Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, peneliti
memanjatkan syukur kepada Allah swt karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Hidup Sehat di Desa Ollot Satu,
Kecamatan Bolangitang Barat”
Peneliti selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini menyampaikan terima kasi kepada :
1. Dr. Dr. Muh Isman Yusup, Sp.,S selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Gorontalo
2. Prof. Dr. Hj Moon Otoluwa, M. Hum selaku Wakil Rektor I bidang
Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Drs. Hi Sjamsudin N. Tuli, M.Si selaku Wakil Rektor II bidang Adminstrasi
Umum, Keuangan, Perencanaan, dan Sumber Daya Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
4. Dr. Ir h. Hasim, M.Si selaku Wakil Rektor III bidang Riset, Pengembangan
dan Kerja Sama Universitas Muhammadiyah Gorontalo
5. Dr. Munkizul Umam Kau, M.Fill selaku Rektor IV bidang Al-Islam
Kemuhammadiyaan dan kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo
6. dr. Rusli A. Katili MARS selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
7. Ns. Pipin Yunus, S.Kep,. M.Kep selaku Wakil Dekan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
8. Ns. Rona Febriyona, S.Kep,.M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah....................................................................................3

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

2.1 Konsep Lansia...........................................................................................6

2.2 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat...............................................10

2.3 Konsep Dukungan Keluarga...................................................................12

2.3 Penelitian yang Relevan..........................................................................16

2.4 Kerangka Berpikir...................................................................................18

2.5 Hipotesis Penelitian.................................................................................19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................20

3.2 Desain Penelitian.....................................................................................20

3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................20

3.4 Variabel Penelitian..................................................................................21

3.5 Definisi Operasional................................................................................21

3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................................23

ii
3.7 Teknik Pengolahan Data.........................................................................23

3.8 Teknik Analisa Data................................................................................24

3.9 Etika Penelitian........................................................................................25

iii
DAFTAR TABEL

1. Penelitian Relevan..................................................................................... 16
2. Definisi Iperasional.................................................................................... 21

iv
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Teori..........................................................................................18
2. Kerangka Konsep Penelitian.....................................................................19

v
vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia atau lanjut usia individu yang berada dalam tahapan usia late
adulthood atau yang dimaksud dengan tahapan usia dewasa akhir, dengan kisaran
usia dimulai dari 60 tahun keatas (Widyanto 2014).Menurut Word Health
Organisation (WHO) , lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses disebut Aging process atau proses menua
(Padia 2013).
Di Indonesia jumlah penduduk lansia setiap tahunnya mengalami
peningkatan dimana pada tahun 201 jumlah lansia menjadi 8,0% untuk jenis
kelamin laki-laki dan 9,0% untuk jenis kelamin perempuan, hal ini dikarenakan
semakin tinggi rata-rata usia harapan hidup penduduk indonesia, kemudian pada
tahun 2017 diperkirakan terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di indonesia
(9,0%) dan di indonesia merupakan terbesar keempat setelah Cina, India, dan
Jepang. Berdasarkan data proyeksi penduduk diprediksikan jumlah penduduk
lansia di indonesia tahun 2020 (27,08 juta) tahun 2025 (23,69 juta), tahun 2030
(40,95 juta), dan tahun 2035 (48,19 juta) (pusat data dan informasih, 2017).
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat penduduk lansia di Indonesia dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan (Kemenkes RI, 2017).
Secara umum jumlah penduduk lansia di Provinsi Sulawesi Utara sebanyak
191.853 orang atau 8,45 persen dari keseluruhan penduduk jumlah penduduk
lansia perempuan (103.673 orang) lebih banyak dari jumlah penduduk lansia laki-
laki (88.180 orang). Jika dilihat menurut kelompok umur, jumlah penduduk
lansia terbagi menjadi lansia muda (60-69 tahun) sebanyak 110.791 orang, lansia
menengah (70-79 tahun) sebanyak 60.969 orang, dan lansia tua (80 tahun ke atas)
sebanyak 20.093 orang. Sementara itu, penduduk pra lansia yaitu penduduk

