS. 2:187) antara suami dan isteri harus selalu
dipegang, karena pada hakikatnya suami/isteri telah
menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipandang
secara terpisah. Kebaikan apapun yang ada pada suami
merupakan kebaikan bagi isteri, begitu sebaliknya; dan
kekurangan/ kelemahan apapun yang ada pada suami
merupakan kekurangan/kelemahan bagi isteri, begitu
sebaliknya; sehingga muncul rasa tanggung jawab
bersama untuk memupuk kebaikan yang ada dan
memperbaiki kelemahan yang ada.

Sikap toleran juga menuntut adanya sikap mema’afkan,


yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al ‘Afwu
yaitu mema’afkan orang jika memang diminta, (2) As-
Shofhu yaitu mema’afkan orang lain walaupun tidak
diminta, dan (3) Al-Maghfirah yaitu memintakan
ampun pada Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan
rumah tangga, seringkali sikap ini belum menjadi
kebiasaan yang melekat, sehingga kesalahan-kesalahan
kecil dari pasangan suami/isteri kadangkala menjadi
awal konflik yang berlarut-larut. Tentu saja
“mema’afkan” bukan berarti “membiarkan” kesalahan
terus terjadi, tetapi mema’afkan berarti berusaha untuk
memberikan perbaikan dan peningkatan.

4. Komunikasi (Musyawarah)
Tersumbatnya saluran komunikasi suami-isteri atau
orang tua-anak dalam kehidupan rumah tangga akan
menjadi awal kehidupan rumah tangga yang tidak
harmonis. Komunikasi sangat penting, disamping akan
meningkatkan jalinan cinta kasih juga menghindari
terjadinya kesalahfahaman.

Kesibukan masing-masing jangan sampai membuat


komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak menjadi
terputus. Banyak saat/kesempatan yang bisa
dimanfaatkan, sehingga waktu pertemuan yang sedikit
bisa memberikan kesan yang baik dan mendalam yaitu
dengan cara memberikan perhatian (empati), kesediaan
untuk mendengar, dan memberikan respon berupa
jawaban atau alternatif solusi. Misalnya saat bersama
setelah menunaikan shalat berjama’ah, saat bersama
belajar, saat bersama makan malam, saat bersama
liburan (rihlah), dan saat-saat lain dalam interaksi
keseharian, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi
berupa surat, telephone, email, dsb.

Alqur’an dengan indah menggambarkan bagaimana


proses komunikasi itu berlangsung dalam keluarga
Ibrahim As sebagaimana dikisahkan dalam QS.As-
Shaaffaat:102, yaitu : “Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata; Hai anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab; Hai
Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”.

Ibrah yang dapat diambil dalam kisah tersebut adalah


adanya komunikasi yang timbal balik antara orang tua-
anak, Ibrahim mengutarakan dengan bahasa dialog
yaitu meminta pendapat pada Ismail bukan
menetapkan keputusan, adanya keyakinan kuat atas
kekuasaan Allah, adanya sikap tunduk/patuh atas
perintah Allah, dan adanya sikap pasrah dan tawakkal
kepada Allah; sehingga perintah yang berat dan tidak
logis tersebut dapat terlaksana dengan kehendak Allah
yang menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang
sehat dan besar.

5. Sabar dan Syukur

Allah SWT mengingatkan kita dalam Alqur’an surat At


Taghabun ayat 14: ”Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka. Dan jika kamu mema’afkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”

Peringatan Allah tersebut nyata dalam kehidupan


rumah tangga dimana sikap dan tindak tanduk
suami/istri dan anak-anak kadangkala menunjukkan
sikap seperti seorang musuh, misalnya dalam bentuk
menghalangi-halangi langkah dakwah walaupun tidak
secara langsung, tuntutan uang belanja yang nilainya di
luar kemampuan, menuntut perhatian dan waktu yang
lebih, prasangka buruk terhadap suami/isteri, tidak
merasa puas dengan pelayanan/nafkah yang diberikan
isteri/suami, anak-anak yang aktif dan senang membuat
keributan, permintaan anak yang berlebihan,
pendidikan dan pergaulan anak, dan sebagainya. Jika
hal-hal tersebut tidak dihadapi dengan kesabaran dan
keteguhan hati, bukan tidak mungkin akan membawa
pada jurang kehancuran rumah tangga.

