Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya,

yaitudengan melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan.Dalam

bidangpendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan

kualitaspendidikan dengan berbagai cara seperti merubah kurikulum,

meningkatkankualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

sekolah ke tingkatyang lebih tinggi, memberi dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS)dansebagainya.

Proses pembelajaran yang baik tentunya akan berpengaruh pada

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Sasaran

utama dari proses pembelajaran terletak pada proses belajar siswa.

Pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif

bagi belajar siswa.

Dalam kegiatan belajar siswa dituntut harus aktif dalam pembelajaran.

Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.

Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Itulah

sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar.

1
2

Seharusnya dalam proses pembelajaran yang memiliki peran aktif

adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator yang berperan untuk menciptakan

suasana dan lingkungan sekitar yang dapat menunjang belajar siswa

sesuaidengan minat, bakat dan kebutuhannya. Persoalan ini tentu tidak

mudahkarena guru harus bisa memilih metode dan strategi yangtepat dalam

prosespembelajaran.

Guru merupakan komponen dalam belajar mengajar yang berinteraksi

langsung dengan siswa. Guru mempunyai peranan sangat penting

terhadapterciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke

tujuanpembelajaran yang telah ditetapkan. Selama ini dalam pelaksanaan

pembelajaran di sekolah masih banyak guru yang mendesain siswa untuk

menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seolah-olah guru

sebagai sumber utama pengetahuan.

Salah satu kelemahan mendasar yang terjadi dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) terletak pada interaksi antara guru dan siswa pada saat

berlangsungnya PBM. Dalam rangka ini, guru harus menguasai berbagai

metode pembelajaran dan memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan

kompetensi, tingkat kecerdasan serta lingkungan dan kondisi setempat.

Metode sebagai komponen pembelajaran adalah cara yang digunakan guru

dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kondisi nyata

berlangsung pembelajaran.
3

Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga

proses pembelajaran bersifat monoton dan kurang bervariasi. Hal ini

menyebabkan siswa kehilangan semangat atau minat dalam belajar dan

cenderung menjadi pasif karena terlibat dalam proses pembelajaran. Tidak

hanya semangat dan minat siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat

melalui banyaknya siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru,

siswa mengobrol dengan teman sebangku pada saat guru menerangkan materi

sehingga siswa kurang memahami materi yang diterangkan, dan aktivitas

negatif lainnya. Tidak adanya semangat siswa dalam proses pembelajaran ini

dapat menyebabkan aktivitas belajar siswa juga menjadi berkurang. Dalam hal

ini sebenarnya para guru dituntut untuk memiliki kemampuanuntuk memilih

dan mendesain program atau metode mengajar sehingga bisa diterapkan

menjadi sistem pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang

efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri

atau melakukan aktivitas sendiri. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam

kegiatan belajar, maka guruhendaknya merencanakan proses pembelajaran

yang menuntut siswa banyakmelakukan aktivitas belajar sehingga siswa

mampu dalam mempelajari suatu pelajaran dan tercermin dari hasil belajarnya.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Salah satu cara untuk membangkitkan proses belajar dan hasil belajar

siswadalam proses pembelajaran, guru sebagai tenaga pendidik perlu mencari

atau mengganti metode pembelajaran yang tepat untuk itu perlu dipilih metode
4

pembelajaran yang tepat dan menarik aktifitas siswa. Banyak metode

pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

SD N 74 / II Tanah Sepenggal memiliki 6 kelas dimana jumlah siswa

seluruhnya ada 171 siswa. Mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV

diajarkan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Siswa kelas IV berjumlah

20 siswa yang terdiri dari 10 siswa dan 10 siswi. Kelas IV merupakan kelas

yang ramai dan Hasil Belajar bahasa indonesia rendah.