1
kelompok umur 45-54 tahun dan 55-59 tahun masing-masing sebanyak 268.022
orang dan 98.179 orang.
Masalah yang muncul pada lansia dikarenakan terjadi kemunduran sel yang
dapat mempengaruhi system tubuh. (Darmono Dkk, 2006) Mengingat dampak
dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai
upaya untuk perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota
keluarga. Beberapa indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat Perilaku
Hidup Sehat dan Bersih yaitu, Mencuci tangan dan menggosok gigi,
Mengonsumsi makanan yang bergizi, makan buah dan sayur setiap hari, Menjaga
kebersihan lingkungan, Melakukan olahraga secara teratur , Menggunkan Jamban
sehat, Mengatur waktu istirahat dengan baik dan Tidak merokok. Lansia
membutuhkan dukungan keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Dukungan Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat
memberikan dukungan untuk memberikan motivasi ataupun semangat kepada
lansia untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Kristiawan, Diyah
Yulistika, dan Esti Dwi Widayanti dalm penelitian yang berjudul “
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat (PHBS) pada Lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara”
(2014) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lansia dalam penelitian
ini berumur 45-52 tahun sebanyak 60,4%, berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 58,3%, memiliki status pekerjaan sebagai petani 29,2% dan
berpendidikan rendah sebanyak 64,6% Karakteristik keluarga yang
merawat lansia berdasarkan umur terbanyak berumur 34-39 tahun
sebanyak 62,5%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 64,6%
berpendidikan sedang sebanyak 58,3% dan tidak memiliki pekerjaan
sebanyak 31,2% Sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik
sebanyak 58,3% dan berperilaku mandiri sebanyak 56,2% Terdapat

2
hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten
Banjarnegara. Kesimpulan: Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian.

Berdasarkan hasil survei awal Perilaku Hidup Hersih dan Sehat (PHBS)
pada lansia di Desa Ollot Satu, Kecamatan Bolangitang Barat dari 10 lansia
didapatkan ada beberapa yang mengalami masalah kesehatan diantaranya 3 orang
laki-laki yang merokok diakibatkan karena keluarga tidak mampu menegur lansia
tersebut, 2 orang perempuan yang tidak menggunakan jamban sehat karena tidak
ada dukungan keluarga untuk menyediakan fasilitas jamban tersebut, 4 orang
perempuan tidak mencuci tangan sebelum makan di karenakan keluarga tidak
memperhatikan akan hal itu, dan 1 orang lansia yang tidak makan buah karena
keluarga tidak dapat mampu menyediakannya.

Berdasarkaan latar belakang yang diatas saya tertarik ingin melakukan


penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Hidup Sehat
di Desa Ollot Satu, Kecamatan Bolangitang Barat.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Merokok yang diakibatkan karena keluarga tidak mampu menegur lansia
tersebut.
1.2.2 Tidak menggunakan jamban sehat karena tidak ada dukungan keluarga
untuk menyediakan fasilitas jamban.
1.2.3 Tidak mencuci tangan sebelum makan di karenakan keluarga tidak
memperhatikan akan hal itu.
1.2.4 Tidak makan buah karena keluarga tidak dapat mampu menyediakannya.

3
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pasa Lansia di Desa Ollot Satu Kecamatan
Bolangitang Barat ?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pasa Lansia
di Desa Ollot Satu Kecamatan Bolangitang Barat.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Lansia
2. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga
3. Mengidentifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
4. Mengidentifikasi Hubungan dukungan keluarga dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) pasa Lansia

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Serta sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan yang sudah
ada.
1.5.2 Manfaat Praktis
2. Bagi Lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasih bagi lansia
agar menyadari sekaligus menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
lansia
3. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini bahan masukan bagi keluarga untuk lebih meningkatkan
dukungan kepada lansia dalam berperilaku hidup bersih dan sehat agar
dapat mencegah datangnya penyakit.

4
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Pengertian Lansia
Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam tahapan usia
late adulthood atau yang dimaksud dengan tahapan usia dewasa akhir, dengan
kisaran usia dimulai dari 60 tahun keatas (Santrock,2006). Setiap individu
mengalami proses penuaan (aging) yang terbagi menjadi 2 yaitu penuaan primer
dan sekunder. Penuaan primer adalah proses deteriorasi tubuh yang sifatnya
bertahap, tidak terhindarkan, dan umum dialami manusia. Penuaan sekunder
mengarah pada proses yang mempengaruhi tingkat penuaan primer., sebagai
akibat dari suatu kondisi penyakit, pemaparan lingkungan fisik yang tidak sehat ,
dan juga penyalahngunaan yang termasuk di dalam kontrol manusia seperti stres
ditempat kerja, paparan racun dari lingkungan, dan lain sebagainya.
2.1.2 Batasan Lanjut Usia Menurut para Ahli
1. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle
age) antara usia tua (Old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian
umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia
adalah orang yang telah berumur 65 Tahun keatas.
2. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokan
menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun, usia
dewasa penuh (middle years) atau maturitas,25-60 tahun atau 65 tahun,
lanjut usia (geriatric ege) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi
dengan 70-75 tahun (young old) 75-80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).
3. Menurut UU No. 4 Tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagi
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 Tahun, tidak mempunyai atau tidak berdayamencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

6
UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejatraan lansia bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 Tahun keatas.
2.1.3 Karakteristik Lansia
1. Berusia lebih dari 60 tahun
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladatif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasi
Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur seorang.
Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur tersebut. Hal
ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi organ manusia yang
berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun, yaitu berat otak pada
lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac output 70%, jumlah glomelurus
filtration rate 69%, vital capacity 56%, asupan O2 selama 40%, jumlah dari axon
pada syaraf spinal 63%, kecepatan pengantar implus saraf 90% dan berat badan
88%. Banyak faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut, sehingga
munculah teori-teori yang menjelaskan mengenai faktor penyebab proses penuaan
ini. Diantara teori yang terkenal adalah Teori Telomere dan teori Radikal Bebas,
yang dikemukakan oleh J.M McCord dan I. Fridovich dan Denham Harman
(1956).
Menurut Shopia Rhosma Dewi (Tahun 2014) Proses menua yang terjadi
bersifat individual, yang berarti:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Setiap lansia memilih kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses menua
Menurut ( Lilik Ma’rifatul Azizah , 2011) Tipe-Tipe Lanjut Usia :
1. Tipe arif bijaksana.
Kaya dengan Hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana ,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri

7
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menggangu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja
yang dilakukan.
5. Tipe binggung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkn diri, merasa minder, menyesal,
pasif, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe ini antara lain:
a. Tipe optimis.
b. Tipe konstruktif.
c. Tipe ketergantungan.
d. Tipe defensif.
e. Tipe militan dan serius.
f. Tipe marah dan frustasi (the angry man) .
g. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self heating man.
2.1.4 Perubahan Pada Lansia
Proses penuaan pada lansia menyebabkan perubahan signifikan pada fungsi
biologis maupun perilaku. Berikut adalah perubahan yang terjadi pada lansia :
1. Perubahan fungsi Biologis
Bertambahnya usia menyebabkan lansia mengalami berbagai macam
perubahan yang sifatnya biologis,seperti ; perubahan penampilan fisik ,
perubahan sistem sensorik, penuaan pada otak, perubahan sistem

8
msculoskeletal, perubahan pola tidur, perubahan fungsi seksual dan
repduktif, perubahan sistem neurologis.
2. Perubahan fungsi kognitif
Perubahan kognitif dipengaruhi oleh sistem saraf pusat, karakteristik
personal, fungsi sensori dan kesehatan fisik serta efek kimia seperti
pengobatan. Kemapuan kognitif pada lansia juga dipengaruhi oleh fakto
personal dan lingkungan seperti tingkat pndidikan, persepsi diri dan
pengarhargaan, serta statu kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Perubahan fungsi kognitif pada lansia meliputi fungsi daya ingat, fungsi
intelektual dan kemampuan untuk belajar. Lansia meiliki kelemahan dalam
mengingat jangka pendek (short term memory) tetapi tidak dengan
kemampuan mengingat masa lampau (long term memory). Sedangkan lansia
mengalami peningkatan kemampuan untuk mengintegrasi informasi dan
pengetahuan terkait dengan pengalaman, pengertian komunikasi,
perkembangan daya nilai, dan juga pemikiran terkait kebutuhan kehidupan
sehari-hari. Fungsi intelektual lansia memasuki tahapan paling tinggi dalam
fungsi kepandaian. Hal tersebut berkaitan dengann kemampuan yang
terkrisatalisasi dalam pengatahuan sebelum masa kehidupan masuk pada
kodisi yang stabil pada tahap kehidupan dewasa.
Daya kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari tidak mengalami perubahan. Peningkatan juga terjadi pada aspek
wisdom atau kebijaksanaan yaitu kemampuan individu untuk memberikan
penilaian dan saran terkait individu dan ligkungannya.
3. Peubahan fungsi psikososial
Perubahan psikososial pada lansia akan berdampak pada kepuan hidup dan
perubahan arti hidup. Lansia cendereung mengalami banyak perubahan
terkait faktor psikososial. Ketika anak-anak telah berpindah rumah dan
hidup mandiri, biasanya lansia akan mengalami kehilangan yang mendalam
(empity nest syndrome). Namun demikan, lansia yang ditinggalkan tersebut
memiliki banyak waktu untuk diri sendiri, pasangan, dan untuk hobi
sehingga dapat melakukan self –enhancement.

9
Lansia yang masih memilki pasangan cenderung lebih sejahtra
dibandingkan dengan lansia yang tidak berpasangan, terutama pada wanita.
Lansia yang memiliki cucu biasanya akan berinteraksi dengan cucunya.
Peran tersebut akan memberikan suatu self-fulfillment, rasa kebersamaan,
dan kepuasan hubungan yang biasanya tidak cukup dipengaruhi oleh melaui
hubungan dengan anak bagi lansia. peran dan interaksi tersebut juga
terkadang membuat lansia merasa kelelahan atau bahkan berselisih paham
dengan anak mengenai pola asuh cucu.
Berkaitan dengan hubungan psikososial lansia menjadi semakin banyak
mengabiskan waktu dirumah akibat dari kondisi kesehatan atau lainnya
seperti dukungan sosial yang tidak lagi adekuat.

2.2 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


2.2.1 Definisi
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga
keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat (Marmi-Margiyati 2013).
Lawrence Green menganalisis bahwa faktor Perilku sendiri ditentukan oleh
tiga faktor utama, yaitu:
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan
sebagainya.

2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang


memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana  dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang


mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku.

10
2.2.2 Lima pesan dasar cara hidup sehat
Pesan kesehatan yang disampaikan terutama menyangkut pola hidup hidup
bersih dan sehat (PHBS) , khususnya yang bisa diterapkan oleh lansia sesuai
usianya. Secara singkat ada 5 (lima) pesan mendasar yang perlu diupayakan
dalam pembinaan hidup sehat bagi usia lanjut (DepKes,2009).
1. Mencuci Tangan dan Menggosok Gigi
Memberitahu cara mencuci tangan, sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan. Menyampaikan teknik menggosok gigi yang baik dan benar,
sebanyak dua kali sehari.
2. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi
Menganjurkan agar berhati-hati mengonsumsi makanan dan minuman.
Menghimbau lansia untuk mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
3. Menjaga Kebersihan Linkungan
4. Membuang sampah pada tempat yang telah tersedia.
Melakukan olaraga secara teratur
5. Melalui pembinaan oleh kader , lansia dapat melaksanakan senam kesegaran
jasmani (SKJ).
6. Mengatur Waktu Istirahat dengan Baik
Membiaskan diri untuk istirahat dan tidur malam secara teratur
7. Tidak merokok didalam rumah
2.2.3 Manfaat PHBS
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga aka
meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat
dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya
kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk
kesehatan dapat dapat doalihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan
dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejatraan anggota rumah tangga. Salah
satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah/Kota dibidang kesehatan adalah
pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra Pemerintah

11
daerah dalam bidang kesehatan , sehingga dapat menjadi percontohan rumah
tangga sehat bagi daerah lain (Atikah Proverawati, Eni Rahmawati 2013).
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Menurut Dachroni dikutip dalam Debby Kiswara Murti (2016)
membedakan faktor yang mempengaruhi PHBS yakni Internal dan Eksternal
1. Faktor Internal
Faktor Internal seperti keturunan. Seseorang berperilaku tertentu karena
memang sudah demikian diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang
dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orangua atau neneknya dan
lain sebagainya. Faktor internal lainnya yakni motif. Manusia berbuat
sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini
timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow
dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan
kebutuhan Rohani.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yaitu faktor-faktor yang ada diluar sdiri individu
bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga didalam
diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk membuat sesuatu.
Faktor Eksternal disebut juga faktor Lingkungan.

