Anda di halaman 1dari 6

PENENTUAN KADAR IYODIUM DALAM KALIUM IODIDA

DENGAN TEKNIK PENGENCERAN ISOTOP

I. TUJUAN
1. Menggambarkan prinsip-prinsip metode pengenceran radioisotop
2. Menganalisis larutan yang tidak diketahui “unknown” dengan teknik pengenceran isotop
3. Mengaplikasikannya dalam prosedur-prosedur analisis

II. DASAR TEORI


Analisis pengenceran isotop adalah suatu teknik penentuan kuantitas substan
dengan membandingkan aktivitas jenis penanda sebelum dan sesudah pencampuran dengan
sampel. Pada prinsipnya adalah jika perunut radioaktif dicampurkan ke dalam senyawa yang
tidak mengandung radioaktif dan sejenis dengan perunutnya, maka aktivitas jenis perunut
radioaktif tersebut berkurang.
Ada tiga metode teknik pengenceran radioisotop,yaitu :
1. Analisis pengenceran Isotop secara langsung (API langsung) : sampel non radioaktif
diencerkan dengan perunut radioaktif.
2. Kebalikan (reverse) : yaitu bahan radioaktif diencerkan dengan bahan stabil
3. Pengenceran radioisotop rangkap : menggunkan 2 isotop radioaktif dari unsur radioaktif
yang sama.
Metode-metode ini mempunyai prinsip dasar sama, tetapi mempunyai perbedaan dalam
teknik, prosedur, dan penggunaannya. Biasanya ketiga metode ini digunakan dalam kondisi
yang berbeda.
Jika,
R’ = aktivitas (cps) dalam larutan Radioaktif yang digunakan untuk assay
m’ = massa larutan Radioaktif yang digunakan untuk assay
m = massa senyawa non radioaktif yang digunakan dalam essay
maka, aktivitas spesifik larutan radioaktif adalah S’ dengan rumus pada persamaan 1,
' R'
S = (1)
m'
Dan aktivitas spesifik dari senyawa yang diisolasi dalam bentuk murni (tidak aktif)
dari campuran adalah seperti yang dituangkan dalam persamaan 2.
R' R
S= '
= r (2)
(m +m) m r
Dalam hal ini ingin diketahui massa (m) sampel atau “unknown” untuk
mempermudah pengukuran kuantitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi persamaan
(1) dengan persamaan (2), seperti pada persamaan (3), (4), dan (5).
'
S' R ' /m' (m + m) m
= '
= =1+ (3)
S R ' /(m + m) m' m'

m S'
= −1 ( 4 )
m' S
Jadi :

m=m' ¿

III. ALAT & BAHAN


 Alat
1. Detektor Geiger Muller
2. Gelas beker
3. Corong
4. Kertas saring
5. Eppendorf
6. Dosimeter saku
7. Batang pengaduk
8. Gelas arloji
9. Sarung tangan
10. Neraca analitik
11. Erlemeyer

 Bahan
1. I131 (zat radioaktif)
2. Larutan sampel
3. Larutan HNO3
4. Larutan Perak Nitrat (AgNO3)

IV. LANGKAH KERJA


1. Disediakan 2 buah gelas beker, corong, kertas saring, dan gelas erlemeyer.
2. Kertas saring ditimbang beratnya
3. Gelas beker 1 diisi dengan zat radioaktif (I131), larutan HNO3 dan AgNO3 dengan
menggunakan eppendorf. (larutan standar)
4. Gelas beker 2 diisi dengan larutan sampel (KI), larutan HNO 3, zat radioaktif (I131) dan
AgNO3 . (Larutan sampel)
5. Kedua larutan diaduk rata hingga terbentuk endapan
6. Endapan dalam kedua larutan disaring dengan menggunakan kertas saring.
7. Endapan dalam kertas saring dicacah dengan menggunakan detektor GM.
8. Sebelumnya diukur cacah latar
9. Dicatat cacahan dan waktu cacah kedua endapan.
10. Ditunggu beberapa hari sampai endapan dan kertas saring mengering, dan ditimbang
massa kertas saring dan endapan.

V. DATA PENGAMATAN
- Volume I131 (radioaktif) : 100 μL
- Volume AgNO3 : 1 ml
- Volume sampel : 1 ml
- Waktu cacah : 30 sekon
- Cawan 1 : Endapan dari larutan standar
- Cawan 2 : Endapan dari larutan sampel+zat radioaktif
No. Keterangan Cawan 1 Cawan 2
1 Massa gelas arloji (gr) 0,9158 1,2569
2 Massa kertas saring (gr) 0,1820 0,1973
3 Cacah Latar 40 16
15 19
19 15
4 Cacah endapan 392 124
325 139
314 128
5 Massa endapan+kertas saring+gelas arloji 1,10789 1,4837

VI. PERHITUNGAN
 Menentukan Aktivitas spesifik standar (S’)
( 40+15+19 )
Cacah Latar ( rata−rata )= =24,667
3
( 392+325+314 )
Cacah Endapan= =343,667
3
Cacah Netto=343,667−24,667=318

Cacah Netto 318


Aktivitas ( cps ) = = =10,6 cps
waktu cacah 30 s

Berat Endapan Standar=( 1,10789−0,9158−0,1820 ) g ram


¿ 0,01009 gram

Aktivitas Jenis ¿
10,6 cps

¿
[ ηdetektor . Y
× 100 %
]
0,01009 gr

 Menentukan aktivitas spesifik sampel+zat radioaktif (setelah mengalami


pengenceran) ---- (S)
( 16+19+15 )
Cacah Latar ( rata−rata )= =16,667
3
( 124+ 139+ 128 )
Cacah Endapan= =130,333
3
C acah Netto=130,333−16,667=113,666
Cacah Netto 113,666
Aktivitas ( cps ) = = =3,789 cps
waktu cacah 30 s

