Materi Book Review PDF
Materi Book Review PDF
DAFTAR ISI
BAB III Peran Makanan Dalam Kehidupan Manusia dan Penularan Penyakit ............... 8
BAB VIII Pencemaran Kemasan Plastik Pada Makanan dan Kontaminasi Logam Berat
Pada Makanan ........................................................................................................................ 27
2
3
BAB I
Konsep Higine Sanitasi Makanan
3
4
4
5
BAB II
Konsep Penyehatan Makanan dan Minum
5
6
6
7
Berbeda dengan alergi Intolerasi makanan terjadi karena tubuh tidak bisa mencerna
jenis makanan tertentu, dikarenakan karena tidak memiliki enzim khusus yang bisa
mengurangi makanan tersebut.
Intolerasi makanan biasanya hanya menyerap sistem pencernaan. Gejala yang
munculpun biasanya paling terasa pada bagian pencernaan. Selain itu, ada beberapa gejala
Intoleransi makanan yang mungkin terjadi seperti :
a. Perut kembung
b. Sakit perut
c. Nyeri dada
d. Muncul rasa tidak nyaman
e. Lemas
f. Baruk-batuk
7
8
BAB III
Peran Makanan Dalam Kehidupan Manusia dan Penularan Penyakit
8
9
c. Sebagai Media
Kontaminasi yang jumlahnya kecil jika dibiarkan berada dalam
makanan dengan suhu dan waktu yang cukup, maka bisa menyebabkan wabah
yang serius.
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan
oleh Mahluk Hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi.
Penyakit menular yang umum di Indonesia. Penyakit menular merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit atau jamur dan
dapat berpindah ke orang lain yang sehat.
Food handling adalah kegiatan yang mencakup proses pembuatan, pengekstrakan,
penyimpanan, pengangkutan, pengiriman, pengelolahan, penyajian, makanan hingga
peraturan tampilan makanan.
9
10
Food handler atau penjamah makanan selain risiko tertular penyakit dari paparan di
lingkungan kerjanya juga bisa menjadi sumber penularan yang ditularkan melalui makanan
seperti tifoid atau tifus dan Hepatitis A.
10
11
BAB IV
Menganalisi Tentang Mikrobiologi Makanan
11
12
melalui debu atau udara., melalui hewan dan manusia, dan pencemaran selama tahap-tahap
penanganan dan pengelolahan pangan.
Pangan yang berasal dari tanaman membawa mikroba pada permukaannya dari sejak
ditanam, ditambahkan dengan pencemaran dari sejak ditanam, ditambah dengan pencemaran
dari sumber-sumber lainnya seperti air dan tanah.
Sedangkan pangan yang berasal dari hewan, mikroba mungkin berasal dari kulit dan
bulu hewan tersebut dan dari saluran pencernaan, ditambah dengan pencemaran dari
lingkungan sekitarnya.
Pangan yang berasal dari tanaman dan hewan yang terkena penyakit dengan
sendirinya juga membawa mikroba patogen yang menyebabkan penyakit tersebut. Tangan
manusia merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal dari luka atau infeksi kulit, dan
salah satu bakteri yang berasal dari tangan manusia yaitu Staphylococcus yang dapat
menyebabkan keracunan pangan.
Organisme yang sering ditemukan pada pangan dibedakan atas 4 golongan yaitu:
1) Bakteri
2) Kapang
3) Kamir
4) Virus
Pertumbuhan mikroba pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan setiap mikroba
membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu jenis dan jumlah mikroba
yang dapat tumbuh kemudia menjadi dominan pada setiap pangan juga berbeda, tergantung
dari jenis pangan tersebut. Pada kondisi optimum untuk masing-masing mikroba, bakteri akan
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapan dan kamir. Hal ini disebabkan bakteri
mempunyai struktur sel yang lebih sederhana, sehingga pada kebanyakan bakteri hanya
membutuhkan waktu 20 menit untuk membelah. Struktur sel kapan dan kamir lebih kompleks
dari pada bakteri dan menentukan waktu lebih lama untuk menentukan sel baru, yaitu sekitar
2 jam atau lebih.
12
13
Faktor yang mempengaruhi mikroba pada pangan dibedakan atas 2 kelompok, yaitu:
1) Karaterisktik Pangan
a. Aktivitas air (aw)
b. Nilai pH (keasaman)
c. Kandungan gizi
d. Senyawa antimikroba
2) Kondisi Lingkungan
a. Suhu
b. Oksigen
c. Kelembatan
Pertumbuahan mikroba pada pangan yang dapat menimbulkan kerugian maka dari itu
perlu dilakukan pengendalian terhadapa pertumbuhan mikroba tersebut. Salah satu bentuk
pengendaliannya adalah dengan pengawetan makanan.
Cara pengawetan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan,
komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan. Secara garis besar ada tiga cara
dalam pengawetan makanan yaitu fisik, biologi, dan kimia.
1) Fisik
Merupakan pengawetan yang paling bervariasi contohnya : pemanasan,
pendinginan, pengasapan, pengalengan, pengeringan, serta pembuatan tepung.
2) Biologi
Pengawetan secara biologi misalnya peragian (fermentasi) adalah pengawetan
dengan menggunakan jasa enzim.
3) Kimiawi
Merupakan pengawetan yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti gula
pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, garam sulfat
dll. Proses pengasapan juga termasuk secara kimia sebab bahan-bahan kimia
dalam asap dimasukkan kedalam makanan yang diawetkan.
13
14
14
15
15
16
BAB V
Kerusakan Bahan Makanan dan Pengawetan Makanan
16
17
anzim yang terdapat di dalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi
autolisis dan berakhir dengan kerusakan serta pembusukan.
Contonya daging akan membusuk oleh proses autolisis, karena itu daging
mudah rusak dan busuk bila disimpan pada suhu kamar. Keadaan serupa juga
dialami pada beberapa buah-buahan.
4) Kerusakan Kimia
Dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya “Coating” atau enamel, yaitu
terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena terjadinya reaksi
lapisan dalam kaleng dengan H-S- yang diproduksi oleh makanan tersebut.
Adanya perubahan pH menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan
warna, demikian pula protin akan mengalami denaturasi dan pengumpulan.
Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis.
Browning non-enzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana dapat
menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan.
2. Pengawetan Makanan
Pengawet makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki
daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat dan kimia makanan.
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang
diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produksi pengawetan
makanan.
Adapun jenis-jenis pengawetan makanan dibagi atas pengawetan secara alamiah, dan
secara kimiawi.
a. Secara alamiah :
1) Pendinginan
2) Pengeringan
3) Pengemasan
4) Pengalengan
5) Pemanasan
17
18
b. Secara kimiawi
1) Teknik fermentasi
2) Teknik iradiasi
Menurut Winarno et al (1980), Iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk
penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah
radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi. Sehingga
sanggup menyebabkan ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilakukannya.
18
19
BAB VI
Ujian Tengah Semester (UTS)
19
20
BAB VII
Bahan Tambahan Makanan
b) Antikempal
Antikempal (Anticaking agent) adalah bahan tambahan pangan yang
ditambahkan ke dalam serbuk atau granul, untuk mencegah mengempalnya
produk pangan, sehingga mudah dikemas, ditranspor, dan dikonsumsi.
20
21
c) Antioksidan
Antioksidan (Antioxidant) merupakan molekul yang mampu memperlambat
atau mencegah proses oksidasi molekul lain, sehingga antioksidan sebagai
bahan aditif makanan adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi.
kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Asam askorbat beserta garam natrium dan kalsiumnya;
Askorbil palmitat dan stearat;
Tokoferol;
d) Bahan Pengarbonasi
Bahan pengarbonasi (carbonating agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
membentuk karbonasi di dalam pangan. Termasuk dalam kelompok ini yang
diizinkan oleh Permenkes adalah: karbon dioksida (CO2).
e) Garam Pengemulsi
Garam pengemulsi (emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk
mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Kalium dan natrium dihidrogen sitrat;
Trikalium dan trinatrium sitrat;
Mono-, di-, dan trinatrium fosfat;
g) Humektan
Humektan (humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan
kelembaban pangan. Sebuah humektan menarik dan mempertahankan
kelembaban udara sekitarnya melalui penyerapan, menarik uap air ke dalam
dan/atau di bawah permukaan objek.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Natrium dan kalium laktat;
Natrium hidrogen malat;
Natrium malat;
h) Pelapis
Pelapis (glazing agent) adalah bahan tambahan pangan alami maupun sintetis
untuk melapisi permukaan pangan sehingga mencegah kehilangan air serta
memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Lilin kandelila;
Lilin karnauba;
Syelak (shellac);
i) Pemanis
Pemanis (sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan
pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
1) Pemanis Alami
Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam
meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Sorbitol;
Manitol;
Isomalt/Isomaltitol;
2) Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan
senyawa tersebut tidak berada di alam. Zat pemanis buatan biasanya
digunakan untuk membantu mempertajam rasa.
