DI SUSUN OLEH :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahi Rahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“AKUNTANSI UNTUK ORGANISASI NIRLABA”. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah
menuju ke alam ilmiah yang penuh barakah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena keterbatasan
ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP...................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang
tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik
publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi
sukarelawan, serikat buruh. Suatu organisasi nirlaba memperoleh sumber dayanya dari
penyumbang yang tidak mengharapkan imbalan, menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan
memupuk laba, dan tidak memiliki bagian kepemilikan seperti halnya organisasi bisnis. Pada
beberapa bentuk entitas nirlaba, kebutuhan modalnya didanai dari hutang, dan kebutuhan
operasinya didanai dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada masyarakat. Hal lain yang
membedakan organisasi nirlaba dengan organisasi bisnis adalah pada bagian laporan
keuangannya, yaitu adanya pemisahan dana yang diterima oleh entitas nirlaba.Organisasi
nirlaba juga dijelaskan dalam PSAK 45 yang menyebutkan bahwa dalam organisasi nirlaba
harus disajikan laporan keuangan guna sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak pengelola
lembaga non-profit kepada pihak donatur atas diberikannya bantuan atau donasi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan
para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1) Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu
lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak
berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01).
Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam
masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam
kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah
salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau
kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya atau dana yang digunakan
dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari
orang-orang yang ingin membantu sesamanya. Tujuan organisasi nirlaba yaitu untuk
membantu masyarakat luas yang tidak mampu khususnya dalam hal ekonomi. Organisasi
nirlaba pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan (aktualisasi filosofi) dari
sekelompok orang yang memilikinya. Karena itu bukan tidak mungkin diantara lembaga yang
satu dengan yang lain memiliki filosofi (pandangan hidup) yang berbeda, maka
operasionalisasi dari filosofi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang
dimiliki organisasi nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan
lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu
ada.
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan
pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
4. Berbentuk oraganisasi yang ditandai adanya institusi.
5. Terpisah dari Negara.
6. Mandiri.
Standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang
saham, kreditor dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas
bersangkutan, namun mempunyai kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun
standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government
Accountingg Standard Board (GASB) menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan
untuk pemerintah pusat dan federal AS.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atas jenis
kegiatan atau bentuk legalnya . Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah
nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit
organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi
bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk
mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal
bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk
melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba,
surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi
nirlaba tetap pada jati dirinya. Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar
skala kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak . Sebaliknya,
apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi,
gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen
dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf
dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti
BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha
perorangan, UD;
2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta,
misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting
Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting
Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi
nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness organizations). Tujuan
laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi zakat
yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana agar
organisasi zakat dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan transparansinya
terjamin. Apalagi sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan untuk meng
audit. Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan
memudahkan pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi
organisasi pengelola zakat. Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan
masyarakat akan akuntabilitas organisasi pengelola zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit
terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan dan auditor
tidak mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis atau
melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi
pengelola zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan keuangan
bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang sama akan
melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan demikian
bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang lainnya
dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana. Draft pedoman akuntansi zakat
masih dalam rangka sosialiasi untuk mendapatkan tanggapan dan masukan. Telah ada
berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun teknis akuntansi baik berupa nama-
nama akun maupun format penyajiannya. Masukan tersebut akan diselaraskan dengan
susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum draf ini menjadi pedoman akuntasi zakat
yang berlaku umum maka akan ada dua review yang ditempuh pihaknya, baik melalui DSN
maupun IAI. Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan
oleh IAI yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di
atas, organisasi zakat dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi
Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat
harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas,
dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat
(IMZ) menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini
diperlukan, karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan
organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu
dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah organisasi non profit yang kekayaanya itu
dipisahkan dan keseluruhan kekayaanya dari donatur. Salah satu contoh dari organisasi
nirlaba adalah yayasan panti asuhan.Dalam mendirikan sebuah yayasan panti asuhan harus
memenuhi persyaratan, syarat-syarat tersebut diantaranya:
Disarikan dari buku: Manajmen Keuangan lembaga Nirlaba, Penulis: Pahala Nainggola, Hal: 1-
2.