Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI PERHOTELAN

Oleh Kelompok 6:

I GUSTI AGUNG BAYUDHA ARWATA (09)

I KADEK DWI MAHENDRA WINATA (12)

I KOMANG SETIAWAN (15)

I WAYAN SADIA WIRAWAN (16)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2020
1.1 Bagan Siklus Akuntansi, Sistem dan Prosedur Akuntansi pada Usaha Perhotelan

1. Bagan Siklus Akutansi pada Usaha Perhotelan


Siklus akuntansi pada usaha perhotelan secara garis besar sama dengan siklus
akuntansi pada jenis usaha lainnya. Siklus akuntansi diawali dengan pencatatan
transaksi dan berakhir dengan post-closing trial balance. Seluruh proses akuntansi
dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan aplikasi komputer.
Adapun transaksi-transaksi penting yang terjadi dalam operasi akuntansi hotel, antara
lain:
1. Penjualan produk dan jasa.
Transaksi harian penjualan produk dan jasa dicatat dalam buku khusus
penjualan, dan diakhir periode akuntansi baru dibuat jurnal khusus penjualan.
2. Penerimaan kas dan pengeluaran kas (cash disbursement).
Penjualan tunai dan pengeluaran kas harian kami catat dalam buku khusus yang
disebut dengan buku kas (kas kecil, kas besar, dan kas di bank). Setelah diakhir
periode dibuatkan jurnal khusus penerimaan dan pengeluaran kas.
3. Pembelian produk dan jasa.
Untuk efisiensi dan mempermudah pekerjaan bagian akuntansi, transaksi harian
pembelian produk dan jasa secara kredit dicatat dalam buku khusus pembelian,
diakhir periode akuntansi dibuatkan jurnal khusus pembelian.
4. Payroll.
Karena di hotel terdiri dari beberapa departemen, maka bagian personalia
membuat rekapitulasi daftar gaji, upah, dan PPh 21 sesuai dengan departemen
dimana karyawan bekerja. Setelah itu baru dibuat jurnal alokasi sesuai dengan
departemennya.

Dasar akuntansi untuk akuntansi hotel menggunakan double-entry


bookkeeping, dimana setiap entry data minimal akan mempengaruhi dua akun yang
berbeda atau berlawanan sehingga nilai atau hasil dua sisi yang berlawanan akan
sama. Berikut adalah jenisnya,
1) Journal entry, mencatat perubahan neto setiap akun yang mempengaruhi saldo
debet dan kredit. Jurnal ini dilakukan secara bulanan (monthly journal)  yang
biasanya digunakan untuk mempermudah jurnal harian, di mana jumlah secara
harian diakumulasikan dan jurnal tunggal dibuat atas transaksi bulanan.
2) General ledger, mencatat pengelompokan secara kolektif dari akun individual.
3) Trial balance, menunjukan daftar saldo akun dalam suatu periode.
4) Financial Statement, menggambarkan posisi keuangan usaha yang biasanya
disiapkan pada akhir periode akuntansi, bisa secara bulanan atau tahunan.

2. Sistem dan Prosedur Akuntansi pada Usaha Perhotelan


Sistem dapat didefinisikan dari dua pendekatan, yaitu: pendekatan prosedur dan
pendekatan komponen. Dari Pendekatan prosedur, sistem adalah kumpulan dari
prosedur-prosedur yang dilengkapi dengan formulir dan catatan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Contoh dari pendekatn prosedur ini adalah sistem akuntansi
yang merupakan kumpulan dari prosedur penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur
penjualan, prosedur pembelian dan buku besar. Jadi dapat dikatakan sistem
akuntansi terdiri dari subsistem yang saling berkaitan. Sistem akuntansi yang
digunakan pada usaha perhotelan terdiri dari:
a) Subsistem akuntansi utama:
 Kode rekening
 Buku besar dan buku pembantu
  Jurnal
 Bukti transaksi
b) Subsistem penjualan dan penerimaan uang:
 Order penjualan, perintah pengiriman dan pembuatan faktur
 Distribusi penjualan
 Piutang
 Penerimaan uang dan pengawasan kredit
c) Subsistem pembelian dan pengeluaran uang:
 Order pembelian dan laporan penerimaan barang
 Distribusi pembelian dan biaya
 Hutang
  Prosedur pengeluaran uang
d) Subsistem pencatatan waktu dan penggajian:
 Personalia
 Pencatatan waktu
 Penggajian
 Distribusi gaji dan upah
e) Subsistem produksi dan biaya produksi
 Order produksi
 Pengawasan persediaan
 Akuntansi biaya

Dari pendekatan komponen, sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen


yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dari pendekatan
komponen adalah sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat
lunak.
Prosedur adalah urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang
dalam satu bagian/departemen atau lebih untuk menangani transaksi secara seragam
dari transaksi yang sama dan terjadi berulang-ulang. Pekerjaan klerikal terdiri dari
kegiatan menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih,
memindah dan membandingkan yang dilakukan untuk mencatat informasi di dalam
formulir, buku jurnal dan buku besar.

1.2 SPI di Perhotelan (Unsur-Unsur SPI, Lingkup SPI, Merancang SPI)

Sistem pengendalian internal memiliki elemen-elemen yang merupakan ciri-ciri


pengendalian intern yang baik. Adapun elemen-elemen tersebut diantaranya:
a) Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tepat dan tegas
b)  Terdapat sistem wewenang serta prosedur pencatatan yang baik untuk melakukan
pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik perusahaan, hutang,
pendapatan dan biaya.
c) Terdapat praktek yang sehat pada saat melaksanakan tugas dan fungsi di tiap
bagian dalam organisasi
d) Tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan fungsi, tugas, serta
tanggungjawabnya
e) Terdapat pengecekan independen

Struktur pengendalian intern menurut COSO (Committee for Sponsoring


Organizations of the Treadway) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
komisaris, manajemen, pegawai lainnya yang didesain untuk memperoleh keyakinan
yang memadai terkait dengan tujuan:
1) Kehandalan dari laporan keuangan
2) Efektivitas dan efisiensi dari aktivitas operasi
3) Ketaatan kepada peraturan perundangan dan kebijakan yang terkait.

Menurut COSO, pada struktur pengendalian internal memiliki lima (5) komponen:
1) Lingkungan pengendalian atau control environment
Manajemen dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan
dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan prilaku positif da mendukung
terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
2) Penilaian risiko atau risk assessement
Pengendalian intern harus menyediakan penilaian resiko yang dihadapi oleh
organisasi baik yang bersumber dari dalam organisasi maupun dari luar
organisasi.
3) Aktivitas pengendalian atau control activities
Aktivitas pengendalian intern membantu memastikan bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian harus efisien dan efektif mencapai tujuan
pengendalian.
4) Informasi dan komunikasi atau information and communication
Informasi harus dicatat dan dikomunikasikan kepada manajemen dan satuan kerja
lainnya dalam suatu entitas yang membutuhkan, dalam bentuk dan jangka waktu
yang memungkinkan untuk menyelenggarakan pengendalian intern dan
tanggungjawab lainnya.
5) Pemantauan atau monitoring
Pemantauan pengendalian intern harus selalu menilai kualitas kinerja dan
memastikan bahwa temuan audit atau revenue lainnya diselesaikan tepat waktu.

The Canadian Institute of Chartered Accountans Criteria of Control Committee


(CoCo) telah menyusun model pengendalian intern yang mirip dengan COSO tetapi
mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. CoCo memfokuskan diri pada empat
pertanyaan utama, yakni.
1. Apakah perusahaan memiliki tujuan yang tepat?
2.  Apakah perusahaan sudah memiliki aktivitas pengendalian yang memadai?
3. Apakah perusahaan sudah memiliki kapabilitas, komitmen serta lingkungan yang
tepat?
4.  Apakah perusahaan sudah melakukan monitoring, pembelajaran serta melakukan
adaptasi?