Dengan kesadaran awal bahwa isteri dan anak-anak


dapat berpeluang menjadi musuh, maka sepatutnya kita
berbekal diri dengan kesabaran. Merupakan bagian dari
kesabaran adalah keridhaan kita menerima
kelemahan/kekurangan pasangan suami/isteri yang
memang diluar kesang-gupannya. Penerimaan terhadap
suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”, dia
dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah
dia yang harus kita terima secara utuh, begitupun
penerimaan kita kepada anak-anak dengan segala
potensi dan kecenderungannya. Ibaratnya kesabaran
dalam kehidupan rumah tangga merupakan hal yang
fundamental (asasi) untuk mencapai keberkahan,
sebagaimana ungkapan bijak berikut:“Pernikahan
adalah Fakultas Kesabaran dari Universitas
Kehidupan”. Mereka yang lulus dari Fakultas
Kesabaran akan meraih banyak keberkahan.

Syukur juga merupakan bagian yang tak dapat


dipisahkan dalam kehidupan berumah tangga.
Rasulullah mensinyalir bahwa banyak di antara
penghuni neraka adalah kaum wanita, disebabkan
mereka tidak bersyukur kepada suaminya.

Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih


payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas
keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan
dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam
meraih keberkahan; begitupun syukur terhadap
keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan
kecenderungannya, adalah modal masa depan yang
harus dipersiapkan.

Dalam keluarga harus dihidupkan semangat “memberi”


kebaikan, bukan semangat “menuntut” kebaikan,
sehingga akan terjadi surplus kebaikan. Inilah wujud
tambahnya kenikmatan dari Allah, sebagaimana
firmannya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).

Mensyukuri kehadiran keturunan sebagai karunia


Allah, harus diwujudkan dalam bentuk mendidik
mereka dengan pendidikan Rabbani sehingga menjadi
keturunan yang menyejukkan hati. Keturunan yang
mampu mengemban misi risalah dien ini untuk masa
mendatang, maka jangan pernah bosan untuk selalu
memanjatkan do’a:

Ya Rabb kami karuniakanlah kami isteri dan keturunan


yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami
pemimpin orang yang bertaqwa.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami anak-anak yang
sholeh.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau


keturunan yang baik.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau


keturunan yang Engkau Ridha-i.

Ya Rabb kami jadikanlah kami dan keturunan kami


orang yang mendirikan shalat.

Do’a diatas adalah ungkapan harapan para Nabi dan


Rasul tentang sifat-sifat (muwashshofat) ketuturunan
(dzurriyaat) yang diinginkan, sebagaimana diabadikan
Allah dalam Alqur’an (QS. Al-Furqon:74; QS. Ash-
Shaafaat:100 ; QS.Al-Imran:38; QS. Maryam: 5-6; dan QS.
Ibrahim:40). Pada intinya keturun-an yang diharapkan
adalah keturunan yang sedap dipandang mata (Qurrota
a’yun), yaitu keturunan yang memiliki sifat penciptaan
jasad yang sempurna (thoyyiba), ruhaniyah yang baik
(sholih), diridhai Allah karena misi risalah dien yang
diperjuangkannya (wali radhi), dan senantiasa dekat
dan bersama Allah (muqiimash-sholat).

Demikianlah hendaknya harapan kita terhadap anak,


agar mereka memiliki muwashofaat tersebut, disamping
upaya (ikhtiar) kita memilihkan guru/sekolah yang
baik, lingkungan yang sehat, makanan yang halal dan
baik (thoyyib), fasilitas yang memadai, keteladanan
dalam keseharian, dsb; hendaknya kita selalu
memanjatkan do’a tersebut.

6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)

Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti


merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih
harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah,
diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah
saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara
kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya,
dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik
terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi)

Sikap yang santun dan bijak dari seluruh anggota


keluarga dalam interaksi kehidupan berumah tangga
akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah.
Suasana yang demikian sangat penting untuk
perkembangan kejiwaan (maknawiyah) anak-anak dan
pengkondisian suasana untuk betah tinggal di rumah.

Ungkapan yang menyatakan “Baiti Jannati” (Rumahku


Syurgaku) bukan semata dapat diwujudkan dengan
lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan
tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara
suami-isteri dan orang tua-anak yang penuh santun dan
bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh
keakraban, kedamain, dan cinta kasih.

Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari


kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah
seseorang labil maka kecenderungannya ia akan
bersikap emosional dan marah-marah, sebab syetan
akan sangat mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu
Rasulullah saw mengingatkan secara berulang-ulang
agar jangan marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah
karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri
dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah
(ta’awudz billah), bila masih merasa marah hendaknya
berwudlu dan mendirikan shalat. Namun bila muncul
marah karena sebab orang lain, berusahalah tetap
menahan diri dan berilah ma’af, karena Allah menyukai
orang yang suka mema’afkan. Ingatlah, bila karena
sesuatu hal kita telanjur marah kepada
anak/isteri/suami, segeralah minta ma’af dan berbuat
baiklah sehingga kesan (atsar) buruk dari marah bisa
hilang. Sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat
tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun
bagi orang yang dimarahi.

7. Kuatnya hubungan dengan Allah (Quwwatu shilah


billah)
Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan
keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana
Allah tegaskan dalam QS. Ar-Ra’du:28. “Ketahuilah
dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang”.
Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga
sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati/ketenangan
jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq
billah). Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan
Allah, mustahil seseorang dapat mewujudkan tuntutan-
tuntutan besar dalam kehidupan rumah tangga.
Rasulullah saw sendiri selalu memanjatkan do’a agar
mendapatkan keteguhan hati: “Yaa muqollibal quluub
tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika” (wahai
yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku
untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam
menta’ati-Mu).

Keteguhan hati dapat diwujudkan dengan pendekatan


diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), sehingga ia
merasakan kebersamaan Allah dalam segala aktifitasnya
(ma’iyatullah) dan selalu merasa diawasi Allah dalam
segenap tindakannya (muraqobatullah). Perasaan
tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan dalam
lingkungan keluarga, melalui pembiasaan keluarga
untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap dan
dimutaba’ah bersama, seperti : tilawah, shalat tahajjud,
shaum, infaq, do’a, ma’tsurat, dll. Pembiasaan dalam
aktifitas tersebut dapat menjadi sarana menjalin
keakraban dan persaudaraan (ukhuwah) seluruh
anggota keluarga, dan yang penting dapat menjadi
sarana mencapai taqwa dimana Allah swt menjamin
orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana firman-Nya
dalam QS. Ath-Thalaaq: 2-3.

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan


mengadakan bagi-nya jalan keluar (solusi) dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-
sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupi (keperluan) nya.”

Wujud indahnya keberkahan keluarga


Keberkahan dari Allah akan muncul dalam bentuk
kebahagiaan hidup berumah tangga, baik kebahagiaan
di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia,
boleh jadi tidak selalu identik dengan kehidupan yang
mewah dengan rumah dan perabotan yang serba lux.
Hati yang selalu tenang (muthma’innah), fikiran dan
perasaan yang selalu nyaman adalah bentuk
kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan
materi/kemewahan.

Kebahagiaan hati akan semakin lengkap jika memang


bisa kita sempurnakan dengan 4 (empat) hal seperti
dinyatakan oleh Rasulullah, yaitu : (1) Isteri yang
sholihah, (2) Rumah yang luas, (3) Kendaraan yang
nyaman, dan (4) Tetangga yang baik.

Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas rumah yang luas


dan kendaraan yang nyaman tanpa harus memiliki,
misalnya di saat-saat rihlah, safar, silaturahmi, atau
menempati rumah dan kendaraan dinas. Paling tidak
keterbatasan ekonomi yang ada tidak sampai
mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, karena
pemilik hakiki adalah Allah swt yang telah
menyediakan syurga dengan segala kenikmatan yang
tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa,
dan menjadikan segala apa yang ada di dunia ini
sebagai cobaan.

Kebahagiaan yang lebih penting adalah kebahagiaan


hidup di akhirat, dalam wujud dijauhkannya kita dari
api neraka dan dimasukkannya kita dalam syurga.
Itulah hakikat sukses hidup di dunia ini, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. Al-Imran : 185

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan


sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan kedalam syurga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.”