22
23
j) Pembawa
Pembawa (carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk
memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan
lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan,
mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain
atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi
pada pangan.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Sukrosa asetat isobutirat;
Trietil sitrat;
Propilen glikol;
k) Pembentuk Gel
Pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
membentuk gel.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Asam alginat beserta garam natrium, kalium, dan kalsiumnya;
Agar-agar;
Karagen;
l) Pengawet
Pengawet adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan
yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Asam sorbat beserta garam natrium, kalium, dan kalsiumnya;
Asam benzoat beserta garam natrium, kalium, dan kalsiumnya;
Metil- dan etil- para-hidroksibenzoat;
23
24
m) Pengembang
Pengembang (raising agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa
tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume
adonan.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
Garam karbonat dari natrium dan amonium;
Garam bikarbonat dari natrium, kalium dan amonium
Natrium aluminium fosfat;
24
25
25
26
26
27
BAB VIII
Pencemaran Kemasan Plastik Pada Makanan dan Kontaminasi Logam Berat Pada
Makanan
27
28
dapat terjadi dari tanaman pangan (bidang pertanian) yang diberi pupuk dan pestisda yang
mengandung logam.
Logam berat yang masuk kedalam tubuh manusia akan melakukan interaksi antara lain
dengan enzim, protein, DNA, serta metabolit lainnya. Adanya logam berat dalam tubuh jelas
akan berpengaruh dalam tubuh. Bila jumlahnya berlebih tentu akan akan sangat berbahaya
bagi tubuh.
Terjadinya kontaminasi logam paling sering disebabkan pengaruh pencemaran
lingkungan oleh logam berat, asap kendaraan bermotor, penggunaan logam sebagai pembasmi
hama (pestisida), alat-alat masak dan penyajian serta kemasan yang mengandung logam berat,
pemupukan maupun pembuangan limbah industri.
28
29
BAB IX
Lebeling Makanan dan Sertifikasi Halal
1. Labeling Makanan
Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, yang di maksud dengan
label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan.
Pada pasal 30 ayat 2 pada Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan,
disebutkan bahwa sebuah label memuat sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai
nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat
pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, serta
tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa.
Label pangan terdiri dari dua bagian antara lain bagian utama dan bagian informasi.
Bagian utama merupakan bagian yang memuat keterangan penting yang dibutuhkan oleh
konsumen sedangkan bagian kedua memuat tentang informasi yang belum tercantum pada
bagian utama seperti daftar bahan atau komposisi, informasi nilai gizi dan lainnya yang belum
ada pada bagian utama.
29
30
30
31
2. Sertifikasi Makanan
Sertifikat makanan adalah lembaga yang bertugas kuat untuk
meneliti,mengkaji,menganalisis dan memutuskan apakah produk-produk baik pangan dan
tiruannya, obat-obatan dan produk kosmetik apakah aman dikonsumsi dari sisi kesehatan dan
dari sisi pengajaran agama islam.
Halal adalah terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran Agama Islam.
Mengutip definisi menurut Dr. Yusuf Qhardawi halal adalah sesuatu yang dengannya
terurailah buhul yang membahayakan dan Allah memperbolehkan untuk dikerjakan
(Qardhawi, 2000 : 31).
Sertifikat Halal di sini adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk
sesuai Syari’at Islam berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Dengan
demikian maka Sertifikasi Halal dapat diartikan sebagai proses untuk menerbitkan sertifikat
halal melalui pelaksanaan tahapan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI).
KEPMENAG No.518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan dan
izin dari BPOM, Keputusan Menteri Agama Nomor 519 Tahun 2001 dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Sertifikat halal adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh MUI Pusat atau
Propinsi tentang halalnya suatu produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang
diproduksi oleh suatu perusahaan setelah diteliti dan dinyatakan halal oleh LPPOM MUI.
Pelaku usaha sebelum mengajukan sertifikat halal harus mempersiapkan Sistim Jaminan Halal
yang merujuk kepada Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkam
oleh LP-POM MUI. LPPOM MUI mengangkat seorang atau Tim Auditor halal Internal yang
bertanggung jawab dalam menjamin pelaksanaan produk halal. Menanda tangani kesedian
untuk diinspeksi secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnnya oleh LPPOM MUI.
membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal.
31
32
32
33
BAB X
Penerapan HACCP dan Program Penyehatan Makanan
1. Penerapan HACCP
Menurut WHO, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis and
Critical Control Points, HACCP) didefinisikan sebagai suatu pendekatan ilmiah, rasional, dan
sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya.
Pada awalnya, prinsip HACCP dibuat untuk keamanan bahaya pangan, namun sistem
ini akhirnya dapat diaplikasikan lebih luas dan mencakup industri lainnya. Aplikasi HACCP,
terutama yang diperuntukkan bagi pangan, dilaksanakan berdasarkan beberapa pedoman,
yaitu prinsip umum kebersihan pangan Codex, Codex yang sesuai dengan kode praktik, dan
undang-undang keamanan pangan yang sesuai.
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran
bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi
dapat dilakukan pengendaliannya untuk mengontrol bahaya bahaya tersebut. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan
kepada tindakan pencegahan, daripada mengandalkan kepada pengujian produk akhir.
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa
resiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem
HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai
pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis,
kimia dan fisik.