Berdasarkan empat (4) pertanyaan diatas, terdapat 4 komponen yang dimiliki oleh
COCO untuk memenuhi pertanyaan tersebut:
1) Purpose
 Tujuan harus dinyatakan dan dikomunikasikan kepada seluruh
stakeholders.
 Risiko signifikan baik dari dalam maupun luar organisasi yang terkait
dengan pencapaian tujuan harus diidentifikasi dan dinilai.
 Kebijakan yang didesain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi
dan pengelolaan risiko harus dibuat, dikomunikasikan dan dipraktekkan
sehingga pegawai mengerti apa yang diharapkan dan kebebasan yang
diperlukan untuk bertindak.
 Perencanaan untuk menuntun pencapaian tujuan organisasi harus disusun
dan dikomunikasikan.
 Tujuan dan perencanaan terkait harus mencantumkan target dan indikator
kinerja.
2) Commitment
 Nilai-nilai etika termasuk integritas harus dibuat secara formal,
dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders dalam organisasi.
 Kebijakan dan praktek manajemen SDM harus konsisten dengan etika da
nilai-nilai dan pencapaian tujuan.
 Wewenang, tanggungjawab dan tanggunggugat harus secara jelas
didefinisikan dan konsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan-
keputusan dan prilaku-prilaku diperagakan dengan benar oleh pegawai.
 Atmosfir kepercayaan yang tinggi harus dipelihara dan didukung oleh
informasi yang mengalir antara pegawai dan kinerja mereka dalam
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
3) Capability
 Pegawai harus memiliki pengetahuan, keahlian dan peralatan yang cukup
untuk mendukung pancapaian tujuan organisasi.
 Proses komunikasi harus mendukung nilai dan pencapaian organisasi atas
tujuan yang telah ditetapkan.
 Informasi yang cukup dan relevan harus diidentifikasi dan
dikomunikasikan pada saat yang tepat sehingga pegawai dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
 Tujuan dan aktivitas dari bagian-bagian yang berbeda dalam suatu
organisasi harus dikoordinasikan
 Aktivitas pengendalian harus didesain sebagai kesatuan yang menyeluruh
dari suatu organisasi, dengan mempertimbangkan tujuan, risiko, dan
hubungan terkait antar komponen pengendalian.
4) Monitoring and learning
 Lingkungan internal dan eksternal harus dimonitor untuk memperoleh
informasi sehingga tujuan dan pengendalian organisasi tetap mutakhir.
 Kinerja harus dimonitor dibandingkan dengan target dan indikator yang
telah ditetapkan.
 Asumsi yang digunakan dalam penentuan tujuan dan sistem harus secara
periodik dikaji ulang.
 Informasi yang dibutuhkan harus dikaji terus-menerus sesuai dengan
adanya perubahan tujuan atau adanya pelaporan yang menunjukkan
penyimpangan.
 Prosedur tindaklanjut harus disusun dan dilakukan untuk menjamin
 

bahwa perubahan dan kegiatan yang tepat dilakukan.


 Manajemen secara periodik menilai efektivitas pengendalian dan
kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada para pihak yang
bertanggungjawab.

Dalam prakteknya, model yang dibangun untuk menyusun sistem pengendalian


intern yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengendalian intern seharusnya tidak dilihat sebagai suatu kelompok kegiatan
yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
terjadi pada seluruh operasi entitas secara berkesinambungan, dengan berfokus
pada risiko operasi. Pengendalian intern harus merupakan bagian yang utuh
dari setiap sistem yang digunakan manajemen untuk mengatur dan memandu
operasi entitas, bukan sebagai suatu sistem yang terpisah.
2) Manfaat pengendalian intern harus lebih besar dari pada biaya untuk
menyusun, mengimplementasikannya dan risiko yang mungkin terjadi.
3) Aplikasi sistem pengendalian intern harus didukung oleh semua pegawai
dalam organisasi dari manajemen puncak hingga staf terbawah. Responsive
terhadap perubahan, SPI yang tidak fleksibel hanya menghambat pencapaian
tujuan dikaitkan dengan perubahan lingkungan dimana organisasi itu
beroperasi.
4) Aplikasi sistem pengendalian intern harus memperhatikan budaya organisasi.
Oleh karena itu, SPI yag akan diterapkan oleh perusahaan harus dilihat sebagai
bagian dari manajemen perubahan.
1.3 Bagan dan Rerangka Konseptual Akuntansi

Rerangka konseptual serupa dengan konstitusi, adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penerapan standard yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta
batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Selama bertahun-tahun,
berbagai organisasi, komite dan individu telah mengembangkan serta mempublikasikan
rerangka konseptual mereka. Tetapi tidak ada rerangka konseptual yang diterima secara
universal dan diandalkan dalam praktek. Barangkali yang paling sukses adalah
Accounting Principles Board Statement No.4: “Basic concepts and accounting
principles underlying financial statements of business enterprises” yang hanya
menjelaskan praktek-praktek yang telah ada tetapi tidak menentukan praktek apa yang
digunakan. Menyadari hal itu, FSAB pada tahun 1976 menerbitkan memorandum
diskusi tiga bagian yang berjudul: “Conceptual framework for financial accounting and
reporting: Elements of Financial Statements and their measurement”. Sejak dokumen
tersebut telah dipublikasikan, FSAB telah menerbitkan Statement of Financial
Accounting Concepts yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis,
yaitu:
1) SFAC No.1,“Obyectives of Financial Reporting By Business Enterprise (Tahun
1978)” yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2) SFAC No.2,“Qualitative Characteristic of Accounting Information (Tahun
1980)” menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi
bermanfaat.
3) SFAC No.3,“Elements of Financial Statements of Business Enterprise (Tahun
1980)”, memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan
keuangan, seperti: aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban.
4) SFAc No.4,”Obyectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations
(Tahun 1980)”.
5)  SFAC No.5.”Recognition and measurement in financial statements of Business
Enterprise (Tahun 1984)”, menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran
fundamental serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus
dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
6) SFAC No.6,”Elements of Financial Statements (Tahun 1985)”, menggantikan
SFAC No.3 dan memperluas ruang lingkup SFAC No.3 dengan memasukkan
organisasi-organisasi nirlaba.
7) SFAC No.7,”Using Cash flow information and present value in accounting
Measurements (Tahun 2000)”, memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus
kas ke masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar
pengukuran.
8) SFAC No.8,”Conceptual Framework for Financial Reporting (Tahun 2010)”.
Pengganti SFAC No.1 dan SFAC No.2.Chapter 1, The Objective of General
Purpose Financial Reporting, anda Chapter 3, Qualitative Characteristic of
Useful Financial Information.