Selanjutnya alangkah indahnya ketika Allah kemudian


memanggil dan memerintahkan kita bersama-sama
isteri/suami dan anak-anak untuk masuk kedalam
syurga; sebagaimana dikhabarkan Allah dengan firman-
Nya:

“Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-


isteri kamu digembirakan”. (QS, Az-Zukhruf:70)

“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu


mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami
hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan
mereka (di syurga), dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-
Thuur:21).
di 07.43

Antara 1 Muharam Dan Mistis 1 Syuro

diketahui bahwa 1 Muharram atau tahun baru Islam diambil


dari peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari Kota Makkah ke
Madinah, untuk menghindari jatuhnya korban oleh serangan
kaum musyrikin dan kafir Quraisy saat itu.

Peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari


Makkah ke Madinah juga disebabkan karena dakwah yang
dilakukan  Nabi SAW di Makkah pada saat itu banyak
mengalami tantangan dan ancaman dari kaum musyrikin dan
kafir Quraisy. 

Dakwah Rasulullah SAW yang dilaksanakan selama 12 tahun di


kota Makkah  tidak mendapat sambutan dari kaum kafir
Quraisy, bahkan sebaliknya mendapat ancaman, hinaan dan
terror dari kaum musyrikin dibawah pimpinan Abu Lahab yang
tidak lain adalah paman Nabi sendiri.

Untuk menghindari semakin banyaknya korban berjatuhan di


kalangan kaum muslimin maka Allah SWT memerintahkan
Rasulullah SAW untuk melaksanakan hijrah atau pindah dari
Makkah ke Madinah. 

Pelaksnaan hijrahpun tidak semudah apa yang dibayangkan,


banyak tantangan dan hambatan dari kaum kafir Quraisy. 
Namun dengan kewaspadaan yang tinggi Nabi Muhammad SAW
memerintahkan kepada kaum muslimin agar perjalanan ke
Madinah dilakukan secara rahasia, berpencar-pencar dan
melaui jalur arah selatan yang lebih jauh jaraknya tetapi lebih
aman dari kejaran kaum kafir Quraisy. Banyak juga kaum
muslimin yang melakukan perjalanan tersebut pada malam
hari.

Setelah melihat banyak kaum muslimin yang telah hijrah ke


Madinah, kaum musyrik dan kafir Makkah melihat bahwa
Rasulullah SAW telah ditinggalkan oleh sebagian besar
sahabatnya. Kemudian mereka berencana untuk membunuh
Nabi SAW, dengan mengirimkan satu pemuda pilihan dari tiap
Qabilah untuk melaksankan pembuhuhan tersebut.

Pada malam disaat Nabi Muhammad SAW akan melaksanakan


hijrah, para pemuda pilihan tersebut telah mengepung rumah
Nabi SAW. Ada 3 hal yang harus dilaksanakan Nabi SAW pada
malam itu yaitu : bagimana bisa keluar dari rumah dengan
kepungan para pemuda pilihan kaum kafir Quraisy, bagaimana
bisa melakukan perjalanan sampai ke Madinah, dan bagiaman
menghindari intaian kaum musyrik dan kafir Makkah saat
melakukan hijrah.

Pada malam itu sebelum Nabi SAW keluar dari rumah, beliau
meminta sahabatnya Ali Bin Abi Tholib Karromallohu wajhah
untuk menempati tempat tidur Nabi SAW serta menutup
tubuhnya dengan selimut Nabi SAW. Dan dengan kekuasaan
Allah SWT, para pemuda pilihan kafir Quraisy yang telah
bersiaga tersebut tertidur pulas semua sehingga Rasululloh
SAW dapat keluar dari rumah dengan selamat. 
Lalu Nabi menuju ke rumah sahabatnya yaitu Sayyidina Abu
Bakar Asshiddieq RA. Dari sana kurang lebih dua pertiga
malam, mereka berdua keluar menuju Gua Tsur. Disinilah
mereka berdua bersembunyi selama tiga hari, setelah itu baru
melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di Madinah, Nabi SAW
dan para sahabat Muhajirin mendapat sambutan hangat oleh
kaum Anshar (penduduk asli Madinah). 

Berpusat dari Madinah, agama Islam pun mengalami


perkembangan amat pesat. Dalam kurun waktu yang relatif
singkat yaitu kurang lebih 8 tahun Islam mulai bergema ke
seluruh penjuru dunia, berkembang meluas ke seluruh pelosok
permukaan bumi. 