Strategi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD N 74 /II Tanah Periuk

kelas IV menggunakan metode konvensional yang terkadang telah dipadukan

dengan metode modern namun masih kurang menarik bagi siswa. Pada saat

pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kurang aktif, ada yang meletakkan

kepalanya di meja, ramai sendiri, jalan-jalan, mengganggu dan mengejek

teman yang lainnya, hanya ada beberapa siswa yang duduk diam dengan tekun

memperhatikan pelajaran. Hal itu bisa terjadi di dalam kelas karena setiap

anak memiliki tingkat pemahaman dan sikap yang berbeda-beda. Perbedaan

itu terlihat saat mereka menerima materi pelajaran dari guru. Kelas yang

sempit dan kondisi kelas yang tidak memungkinkan juga merupakan indikasi

siswa memilih untuk mencari perhatian dari guru dengan bersikap sesuai

keinginan masing-masing sehingga mereka sulit untuk menerima pelajaran

yang akan mengakibatkan kurangnya prestasi belajar. Jika ada kegiatan

pembelajaran yang mengharuskan untuk dikerjakan secara kelompok, terlihat


5

rasa solidaritas dan kerjasama kurang. Kemampuan untuk bekerjasama atau

berhubungan dengan temannya di kelas masih belum terlihat.

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti meneliti tentang Penerapan

Metode Team Accelerated Instruction (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD N 74/II Tanah Periuk

Tahun Pelajaran 2019/2020, dengan membuat para siswa bekerja dalam

kelompok dan mengemban tugas, mengelola, saling membantu satu sama lain

dalam menghadapi masalah, dan saling memberikan dorongan untuk maju

agar melatih tingkat kerjasama yang tinggi antar siswa.

Peneliti bersama guru mata pelajaran yang sekaligus sebagai

kolaborator penelitian melakukan perbaikan untuk meningkatkan Hasil Belajar

siswa dalam belajar, terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan metode Team Accelerated Instruction (TAI) agar memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam

meningkatkan prestasi belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar

Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Team Assisted Individualization

(TAI)
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah proses belajar Bahasa Indonesia menggunakan metode

pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)?

2. Apakah penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bagaimanakah proses belajar Bahasa Indonesia

menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization

(TAI)?

2. Untuk mengetahui Apakah penerapan pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka

penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan menambah kekayaan penelitian dibidang pengajaran

bahasa indonesia , memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia ilmu

pengetahuan, khususnya dunia pendidikan bahasa indonesia berkaitan

dengan strategi pembelajaran.


7

2. Manfaat Praktis

a. Melatih, membimbing, mendidik siswa untuk mengemukakan

pendapat dan melatih siswa untuk belajar secara aktif.

b. Memberikan gambaran bagi guru bahasa indonesia dalam merancang

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe team assisted individualization (TAI) sebagai salah satu pilihan

dalam mata pelajaran bahasa indonesia dan menambah wawasan dalam

model pembelajaran kooperatif.


8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Menurut Nana Sudjana (2007:76) Metode mengajar ialah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnyapengajaran. Menurut Hamzah uno, (2008:2) Metode

pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan,

penggunaan metode pendidikan berarti bagaimana agar tujuan pendidikan

dapat tercapai. Dalam hal tersebut, yang perlu dipahami adalah bagaimana

seorang guru dapat menguasai hakekat metode dan relevansinya dengan

tujuan pendidikan.

Jadi berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian

metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh

seorang guru untukmencapai tujuan pembelajaran yang telah di tentukan

Metode Pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI tersebut mengkombinasikan antara

pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual yang dirancang

untuk membantu dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran,

seperti dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Setiap siswa

8
9

secara individual belajar atau latihan materi pembelajaran yang sudah

dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar atau latihan individual dibawa ke

kelompok untuk didiskusikan dan saling diperiksa oleh anggota kelompok

dan semua bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban pada kegiatan

kelompok tersebut sebagai tanggungjawab bersama.

Metode ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program

pengajaran individual, metode ini memberikan tekanan pada efek sosial dari

belajar kooperatif, dan TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam

program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara

individual. Metode ini juga merupakan metode kelompok berkemampuan

heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara

individual. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk

saling memeriksa jawaban teman satu kelompok dan semua

bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai

tanggungjawab bersama. Diskusi terjadi pada saat siswa saling

mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya.

Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran dengan

kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami suatu

konsep. Siswa bekerja sama antar kelompok dalam usaha memecahkan

masalah. Dengan demikian dapat memberikan peluang kepada siswa yang

berkemampuan rendah untuk dapat meningkatkan kemampuannya karena

termotivasi oleh siswa lain yang mempunyai kemampuan tinggi. Diharapkan

aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia akan meningkat


10

sehingga hasil belajar siswa akan meningkat pula.

B. Pengertian Proses Belajar

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar. Proses mengajar

menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan jalinan

komunikasi harmonis antara mengajar dan belajar. Mengajar adalah aktivitas

membimbing untuk mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri

akan diperoleh jika siswa berinteraksi dengan lingkungannya dalam bentuk

aktivitas. Guru dapat membantu siswa dalam belajar tetapi guru tidak dapat

belajar untuk siswa itu. Proses merupakan prinsip yang sangat penting dalam

aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran harus dilakukan oleh siswa

sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar.

Sardiman (1994: 95) mengemukakan proses belajar adalah berbuat,

berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada

belajar kalau tidak ada proses. Proses belajar adalah aktivitas yang bersifat

fisik maupun mental (Sardiman, 2007: 100).

Berdasarkan pendapat Sardiman ini, dapat diartikan bahwa dalam

kegiatan belajar kedua aktivitas itu saling berhubungan atau harus selalu

terkait untuk berlangsungnya aktivitas belajar yang optimal.

Menurut Sardiman (2001: 4) belajar sangat diperlukan adanya proses,

sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku

menjadi melakukan kegiatan, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada

belajar tanpa adanya proses. Oleh karena itu proses belajar merupakan hal

yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dengan kata lain,
11

keterlibatan dan keberhasilan seseorang dalam aktivitas belajar yang optimal

tidak hanya ditentukan oleh kemampuan kecerdasannya, tetapi juga harus

melibatkan aktivitas fisik dan mental secara bersama-sama dalam proses

belajar tersebut.

Menurut Slameto (2003: 10) bagi sebagian orang proses belajar

sering dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak menarik, bahkan

pada beberapa siswa dinilai sebagai mencemaskan. Adanya perasaan cemas,

takut serta khawatir akan menghambat terjadinya aktivitas berpikir dan daya

ingat yang baik. Beberapa ahli menemukan, kecemasan yang berlebihan dapat

mengganggu bekerjanya kemampuan mental yang disebut working memory,

sehingga informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan tidak

mampu dikeluarkan dari ingatan kita.

Sehubungan dengan hal tersebut, guru berperan dalam menciptakan

kondisi belajar yang kondusif sehingga siswa tidak mengalami ketegangan

dalam aktivitas belajar sehingga terjalin suatu hubungan (kedekatan

emosional) selama terjadinya proses pembelajaran. Proses belajar megajar

merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.

Proses belajar diperlukan dalam belajar, karena pada prinsipnya

belajar adalah berbuat untuk merubah tingkah laku, dan melakukan

kegiatannya. Tidak ada belajar jika tidak ada prosesnya. Proses belajar siswa

merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan siswa baik di sekolah yang

mendukung kegiatan lainnya. Banyak jenis aktivitas belajar yang dapat

dilakukan oleh siswa di sekolah.


12

Dari pandangan para ahli bahwa siswa harus aktif dalam proses

belajar mengajar. Dengan kata lain dalam belajar sangat diperlukan adanya

proses, tanpa proses belajar yang baik tidak mungkin belajar dengan baik.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar

belajar adalah kegiatan siswa yang berlangsung dalam interaksi atau

hubungan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku

berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat tetap.

