Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KUIS

KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

DI SUSUN OLEH:

NAMA:SARMIN R.BUTUDOKA
NPM:115 018 036
SEMESTER:IV/KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN MATA KULIAH:BAPAK SUBARDIN AB,SKM.,M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
TAHUN 2020
1. Konsep Kesehatan Lingkungan Pemukiman

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU
RI No. 4/1992).Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik
lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang
memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya; dan sarana lingkungan
yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan,
sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bagunan, kualifikasi,
adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta
mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang
memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia
maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001)..

Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang


memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana utama
meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan pematusan air
hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya.Jaringan
primer prasarana lingkungan adalah jaringan utama yang menghubungkan antara kawasan
pemukiman atau antara kawasan pemukiman dengan kawasan lainnya. Jaringan sekunder
prasarana lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di
dal am satu satuan lingkungan pemukiman. Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial
dan budaya.
Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan
umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan, rekreasi dan olah raga, pertamanan,
pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan
lingkungan pemukiman, meliputi jaringan air bersih, listrik, telepon, gas, transportasi, dan
pemadam kebakaran. Utilitas umum membutuhkan pengelolaan profesional dan berkelanjutan
oleh suatu badan usaha.

2. Syarat Rumah Sehat

Rumusan persyaratan rumah atau pemenuhan rumah sehat yang dikeluarkan oleh WHO
dan American Public Health Association (APHA) antara lain sebagai berikut:

1. Menurut WHO (1974)


a. Harus dapat melindungi dari hujan, panas,dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat.
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi.
c. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa,
keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
2. Menurut APHA
a. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
1) Suhu ruangan

Suhu ruangan harus dijaga agar tetap stabil sekitar 18-200C. Suhu ruangan ini bergantung
pada suhu udara luar, pergerakan udara, kelembapan udara, dan suhu benda di sekitarnya.

2) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu indikator rumah yang sehat karena cahaya
mempunyai sifat membunuh bakteri dan kuman yang masuk ke dalam rumah, yang perlu
diperhatikan adalah tingkat terangnya cahaya. Karena kurangnya cahaya yang masuk dapat
menimbulkan akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas seseorang.
Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan
alami bersumber dari cahaya matahari, tidak perlu biaya dan dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen di dalam rumah, misalny basil TBC. Idealnya, cahaya yang masuk luasnya sekurang-
kurang 15-20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Sedangkan pencahayaan
buatan itu bersumber dari tenaga listrik, lampu, api, minyak tanah, dan sebagainya.

3) Ventilasi

Ventilasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan sebaiknya dibuat
sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah secara bebas sehingga asap
dan udara kotor dapat sgera hilang dengan menempatkan posisi pintu dan jendela secara tepat.

Ventilasi berfungsi untuk menjaga aliran udaran di dalam rumah agar tetap segar,
membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri patogen, dan menjaga kelembapan ruangan
agar tetap terjaga secara optimal. Ventilasi dibagi menjadi dua, yaitu ventilasi alamiah dan
ventilasi buatan. Ventilasi alamiah dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan sebagainya. Namun ventilasi alamiah ini juga
memiliki kerugian karena bisa menjadi tempat masuknya nyamuk dan serangga lainnya kedalam
rumah. Sedangkan ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan bantuan alat seperti kipas
angin, dan mesin penghisap udara (AC). Tetapi untuk rumah di daerah pedesaan tidak bisa
digunakan.

4) Kebisingan

Dinding ruangan haruslah kedap suara, baik terhadap suara yang berasal dari luar
maupun dari dalam. Karena kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan
seseorang. Apalagi kalau datangnya secara tiba-tiba seperti letupan sangat membahayakan
kehidupan seseorang, terutama orang yang memiliki penyakit jantung. Rumah yang sehat adalah
rumah yang letaknya jauh dari sumber kebisingan.

b. Memenuhi Kebutuhan Psikologis

Persyaratan psikologis yaitu over crowding. Over crowding bisa menimbulkan efek-efek
negatif terhadap kesehatan fisik, mental, maupun moral. Rumah yang sehat harus memiliki
pembagian ruangan yang baik untuk berkumpul bersama keluarga ataupun untuk bermasyarakat
(menerima tamu) serta pembagian kamar untuk masing-masing anggota keluarga, penataan
perabotan yang rapi, dan tidak over crowding. Rumah dinyatakan over crowding bila jumlah
orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-hal berikut :

1) Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan
berstatus sebagai suami istri, tidur dalam satu ruangan.
2) Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan
yang telah ditetapkan.
c. Menghindari Terjadinya Kecelakaan
1) Konstruksi rumah dan bahan banguna harus kuat sehingga tidak mudah ambruk.
2) Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik kecelakaan karena jatuh maupun
kecelakaan mekanis lainnya.
3) Menghindari bahaya kebakaran.
4) Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas.
5) Perlindungan terhadap electrical shock.
6) Perlindungan terhadap bahaya keracunan gas.
7) Menghindarkan bahaya-bahaya lalu lintas kendaraan.

d. Terhindar dari penyebaran penyakit


1) Adanya sumber air yang sehat bagi setiap rumah, cukup kualitas dan kuantitasnya
2) Ketentuan adanya perliundungan air minum dari pencemaran.
3) Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik untuk
mencegah penyebaran penyakit.
4) Harus dapat mencegah perkembanganbiakan vektor penyakit seperti nyamuk, lalat,
tikus dan sebagainya.
5) Ketentuan tentang space di kamar tidur untuk menghindari terjadinya kontak infeksi.
3. Jenis-Jenis Pemukiman

A. Pemukiman Perkampungan Tradisional

Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang


teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun
temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun
dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat.Kebiasaan-kebiasaan hidup secara
tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatan
seperti kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air limbah di
sembarang tempat sehingga terdapat genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya
penyakit menular.

B. Perkampungan Darurat

Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya


perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya
banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka
yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditampatkan dipenampungan ini untuk
mendapatkan pertolongan bantuan dan makanan pakaian dan obat-obatan. Begitu pula ada
bencana lainnya seperti adanya gunung berapi yang meletus dan lain-lain.

Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas
sanitasi lingkungan sehingga kemungkinan penlaran penyakit akan mudah terjadi.

C. Perkampungan Kumuh (Slum Area)

Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan
penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih
baik, mereka bekerja di toko-toko, di restoran-restoran, sebagai pelayan dan lain lain. sulitnya
mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka
banyak diantara mereke manjadi orang gelandangan, Di kota umumnya sulit mendapatkan
tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oleh penghasilan (upah kerja) yang
mereka dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar).
D. Pemukiman Transmigrasi

Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah
pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan
(ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang/kurang
penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani bercocok tanam dan lain lain)
disamping itu jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi orang -orang (penduduk)
yang di transmigrasikan akibat di tempat aslinya seiring dilanda banjir atau sering mendapat
gangguan dari kegiatan gunung berapi.Ditempat ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah
garapan untuk bertani (bercocok tanam) oleh pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau
penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya.

E. Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus

Perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi
orang -orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah
dirancanakan. Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal
untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalan kan tugas. setelah cukup selesai
maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing masing.

contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga nasional ).
Perkampungan orang-orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek
pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain).

F. Perkampungan Baru (real estate)

Pemukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak
swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu
pemukiman (kawasan pemukiman). Ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan cukup
baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih , baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor)
atau pun air PAM/PDAM, sistem pembuangan kotoran dan air kotornya direncanakan secara
baik, begitu pula cara pembuangan sampahnya di koordinir dan diatur secara baik.

Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP,
dll) yang dibangun dekat dengan tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti
poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain-lain.Jenis pemukiman seperti ini
biasanya dibangun dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang berpenghasilan
menengah keatas. Rumah rumah tersebut dapat dibali dengan cara di cicil bulanan atau bahkan
ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. Contoh pemukiman sperit ini adalah
perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak dibangun sampai ke daerah-
daerah

4. Pengertian Kota Sehat

Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman
dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa
tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.

Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan


memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk
mewujudkannya dilaksanakan melalui “FORUM” atau dengan memfungsikan lembaga
masyarakat yang ada. Forum tersebut disebut “FORUM KABUPATEN/KOTA SEHAT” atau
sebutan lain yang serupa sampai tingkat kecamatan dan desa.

Tatanan : adalah sasaran kegiatan Program Kabupaten Sehat yang sesuai dengan potensi dan
permasalahan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten.

Kawasan sehat : adalah kondisi wilayah tertentu yang bersih, nyaman, aman dan sehat bagi
pekerja dan masyarakat dikawasan tersebut dengan mengoptimalkan potensi masyarakat dan
pekerja, melalui pemberdayaan pelaku pembangunan yang terkait, difasilitasi oleh sektor terkait
dan sinkron dengan perencanaan wilayah.

