Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila
Pendahuluan
Sebanyak 79,26% hasil survei pada tahun 2011 beranggapan Pancasila perlu
untuk dipertahankan (Tribun News, 2017). Pancasila yang memiliki arti kental sejak
kemerdekaan Indonesia telah mendarah daging dalam diri masyarakat Indonesia.
Indonesia yang merdeka dan masuk sebagai salah satu Negara Berkembang yang ada
di Dunia kini mulai malangkah dan berusaha berubah menjadi Negara Maju. Salah
satu hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pendidikan sejak usia dini dan
menyediakan sekolah di berbagai tempat, termasuk tempat yang terpencil sekalipun.
Aspek lain yang perlu ditingkatkan adalah fasilitas di setiap daerah, salah satunya
meliputi akses-akses komunikasi. Sehingga dapat dilihat di era ini media apapun,
bahkan televisi sudah mengalami peningkatan. Telivisi yang dahulunya hanya mampu
mengakses berita dan hiburan-hiburan di Indonesia sudah mampu menghadirkan
tontonan lintas negara, bahkan bisa menjadi alat komunikasi jarak jauh. Hal ini juga
berpengaruh kepada kebiasaan dan pola pikir masyarakat yang semakin meninggalkan
adat dari daerahnya. Komunikasi yang terjalin dengan kerabat jarak jauhpun semakin
mudah, namun sering juga mampu menghipnotis seseorang menjadi lupa dengan
kehidupan sekitarnya. Akibatnya di era globalisasi ini bukan hanya antar
masyarakatnya saja yang perlu diperhatikan, melainkan juga aktualisasi ideologinya
perlu di gencarkan. Pasalnya, masyarakat kini sudah sering mencontoh gaya busana
hingga pola pikir orang Barat, sehingga seringkali menyalahkan negaranya sendiri.
Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk membahas dan mengulas “Aktualisasi
Ideologi Pancasila di Era Global Sebagai Upaya Pembinaan Ketahanan Ideologi”.
B. Kajian Pustaka
1
Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia karya M Choirul
Huda yang tentunya juga memiliki korelasi dengan judul yang penulis angkat.
C. Pembahasan
2
tersebut yang justru berubah menjadi ancaman dalam pertumbuhan ideologi nasional
atau ideologi pancasila.
Pertama dalam hal politik, dimana politik yang berasal dari kata politics
(kekuasaan (pemerintah) atau kebijaksanaan). Ketahanan pada aspek politik diartikan
sebagai kondisi dinamik kehidupan politik yang berisi keuletan, ketangguhan dalam
menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin kelangsungan hidup politik bangsa dan negara RI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Perwujudan ketahanan pada aspek politik memerlukan kehidupan
politik bangsa yang sehat, dinamis, dan mampu memelihara stabilitas politik.
Hal lain yang juga tidak lepas dari kehidupan masyarakat adalah ekonomi,
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi
barang, dan jasa dan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan perekonomian
bengsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi
serta segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan yang datang dari luar
maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan hidup politik bangsa dan negara RI berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Pembangunan ekonomi diarahkan pada mantapnya ketahanan ekonomi melalui
iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup serta
meningkatnya daya saing dalam lingkup perekonomian global (M. Chairul: 2018).
Gaya hidup seseorang selalu bergantung pada tren yang ada pada saat itu.
sebagaimana orang zaman dahulu yang masih sering menggunakan baju dengan
model kebaya untuk bepergian ataupun kehidupannya sehari-hari. Hal tersebut juga
didukung dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya, juga tidak lepas dari pengaruh
televisi yang memberikan contoh gaya berpakaian yang “trendy”. Namun, kini sudah
banyak media yang mampu mengakses budaya-budaya luar negeri, bukan hanya satu
media saja melainkan ada berbagai media. Sehingga aspek lain yang berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat adalah sosial budaya (Lasiyo: 2019).
3
Istilah sosial budaya mencakup dua segi utama kehidupan bersama
manusia,yaitu segi sosial dimana manusia harus mengadakan kerjasama demi
kelangsungan hidupnya dan segi budaya yang merupakan keseluruhan tata nilai dan
cara hidup yang manifestasinya tampak dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku
yang terlembagakan. Yang disebut “sosial” adalah pergaulan hidup manusia dalam
bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan
dan solidaritas yang merupa kan unsur pemersatu. Sementara “budaya” adalah
sistaem nilai yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang menumbuhkan
gagasan-gagasan utama dan menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakkan
kehidupan. Ketahanan di bidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis
budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan,ketangguhan, dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial
budaya bangsa dan negara RI (Lasiyo: 2019).
Berbagai aspek tersebut perlu lebih dikuatkan lagi, sebab jika melihat
faktanya ada beberapa ideologi yang berkembang di masyarakat, diantaranya:
Marxisme-komunisme, liberalisme, dan berbasis agama. Prinsip pemikiran
liberalisme banyak terkait dengan konsep ekonomi pasar sosial. Inti dari pandangan
ini adalah :
4
“Sebuah sistem ekonomi yang bebas (pembedaan dengan sistem ekonomi
komando), namun dijaga dengan berbagai regulasi yang diciptakan untuk mencegah
konsentrasi kekuasaan ekonomi yang biasanya terjadi dalam bentuk kartel, trust, dan
perusahaan – perusahaan raksasa. Regulasi itu fital untuk menjaga agar kinerja
pasar tetap kompetitif dan adil. (Wibowo, 2003; 49).