Oleh karena itulah momentum peristiwa hijrah dijadikan titik


awal perkembangan Islam dan pembentukan masyarakat
madani yang dibangun oleh Rasulullah SAW.  Dan karena itu
tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin Khotob
menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun
baru Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriah,

Disisi lain bulan Suro, terutama pada malam tanggal 1 Suro di


beberapa wilayah Indonesia memiliki aura tersendiri,  malam
1 Suro dianggap malam yang bernuansa mistis.

Oleh karena itu sebagian masyarakat yang mempercayai


kemistisan tersebut melakukan berbagai ritual seperti 
memandikan benda pusaka seperti keris dan lain-lain, dilarang
keras melaksanakan pesta apalagi pernikahan, melaksanakan
tirakat dengan begadang semalam suntuk, melakukan kirab
malam 1 Suro, kirab Tumuruning Mahesa Suro, ritual Batara
Kathong Ponorogo, ritual Telaga Ngebel Ponorogo, dan ritual
lainnya.

Sebagian orang memahami bulan Suro sebagai bulan penuh


kesialan, itulah yang menyebabkan pada bulan tersebut
dilarang melakukan pesta khususnya pernikahan. 

Hal ini adalah keyakinan yang tidak memiliki dasar karena


bulan Suro atau bulan Muharram justru memiliki makna
sebaliknya.  Bulan Muharram memiliki arti kegembiraan,
dimana hal tersebut diartikan bahwa pada dasarnya bulan
Muharram atau Suro adalah sebuah bulan yang mendatangkan
kegembiraan bagi seluruh umat Islam.

Dalam persepsi Islam semua hari adalah baik dan tidak ada
waktu atau tanggal yang bisa membawa kesialan pada
manusia.  Jika muncul mitos menyesatkan tentang bulan Suro,
hal ini tidak lepas dari latar belakang sejarah jaman kerajaan
tempo dulu.  Pada bulan Suro sebagian keraton di Pulau Jawa
mengadakan ritual membersihkan pusaka keraton.

Ritual membersihkan pusaka keraton pada jaman dahulu


menjadi sebuah tradisi yang menyenangkan bagi masrakyat
yang masih haus akan hiburan. Sehingga dengan kekuatan
kharisma keraton dibuatlah stigma tentang angkernya bulan
Suro.

Sehingga jika di bulan Suro rakyat mengadakan hajatan


khususnya pesta pernikahan, bisa mengakibatkan sepinya
ritual yang diadakan keraton. Dampaknya akan mengurangi
legitimasi dan kewibawaan keraton, yang pada saat itu
merupakan sumber segala hukum. 

Mitos tentang keangkeran bulan Suro ini demikian kuat


dihembuskan, agar rakyat percaya dan tidak mengadakan
kegiatan yang bisa menganggu acara keraton. Sayangnya mitos
tersebut sampai saat ini masih demikian kuat dipegang oleh
sebagian orang. Sehingga ada sekelompok orang yang pada
bulan Suro tidak berani mengadakan sebuah aktivitas karena
dianggap bisa membawa sial. 

Biasanya tanggal 1 Suro adalah saat bulan purnama, dan bulan


purnama penuh dengan nuansa misteri, mungkin ini juga
merupakan hal yang dijadikan dasar kenapa malam 1 Suro
memiliki kekuatan mistis.

Keyakinan seperti seperti itu merupakan keyakinan tanpa


dasar dan hanya dilandasi pada kata orang tua dulu dan
perintah leluhur tanpa bisa menunjukkan dalil secara agama
maupun logika.

Bagi umat Islam seharusnya bulan Suro itu sama saja dengan
hari-hari lainnya, tidak ada pantangan untuk melaksanakan
perayaan apakah itu khitanan atau pernikahan.

Kita hendaknya meyakini kuasa Allah yang telah menjadikan


semua hari, tanggal, bulan dan tahun adalah baik. Yang perlu
dilakukan adalah bagaimana kita berbuat dan bertindak,
apakah sudah sesuai dengan ajaran agama, selama kita
melakukan hal kebaikan maka Insya Allah kapanpun hal itu
dilakukan maka akan memberi manfaat yang baik pula.
Demikianlah sedikit info mengenai Antara 1 Muharram dan
Mistis Malam 1 Suro semoga bermanfaat.