C. Pengertian Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar diartikan

sebagai berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian dan

keterampilan). Pengertian ini bisa dijabarkan sebagai usaha yang dilakukan

oleh seseorang dengan tujuan mendapatkan satu pengetahuan dan

keterampilan yang belum mereka miliki sebelumnya. Berangkat dari

penjelasan singkat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa untuk

mendapatkan satu pengetahuan dan keterampilan baru yang belum dimiliki

sebelumnya, dalam hal ini belum diperlukan adanya interaksi antara pendidik

dan peserta didik.

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,

baik yang menyangkut aspek kognitf, aafektif, dan psikomotor sebagai hasil

dari kegiatan belajar. Menurut Nawawi dalam bukunya Susanto (2013:5),

hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolaah yag dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
13

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai

dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bloom dalam bukunya Daryanto (1999:1),

bahwa evaluasi merupakan mengukur atau menilai kemampuan siswa untuk

menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa

dan mengetahui sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Setiap melaksanakan

kegiatan tertentu akan diperoleh suatu hasil, begitu pula dengan belajar. Hasil

kegiatan belajar biasa dikenal sebagai hasil belajar.

D. Penelitian Relevan

1. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiki

Rosyada seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang pada tahun

2006, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Assisted Individualization (TAI) untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon”, menyimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar kimia

siswa. Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Leliyana seorang


14

mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada

tahun 2008, yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization (TAI) untuk meningkatkan hasil belajar bahasa

indonesia siswa kelas VIII5 SMP Negeri 9 Pekanbaru”, menyimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil

belajar bahasa indonesia siswa. Karena model pembelajaran kooperatif

tipe TAI ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis ingin

mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Hasil penelitian “ Upaya Mengurangi Kesulitan Belajar Pembuatan Saku

Passepoille pada celana pria melalui model pembelajaran kooperatif tipe

TAI (Team Assisted Individualization) berbantuan Jobsheet di SMK

Negeri 1 Pandak” oleh Verry Fathanah ( 2012 ) menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ( Team Assistend

Individualization ) dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk standar

kompetensi pembuatan saku passepoile pada celana pria siswa yang

harus dicapai adalah 70 atau 7,0. Adapun hasilnya adalah sebelum

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, nilai rata – rata

kesulitan belajar pada mata pelajaran busana pria sebelum melakukan

tindakan adalah 5,03 berkurang pada siklus I setelah melakukan tindakan

menjadi 2,87 dan berkurang lagi pada siklus ke II menjadi 1,51. Untuk

dari segi tinjauan aspek materi rata – rata 15,35, pada siklus I berkurang

menjadi 10,93 dan siklus II berkurang lagi menjadi 6,93. Peningkatan


15

kriteria ketuntasan yaitu 71 dari 31siswa pencapaian kompetensi sebelum

melakukan tindakan 17 siswa ( 54, 85 %, pada siklus I pencapaian

meningkat menjadi 24 siswa ( 77,42 % ) sudah memenuhi kriteria

ketuntasan dan pada siklus II pencapaian kompetensi meningkat menjadi

100 % atau seluruh siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal.

3. Hasil Penelitian “Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Team Assisted

Individualization Dengan Metode Konvensional Pada Mata Pelajaran

TIK Di SMA Negeri 1 Purwanegara“. Oleh Winda Defi Farida tahun

( 2011 ), penelitian ini termasuk penelitian Quasi Experimental The

Nonequivalent Control Grup Designmenunjukkan bahwa terdapat

perbedaan peningkatan hasil belajar pada kedua kelas dilihat dari nilai

pretest, posttest, dan again. Perbandingan antara nilai gain kelompok

eksperimen dan kontrol pada KD 2.1 adalah 53% berbanding 39%

sedangkan perbandingan antara nilai gain kelompok eksperimen dan

kontrol pada KD 2.2 adalah 58% berbanding 43% jadi dengan demikian

metode Team Assisted Individualization berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran TIK.


