Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan ektopik suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat
keadaan ini dapat apabila kehamilan ektopik tetap.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dihadapi oleh setiap
dokter, karena sangat beragam gambaran klinik kehamilan ektopik yang terganggu itu.
Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kalinya adalah dokter umum atau
dokter ahli lainnya., maka dari itu perlu diketahui oleh setiap dokter gambaran klinik
kehamilan ektopik serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu diingat ialah, bahwa
pada setiap wanita bahwa dalam masa memperoduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan
kehamilan ektopik terganggu ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kehamilan ektopik.
1.2.2 Tujuan Khusus
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan pengertian kehamilan ektopik.
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan etiologi kehamilan ektopik.
 Agar mahasiswa/i mampu menjelaskan/menggambarkan patofisiologi
kehamilan ektopik.
 Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan manifestasi klinik kehamilan ektopik.
 Agar mahasiswa/i mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kehamilan ektopik.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. TINJAUAN MEDIK
2.1 Pengertian
Kehamilan ektopik adalah :
 Kehamilan yang terjadi apabila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri (Wiknyo Sastro dkk).
 Kehamilan yang implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri(kapita selekta kedokteran 2).
 Kehamilan di temapt yang luar biasa yang dapat terjadi di luar rahim seperti
dalam tuba. Ovarium dan rongga pertama perut akan tetapi dapat juga terjadi
didalamrahim di tempat yang biasa (obstetri patologi).

2.2 Etiologi
Kehamilan ektopik telah banyak diselidiki tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan
dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba atau nidasiniya di tuba di permudahan.

2
1. Faktor mekanis

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum
uteri, antara lain:

 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan


mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi
hasil zigot pada tuba falopii.
 Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi.
Namun ini jarang terjadi
 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
 Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia
 Penggunaan IUD

2. Faktor Fungsional

 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
 Refluks menstruasi
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron

3.Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.

4.Hal lain seperti; riwayat Kehamilan ektopik dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

3
2.3 Patofisiologi

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur
bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi
oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup
maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang
sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari
beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan
yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan
(4)
tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua .
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi,
hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang
abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi
seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara
keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan
secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik
terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam

4
tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-
kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang
pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.Perkembangan telur
selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan
kemudian diresorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh
seperti dalam uterus.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak
di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap
sebagai haid yang datangnya agak terlambat.

2. Abortus ke dalam lumen tuba


Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan
menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran
tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di
kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.

5
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

6
2.4 Manifestasi Klinis

 TRIAS :
1. Terlambat haid
2. Perdarahan pervaginam
3. Nyeri perut
 Nyeri : nyeri perut,pinggang, dada ~ biasanya kalau kehamilan sudah terganggu. Nyeri
tekan perut dan nyeri gerak portio
 Perdarahan : sedikit, coklat kehitaman, intermiten / kontinyu.Perubahan uterus.
Membesar 3 bln pertama kadang terdorong krn massa adneksa
 Tanda vital terganggu ~ jml perdarahan
 Massa pelvis.

2.5 Komplikasi

 Syok
 Anemia
 Ileus paralitik

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru


terganggu
2. Dilatasi kuretase
3. Kuldosentesis yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum
dauglasi terdapat darah tehnik kuldosintesis.
 Baringkan pasien dalam posisi litotomi
 Bersihkan volva dan vagina dengan anti septik
 Pasang spekulum dan jepit bibir belakang porsia dengan ......... seviks, lakukan
atraksi kedepan sehingga forniks pasterial tampak.

7
 Suntikan jarum spinal no. 18 ke kavum dauglasi dan lakukan pengisapan
dengan semprit 10 ml
 Bila pada pengisapan keluar darah, pehatikan apakah darahnya berwarna
coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang
merupakan tanda hematakel retrouterina.

4. Ultrasanografi berguna pada 5-10


Ultra sonografi berguna pada 5-10 % kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus

8
5. Laparaskapi atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.

2.7 Penatalaksanaan

PENANGANAN KEHAMILAN EKTOPIK BISA MELIPUTI :


1. Penanganan ekspektatif
 Definisi : hanya dilakukan pengamatan pada kehamilan ektopik awal dimana
kadar serum -HCG stabil atau menurun
 Dilakukan bila monitor kadar serum -HCG bisa dilakukan
 KRITERIA PENANGANAN EKSPEKTATIF :
1. Pemeriksaan kadar serum -HCG serial menurun
2. Kehamilan tuba
3. Tidak ada bukti kehamilan tuba ruptur dengan perdarahan intra abdomen
4. Diameter GS kurang 3,5 cm

2. Pemberian Methotrexate
 Pemberian MTX obat anti metabolik bisa menghambat pertumbuhan /
mematikan hasil konsepsi

9
 KRITERIA :
1. Umur kehamilan < 6 mg
2. Diameter GS < 3,5 cm
3. Kadar serum -HCG < 15.000 mIU
4. Tidak ada penyakit ginjal, imunodefisiensi, penyakit hati, penyakit paru
aktif, penyakit darah
 DOSIS :
 Dosis tunggal : 50 mg/m2 IM
 Dosis variasi : 1 mg/kg BB IM hari 1,3,5,7
 Kegagalan : 5-10%

3. Pembedahan
 Konservatif
 Pembedahan konservatif : pembedahan dengan tidak mengangkat tuba (tuba
dipertahankan)
 KRITERIA :
1. Kehamilan kecil dgn panjang kurang 2 cm
2. Lokasi di bagian distal tuba
 TEKNIK :

1. Salfingostomi :
 Insisi linier 1-1,5 cm, hasil konsepsi dikeluarkan dan perdarahan
dirawat (elektrokauter). Tidak dilakukan penjahitan

10
2. Salfingotomi
 Prosedur sama, kecuali dilakukan penjahitan luka

 Radikal
 Pembedahan radikal : pembedahan dengan mengangkat tuba
 KRITERIA :
1. Kerusakan tuba luas
2. Penderita tidak memerlukan lagi fungsi fertilitas
3. Keadaan umum penderita jelek
 Pembedahan radikal :
1. Salfingektomi : mengangkat seluruh tuba

2. Salfingo-ooforektomi : mengangkat tuba dan ovarium (apabila ovarium


ada perlekatan dan kondisi ovarium kurang baik)

2.8 Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan resiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi rsiko kehamilan ektopik

11
dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular
seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul
dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan resiko
terjadinya kehamilan ektopik.

2.9 Pendidikan Kesehatan


 Jelaskan pada Px tentang pengertian, klasifikasi, etiologi dan manifestasi klinik
dari kehamilan ektopik.
 Jelaskan pada pasien tentang cara pencegahan infeksi pada kehamilan ektopik
 Jelaskan pada pasien tentang cara penanganan ,medik pada kehamilan ektopik
 Jelaskan pada pasien tentang cara pencegahan kehamilan ektopik lanjutan.

B. TINJAUAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1.      Anamnesis dan gejala klinis

 Riwayat terlambat haid


 Gejala dan tanda kehamilan muda
 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
 Terdapat aminore
 Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama
abdomen bagian kanan / kiri bawah
 Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.

2. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi
 Mulut            :           bibir pucat
 Payudara       :           hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
 Abdomen      :           terdapat pembesaran abdomen.
 Genetalia       :           terdapat perdarahan pervaginam
12
 Ekstremitas   :           dingin

 Palpasi
 Abdomen      :  uterus teraba lembek, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa
pada adnexa.
 Genetalia           : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.

 Auskultasi
 Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)

 Perkusi
 Ekstremitas : reflek patella + / +

Pemeriksaan fisik umum:

 Pasien tampak anemis dan sakit


 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.

Pemeriksaan khusus:

 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks


 Kavum douglas menonjol dan nyeri
 Mungkin terasa tumor di samping uterus
 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

13
 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.


2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
4. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan berhubungan dengan kurang
terpaparnya terhadap informasi

INTERVENSI

Dx 1: Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.

Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.

No Rencana Intervensi Rasional


Mandiri:
1 Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidak
hemoragi ataunyeri tekan nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan
abdomen. dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang
mungkin diperberat oleh infuse oksitosin.
Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan
nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat
tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2 Kaji steres psikologi ibu/pasangan Ansietas terhadap situasi darurat dapat
dan respons emosional terhadap memperberat ketidak nyamanan karena

14
kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
dan aktivitas untuk menurunkan asietas dan karenanya mereduksi
rasa nyeri. Instruksikan klien ketidaknyamanan.
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.
Kolaborasi:
4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan
berikut obat-obat praoperatif bila komplikasi pembedahan
prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah bila Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan
terdapat indikasi menghilangkan nyeri.