“Pemahaman ISO dan Seri ISO”. ISO (The International Organizatiotion


for Standardization) adalah suatu standar international yang
menjelaskan sistem manajemen mutu (SMM) dalam suatu organisasi,
yang apabila diimplementasikan pada sebuah organisasi dapat
meningkatkan kepercayaan pelanggan bahwa organisasi tersebut dapat
memenuhi permintaan pelanggan.

ISO adalah sebuah kata ISOS yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “sama”. (Menvin Syarizal, h. 4)*

Pada intinya, ISO bertujuan untuk mengharmonisasi standar-standar


nasional di masing-masing negara menjadi satu standar internasional
yang sama. ISO digunakan sebagai :

a. Fondasi dari kegiatan perbaikan yang kontinue untuk


kepuasan pelanggan
b. Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan.

c. Cara yang jelas dan sistematik dari manajemen mutu.

d. Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan dan


sistem.

e. Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan mutu.

f. Praktek manajemen yang lebih efisien dengan otoritas dan


tanggung jawab yang jelas terhadap orang yang berkaitan
dengan mutu proses dan produk.

g. Pedoman untuk melakukan segala sesuatu dengan benar di


setiap saat.
h. Cara untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu, dan
kemampuan berkompetensi dari perusahaan.

i. Persyaratan untuk melakukan bisnis internasional.

Sedangkan mengenai Seri ISO 9000, Ada berbagai macam seri dari ISO
9000 yang memiliki standar, pedoman, dan laporan yang terangkum di
dalamnya. Seri ISO 9001:2008 terdiri dari :

a. ISO 9001:2005, Pokok (landasan dasar) dan kosa kata.


b. ISO 9001:2008, Persyaratan standar SMM.

c. ISO 9004:2000, Petunjuk untuk meningkatkan performansi


Sistem Manajemen Mutu.

d. ISO 10005:1995, Panduan untuk rencana mutu..

e. ISO 10006:1997, Panduan untuk mutu dalam pengelolaan


proyek.

f. ISO 10007:1995, Panduan untuk manajemen konfigurasi.

g. ISO 10012:1992, Persyaratan pemastian untuk peralatan


ukur.

h. ISO 10013:1995, Panduan untuk pengembangan manual


mutu.

i. ISO 10014:1998, Panduan untuk mengelola ekonomi mutu.

j. ISO 10015, Panduan untuk pelatihan.

k. ISO 10017:1999, Panduan teknik statistik untuk ISO


9001:1994.

l. ISO 19011:2002, Panduan audit SMM dan SML.

Model proses ISO 900l:2008 tersebut terdiri dari :

1. Sistem Manajemen Mutu (Klausul 4 dari ISO 900l:2008).

2. Tanggung Jawab Manajemen (Klausul 5 dari ISO 9001 :2008).

3. Manajemen Sumber Daya (Klausul 6 dari ISO 900I : 2008).

4. Realisasi Produk (Klausul 7 dari ISO 9001:2008).

5. Analisis, Pengukuran, dan Peningkatan (Klausul 8 dari ISO 9001:2008)


Model proses sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dapat dijabarkan
sebagai berikut :

1. Suatu organisasi bila ingin berhasil mencapai tujuannya, harus


dimulai dengan suatu arah yang jelas dari top manajemen, tujuan
organisasi dinyatakan dalam visi dan misi yang dijabarkan dalam
kebijakan dan sasaran mutu.
2. Organisasi tergantung pada pelanggan, karena itu perusahaan
harus mengetahui keinginan pelanggan saat ini dan yang akan
datang.
3. Visi dan misi sebagai perencanaan strategis memerlukan
tersedianya sumber daya (manusia, peralatan, metode, dan
keuangan) untuk dapat merealisasikan persyaratan dan harapan
pelanggan.
4. Sumber daya harus dikelola untuk menghasilkan produk atau jasa
yang sesuai dengan persyaratan pelanggan.
5. Dengan adanya perencanaan strategis dan tersedianya sumber
daya yang mencukupi, maka dapat dilakukan proses realisasi
produk dan jasa yang mendapat masukan persyaratan dari
pelanggan.  Persyaratan – persyaratan tersebut telah diubah
menjadi urutan proses internal perusahaan yang harus
dikendalikan dengan memperhatikan keterkaitan dan
ketergantungan antar proses tersebut.

