Anda di halaman 1dari 4

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 4 Th.

2014

Article

PENGOLAHAN MINYAK JELANTAH MENJADI SABUN BATANG DENGAN EKSTRAK


KUNYIT, LIDAH BUAYA, DAN PEPAYA

(Waste Oil Processing to Soap Bar With Extract of Turmeric, Aloe vera , and Papaya)
Julianto Wijaya 1*, Ainun Rohanah 1, Adian Rindang 1
1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
*) email : julianto236a@yahoo.com
Diterima: 21 Oktober 2014/ Disetujui: 29 November 2014

ABSTRACT

Waste Oil is the remains of frying oil that can not be reused. Therefore further processing is needed, one of them
is being bar soap. The study was aimed to use waste oil into bar soap with extract of turmeric, aloe vera and
papaya. The study was conducted at the Laboratory of Agricultural Engineering and Analysis of was done in Food
Chemical Analysis Laboratorium Faculty of Agricultural in May 2014 to July 2014 by using a non-factorial
completely randomized design. Parameters measured were water content, free fatty acid(FFA), alcohol insoluble
part, and organoleptic test. The results show that turmeric, aloe vera, and papaya extract had no significant effect
on water content, free fatty acid(FFA) and alcohol insoluble part.
Keywords: Aloe vera, bar soap ,papaya, turmeric, waste oil

PENDAHULUAN maupun di pasar swalayan serta harga yang

Minyak goreng merupakan salah satu bahan cukup murah dan bervariasi yang menjadikan

pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia minyak goreng sebagai bahan pangan yang

dalam kehidupan sehari-hari. Baik sebagai media hampir tidak bisa lepas dalam kebutuhan sehari-

penggorengan dan untuk memasak makanan hari. Selain itu, pertumbuhan industri penghasil

sehari-hari. Minyak goreng yang digunakan pada minyak makan juga semakin bagus yang dimana

masyarakat umumnya ialah minyak yang kebutuhan akan minyak makan menjadi lebih

dihasilkan dari tanaman kelapa sawit, yang mudah dipenuhi

kemudian diolah sedemikian mungkin sehingga dimana memiliki masa penggunaan yang terbatas

menghasilkan minyak makan curah yang dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, minyak

biasanya disebut oleh masyarakat awam, atau goreng yang melewati masa penggunaanya harus

CPO(Crude Palm Oil) dalam sebutan digantikan dengan minyak goreng yang baru.

industrinya. Minyak goreng yang tidak bisa dipakai inilah


yang

Dalam sehari-harinya, pemakaian minyak biasanya disebut dengan minyak jelantah (Waste

goreng baik untuk memasak sehari-hari atau Cooking Oil). Akan tetapi apabila minyak

dalam kegiatan industri semakin meningkat. Hal jelantah tetap digunakan, maka akan terjadi

ini dikarenakan minyak goreng sangat mudah beberapa hal yang merugikan bagi kesehatan.

untuk didapatkan baik di pasar tradisional Sebab

DOI: 10.24845/ijfac. 1
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 4 Th. 2014

Article

kemungkinan adanya senyawa carcinogenic taraf ke-1 pada ulangan ke-j.


dalam minyak jelantah yang dipanaskan akan ? = nilai tengah sebenarnya.
mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Selain
itu selama penggorengan juga akan terbentuk Parameter penelitian