16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode

penelitian tindakan kelas (PTK), yang merupakan penelitian tindakan yang

dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan

tindakan nyata kemudian melakukan refkelsi terhadap hasil tindakan. Hasil

tindakan dan refleksi tersebut dijadikan sebagai langkah pemilihan tindakan

berikutnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Menurut Abdul Gafur (2006:1) penelitian tindakan kelas merupakan

(1) Suatu metode untuk mengenali apa kegiatan yang terbaik yang dapat

dilakukan di kelas sehingga dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan

pembelajaran siswa, (2) Suatu riset yang diselenggarakan ketika

prosesbelajar-mengajar berlangsung untuk memecahkan permasalahan

instruksional dan atau untuk memperoleh metode baru.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 3) menggabungkan tiga kata

istilah,yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Dapat diambil kesimpulan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

16
17

Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 1994: 2) penelitian tindakan

adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh

peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan

keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka , serta pemahaman

mereka terhadap praktik-praktik tersebut. Wiriaatmadja, (2009: 11)

membantu mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi

darurat danmembantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama

dalam etika yang disepakati bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang penelitian tindakan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan agar dapat memperbaiki

atau meningkatkan praktek kelas secara lebih profesional.

Model yang dikemukakan Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya,

1994:20) berupa untaian-untaian yang membentuk satu rangkaian tersebut,

terdiri dari empat komponen yaitu : perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi. Keempat komponen dalam satu untaian dipandang sebagai satu

siklus atau satu putaran kegiatan. Pada gambar di atas, satu rangkaian

terdiri dua untaian komponen, maka satu rangkaian tersebut terdiri dua

siklus atau putaran kegiatan. Jumlah siklus yang digunakan sangat

bergantung pada permasalahan yang dihadapi. Jumlah siklus bisa lebih

dari dua. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif
18

antara guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan peneliti. Guru dilibatkan

sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, hingga refleksi.

Secara garis besar, terdapat empat langkah dalam melaksanakan

penelitian tindakan kelas, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan antara lain: identifikasi masalah,

perumusan masalah dan analisis penyebab masalah, dan pengembangan

tindakan. Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, di

mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Tindakan

perencanaan yang peneliti lakukan antara lain adalah merencanakan

identifikasi masalah yang dihadapi guru dan siswa selama proses

pembelajaran,rencana penyusunan perangkat pembelajaran, rencana

penyusunan alat perekam data, dan merencanakan pelaksanaan

pembelajaran siklus belajar.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan (action) dilaksanakan peneliti untuk memperbaiki

masalah. Di sini, langkah-langkah praktis tindakan diuraikan dengan

jelas. Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Di sini peneliti

melakukan analisis dan refleksi terhadap permasalahan temuan observasi

awal dan melaksanakan apa yang sudah direncanakan pada kegiatan

planning.
19

c. Pengamatan (Observing)

Pengamatan merupakan kegiatan pengambilan data untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari

suatu tindakan terus dimonitor secara reflektif. Kegiatan yang dilakukan

pada tahap pengamatan ini yaitu: pengumpulan data, mencari sumber.

B. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sehingga

prosedur dan langkah-langkah pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip-

prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

dilaksanakan untuk beberapa siklus. Pada setiap akhir pelaksanaan tindakan

dilakukan postes untuk mengetahui Hasil Belajar siswa. Terdapat dua hal

yang diamati dalam penelitian ini, yaitu peningkatan proses dan hasil belajar

bahasa indoneisa dengan menggunakan metode Team Assisted

Individualization (TAI).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dengan

menggunakan model yang dikembangkan oleh (Suharsimi 2012:16). Tiap

siklus terdiri dari empat tahap, kegiatan, yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Adapun model yang

dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut:


20

Secara rinci kegiatan pada masing-masing siklus dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Rencana Tindakan I

Tindakan yang direncanakan pada pelaksanaan adalah sebagai

berikut:

1) Merancang rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) standar

kompetensi sistem pengisian menggunakan implementasi

metode Team Assisted Individualization (TAI).