6. Produk atau jasa yang dihasilkan akan diterima oleh pelanggan.


Pada fase ini akan terjadi prosas pembanding antara harapan
pelanggan dengan produk atau jasa yang diterima yang akan
melahirkan kondisi puas atau tidak puas. Perusahaan harus
mengetahui harapan pelanggan (dilihat pada garis yang terputus-
putus)
7. Sebagai tindak lanjut dari pengukuran, kepuasan pelanggan,
efektivitas, dan efisiensi penerapan sistem manajemen, proses dan
produk perlu dilakukan analisa terhadap data tersebut. Hasil
analisa data harus ditindak lanjuti dengan suatu program
peningkatan
8. Program-program peningkatan akan menuntut arahan dan
tersedianya sumber daya. Hal ini berani dibutuhkannya kembali
komitmen dari pimpinan puncak untuk menjalankannya. Dengan
demikian proses perbaikan berkesinambungan terus berlanjut
tanpa  berhenti dengan tujuan akhir untuk memuaskan pelanggan.

secara garis besar persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO


9001 : 2008 terbagi dalam 8 pasal yaitu:
1. Ruang Lingkup
2. Acuan yang mengatur
3. Istilah dan Difinisi
4. Sistem manajemen mutu
5. Tanggung jawab manajemen
6. Manajemen Sumber Daya
7. Realisasi produk
8. Pengukuran, analisis dan perbaikan

Iso 9001:2015
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 tidak lama lagi akan direvisi menjadi
ISO 9001 versi tahun 2015.  Banyak perubahan yang dilakukan pada
ISO 9001:2015 bila dibandingkan dengan ISO 9001:2008. Perubahannya
juga terlihat sangat radikal sebagaimana yang telah Kami ulas
sebelumnya di artikel mengintip standar baru ISO 9001:2015. Ada 2
perubahan yang sangat mencolok:

1.Bila pada ISO 9001:2008 hanya ada 8 klausul, pada


ISO 9001:2015 akan ada 10 klausul. Ini terjadi
karena pengelompokkan klausul dilakukan lebih
spesifik dimana dibedakan mana klausul untuk
proses support (pendukung) dan mana klausul untuk
proses utama.
2.Adopsi standar manajemen resiko dimana pada ISO
9001:2015, mulai ditekankan masalah manajemen
resiko seperti bagaimana mengidentifikasi dan
mengendalikan resiko (risk)  dan juga peluang
(opportunities)

Ini tentu kabar gembira bagi seluruh organisasi yang selama ini telah
memanfaatkan sistem manajemen mutu ISO 9001 untuk
mengembangkan dan mengendalikan sistem manajemen organisasinya
karena standar ISO 9001:2015 dikembangkan lebih baik dan lebih ketat
(advance) dari versi-versi sebelumnya. Lalu kapan Standar ISO
9001:2015 akan diterbitkan? Pada Juni 2013, Komite yang bertugas
untuk merevisi ISO 9001 telah menerbitkan versi Comitte Draft ISO
9001:2015 untuk dikomentari secara umum.

Kemudian pada May 2014 lalu, Komite  telah menerbitkan versi Draft
International Standard (DIS) ISO 9001:2015 untuk dikomentari oleh
pihak yang berkepentingan sampai Oktober 2014. Semua komentar yang
masuk akan dianalisis oleh Komite dan pada Juli 2015 versi Final Draft
International Standard (FDIS) ISO 9001:2015 direncanakan akan
diterbitkan sebelum akhirnya pada  SEPTEMBER 2015, versi final
ISO 9001:2015 akan dipublikasikan. Bagaimana dengan
perusahaan yang terlanjur mengadopsi ISO 9001:2008?
Biasanya, ketika standar baru terbit, maka standar lama masih boleh
digunakan sampai 2 tahun sejak standar terbaru diterbitkan. Artinya,
Bila ISO 9001:2015 diterbitkan September 2015, maka ISO 9001:2008
masih boleh digunakan sampai September 2017 khususnya untuk
perusahaan yang baru menerapkan ISO 9001 sebelum September 2015.
Semua perusahaan yang mendaftar ISO 9001 setelah September 2015,
maka wajib langsung menerapkan ISO 9001:2015.

Anda mungkin juga menyukai