2.3 Konsep Dukungan Keluarga


2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friendman, 1998
dalam Yanti Abdurahman Ibrahim 2012).
2.3.2 Keluarga
Keluarga sebagai unit sosial pertama dan utama memiliki peran yang sangat
strategis dan sangat menentukan , mengingat betapa besar tanggung jawab yang
harus dipikul oleh pihak keluarga dalam mempersiapkan anggota keluarga pra
lanjut usia memasuki masa tua yang bahagia. Sebelum memberikan dukungan ,

12
keluarga harus memahami tentang masalah, kebutuhan dan aspirasi pra lanjut usia
yang menyangkut aspek fisik, mental, ekonomi dan sosial.
2.3.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga secra umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat
dari struktur keluarga. Adapun sebuah keluarga mempunyai fungsi antara lain :
1. Fungsi Afektif (The Affective Fuction)
Fungsi ini berkaitan dengan fungsi Internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna pemenuhan kebutuhan
psikososial keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang
anggota keluarganya karena respon kasih sayang satu anggota keluarga
keanggota keluarga lainnya memberikan dasar penghargaan terhadap
kehidupan keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif terlihat dari
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Dengan
demikian setiap anggota keluarga dapat saling mempertahankan iklim dan
kondisi yang positif.
2. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function)
Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar
yang diberikan dalam keluarga. Fungsi sosialisasi dan ditunjukan dengan
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingka laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, serta meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga, keluarga mengajarkan anggotanya untuk bersosialisasi baik secara
internal maupun eksternal keluarga.
3. Fungsi Reproduksi (The Reproducitive Function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia dengan memelihara membesarkan anak. Keluarga berfunsi
menjalani kontinuitas antar generasi keluarga dengan menyediakan anggota
baru untuk masyarakat. Fungsi ini dibatasi oleh adanya program KB,
dimana setiap rumah tangga dianjurka hanya memiliki 2 orang anak.

13
4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)
Fungsi Ekonomi keluarga dengan mencari sumber-sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan
makan, tempat tinggal, pakaian, dan lainnya. Fungsi ini juga termasuk
pengaturan penggunaan penghasilan keluarga serta menabung untuk
memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
Keluarga dengan kriteria dibawah keluarga sejatrah seperti keluarga pra
sejatrah, keluarga miskin atau juga kelurga miskin sekali sulit untuk
memenuhi kebutuhan fungsi ekonomi.
5. Fungsi Perawatan (The Health Care Function)
Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktek
asuhan kesehatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk memelihara
kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas dalam
menjalankan perannya masing-masing.
2.3.4 Faktor-faktor Dukungan Keluarga
Faktor-faktor yang mmpengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua dan
tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih
demokratis atau adil mungkin ada, sementara dalam dalam keluarga kelas bawah,
hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orangtua dengan kelas
sosial menegah mmpunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih
tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah (Indriyani 2014, dalam
Abdjul 2018).
2.3.5 Bentuk Dukungan Keluaga
Dukungan dapat berupa verbal atau nonverbal , atau suatu bantuan nyata
(tangible) atau tindakan yang diberika oleh jejaring sosial yang erat dan meliki
manfaat emosional dan atau perilaku bagi penerima bantuan denga tujuan
meningkatkan kesejahteraan holistik yang meliputi fisik, psisikis, dan sosial.
Dukungan verbal dapat berupa penyampaian informasi, saran, nasehat, serta
penghargaan. Sedangkan dukungan nonverbal dapat berupa sikap mendengarkan,
mmperhatikan, serta mengerti perasaaan seseorang.