21

2) Menyiapkan kertas untuk dibagikan siswa

3) Merancang tes formatif siklus 1 beserta kunci jawaban

dengan materi sistem pengisian

4) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan I

Pelaksanaan siklus I meliputi pelaksaan pembelajaran materi

sistem pengisian. Adapun pelaksanaan pembelajaran dilakukan

dengan menggunakan metode Team Assisted Individualization

(TAI) sebagai berikut:

1) Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen

siswa dan mengecek kesiapan siswa.

b) Guru memberikan apersepsi tentang sistem pengisian.

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan metode proses belajar mengajar

yang akan dilaksanakan.

b) Guru menjelaskan materi tentang sistem pengisian.

c) Guru memberikan kertas kosong kepada siswa.

d) Meminta siswa untuk membuat soal yang kira-kira tahu

jawabannya.
22

e) Meminta siswa mengumpulkan kertas yang sudah di

tulis soal berkaitan dengan materi pelajaran dan

membagikan kembali kepada siswa.

f) Memastikan bahwa tidak ada siswa yang menerima

kertas yang sudah di tulisnya sendiri.

g) Meminta kepada beberapa siswa untuk membaca soal

kertas yang di dapatkan dan memberikan jawabannya.

h) Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

menanggapi jawaban temannya.

3) Penutup

a) Guru memberikan tes formatif siklus 1.

b) Guru menutup pembelajaran.

c. Observasi I

Pada tahap ini observasi dilakukan yang dilakukan

dengan menggunakan observasi data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data mengenai hasil belajar siswa,

observasi ini melalui data nilai hasil belajar siswa setelah

mengerjakan tes siklus 1. Data sekunder merupakan data

pendukung. Data sekunder meliputi data tentang proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru dan data aktivitas siswa.

Pengamatan data sekunder dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan

metode Team Assisted Individualization (TAI).


23

d. refleksi I

Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kegiatan yang

sudah dilakukan selanjutnya dilakukan analisis, pemaknaan,

penjelasan dan penyimpulan data. Hasil kesimpulan yang

didapat berupa tingkat keefektifan rancangan pembelajaran

yang dibuat dan daftar permasalahan serta kendala-kendala

yang dihadapi di lapangan. Hasil ini kemudian dijadikan dasar

untuk melakukan perencanaan pada siklus II. Analisis

dilakukan secara deskripsi terhadap data pengamatan.

2. Siklus II

a. Rencana Tindakan II

Rencana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

adalah menentukan alternatif pemecahan masalah untuk

memperbaiki kekurangan pada siklus I dan mengembangkan

perangkat pembelajaran pada siklus I yang dinilai sudah cukup

baik. Kegiatan ini meliputi :

1) Merevisi format skenario pembelajaran siklus I sesuai

hasil refleksi I.

2) Merancang rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) standar

kompetensi sistem pengisian menggunakan implementasi

metode Team Assisted Individualization (TAI).

3) Merancang tes formatif siklus II beserta kunci jawaban

dengan materi pengisian.


24

4) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan II

Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II

ini sesuai dengan rencana tindakan II berdasarkan refleksi

siklus I, yaitu:

Pelaksanaan siklus II meliputi pelaksaan

pembelajaran materi sistem pengisian. Adapun pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode Team

Assisted Individualization (TAI) sesuai dengan refleksi siklus I

sebagai berikut :

1) Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen

siswa dan mengecek kesiapan siswa.

b) Guru memberikan apersepsi tentang sistem pengisian

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan metode proses belajar mengajar

yang akan dilaksanakan.

b) Guru menjelaskan materi tentang sistem pengisian

c) Guru memberikan kertas kosong kepada siswa

d) Meminta siswa untuk membuat soal yang kira-kira tahu

jawabannya
25

e) Meminta siswa mengumpulkan kertas yg sudah di tulis

soal yg berkaitan dengan materi pelajaran dan

membagikan kembali kepada siswa

f) Memastikan bahwa tidak ada siswa yg menerima kertas

yg sudah di tulisnya sendiri

g) Meminta kepada beberapa siswa untuk membaca soal

kertas yg di dapatkan dan memberikan jawabannya

h) Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

menanggapi jawaban temannya.