Dx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di


perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil,
membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah
tidak pucat dan mental seperti biasa.

No Tindakan intervensi rasional


1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/adekuat perfusi jaringan dan
mukosa, dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2 Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu lingkungan dan Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
tubuh hangat sesuai indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
menghindari panas berlebihan.
3 Kolaborasi dengan tim medis yang Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan

15
lain, awasi pemeriksaan lab: pengobatan atau terhadap terapi.
misalnya: HB/HT

Dx 3: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.

Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan
oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi
berat jenis urine adekuat.

No Rencana Inervensi Rasional


1 Lakukan pendekatan kepada pasien Pasien dan keluarga lebih kooperatif
dan keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan
kondisi pasien saat ini lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi tanda parameter deteksi dini adanya
akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim medis melaksanakan fungsi independent.
untuk penanganan lebih lanjut.

Dx 4: Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak


mengenal sumber-sumber informasi.

Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana,
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional


1 Menjelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan

16
yang ditentukan untuk kondisi konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang
hemoragia. akan dilakukan, dan menurunkan sters yang
berhubungan dengan prosedur yang diberikan.
2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah,
untuk mengaji\ukan pertanyaan identifikasi masala-masalah dan kesempatan
dan mengungkapkan kesalah untuk memulai mengembangkan ketrampilan
konsep penyesuaian (koping)
3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang kemungkinan
implikasi jangka ependek pada komplikasi dan meningkatkan harapan realita
ibu/janin dari kedaan pendarahan. dan kerja sama dengan aturan tindakan.
4 Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan setelah
memerlukan evaluasi dan tindakan pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.
tambahan.

c. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan
lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

d. Evaluasi

1. Klien dapat memenuhi kebutuhan cairan yang normal


2. Klien terhindar dari infeksi
3. Nyeri berkurang
4. Klien tidak cemas dan takut lagi
5. Klien dan keluarga sudah mengerti tentang proses penyakit

17
PATOFLODIAGRAM

18
BAB III
PENUTUP

19
3.1 Kesimpulan

Dalam penjelasan pada kehamilan ektopik merupakan suatu gangguan reproduksi


yang berkaitan dengan kegagalan nidasi dan berimplantasi di tuba. Apabila
kehamilannya berlanjut akan menimbulkan resiko pada seorang ibu. Oleh sebab itu pada
peristiwa kehamilan ini sangat dibutuhkan pemahaman yang jelas mengenai faktor-
faktor yang turut menjadi penyebab terjadinya kehamilan ektopik dan mengenai cara-
cara yang efektif serta modern untuk menegakkan diagnosa kelainan lebih dini.
Kehamilan ini biasanya terjadi di tuba, ovarium, rongga perut kanalis, abdominal, dan
serviksaris uteri. Seseorang dinyatakan, mengalami gangguan pada kehamilan ektopik
apabila ditinjau dari pemeriksaan lainnya yang mendukung seperti USG, kuldosintesis
dan salpingotomik.
Berdasarkan tanda dan gejala serta pemeriksaan penunjang yang mendukung faktor
tersebut di atas maka perlu dilakukan penanganan/deteksi secara dini baik untuk
mempertahankan kelangsungan hidup maternal maupun penyelamatan kapasitas
reproduksinya akan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

3.2 Saran

Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

20
Bobak, M.I dan Jensen, M. D, 2013 Esentiol of Martenity Nursing Theid Edition, Mosby .

Berek J. Berek & Novak’s Gynecology. Edisike-15. Philadelphia: Lippincot Williams


&Wilkins; 2012.Year Book St. Lovis.

Mansjoer A, dkk, (2010). “Kapita Selecta Kedokteran” Edisi 3 Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta.

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu


Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005

Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T.Ilmu bedah kebidanan. Cetakan ke-8. Jakarta:
PT Bina Pustaka; 2015.

Wiknyo Sastro dkk, “Ilmu Kebidanan”, Edisi, 2, Jakarta Yayasan Bina Pustaka.

21

Anda mungkin juga menyukai