14
Konsep operational dari dukungan sosial adalah perceivet support
(dukungan yang dirasakan), yang memiliki dua elemen dasar diantaranya adalah
persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana seseorang dapat
mengandalkannya saat dibutuhkan dan derajat kepuasan terhap dukungan yang
ada. Dukungan dapat dibagi menjadi 5 (lima) bentuk, yaitu :
1. Dukungan emosional (emotional support)
Bentuk dukungan emosional yang dapat diberikan seperti ekspresi empati
dan perhatian terhaap indivu. Dukungan tersebut dapat memberikan rasa
nyaman, aman, dan dicintai agar individu dapat megahadapi masalah
dengan baik. Dukungan ini sangat penting diberikan pada individu dalam
menghadapi keaadaan yang dianggap tidak dikontrol. Sumber terdekat
dukungan emosional adalah keluarga. Dukungan keluarga tersebut
memiliki arti yang disignifikan dalam kehidupan seseorang.
2. Dukungan penghargaan (esteem support)
Bentuk dukungan penghargaan dapat diberikan melalui dorongan atau
persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu serta perbandingan
positif dengan individu lainnya. Dukungan pengahargaan ini dapat
membantu individu dalam meningkatkan harga diri, serta membangun harga
diri dan kompetisi.
3. Dukungan instrumental (instrumental support)
Dukungan instrumental merupakan bentuk dukungan langsung dan nyata.
Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,barang, makanan
serta pelayanan. Dukungan ini dapat membatu individu mengurangi tekanan
karena dapat langung digunakan untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan materi.
4. Dukungan informasional (informational support)
Bentuk dukungan informasional adalah pemberian informasi terkait dengan
hal yang dibutuhkan individu . sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa
menghindar dari berhubungan dengan orang lain. Dalam berhubungan
dengan orang lain, manusia mengikuti sistem komunikasi dan informasi

15
yang ada sistem dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, saran
serta umpan balik mengenai keadaan individu. Jenis informasi yang dapat
diberikan seperti menolong individu untuk mengenali dan mengatasi
masalah yang sedang dihadapi.
5. Dukungan jaringan (network support)
Pemberian dukungan jaringan dapat membuat individu merasa anggota dari
suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial.
Dukungan ini melibatkan rasa kebersamaan satu sama lain serta
meningkatkan rasa saling memiliki.

2.3 Penelitian yang Relevan


No Nama peneliti Judul Variabel Variabel terikat
penelitian bebas
1 Lalu Jefri Hubungan Dukungan Perilaku hidup
Yoan Hasri dukungan orang tua bersih dan sehat
S.Kep orang tua 1. Cara
dengan menggosok
perilaku gigi yang
hidup, bersih benar
dan sehat 2. Mencuci
tangan pakai
sabun
3. Menyediakan
tempat
sampah
2 Eka Hubungan Dukungan Perilaku hidup
Kristiawan Dukungan Keluarga bersih dan sehat
Keluarga 1. Mencucci
Dengan tangan dan
Kemandirian menggosok
Perilaku gigi dengan
Hidup Bersih bersih

16
Dan Sehat 2. Mengonsums
(PHBS) pada i makanan
Lansia yang bergizi
3. Menjaga
kebersihan
lingkungan
4. Melakukan
olaraga
secara teratur
5. Mengatur
waktu
istirahat
dengan baik

17
2.4 Kerangka Berpikir
2.4.1 Kerangka teori Perilaku hidup bersih
Dukungan keluarga dan sehat

1. Dukungan emosional
2. Dukungan penghargaan Perilaku hidup sehat dan bersih
3. Dukungan instrumental 1. Faktor Predisposisi (predisposing
4. Dukungan informasional factors)
5. Dukungan jaringan 2. Faktor-faktor Pemungkin
(enabling) factors
3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing
factors)

Gambar 1 Kerangka Teori

18
2.4.2 Kerangka konsep

Perilaku hidup bersih dan


sehat
DUKUNGAN KELUARGA

Keterangan
: Variabel Bebas

: Variabel terikat

: Hubungan

Gambar 2 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis Penelitian


Ha : Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan PHBS Pada Lansia
Ho : Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan PHBS Pada Lansia

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Desa OLLOT SATU, Kecamatan Bolangitang
Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 08 November

3.2 Desain Penelitian


Desain ataupun rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perancangan
untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang dapat
terjadi selama proses penelitian (Brun & Grove 1991 dalam Notoadmodjo, 2005)
Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif Analitik. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan Variabel yang
diamati yaitu Hubungan Dukungan Keluarga dengan PHBS pada Lansia
dilakukan di Desa OLLOT SATU, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh Lansia yang berada di Desa OLLOT SATU
dengan laki-laki berjumlah 27 orang lansia, perempuan dengan jumlah 30 orang
Lansia, dengan Total 57 Lansia.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagain dari populasi yang yang diharapkan dapat
mewakili atau respresentatif populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini
adalah menggunakan total sampling hal ini dikarenakan jumlah populasi kurang

20
dari 100 orang sehingga peneliti menggunakan semua populasi sebagai sampel
yang berjumlah 57 orang.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas atau variabel yang
mempengaruhi (Sugiyono,2012). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Dukungan Keluarga
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel akibat / yang
dipengaruhi (Sugiyono,2012). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perilaku hidup bersih dan sehat.

3.5 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala
. Penelitian Operasional Ukur Ukur
1. Variabel Independen
Dukungan Dukungan keluarga Kuesioner Banyak ≥ Ordinal
keluarga adalah dukungan skala likert 50%
yang diberikan oleh 1. TS Kurang ≤
keluarga kepada 2. KS
anggota keluarga 3. S
lainnya (lansia). 4. STS
Bentuk dukungan
keluarga:
1. Dukungan
emosional
2. Dukungan
penghargaan
3. Dukungan
instrumental
4. Dukungan
informasional

21
5. Dukungan
jaringan
2. Variabel Dependen
Perilaku Perilaku hidup Kuesioner Baik Ordinal
Hidup bersih dan sehat skala likert kurang
Bersih dan yang dilakukan 1. TP
Sehat lansia dengan 2. KD
indikator : 3. SR
1. Mencuci 4. SLL
Tangan dan
Menggosok
Gigi
2. Mengonsumsi
Makanan yang
Bergizi
3. Menjaga
Kebersihan
Lingkungan
4. Melakukan
olahraga secara
teratur
5. Mengatur
Waktu Istirahat
dengan Baik
6. Tidak merokok

Tabel 2 Definisi Operasional

22
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada
subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2009).
1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan
wawancara. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua
variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam (Siregar, 2013).
2. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
analis mempelajari sikap – sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa
orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan
atau oleh sistem yang sudah ada (Siregar, 2013).
3.6.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2009). Data sekunder
yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini, adalah data yang
diperoleh peneliti melalui data dari kantor kelurahan bongohulawa sebagai data
penunjang penelitian.

3.7 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
peneliti setelah pengumpulan data. Metode penelitian ini juga merupakan cara
kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran (Sugiyono,
2017).
1. Editing
Editing yaitu memeriksa kelengkapan data, kesinambunga data, an
keseragaman data apakah data sudah sesuai yang di harapkan atau tidak. Hal

23
ini dimaksud untuk kejelasan data yang di peroleh dari responden agar
seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa dengan baik.
2. Coding
Coding yaitu menyederhanakan data, kesinambungan data dan keseragaman
data apakah data sudah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak. Hal ini
menunjukan untuk mempermudah pemahaman data yang akan kelompok-
kelompokan.
3. Entri
Entri yaitu data yang dimasukkan kedalam file computer sesuai pemberian
kode pada tahap coding.
4. Scoring
Scoring yaitu penelitian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
yang berkaitan dengan pengetahuan responden. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga mempermudh
perhitungan.
5. Tabulating
Tabulating yaitu masukkan data sehingga mudah dijumlahkan, disusnan dan
di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8 Teknik Analisa Data


3.8.1 Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisa Univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasi pengukuran
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna, peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Analisa univariat dilakukan masing-masing variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Pada analisa univariat ini sekaligus bertujuan untuk melihat
jumlah responden berdasarkan karakteristik demografi inividunyayaitu dilihat dari
karakteristik responden. Selain itu juga analisa univariat ini juga melihat
Dukungan Keluarga dengan PHBS pada lansia di Desa Ollot Satu.
3.8.2 Analisa Bivariat

24
Analisa Bivariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap dua
variabelyang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010) setelah
diketahui karakterisik masing-masing variabel maka dilakukan analisa lebih lanjut
yaitu dengan analisa bivariat. Analisa bivariat adalah dilakukan dengan
menganalisa dua variabel yaitu variabel independen dukungan keluarga dengan
variabel dependen yaitu PHBS pada Lansia di Desa Ollot Satu, penelitian ini
menggunakan Uji Khay Kuadrat (chi square).

3.9 Etika Penelitian


Menurut Hidayat (2014), dalam etika penelitian ini ada 3 yang harus di
jalankan dalam penelitian yaitu :
1. Lembar persetujuan (Informed Concent)
Meruapakan cara persetujuan anatara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Concent). Informed concent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakuakn dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Concent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, jika subjek bersedia maka harus
mennadatangani lembar persetujuan.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik infomasi maupun masalah – masalah lainnya, semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

25

Anda mungkin juga menyukai