Secara garis besar rerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

1.4 Menerangkan Struktur Organisasi di Departemen Akuntansi


Departemen akuntansi di dalam hotel biasnya terdiri dari beberapa bagian yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya, misalnya bagian kredit dengan account
receivable, cost control dengan perchasing dan lain sebagainya. Adapun bagian-bagian
yang ada dalam departemen akuntansi yakni:
1) General Cashier merupakan kasir yang mempunyai tanggungjawab penuh atas
semua penerimaan dan pengeluaran hotel.
2) Cashier outlet, seperti front office, restoran, kasir bertanggungjawab atas
penerimaan pada masing-masing outlet.
3) Income auditor adalah orang yang mempunyai tugas untuk mencocokkan semua
hasil penjualan hotel dan mengoreksi kembali pekerjaan night auditor.
4) Night audit merupakan orang yang memiliki tanggungjawab atas kebenaran dan
ketelitian dalam memasukan data penjualan ke dalam satu hari dari masing-
masing outlet.
5)  Credit  merupakan bagian yang mempunyai tanggungjawab atas besarnya kredit
yang digunakan oleh tamu dan menyetujui batas kredit setiap tamu serta
melakukan analisa atas guest bill.
6) Account receivable adalah akun yang bertanggungjawab atas bagian penyiapan
tagihan dan penagihan pada tamu yang melakukan reservasi melalui agen.
Account receivable juga bertugas atau memiliki tanggungjawab atas pencatatan
piutang untuk tamu yang menginap di hotel dan untuk tamu yang sudah keluar
dari hotel.
7) Account payable adalah bagian yang bertanggungjawab atas hutang hotel kepada
pihak luar, khususnya supplier.
8)  Cost control adalah bagian yang bertanggungjawab atas pengendalian biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing departemen, mencek harga barang di
pasar serta menyetujui pembelian barang untuk keperluan hotel.
9) Personalia adalah bagian yang bertanggungjawab penghitungan, pengalokasian
dan pembayaran gaji para karyawan hotel.
10) Electronic data prossesing (EDP) adalah bagian yang bertanggungjawab atas
sistem informasi yang digunakan di hotel, khususnya dalam pemrosesan data.
11) Purchasing bertanggung jawab dalam pembelian berbagai kebutuhan pihak hotel.
12) Storeroom adalah bagian yang bertanggungjawab dalam menerima barang yang
dibeli dan menyimpannya serta tugas lainnya yaitu pencatatan atas persediaan di
gudang.
13)  Accounting atau bookkeeper adalah bagian yang bertanggungjawab dalam
menyiapkan laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

ak hotel ap3 - 1 Bagan Siklus Akuntansi Sistem dan Prosedur...

https://www.coursehero.com/file/20429592/ak-hotel-ap3/

AKUNTANSI HOTEL RMK SAP 3 (Ruang Lingkup Akuntansi Perhotelan dan Menerapkan Akuntansi

Perhotelan)

https://docplayer.info/72777597-Akuntansi-hotel-rmk-sap-3-ruang-lingkup-akuntansi-perhotelan-dan-

menerapkan-akuntansi-perhotelan.html

Ignap. 9 Juni 2018.Akuntansi Hotel

SAP3.https://ngurahobelixs.blogspot.com/2018/06/akuntansi-hotel-sap-3.html?m=1

Luwih, Aget. Dwiadnyani. Suratningsih. Lapinayanti. 2017. Akuntansi Hotel RMK SAP 3.

https://docplayer.info/72777597-Akuntansi-perhotelan-dan-menerapkan-akuntansi-

perhotelan.html

Anda mungkin juga menyukai