senyawa Acrolein yang bersifat racun dan 1. Analisa kadar air dan zat menguap pada
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokkan 1050C. Pada analisa kadar air dan zat menguap
(Wijana,dkk; 2005). Minyak jelantah merupakan pada 1050C yang pertama kali dilakukan ialah
minyak sisa-sisa pengorengan yang tidak bisa menimbang berat sampel berupa sabun batang
digunakan kembali, sehingga biasanya dibuang yang telah mengeras masing-masing seberat 4g
begitu saja ke saluran embuangan. Limbah yang dan ditempatkan di cawan yang telah terlebih
terbuang ke pipa dapat menyumbat pipa dahulu ditimbang beratnya. Lalu cawan yang
pembuangan karena pada suhu rendah minyak telah diisi dengan sampel, dimasukkan kedalam
akan membeku dan menggangu jalannya air pada oven dengan suhu 1050C selama 2 jam. Setelah 2
saluran pembuangan. Sehingga diperlukanlah jam, cawan dikeluarkan dan didinginkan selama
solusi dalam penanganan minyak beberapa saat lalu ditimbang kembali. Lalu
METODOLOGI penentuan kadar air dan zat menguap dapat
Penelitian ini menggunakan rancangan acak ditentukan dengan persamaan berikut:
lengkap ( RAL ) non-faktorial dengan 3 kali Ka (bb) =
ulangan _____ _____ _ _______ _____ ____
di setiap perlakuan. _____ _____ _ _
Perlakuan komoditi (K) terdiri dari 3 taraf yaitu : X 100 %.(2)
K1 = Kunyit 2. Analisa asam lemak bebas.
K2 = Lidah Buaya Asam lemak bebas merupakan salah satu
K3 = Pepaya indikator pengujian terhadap kualitas sabun
Model rancangan yang digunakan adalah batang yang dihasilkan. Jadi semakin rendah nilai
rancangan acak lengkap (RAL ) non-faktorial asam lemak bebas, maka kualitas sabun juga
dengan perlakuan komoditi (K) dengan kode akan semakin bagus. Jadi pertama-tama sebanyak
rancangan : 5g sampel sabun ditimbang dan dimasukkan
Yij = ? + αi + ɛij ............................................... dalam elemeyer 250 ml dan ditambahkan 50 mL
(1) alkohol netral 95% dan dipanaskan sampai
dimana: mendidih. Setelah ditambahkan tiga tetes
Yij = hasil pengamatan dari faktor K pada indikator phenolptalein, larutan dititrasi dengan

DOI: 10.24845/ijfac. 2
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 4 Th. 2014

Article

KOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tertinggi yaitu padaKeteknikan Pertanian J.Rekayasa
tidak hilang selam beberapa detik. Penentuan Pangan dan Pert., Vol.2 No. 4 Th. 2014

kadar asam lemak bebas dapat dihitung dari 142


perlakuan K2 sebesar 2,46% dan nilai terendah
persamaan berikut:
yaitu pada perlakuan K3 sebesar 2,37%. Lalu pada
%FFA=
parameter bagian tidak larut alkohol, nilai tertinggi
__ ____ _ __________ ____ _ _____ ___
yaitu pada perlakuan K2 sebesar 0,158% dan nilai
_____ _____
terendah yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,025%.
X 100%..(3) Hasil analisa statistik pengaruh ekstrak terhadap
masing-masing parameter yang diamati dapat
3. Analisa bagian tidak larut dalam alkohol. dilihat pada uraian berikut.
Pada pengujian ini, hal yang pertama kali
dilakukan ialah penimbangan sampel sebanyak
2g lalu dibungkus dengan aluminium foil.
Kemudian ampel yang telah dibungkus
dimasukkan setengah bagian pada bagian mulut
elemeyer 600 mL. Lalu dituang dengan larutan
H2SO4 (dengan normalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum
dapat diketahui bahwa nilai Kadar Air, FFA, dan
bagian tidak larut alkohol pada masing-masing
ulangan relatif sama. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4. Karakteristik sabun
Kode Kadar Air (%) FFA (%) Bagian Tidak
Larut Alkohol (%) Kunyit (K1) 34,37 2,39 0,025
Lidah Buaya (K2) 34,33 2,46 0,158 Pepaya
(K3) 33,77 2,37 0,113
Dari Tabel 4
dapat dilihat bahwa nilai kadar air tertinggi yaitu pada
perlakuan K1 sebesar 34,37% dan nilai kadar air
terendah yaitu pada perlakuan K3 sebesar 33,77%.
Sedangkan pada analisis asam lemak bebas nilai

DOI: 10.24845/ijfac. 3
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 4 Th. 2014

Article

 Rosita, A. F., Wenti. A. W. 2009.

DAFTAR PUSTAKA Peningkatan


 Kualitas Minyak Goreng Bekas Dari KFC
 Hanafiah, A. 1991. Rancangan Percobaan
 Dengan Menggunakan Adsorbsen Karbon
Teori
 Aktif. Universitas Diponegoro, Semarang.
 dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada,
 Wijana, S., Nur. H., dan Arif. H. 2005.
 Jakarta.
Mengolah
 Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
 Minyak Goreng Bekas. Trubus
Minyak dan
Agrisarana,
 Lemak Pangan. Penerbit Universitas
 Surabaya
 Indonesia, Jakarta.
 Mahmudatussa,A.2006.Modul
Minyak.Universitas
 Pendidikan Indonesia, Bandung.

DOI: 10.24845/ijfac. 4

Anda mungkin juga menyukai