PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kehamilan ektopik.
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan pengertian kehamilan ektopik.
Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan etiologi kehamilan ektopik.
Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan/menggambarkan patofisiologi
kehamilan ektopik.
Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan manifestasi klinik kehamilan ektopik.
Agar mahasiswa/i mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kehamilan ektopik.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. TINJAUAN MEDIK
2.1 Pengertian
Kehamilan ektopik adalah :
Kehamilan yang terjadi apabila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri (Wiknyo Sastro dkk).
Kehamilan yang implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri(kapita selekta kedokteran 2).
Kehamilan di temapt yang luar biasa yang dapat terjadi di luar rahim seperti
dalam tuba. Ovarium dan rongga pertama perut akan tetapi dapat juga terjadi
didalamrahim di tempat yang biasa (obstetri patologi).
2.2 Etiologi
Kehamilan ektopik telah banyak diselidiki tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan
dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba atau nidasiniya di tuba di permudahan.
2
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum
uteri, antara lain:
2. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
4.Hal lain seperti; riwayat Kehamilan ektopik dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
3
2.3 Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur
bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi
oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup
maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang
sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari
beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan
yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan
(4)
tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua .
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi,
hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang
abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi
seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara
keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan
secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik
terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam
4
tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-
kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang
pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.Perkembangan telur
selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan
kemudian diresorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh
seperti dalam uterus.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak
di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap
sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
5
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
6
2.4 Manifestasi Klinis
TRIAS :
1. Terlambat haid
2. Perdarahan pervaginam
3. Nyeri perut
Nyeri : nyeri perut,pinggang, dada ~ biasanya kalau kehamilan sudah terganggu. Nyeri
tekan perut dan nyeri gerak portio
Perdarahan : sedikit, coklat kehitaman, intermiten / kontinyu.Perubahan uterus.
Membesar 3 bln pertama kadang terdorong krn massa adneksa
Tanda vital terganggu ~ jml perdarahan
Massa pelvis.
2.5 Komplikasi
Syok
Anemia
Ileus paralitik
7
Suntikan jarum spinal no. 18 ke kavum dauglasi dan lakukan pengisapan
dengan semprit 10 ml
Bila pada pengisapan keluar darah, pehatikan apakah darahnya berwarna
coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang
merupakan tanda hematakel retrouterina.
8
5. Laparaskapi atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.
2.7 Penatalaksanaan
2. Pemberian Methotrexate
Pemberian MTX obat anti metabolik bisa menghambat pertumbuhan /
mematikan hasil konsepsi
9
KRITERIA :
1. Umur kehamilan < 6 mg
2. Diameter GS < 3,5 cm
3. Kadar serum -HCG < 15.000 mIU
4. Tidak ada penyakit ginjal, imunodefisiensi, penyakit hati, penyakit paru
aktif, penyakit darah
DOSIS :
Dosis tunggal : 50 mg/m2 IM
Dosis variasi : 1 mg/kg BB IM hari 1,3,5,7
Kegagalan : 5-10%
3. Pembedahan
Konservatif
Pembedahan konservatif : pembedahan dengan tidak mengangkat tuba (tuba
dipertahankan)
KRITERIA :
1. Kehamilan kecil dgn panjang kurang 2 cm
2. Lokasi di bagian distal tuba
TEKNIK :
1. Salfingostomi :
Insisi linier 1-1,5 cm, hasil konsepsi dikeluarkan dan perdarahan
dirawat (elektrokauter). Tidak dilakukan penjahitan
10
2. Salfingotomi
Prosedur sama, kecuali dilakukan penjahitan luka
Radikal
Pembedahan radikal : pembedahan dengan mengangkat tuba
KRITERIA :
1. Kerusakan tuba luas
2. Penderita tidak memerlukan lagi fungsi fertilitas
3. Keadaan umum penderita jelek
Pembedahan radikal :
1. Salfingektomi : mengangkat seluruh tuba
2.8 Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan resiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi rsiko kehamilan ektopik
11
dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular
seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul
dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan resiko
terjadinya kehamilan ektopik.
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Mulut : bibir pucat
Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
12
Ekstremitas : dingin
Palpasi
Abdomen : uterus teraba lembek, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa
pada adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
Pemeriksaan khusus:
13
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri
b. Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
14
kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
dan aktivitas untuk menurunkan asietas dan karenanya mereduksi
rasa nyeri. Instruksikan klien ketidaknyamanan.
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.
Kolaborasi:
4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan
berikut obat-obat praoperatif bila komplikasi pembedahan
prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah bila Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan
terdapat indikasi menghilangkan nyeri.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil,
membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah
tidak pucat dan mental seperti biasa.
15
lain, awasi pemeriksaan lab: pengobatan atau terhadap terapi.
misalnya: HB/HT
Dx 3: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan
oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi
berat jenis urine adekuat.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana,
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
16
yang ditentukan untuk kondisi konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang
hemoragia. akan dilakukan, dan menurunkan sters yang
berhubungan dengan prosedur yang diberikan.
2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah,
untuk mengaji\ukan pertanyaan identifikasi masala-masalah dan kesempatan
dan mengungkapkan kesalah untuk memulai mengembangkan ketrampilan
konsep penyesuaian (koping)
3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang kemungkinan
implikasi jangka ependek pada komplikasi dan meningkatkan harapan realita
ibu/janin dari kedaan pendarahan. dan kerja sama dengan aturan tindakan.
4 Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan setelah
memerlukan evaluasi dan tindakan pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.
tambahan.
c. Implementasi
d. Evaluasi
17
PATOFLODIAGRAM
18
BAB III
PENUTUP
19
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
20
Bobak, M.I dan Jensen, M. D, 2013 Esentiol of Martenity Nursing Theid Edition, Mosby .
Mansjoer A, dkk, (2010). “Kapita Selecta Kedokteran” Edisi 3 Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T.Ilmu bedah kebidanan. Cetakan ke-8. Jakarta:
PT Bina Pustaka; 2015.
Wiknyo Sastro dkk, “Ilmu Kebidanan”, Edisi, 2, Jakarta Yayasan Bina Pustaka.
21