3) Penutup

a) Guru memberikan tes formatif siklus II

b) Guru menutup pembelajaran

c. Observasi II

Pada tahap ini observasi dilakukan yang dilakukan

dengan menggunakan onservasi data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data mengenai hasil belajar siswa,

observasi ini melalui data nilai hasil belajar siswa setelah

mengerjakan tes siklus II. Data sekunder merupakan data

pendukung. Data sekunder meliputi data tentang proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru dan data aktivitas siswa.

Pengamatan data sekunder dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi pelaksanaan pembelajaran metode Team

Assisted Individualization (TAI).


26

d. Analisis dan refleksi II

Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kegiatan yang

sudah dilakukan selanjutnya dilakukan analisis, pemaknaan,

penjelasan dan penyimpulan data. Analisis terhadap

peningkatan hasil belajar dilakukan dengan:

1) Membandingkan hasil tes formatif siklus I dan tes formatif

siklus II.

2) Membandingkan ketuntasan siswa pada tiap siklus.

Hasil analisis dan refleksi digunakan untuk menentukan

kesimpulan akhir dari kegiatan pada siklus II apakah penelitian

dicukupkan pada siklus II ataukah lanjut ke siklus III.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N 74/II Tanah Periuk Kabupaten

Bungo di Kelas IV pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Waktu penelitian

pada semester ganjil, yaitu semester 1 tahun ajaran 2019/2020.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002: 66) subjek

dalam penelitian adalah benda, keadaan atau orang tempat data melekat dan

dipermasalahkan. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

siswa Kelas IV di SD N 74/II Tanah Periuk Kabupaten Bungo dengan jumlah

siswa 20 anak. Sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara secara

langsung oleh salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
27

tersebut menunjukkan bahwa kelas tersebut aktivitas belajarnya masih

rendah, hal ini akan berakibat pada kurang meningkatnya hasil belajar siswa.

Penentuan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah

berdasarkan informasi dari kolaborator serta observasi yang dilakukan

sebelum pelaksanaan tindakan observasi dilakukan

terhadap kelas IV. Penentuan kelas yang digunakan sebagai subyek

penelitian adalah kelas yang paling pasif dalam kegiatan pembelajaran.

E. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif yaitu proses belajar di lihat selama proses

pembelajaran berlangsung. Data kuantitatif adalah hasil belajar dengan

metode Team Assisted Individualization (TAI). Sumber data kuantitatif (hasil

belajar) diperoleh dari siswa melalui posttest. Sedangkan sumber data

kualitatif (proses) di peroleh dari lembar observasi selama pelaksanaan

pembelajaran dengan metode Team Assisted Individualization (TAI).

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi dalam

PTK, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

berdasarkan pada lembar observasi untuk mengamati dan mencatat


28

aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan

kooperatf tipe Team Assisted Individualization (TAI).

2. Tes

Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi

Arikunto, 2002:127). Tes yang di maksud dalam penelitian ini adalah tes

hasil belajar siswa, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian

seseorang setelah mempelajari sesuatu.

G. Instrumen penelitian

Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu:

a. Lembar pengamatan

Lembar Pengamatan (observasi bagi siswa digunakan untuk

mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Index Team

Accelerated Instruction (TAI)

b. Evaluasi/soal

Peneliti menggunakan instrumen soal yang berkaitan dengan

materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara, guna

mengukur hasil keterampilan berbicara.


29

c. Dokumentasi

Digunakan untuk mendapatkan dan menggali informasi tentang

pemahaman siswa yang implementasinya pada perolehan nilai sebagai

hasil belajar

d. Wawancara

Digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan keterangan yang

relevan mengenai data yang diperlukan.

e. RPP dan Silabus

Anda mungkin juga menyukai