5
demonstrasi yang melakukan penentangan terhadap suatu keputusan, dan tidak
menutup kemungkinan terjadi anarkis. Ancaman yang paling signifikan pada
kondisi sosial adalah karena semakin lemahnya kondisi sosial budaya Indonesia
sehingga penjajahan budaya dan pengaruh asing akan terus mendominasi di
Negara kita.
Dalam bidang Hukum. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam proses
penegakkan pertahanan dan keamanan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang tidak semudah seperti yang dibayangkan atau semudah dalam
pembicaraan yang bersifat teoritis semata, pada dasarnya seperti yang terjadi
dilapangan, dengan belum tertanganinya masalah-masalah konflik yang terjadi
pada suatu wilayah seperti halnya wilayah Aceh, Papua dan Maluku, yang
kesemua itu memiliki tujuan yang sama yaitu ingin memisahkan diri dari NKRI.
Dapat ditelaah dengan semakin bermunculan masalah suatu wilayah, hal ini
diakibatkan karena semakin lemahnya penerapan dan penegakan hukum dan
keadilan di Negara kita yang mengakibatkan hilangnya tingkat kewibawaan
hukum dan para penegaknya dari mata para pemberontak pada khususnya yang
ingin memisahkan diri dari Negara kesatuan Republik Indonesia ( Dian: 2017).
Dalam hal ini dapat dilihat dengan jelas bagaimana gejala dunia dewasi ini
menuunjukkan kecenderungan yang terpecah belah. Oleh karena itu pentingnya
mengampu pendidikan sejak usia dini demi perkembangan potensi spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keprbadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Dan
hal tersebut tentunya tidak pernah lepas dari campur tangan pemerintah juga
masyarakat sekitar. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa
masyarakat merupakan organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan yang perlu diikuti
oleh peserta didik untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh secara teoritis dalam
pengalaman hidup. Sehingga melalui organisasi (masyarakat) itulah seseorang mampu
mendapat berbagai pengalaman dan memperteguh jati diri bagi karakter seseorang.
6
ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun
negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan membangun
pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya. Pancasila juga merupakan
wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia
dengan berdasarkan Pancasila (M. Chairul: 2018).
Dengan ideologi nasional yang mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan politik
dapat diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan kesejahteraan
bangsa. Dengan demikian, prestasi bangsa kita akan menentukan posisi Pancasila di
tengah percaturan ideologi dunia saat ini dan di masa mendatang (Lasiyo: 2019).
Pancasila yang sudah hadir sejak nenek moyang kita telah berurat dan berakar
serta mendarah daging hingga sekarang. Dalam penyusuanan resminya sendri kita
temukan secara resmi pertama kalinya prinsip susunan pancasila pada alinea keempat.
Dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan dinyatakan
resmi berlaku untuk seluruh tumpah darah Indonesia.
7
yang bersifat keyakinan (aqidah) atas sifat-sifat Ilahiyah yaitu; nilai-nilai keadilan,
persamaan, kemerdekaan, kebenaran, kasih saying, perlindungan, kebersamaan,
kejujuran, kepercayaan, tanggungjawab, keterbukaan, keseimbangan, perdamaian dan
lain-lainnya dari beberapa nilai permanen di dalamnya. Kedua yaitu Nilai
Kemanusiaan (Humanisme) yang mempunyai maksud arah politik hukum harus dapat
memposisikan manusia tetap sebagai makhluk yang memiliki hak-hak dasar yang
melekat, yaitu; hak untuk hidup, hak untuk memperoleh pendidikan, hak berkarya,
hak berserikat, hak berkeluarga, hak untuk mendapatkan kebahagiaan, hak untuk
berfikir, bersikap dan mengembangkan potensi. Dua konsep awal tadi tidak lepas dari
konsep yang terakhir yaitu Nilai Kemasyarakatan (Nasionalisme dan keadilan sosial).
Nilai kemasyarakatan ini merupakan sebuah keniscayaan adanya peran negara di
dalam segala proses kehiduppan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi peran negara
tersebut bukanlah untuk negara, namun diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat
yang didasarkan atas prinsip keadilan.
Daftar Pustaka
Huda, M. Chairul, Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara: Implemetasi
Nilai-Nilai Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia 1,
No. 1, (2018): 78-99
Hatta, M., Pengertian Pancasila, Jakarta: Idyu Press, 1977.
Kaelan, M., Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma, 2018.
Ma'arif, S., Kaidah-Kaidah Fiqh, Purwakarta: Pustaka Ramadhan, 2005.
8
Pranaka, A., Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Jakarta: CSIS, 1985.
Prasetyo, T., Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila, Bandung: Nusamedia,
2014.
Lasiyo, dkk, Pancasila, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019.
www.tribunnews.com
Djahiri Kosasih,dkk, Ilmu Politik dan Kenegaraan, Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2011.
Ismaunismaun, Filsafat Pancasila, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015.