Anda di halaman 1dari 4

Nama : wirda Murlan Harahap

NIM : 180306082
Kelas : Peternakan B
Matkul : Produksi Ternak Unggas

Judul : INSEMINASI BUATAN PADA AYAM BURAS DENGAN METODE


DEPOSISI INTRA UTERINE

Permasalahan
Untuk memacu percepatan perkembangan usaha ternak ayam buras kearah komersial, perlu

dilakukan perubahan pola pemeliharaan kearah intensifikasi dengan memanfaatkan berbaga


i terobosan

teknologi. Salah satu teknologi yang dapat diadopsi adalah teknik Inseminasi Buatan (IB) yan
g telah

dimanfaatkan pada industri pembibitan ayam ras. Ada dua metode IB yaitu metode deposisi
semen intra

vaginal dan intra uterine. Keberhasilan IB ditunjukkan oleh daya tunas telur ( % fertilitas) has
il IB. Hal

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi pejantan, kondisi betina (induk), bah
an pengencer

semen, metode IB, waktu dan dosis IB serta gizi pakan. Makalah ini akan menjelaskan metod
e deposisi

semen intra uterine, yang memiliki tingkat keberhasilan dalam fertilisasi relatif lebih tinggi. D
ari paparan

ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi usaha pembibitan ayam buras yang dipelihara s
ecara intesif.

Bahan Dan Metode


Pemilihan Bibit

Memilih induk untuk bibit

Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut :

1. Sehat dan tidak cacat.


2. Berproduksi tinggi.

3. Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.

4. Induk sedang bertelur.

5. Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu.

Memilih pejantan untuk bibit:

Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut

1. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.

2. Umur 1-3 tahun, bertaji dengan panjang 0,50 – 1,50 cm.

3. Memiliki mutu genetik yang tinggi.

4. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.

5. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.

B. Persiapan induk dan pejantan

1. Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan

dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur

dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.

2. Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.

3. Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace

yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).

4. Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.

Pembahasan
Pada pemeliharaan ayam buras secara intensif dikandang individual, pembiakan dengan

metode inseminasi buatan akan lebih efektif karena selain menghindari dampak negatif “peck

order” dari pejantan, dengan dilakukannya pengenceran semen pejantan dapat mengawini

banyak betina.

Dengan IB metode deposisi semen intra uterine, diharapkan mampu memproduksi telur

tetas yang berkualitas dengan fertilitas yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal

sangat bergantung dari derajat kesehatan pejantan dan betina serta nutrisi pakan yang diberikan,

oleh karena itu pemberian anti stress dan pakan yang berprotein tinggi mutlak harus dilakukan.
Toelihere (1985) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan inseminasi Buatan (IB) antara lain kebersihan semen yang ditampung, eksudat

kloaka, suhu udara waktu penampungan, antibiotika, pengencer semen, dan adanya telur dalam

uterus. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan IB adalah bekerja secara steril waktu proses

pemerahan semen, oleh karena itu sebaiknya pejantan di puasakan 10 jam sebelum

penampungan agar sperma tidak tercemar feces (warna semen yang baik adalah putih susu).

Semen ayam mempunyai konsentrasi yang tinggi dengan volume ejakulat yang relatif rendah, oleh k
arena itu perlu dilakukan pengenceran untuk memperbanyak volume agar dapat meng IB

betina dalam jumlah banyak. Toelihere (1985) mengemukakan bahwa volume semen yang

tertampung berkisar antara 0,3 ml – 1,5 ml dengan konsentrasi berkisar antara 0,03 – 11.10 9

sperma per ml. Dalam keadaan normal jumlah spermatozoa yang abnormal berkisar antara 5 –

20 %, dengan bentuk yang paling umum ada kelainan pada ekor (melingkar,patah atau

menghilang).

Pada pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis kualitas semen dapat diketahui

guna menentukan penambahan jumlah bahan pengencer. Untuk kondisi aplikasi dilapangan

cukup dilakukan pemeriksaan secara makroskopis. Proses pengenceran harus dilakukan

dilakukan secara hati-hati, jika mungkin tabung sperma dibungkus dengan alumunium foil

untuk menghindari cahaya ultra violet. Untuk keberhasilan IB dianjurkan menggunakan bahan

pengencer NaCl fisiologis 0,90 % (cairan infuse) yang memiliki tekanan osmotik yang sama

dengan semen dalam perbandingan 1 : 4 - 5, karena telah teruji mendapatkan fertilitas yang

paling tinggi (Tabel.1).

Perbandingan pengencer merupakan perbandingan yang optimal untuk daya hidup

spermatozoa in vitro.

Tabel.1 Jenis pengencer dan daya fertil telur tetas hasil inseminasi buatan.
Keterangan :

ƒ Perbandingan sperma dengan bahan pengencer 1 : 5.

ƒ Dosis IB = 0,1 ml.

ƒ Sperma setelah pengenceran ± 100 juta Sperma Progres

Waktu IB pada ayan buras adalah pada siang menjelang sore setelah ayam bertelur yaitu

pada jam 14.00- 16.00 WIB. Rasyaf (1993) mengemukakan bahwa inseminasi yang dilakukan

pada sore hari, akan menghasilkan fertilitas yang tinggi, karena pada saat itu induk ayam sudah

bertelur dan suhu lingkungan tidak terlalu panas sehingga stress pada ayam agak berkurang.

Dosis IB untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi adalah 80 – 100 juta sperma per IB

(Lake dan Stewart,1978), makin besar jumlahnya tentu akan memberikan fertilitas yang lebih

tinggi dan daya fertil dalam saluran telur lebih lama.

Untuk menghasilkan fertilitas yang tinggi, interval IB dilakukan dua kali seminggu setiap

hari senin dan kamis. Jika ayam pejantan dan induk memiliki derajat kesehatan yang baik dan

tercukupi kebutuhan gizinya, maka interval IB dapat dilakukan seminggu sekali. Selain efisien

dalam hal tenaga kerja juga memberi kesempatan yang lebih lama pada pejantan untuk

melakukan proses spermatogenesis sehingga kualitas semen yang dihasilkan menjadi lebih

baik.

Kesimpulan
a. Teknologi IB pada ayam buras dengan metode deposisi semen Intra Uterine merupakan

teknologi reproduksi yang dapat berperan dalam pengembangan budidaya ayam buras.

b. Teknologi IB tidak terlalu rumit dan mudah untuk dilakukan, melalui pelatihan-pelatihan

akan mampu menjadi seorang inseminator yang handal.

c. Sepanjang teknik IB dilakukan dengan cara kerja yang benar, akan mampu menghasilkan

telur tetas yang berkualitas dan mempunyai daya tunas yang tinggi, sehingga membantu

dalam penyediaan bibit ayam buras.

d. Pemanfaatan teknologi IB pada ayam Buras, memberi peluang komersialisasi menjadi

terbuka.

Anda mungkin juga menyukai