5. Tata Kota Dan Hutan Kota


a. Tata Kota

Menurut UU Nomer 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mendefinisikan kawasan


perkotaan sebagai wilayah kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat bermukim permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi.Oleh karena itu tata kelola perkotaan
menjadi isu yang stategis mengatasi permasalahan ini. Tata kelola perkotaan merupakan sebuah
aktivitas mengelola dan menata sebuah kota untuk mencapai sistem perkotaan yang lebih baik
dengan mewujudkan prinsip keberlanjutan kota, supaya perkotaan menjadi layak huni
(liveability) dan sustainable yaitu memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.

Dalam mengelola perkotaan yang sustainable diperlukan ide yang tepat dalam menangani
permasalahan, selain itu juga diperlukan managerial support yang baik dari segi sumber daya
manusia maupun dari segi infrastruktur, serta perlu adanya inovasi.

Menurut Prof. Prusbianto staff pengajar ITB Terdapat 6 komponen tata kelola kota untuk
mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan, yaitu sebagai berikut

1. Proses Perencanaan

Proses perencanaan halam hal tata kelola perkotaan memiliki beberapa tahapan dalam
mewujukan kota yang baik. Tahap yang pertama yaitu menyusun formulasi perencanaan, setelah
melakukan formulasi dalam perencanaan yang sesuai dengan rencana maka selanjutnya di
implementasikan dalam melakukan pengimpementasikan tersebut perlu adanya pengendalian,
dan melakukan pelaporan, dan tahapan yang terakhir yaitu dilakukan adanya pemantauan
terhadap hasil dari proses perencanaan tersebut.

2. Daya Saing

Yaitu bagaimana suatu perkotaan dapat meningkatkan daya saing dalam bidang ekonomi,
lingkungan, sosial, budaya, dan infrastruktur sebagai pendukung aktivitas kota. Sehingga
perekonomian akan meningkat

3. Tata Guna Lahan dan Bentuk Kota

Meingkatkan pemanfaatan dan mengoptimalkan penggunaan lahan di suatu kota. Dengan


penataan land use akan memberikan esensi terhadap bentuk kota.

4. Infrastruktur dan pengelolaan pelayanan

Pengadaan infrastruktur dan pengelolaan pelayanan hal yang penting dalam suatu kota
karena menjamin kemudahan penduduk dalam melangsungkan kegiatan
5. Pengelolaan Institusi Perkotaan

Sistem pemerintahan yang baik (good governance) sebagai perwujudan untuk mengatur
kebijakan yang dapat menata ketertiban pembangunan perkotaan sesuai prosedur dan terstruktur
dan Berkaitan dengan pengaturan jalannya pemerintahan, misalnya dengan melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan, melibatkan swasta/developer dalam pembangunan,
maupun sistem insentif dan disentif dalam pengaturan pembangunan

6. Urban -- Peri Urban

Dalam tata kelola perkotaan juga perlu memperhatikan pembangunan ruang kota dan
pengelolahan kawasan pinggiran (hiterland) sehingga terjadi pemerataan pembangunan.

Dengan konsep-konsep tersebut akan dihasilkan sutau tata kelola kota yang lebih baik.
Tujuan dari tata kelola kota adalah meningkatkan peran pemangku kepentingan kota dalam
pengelolaan kota berkelanjutan sebagai agent of change, agent development, dan agent of social
control dengan tetap menjunjung tinggi nilai, norma, dan etika.

Berdasarkan Undang-Undang Nomer 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah memberikan


kewenangan kepada pemerintah untuk mengelola sumber daya alam dan sumberdaya manusia
dalam meningkatkan kesejahteraan dalam kota tersebut sehingga akan dicapai pembangunan
keberlanjutan yang sesuai.

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh bapak Ridwan dosen ITB dalam
pembangunan keberlanjutan pemimpin sangat penting menentukan tujuan pembangunan dan
penyediaan pelayanan di suatu kota karena pemimpin inilah yang akan menggandeng
stakeholder ataupun swasta dalam kerjasama dalam pembangunan keberlanjutan.

b. Tata Hutan Kota

Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar,
pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat mengukur
prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman dometik dan mancanegara, tempat rekreasi
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun, dengan meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan
seperti pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri permukiman dan kegiatan lainnya
sering mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan sering juga disertai dengan
menurunnya mutu lingkungan hidup.

