OLEH :
DIMAS TIRTAYASA RACHMAN HAKIM
0617 3040 0317
OLEH :
DIMAS TIRTAYASA RACHMAN HAKIM
0617 3040 0317
Palembang, Agustus
2020
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Sekretaris Jurusan Teknik Kimia
NPM : 061730400317
Kelas : 6 KB
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................3
1.5 Relevansi............................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20
iv
RINGKASAN
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
vii
Proses pengeringan berguna meningkatkan mutu dan kalitas jamur dalam
mempermudah penanganannya. Proses pengeringan dapat menurunkan tingkat
mutu jamur yaitu warna jamur yang gelap sehingga tidak disukai oleh konsumen.
Jamur sebelum mengalami proses pengeringan seharusnya dicuci terlebih dahulu
menghindari perubahan warna saat proses pengeringan. Lama pengeringan
sangat mempengaruhi hasil dari warna, tekstur dan kecerahan dari jamur.
Menurut penelitian Lisa (2015) bahwa pada suhu dan lama pengeringan 5.5 jam
akan menghasilkan tepung jamur tiram terbaik dengan rendemen 7,34%, kadar
air 4.30%, kadar abu 4.75%, kadar protein 4.75%, dan derajat putih 82,17.
Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pembuatan Penyedap Rasa Alami Dari Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)
Menggunakan Metode Pengeringan Tray Dryer” .
viii
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan penyedap rasa alami yang dapat diaplikasikan dalam
berbagai industri untuk keperluan masyarakat.
2. Menghasilkan suatu produk olahan jamur yang dapat diterima
masyarakat.
3. Dapat menjadi referensi mengenai penyedap rasa, dan pengolahan
penyedap rasa alami kalangan akademisi khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
4. Memberikan informasi bagi pembaca, khususnya mahasiswa teknik kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya tentang pembuatan penyedap rasa alami
melalui proses pengeringan menggunakan alat Tray Dryer.
1.5. Relevansi
Proses pembuatan penyedap rasa alami ini mengaplikasikan ilmu Operasi
Teknik Kimia yang melibatkan proses pengeringan atau drying.
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
x
Gambar 2.1 Jamur tiram
Jamur tiram mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia sebagai protein
nabati yang tidak mengandung kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya
penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk mengurangi berat badan dan
diabetes. Kandungan asam folatnya (vitamin B-komplek) tinggi sehingga dapat
menyembuhkan anemia dan sebagai obat anti tumor. Selain itu, jamur tiram
digunakan pula untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan
pengobatan kekurangan zat besi. Untuk terapi pengobatan sebaiknya tidak
digoreng karena bisa menurunkan kadar vitaminnya dan zat-zat yang bermanfaat
untuk penyembuhan penyakit (Pasaribu dkk., 2002). Kandungan proksimat dan
mineral pada jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.1 Kandungan Proksimat dan Mineral pada Jamur Tiram
No Komposisi Bahan Kimia/Nilai Gizi Nilai
1 Lemak, % 1,1 - 2.4
2 Protein total, % 10,5 - 44
3 Karbohidrat, % 50,7 - 81,8
4 Abu, % 6,1 - 9,8
5 Kalori, Cal 245 - 367
6 Serat, % 7,5 - 13,3
7 Kadar air, % 73,7 - 92,2
8 Vit. B komplek, mg/g 1,7 - 4,8
9 Niacin, mg/g 108,7
Sumber: Sumiati, 2006
2.2 Pengeringan
2.2.1 Pengertian Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu cara untuk menurunkan kandungan air yang
terdapat didalam suatu bahan (Trayball 1981). Sedangkan menurut Hall (1957)
proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai
batas tertentu sahingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat
biologis dan kimia sebelum bahan diolah (digunakan). Menurut Brooker, Bakker
dan Hall (1974) Kadar air keseimbangan dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara
dalam ruang pengering, suhu dan kelembaban udara, jenis bahan yang
dikeringkan dan tingkat kematangan.
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara ini
dilakukan dengan menurunkan kelembaban udara dengan mengalirkan udara
xi
panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar daripada
tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran
uap dari bahan ke udara.
Menurut Earle (1969), faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah :
xii
Proses pengeringan juga harus memperhatikan suhu udara dan kelembaban.
Suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara yang relatif rendah dapat
mengakibatkan air pada bagian permukaan bahan yang akan dikeringkan menjadi
lebih cepat menguap. Hal ini dapat berakibat pada terbentuknya suatu lapisan
yang tidak dapat ditembus dan menghambat difusi air secara bebas. Kondisi ini
lebih dikenal dengan case hardening (Desrosier,1988).
xiii
menggunakan atomisasi cairan untuk membentuk droplet, selanjutnya droplet
yang terbentuk dikeringkan menggunakan udara kering dengan suhu dan tekanan
yang tinggi. Dalam pengering semprot, bubur atau larutan didispersikan ke dalam
arus gas panas dalam bentuk kabut atau tetesan halus. (Anonim, 2011).
xiv
gerakan berputar dan gaya gravitasi. Sumber panas yang digunakan dapat berasal
dari uap listrik, batubara, minyak tanah dan gas.
Secara umum, alat rotary dryer terdiri dari sebuah silinder yang berputar
dan digunakan untuk mengurangi atau meminimalkan cairan kelembaban isi
materi dan penanganannya ialah kontak langsung dengan gas panas di dalam
ruang pengering. Pada alat pengering rotary dryer terjadi dua hal yaitu kontak
bahan dengan dinding dan aliran uap panas yang masuk ke dalam drum.
Pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan dinding disebut konduksi
karena panas dialirkan melalui media yang berupa logam. Sedangkan pengeringan
yang terjadi akibat kontak bahan dengan aliran uap disebut konveksi karena
sumber panas merupakan bentuk aliran. (Mc.Cabe, 1985).
xv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
xvi
2. Jamur Sawit
Sampel
Waktu Kadar Kadar Kadar
No
Pengeringan Tray ke- Air Abu Protein
(Jam)
1
2
1. 4
3
4
1
2. 5 2
3
xvii
4
1
2
3. 6
3
4
xviii
3.4.3 Penentuan Kelarutan (Herman, 2000)
1. Menimbang sampel sebanyak 0,75 gram dan dilarutkan dalam 150 ml
aquades
2. Menyaring larutan menggunakan pompa vakum dan disaring dengan
kertas saring Whatman no. 42 yang sebelumnya telah dikeringkan dalam
oven 105℃ selama 30 menit dan ditimbang
3. Kertas saring dan residu dikeringkan dalam oven 105℃ selama 3 jam
dan ditimbang
4. Menghitung %kelarutan menggunakan rumus:
(a−b)
Kelarutan ( % ) =100− × 100 %
(100−%KA )
×c
100
Dimana:
a : berat kertas saring + residu (g) KA : kadar air sampel
b : berat kertas saring (g) c : berat sampel yang digunakan (g)
xix
8. Menambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na2S2O3, kemudian melakukan
distilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml distilat dalam Erlenmeyer.
9. Membilas tabung condenser dengan air dan menampung bilasannya dalam
Erlenmeyer yang sama.
10. Mengencerkan isi Erlenmeyer sampai kira-kira 50 ml, kemudian dititrasi
dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu.
11. Melakukan langkah yang sama untuk blanko.
12. Menghitung total N dan persentase protein dengan rumus:
(ml HCl × N HCl ×14,008)
Perhitungan %N = ×100
berat bahan(mg)
Kadar Protein=%N × faktor konversi(6,25)
3.4.5 Kehalusan
1. Benda uji dimasukkan ke dalam saringan no.50 yang terletak di atas
saringan no.40 dan dipasang PAN di bawahnya.
2. Saringan digoyangkan perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji yang
tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini
dilakukan antara 3 sampai 4 menit).
3. Kemudian saringan ditutup dan PAN dilepaskan, saringan diketok
perlahan-lahan dengan tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas
dari saringan.
4. Sisi bagian bawah saringan dibersihkan dengan kuas, PAN dikosongkan
dan dibersihkan dengan kain kemudian dipasang kembali.
5. Kemudian saringan ditutup dengan hati-hati, bila ada partikel kasar yang
menempel pada tutup maka dikembalikan ke saringan.
6. Dilanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan
perlahan-lahan selama 9 menit.
7. Saringan ditutup, penyaringan dilanjutkan selama 1 menit dengan cara
menggerakkan saringan ke depan dan ke belakang dengan posisi sedikit
dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali permenit, setiap 25 kali
gerakan putar saringan kira-kira 60°. Pekerjaan ini dilakukan di atas kertas
putih, bila ada partikel yang keluar dari saringan atau PAN maka akan
xx
tertampung di atas kertas, kembalikan ke dalam saringan. Pekerjaan
dihentikan setelah banda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat saringan
dalam waktu penyaringan selama 1 menit.
8. Timbanglah Benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No.
40 dan No. 50 kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat
terhadap benda uji semula.
xxi
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
xxii
4.2. Jadwal Penelitian
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
Proposal
Preparasi Sampel
Penelitian
Penyusunan Data
Analisa Data
Bimbingan
Penyusunan
Laporan
Sidang Laporan
23
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. F., Yuwono, S. S., & Maligan J.M. 2019. Pengaruh Penambahan
Maltodekstrin Dan Putih Telur Terhadap Karakteristik Bubuk Kaldu Jamur
Tiram. Jurnal Pangan dan Agroindustri 7(4), 53-61.
Ariani, N.M. dan I Wayan Tri Sutagana. 2017. Tata Boga. Pustaka Larasan. Bali.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-
2891-1992. Jakarta.
Brooker DB, Barker-Arkema FW, Hall CW. 1991. Drying Cereal Grains.
Westport, Connecticut: The AVI Publishing Company Inc.
Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
24
25
Dewi, Anisa K., dan Loekman. 2015. Kajian pengaruh temperatur pengeringan
semprot (spray dryer) terhadap waktu pengeringan dan rendemen bubuk
santan kelapa (coconut milk powder)
Setiyo, Yohanes. 2003. Aplikasi Sistem Kontrol Suhu dan Pola Aliran Udara pada
Alat Pengering Tipe Kotak untuk Pengerigan Buah Salak, Pengantar
Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tuyen, C., Kha, M.H., Nguyen, Paul, D. dan Roach. 2010. Effect of spray drying
conditions on the physicochemical and antioxidant properties of the gac
(Momordica cochichinensis) fruit aril powder. Journal of Food
Engineering 98(3): 385–392.
Utomo, D., 2013. Pembuatan Serbuk Effervescent Murbei (Morus alba L.) dengan
Kajian Konsentrasi Maltodekstrin dan Suhu Pengering. Jurnal teknologi
pangan [online], 4(1), 1-21.
26
SURAT PERNYATAAN
Pembimbing II,
Kepada
Yth. Kepala Laboratorium Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang