Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“AKUNTANSI KEUNGAN LANJUTAN 2”

DI SUSUN OLEH :

MUHAMAD HAJRIN (17 320 009)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“AKUNTANSI UNTUK ORGANISASI NIRLABA”. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah
menuju ke alam ilmiah yang penuh barakah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena keterbatasan
ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Baubau, 30 Juli 2020

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Organisasi Nirlaba.........................................


B. Pengertian Organisasi Nirlaba...............................................
C. Ciri Dari Organisasi Nirlaba..................................................
D. Jenis-Jenis Organisasi Nirlaba...............................................
E. Konsep Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba.......
F. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba.....................
G. Organisasi Nirlaba (Organisasi Zakat) .................................

BAB 3 PENUTUP...................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang
tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik
publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi
sukarelawan, serikat buruh. Suatu organisasi nirlaba memperoleh sumber dayanya dari
penyumbang yang tidak mengharapkan imbalan, menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan
memupuk laba, dan tidak memiliki bagian kepemilikan seperti halnya organisasi bisnis. Pada
beberapa bentuk entitas nirlaba, kebutuhan modalnya didanai dari hutang, dan kebutuhan
operasinya didanai dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada masyarakat. Hal lain yang
membedakan organisasi nirlaba dengan organisasi bisnis adalah pada bagian laporan
keuangannya, yaitu adanya pemisahan dana yang diterima oleh entitas nirlaba.Organisasi
nirlaba juga dijelaskan dalam PSAK 45 yang menyebutkan bahwa dalam organisasi nirlaba
harus disajikan laporan keuangan guna sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak pengelola
lembaga non-profit kepada pihak donatur atas diberikannya bantuan atau donasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Apa Konsep Dasar Organisasi Nirlaba?


2. Apa Pengertian Organisasi Nirlaba?
3. Apa Ciri Dari Organisasi Nirlaba?
4. Bagaimana Jenis-Jenis Organisasi Nirlaba?
5. Bagaimana Konsep Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Organisasi Nirlaba

Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan
para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1) Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu
lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak
berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01).
Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam
masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam
kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.

B. Pengertian Organisasi Nirlaba

Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah
salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau
kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya atau dana yang digunakan
dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari
orang-orang yang ingin membantu sesamanya. Tujuan organisasi nirlaba yaitu untuk
membantu masyarakat luas yang tidak mampu khususnya dalam hal ekonomi. Organisasi
nirlaba pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan (aktualisasi filosofi) dari
sekelompok orang yang memilikinya. Karena itu bukan tidak mungkin diantara lembaga yang
satu dengan yang lain memiliki filosofi (pandangan hidup) yang berbeda, maka
operasionalisasi dari filosofi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang
dimiliki organisasi nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan
lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu
ada.

C. Ciri Dari Organisasi Nirlaba

1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan
pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
4. Berbentuk oraganisasi yang ditandai adanya institusi.
5. Terpisah dari Negara.
6. Mandiri.

D. Jenis-Jenis Organisasi Nirlaba


Secara umum ada beberapa jenis organisasi yang tergolong dalam organisasi nirlaba, yaitu

1. Organisasi nirlaba bidang budaya dan pariwisata.


2. Organisasi nirlaba di bidang pendidikan dan penelitian.
3. Organisasi nirlaba di bidang kesehatan.
4. Organisasi nirlaba bidang pelayanan social.
5. Organisasi nirlaba bidang lingkungan.
6. Organisasi nirlaba bidang pembangunan.
7. Organisasi nirlaba bidang kerelawanan.
8. Organisasi nirlaba hubungan internasional.
9. Organisasi nirlaba bidang social-keagamaan.
10. Organisasi nirlaba bidang pengembangan mikro dan koperasi.
11. LSM dan Sektor Nirlaba.

E. Konsep Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba

Standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang
saham, kreditor dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas
bersangkutan, namun mempunyai kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun
standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government
Accountingg Standard Board (GASB) menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan
untuk pemerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar Akuntansi Keuangan


Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun
terpisah dari FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan
Indonesia di Indonesia karena karateristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak
mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberikan pelayanan pada masyarakat
tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan
pemerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai.International Federation og Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector
Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standartd
(IPSAS). Istilah Public Sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional
(misalnya Negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa), pemerintah local
(misalnya kota mandiri), dan entitas pemerintah terkait (misalnya perusahaan Negara, komisi
khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sector public
nonpemerintah.

Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board  (FASB) telah menyusun


standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang
saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas
bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar
akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accounting
Standard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan untuk
pernerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.  Organisasi


penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan
Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik
entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau
semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa
imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai. International
Federation of Accountant  (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committee (PSC) yang
bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Istilah
public sector  di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional (misalnya negara
bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota
mandiri) dan entitas pernerintah terkait (misalnya perusahaan negara, komisi
khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sektor publik
nonpemerintah.

Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atas jenis
kegiatan  atau bentuk legalnya . Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah
nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit
organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi
bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk
mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal
bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk
melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba,
surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi
nirlaba tetap pada jati dirinya. Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar
skala kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak . Sebaliknya,
apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi,
gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen
dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf
dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.

Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk


kegiatan . Contoh entitas legal adalah:

1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti
BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha
perorangan, UD;
2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta,
misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat

F. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting
Standards Board  (FASB, 1980) mengeluarkan Statements  of Financial Accounting
Concepts  No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi
nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness organizations).  Tujuan
laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:

1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi


yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan
calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi
sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan
yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan
memberi pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer
organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek
kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar. kejadian ekonomi
yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran
secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih
organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi
secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk
menilai kinerja.
6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan.

G. Organisasi Nirlaba (Organisasi Zakat)

Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi zakat
yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana agar
organisasi zakat dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan transparansinya
terjamin. Apalagi sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan untuk meng
audit. Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan
memudahkan pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi
organisasi pengelola zakat. Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan
masyarakat akan akuntabilitas organisasi pengelola zakat.

Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit
terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan dan auditor
tidak mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis atau
melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi
pengelola zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.

Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan keuangan
bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang sama akan
melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan demikian
bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang lainnya
dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana. Draft pedoman akuntansi zakat
masih dalam rangka sosialiasi untuk mendapatkan tanggapan dan masukan. Telah ada
berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun teknis akuntansi baik berupa nama-
nama akun maupun format penyajiannya. Masukan tersebut akan diselaraskan dengan
susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum draf ini menjadi pedoman akuntasi zakat
yang berlaku umum maka akan ada dua review  yang ditempuh pihaknya, baik melalui DSN
maupun IAI. Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan
oleh IAI yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di
atas, organisasi zakat dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi
Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat
harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas,
dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat
(IMZ) menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini
diperlukan, karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan
organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu
dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Disimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah organisasi non profit yang kekayaanya itu
dipisahkan dan keseluruhan kekayaanya dari donatur. Salah satu contoh dari organisasi
nirlaba adalah yayasan panti asuhan.Dalam mendirikan sebuah yayasan panti asuhan harus
memenuhi persyaratan, syarat-syarat tersebut diantaranya:

1. Minimal didiran satu orang dan pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan


pribadinya dengan kekayaan yayasan panti asuhan.
2. Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang kemudian di ajukan pengesahannya pada
Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta diumumkan dalam berita negara
Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Disarikan dari buku: Manajmen Keuangan lembaga Nirlaba, Penulis: Pahala Nainggola, Hal: 1-
2.

Citra Yuliarti,Norita.Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember. Jurnal Akuntansi


Universitas Jember – Vol. 12 No. 2 Des 2014

Anda mungkin juga menyukai