Berat Endapan Standar=( 1,4837−1,2569−0,1973 ) gram


¿ 0,0295 gram

Aktivitas Jenis ¿

 Menentukan Berat I131 awal (m’)


Ar I
Berat I 131 dalam endapan= × Berat endapan
Mr AgI
131
¿ ×0,01009 gram
238,9
¿ 5,533 .10−3 gram

 Menentukan Berat I dalam Sampel KI


m=m' ¿

10,6 cps

[( [ ]
)]
×100 % dps
ηdetektor . Y
−3 0,01009 gr
¿ 5,533 .10 gram× −1
3,789 cps
[ ηdetektor . Y ]
× 100 % dps

0,0295 gr

= 0,0397 gram

VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan metode analisis
radiometri yang salah satunya adalah metode pengenceran isotop. Serta menerapkannya untuk
menganalisis unsur dalam suatu senyawa kimia dengan metode ini. Pada percobaan ini
ditentukan kadar atau kandungan Iodium dalam KI dengan metode analisis pengenceran
isotop menggunakan zat radioaktif berupa Iodium 131 (I131). Pemilihan suatu zat radioaktif
sebagai penganalisis (penanda) harus disesuaikan dengan unsur yang ingin dianalisis. Unsur
penanda harus mempunyai sifat yang mirip dengan bahan yang akan dianalisis. Selain itu, ia
harus mempunyai umur paro yang relatif panjang selama proses analisis dilakukan dan tidak
menggangu proses normal dalam sistem.
Analisis pengenceran Isotop (API) ini menggunakan perbandingan aktivitas jenis
dari senyawa penanda sebelum dan sesudah dicampurkan dengan zat non radioaktif yang
ingin dianalisis. Dengan kata lain, perunut radioaktif diencerkan dengan senyawa non
radioaktif. Metode teknik pengenceran isotop yang diterapkan dalam praktikum ini adalah
metode API langsung. Jadi, dilakukan penambahan sejumlah senyawa bertanda (isotop I 131)
dengan keaktifan spesifik S’ tertentu ke dalam larutan senyawa KI yang bersifat stabil. Saat
itu larutan radioaktif akan mengalami pengenceran dan aktivitas jenisnya akan berkurang
karena adanya penambahan massa I- yang berasal dari KI. Untuk mendeteksi adanya I yang
bereaksi, maka dilakukan penambahan AgNO3 kedalam masing-masing larutan (larutan
standar I131 maupun larutan sampel+standar I131). Sehingga dengan penambahan Perak Nitrat
ini, terbentuk endapan yang berupa AgI. AgI pada larutan standar terbentuk dari reaksi antara
zat radioaktif I131 dengan AgNO3. Sedangkan pada larutan sampel, AgNO3 bereaksi dengan I
pada KI dan I131 (zat radioaktif) membentuk AgI. Kedua endapan yang terbentuk kemudian
disaring dan dicacah menggunakan detektor GM. Penambahan HNO3 dimaksudkan untuk
menghilangkan matriks-matriks yang dapat mengganggu jalannya reaksi dan
menyempurnakan terbentukknya endapan AgI. Hasil cacahan menunjukkan bahwa aktivitas
dari endapan sampel+zat radioaktif (cawan 2) lebih kecil daripada aktivitas dari endapan
standar. Artinya kandungan zar radioaktif pada sampel lebih sedikit daripada dalam standar
(zat radioakif mengalami pengenceran). Sehingga aktivitas spesifik zat radioaktif sesudah
dicampurkan dengan sampel, berkurang.
Untuk dapat mengetahui massa I dalam sampel, maka harus diketahui terlebih
dahulu massa radiotracer yang ditambahkan. Karena densitas dari I 131 tidak diketahui (yang
diketahui hanya volumenya), sehingga untuk mendapatkan massa dari I131 yang ditambahkan,
yaitu dengan cara menghitung massa dari I131 yang berhasil diendapkan dari larutan standar.
Dengan membandingkan kedua aktivitas spesifik standar diatas, maka dapat diketahui massa
I- dalam sampel sebesar 0,0397 gram.

VIII.KESIMPULAN
1. Jika perunut radioaktif dicampurkan ke dalam senyawa yang tidak mengandung radioaktif
dan sejenis dengan perunutnya, maka aktivitas jenis perunut radioaktif tersebut berkurang.
Dengan kata lain, perunut radioaktif diencerkan dengan senyawa non radioaktif. Ini
disebut dengan analisis pengenceran isotop.
2. Kadar I- dalam KI dapat dianalisis dengan teknik pengenceran isotop langsung
menggunakan zat radioaktif berupa I131
3. Kadar I yang terkandung dalam KI sebesar 0,0397

IX. DAFTAR PUSTAKA


- Christina, Maria. 2010. Petunjuk Praktikum Radiochemical Analysis : Tracer Method and
Isotopic Dillution analysis. STTN BATAN, Yogyakarta
- Tarwito. 2010. Bab VII & VII (Penerapan Radiokimia di bidang analitik & teknik
penandaan dengan radioaktif).

Yogyakarta, 7 Juli 2010


Asisten, Praktikan,

Maria Christina Eki Ruskartina

Anda mungkin juga menyukai