33
34
titik aman). Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu Titik Pengendalian Kritis 1
sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan Titik Pengendalian Kritis 2 dimana
bahaya dapat dikurangi.
3. Menentukan batas kritis: kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima
dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat
batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam
menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban,
Aw, ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.
4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP: suatu sistem pemantauan
(observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini
termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol mana yang mengalami
perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan
catatan tertulis.
5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya
CCP yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif spesifik yang
diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan
yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu mengendalikan membawa CCP
kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk pembuangan produk yang mengalami
penyimpangan secara tepat.
6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup
peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap
penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang berada dalam
pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji. Setelah
itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak dan
menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem untuk
memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan memperbaharui
sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau bahan yang digunakan dalam
proses produksi.
7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang
berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan dan
dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CCP, penetapan
batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta penyimpangan dan tindakan korektif
yang berhubungan.
34
35
Terdapat beberapa keuntungan pokok yang diperoleh pemerintah dan instansi kesehatan serta
konsumen dari penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan makanan:
1. HACCP adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan pada semua
aspek dari pengamanan makanan, termasuk bahaya secara biologi, kimia, dan fisik
pada setiap tahapan dari rantai makanan mulai dari bahan baku sampai penggunaan
produk akhir.
2. HACCP dapat memberikan dasar nuansa statistik untuk mendemonstrasikan kegiatan
yang dapat atau mungkin dilakukan untuk mencegah terjadi bahaya sebelum mencapai
konsumen.
3. Sistem HACCP memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam proses
pengolahan makanan.
4. Penerapan HACCP melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah sehingga
pengawasan menjadi optimal.
5. Pendekatan HACCP memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan yang kritis
dari proses produksi y ang langsung berkaitan dengan konsumsi makanan.
6. Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi
makanan.
7. Dapat meningkatkan kepercayaan akan keamanan makananolahan dan karena
itu mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan (Suklan, 1998).
Pendekatan HACCP
Ada tiga pendekatan penting dalam pengawasan mutu pangan:
1. Food Safety/Keamanan Pangan
Aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit atau bahkan kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan dengan
masalah biologi, kimia dan fisika.
2. Wholesomeness/Kebersihan
Merupakan karakteristik-karakteristik produk atau proses dalam kaitannya
dengan kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan hygiene.
3. Economic Fraud /Pemalsuan
Pemalsuan merupakan tindakan-tindakan yang illegal atau penyelewengan yang
dapat merugikan pembeli. Tindakan ini mencakup diantaranya pemalsuan species
(bahan baku), penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat tidak sesuai
35
36
dengan label, overglazing dan jumlah komponen yang kurang seperti yang tertera
dalam kemasan.
Keuntungan Dan Kerugian HACCP
A. Keuntungan HACCP
Penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan pangan dapat memberikan
keuntungan, yaitu mencegah terjadinya bahaya sebelum mencapai konsumen,
meminalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi makanan,
meningkatkan kepercayaan akan keamanan makanan olahan sehingga secara
tidak langsung mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan.
B. Kerugian HACCP
Beberapa kerugian dari HACCP adalah tidak cocok bila diaplikasikan untuk
bahaya atau proses yang hanya sedikit diketahui, tidak melakukan kuantifikasi
(penghitungan) atau memprioritaskan risiko, dan tidak melakukan kuantifikasi
dampak dari tambahan kontrol terhadap penurunan risiko.
Pedoman Penerapan Sistem HACCP Sebelum menerapkan HACCP untuk
setiap sektor rantai pangan, sektor tersebut harus telah menerapkan Prinsip
Umum Higiene Pangan dari Codex, Pedoman Praktis dari Codex yang sesuai,
serta peraturan keamanan pangan terkait. Tanggung jawab manajemen adalah
penting untuk menerapkan sistem HACCP yang efektif. Selama melaksanakan
identifikasi bahaya, penilaian dan pelaksanaan selanjutnya dalam merancang dan
menerapkan sistem HACCP, harus dipertimbangkan dampak dari bahan baku,
bahan tambahan, cara SNI 01-4852-1998 5 dari 12 pembuatan pangan yang
baik, peran proses pengolahan dalam mengendalikan bahaya, penggunaan yang
mungkin dari produk akhir, katagori konsumen yang berkepentingan dan bukti-
bukti epidemis yang berkaitan dengan keamanan pangan.
Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali
Kritis (CCPs). Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat
bahaya yang harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP
harus diterapkan terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK yang diidentifikasi
pada setiap contoh yang diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari
Codex mungkin bukan satu-satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan
yang spesifik atau mungkin berbeda jenisnya.
Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang
diperlukan jika dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau tahapannya.
36
37
37
38
38
39
DAFTAR PUSTAKA
39