Hal ini akan mengakibatkan kota menjadi sakit, tercemar dan mungkin tidak lagi dapat
berpikir tenang, tajam, dan terarah sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang
kompleks dan yang bersifat futuristic akan menurun. Lain halnya, dengan kota yang ditata
dengan baik kualitas lingkungannya. Hutan kota yang dibangun dan dikembangkan akan
mengurangi monotonitas, meningkatkan keindahan, membersihkan lingkungan dari pencemaran,
meredam kebisingan, menjadi lebih alami dan beberapa keuntungan lainnya.

Hutan kota dapat didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di
dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai
penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang
memiliki nilai estitika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-
pohonan serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.

Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti,
kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa dalam kota
dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa mengurangi dampak cuaca yang tidak
bersahabat seperti mengurangi kecepatan angin, mengurangi banjir, memberi keteduhan. Juga
memberikan efek pengurangan pemanasan global.

Hutan kota yang dibangun pada areal permukiman bertujuan utama untuk pengelolaan
lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe pemukiman.
Hutan kota tipe ini lebih dititikberatkan kepada keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa
khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai. Bentuk Hutan Kota sendiri meliputi Jalur
Hijau, Taman Kota, Kebun dan Halaman, Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang, Hutan
Lindung.

Keuntungan dari hutan kota dengan pohon dan semak-semaknya sangat banyak, termasuk
keindahan, pengurangan efek pulau bahang (urban heat island), pengurangan limpasan air hujan,
pengurangan polusi udara, pengurangan biaya energi untuk pendinginan udara ruang dalam
bangunan jika ada bangunan di dekatnya, meningkatkan nilai lahan dan bangunan di sekitarnya,
meningkatkan habitat kehidupan satwa, juga mitigasi dampak lingkungan perkotaan secara
keseluruhan.

Dalam pembangunan Hutan Kota itu tersendiri harus meliputi Perencanaan. Dalam studi
perencanaan aspek yang harus diteliti meliputi: lokasi, fungsi dan pemanfaatan, aspek teknik
silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana, teknik pengelolaan lingkungan. Bahan
informasi yang dibutuhkan dalam studi meliputi:

a. Data fisik ( letak,wilayah,tanah, iklim dan lain-lain)


b. Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya)
c. Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya)
d. Rencana pembangunan wilayah
e. Bahan-bahan penunjang lainnya.

Hasil studi berupa Perencanaan Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari tiga bagian yakni:

1) Rencana jangka panjang yang memuat gambaran tentang hutan kota yang dibangun
serta target dan tahapan pelaksanaannya
2) Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masing-masing
komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya
3) Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun Hutan Kota diantaranya:

a) Strategik: banyak masalah lingkungan kota dan perkotaan yang dapat diatasi dengan
membangun hutan kota
b) Antisipatif: hutan kota harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah lingkungan yang
diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang. Hal ini perlu diperhatikan
mengingat hutan kota baru akan berfungsi dengan baik setelah tanaman berumur 15 –
25 tahun
c) Futuristik: hutan kota akan dapat berfungsi dengan baik setelah tanaman berukur 15 –
25 tahun; selain itu disain dan tata letak tanaman dan jarak tanamnya harus
memperhatikan lingkungan setempat. Jangan terlalu dekat dengan bangunan, agar
tanaman setelah dewasa tidak mengganggu bangunan, jalan dan saluran air
d) Fungsional: hutan kota harus diarahkan untuk mengatasi masalah lingkungan baik yang
sudah ada pada saat ini atau yang diperkirakan akan munsul di masa yang akan datang
e) Efektif: hutan kota dapat berperan dalam mengatasi masalah lingkungan karena jumlah
luasan (batang) cukup
f) Efisien: luasan hutan kota (jumlah batang) yang ada dapat mengatasi masalah
lingkungan pada luasan yang minimal. Hal ini perlu diperhatikan mengingat lahan kota
sangat mahal dan lahan kota harus cukup tersedia untuk menyangga kota sebagai pusat
berbagai kegiatan
g) Kecocokan: cocok dengan lingkungan setempat (tanah dan iklim)
h) Luasannya cukup agar manafaat hutan kota dapat dirasakan secara nyata
i) Penata letakan tanaman diatur sedemikian rupa, sehingga menghasilkan kesan yang
indah (estetik)
j) Ketahanan: tahan terhadap cekaman lingkungan alam dan buatan.

Ada beberapa hambatan yang dijumpai dan sering mengakibatkan kurang berhasilnya progam
pengembangan hutan kota antara lain:

1. Terlalu terpaku kepada anggapan bahwa hutan kota harus dan hanya dibangun di lokasi
yang cukup luas dan mengelompok
2. Adanya anggapan bahwa hutan kota hanya dibangun di dalam kota, padahal di beberapa
kota besar sangat mahal.
3. Adanya konflik dari berbagai kepentingan dalam hal peruntukkan lahan. Biasanya yang
menang adalah mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena hutan kota tidak
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, maka lahan yang semula diperuntukkan bagi
hutan kota atau yang semula diubah peruntukannya menjadi supermarket, real-estate,
perkantoran dan lain-lain.
4. Adanya penggunaan lain yang tidak bertanggung jawab seperti: bermain sepak bola,
tempat tuna wisma, pohon sebagai cantolan kawat listrik dan telepon, pangkal pohon
sering dijadikan sebagai tempat untuk membakar sampah, sebagai tempat
ditancapkannya reklame dan spanduk.
5. Vandalisme dalam bentuk coretan dengan cat atau goresan dengan pisau.
Beberapa upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut antara lain:

a. Hutan kota dapat dibangun pada tanah kosong di kawasan: pemukiman, perkantoran,
dan industry, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol, tepian sungai, di
bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai tempat lainnya yang
memungkinkan untuk ditanami.
b. Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu mudah
untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukkan lain.
c. Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota untuk
tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukkannya
d. Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme
e. Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari bambu,
agar binatang tidak mudah masuk dan merusak tanaman.

6. Pengelolaan Sampah Pemukiman

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, mendaur ulang


dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau
radioaktif dengan metode dan keterampilan khusus untuk masing-masing jenis zat.

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan antara daerah perumahan
dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi
di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk
sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe zat
sampah, lahan yang digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan lahan.

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:


a. mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (pemanfaatan
sampah), atau
b. mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan
hidup.

1) Penimbunan darat sampah

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang


sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan
di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah
lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat
penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di
antaranya angin yang berbau sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air
sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas metana dan karbon dioksida yang juga sangat
berbahaya.

2) Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.

Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau plastik pelapis. Sampah biasanya
dipadatkan untuk mengurangi volume dan menambah kestabilannya, dan ditutup untuk tidak
menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas
yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas
untuk membangkitkan listrik.

3) Daur ulang

Proses pemilahan sampah yang masih memiliki nilai secara materiil untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang (reuse). Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil energi dari bahan yang bisa
dibakar untuk membangkitkan listrik.
4) Pengolahan kembali secara fisik

Baja yang dibuang, dan kemudian dipilah di fasilitas Central European Waste Management,
Eropa.

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan
untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari
awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.Sampah
yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja makanan/minuman, Botol
HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan
menurut jenis bahannya.

5) Pengolahan biologis Pengkomposan.

Material sampah organik, seperti residu tanaman, sampah makanan, atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis menjadi kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas metana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin
Program di Toronto, Kanada,[1] di mana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur
dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.

6) Sampah menjadi energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara perlakuan panas bervariasi mulai dari
menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau pemanas, sampai penggunaannya untuk
memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisis dan
gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang saling terkait, ketika sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan anaerobik. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada
tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas,
dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi
produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.
Gasifikasi dan gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas
ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

7) Metode pencegahan dan pengurangan Konsep pengelolaan sampah

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya,
antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, multikonsep yang digunakan
adalah:

a. Diagram dari hirarki limbah.

Hierarki sampah - hierarki sampah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan
sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki limbah yang tetap
menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan hierarki sampah adalah
untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan
jumlah minimum limbah.

Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah (Extended Producer Responsibility).


EPR adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang
berkaitan dengan produk-produk para produsen di seluruh siklus hidup produk tersebut ke dalam
pasar harga produk. EPR dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh siklus hidup
produk dan kemasan yang dibawa ke pasar. Ini berarti perusahaan yang membuat, mengimpor
dan/atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka sejak manufaktur
hingga akhir dari masa penggunaannya.

7. Pengertian kesehatan Pemukiman


Permukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai
tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan penyakit dan
kecelakaan (Kasjono, 2011).

Anda mungkin juga menyukai