Makalah Agama
Makalah Agama
Pembimbing:
Khoirul Amin, S.Pd.I
Nama Anggota :
Kelas : XI AKL 2
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Wasaalamu’alaikum Wr.Wb
I
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN:
PENUTUP:
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………................. 33
B. Saran……………………………………………………………………………………................ 33
II
3.1 Perilaku taat,kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
A. Pentingnya Taat Kepada Aturan:
Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang,
dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada
aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh
Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Di sekolah terdapat aturan, di rumah
terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan, di mana saja kita berada, pasti
ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan
ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya
kita menaati aturan yang berlaku.
Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang di buat oleh Allah Swt., yaitu terdapat
pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad
saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh
pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain,
termasuk pemimpin keluarga.
Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu
negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin.
Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan
menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam
memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat
kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta
kemakmuran.
ِ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللا ِ َوال َّرس
ُول إِ ْن ُك ْنتُ ْم
َ ِتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذل
ك خَ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوياًل
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil
Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
1.
Asbabu al-Nuzul atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan
dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya
menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady
berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid
ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.
Q.S. an-Nisa/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt.,
perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada
beberapa pendapat.
Arti ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan
akan fiqh). Sebagian ulama yang lain bin Jarir at-Thabari berpendapat bahwa sahabat-
sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
2. Al-Mawardi
Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umara (para
pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama dan fuqaha,
(3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh
pemimpin lainnya. Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis yang Artinya:
“Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda... Tidak boleh taat
terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal
yang makruf.” (H.R. Muslim)
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk
mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan
kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib
hokum nya untuk menolak.
1. Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya,
baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
2. Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan
rasul
2.
3. Menaati dan menjujung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
4. Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntutan dan syariat agama.
5. Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika
tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakan hidup
secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak
akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.
Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman
untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya :
ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه ۖ فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ ۖ َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َءهُ ْم َع َّما ِ ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِكتَا ِّ َاب بِ ْال َح
َ ق ُم َ َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت
ۚت ٰ
ِ اح َدةً َولَ ِك ْن لِيَ ْبلُ َو ُك ْم فِي َما آتَا ُك ْم ۖ فَا ْستَبِقُوا ْالخَ ي َْرا ِ ق ۚ لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا ۚ َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمةً َو
ِّ ك ِمنَ ْال َح َ َجا َء
ُ ْ ْ ُ ُ ُ
َم بِ َما كنتُ ْم فِي ِه تَختَلِفونYْ إِلَى ِ َمرْ ِج ُعك ْم َج ِميعًا فَيُنَبِّئُك هَّللا
“Dan Kami telah menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu Muhammad dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah
engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami memberikan aturan dan jalan yang
terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. Al-
Maidah/5: 48)
3.
Pada Q.S. Al-Maidah/5: 48 Allah Swt. Menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan
atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda beda sesuai dengan keadaan waktu dan keadaan
hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah
dalam rangka mencari rida Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam Kebaikan
Akhir ayat ini juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya perbedaan
manusia dalam penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa.
Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki
oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Setiap orang harus berlomba lomba
dalam kebaikan, seperti berprestasi baik dalam bidang orahraga, seni, ilmu pengetahuan.
C. Etos Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yangg khas dari
suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap
serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja Muslim dapat didefinisikan
sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan
memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai
nilai ibadah yang luhur.
4.
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan
yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,
menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh.
Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah
seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah
yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya,
menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian
sebagaimana firman Allah:
“Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja
yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang
muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan
bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan
keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri,
dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar menjaga
gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara
produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri
yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi
manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan
makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan
yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif
atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah.
Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi
kesadaran, yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan
dimensisyariat (aku berbuat).
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak hikmah dan
manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara
hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
5.
1. Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun
keterampilan.
3. Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
8. Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian
dari ibadah
6.
3.2 Toleransi , rukun , menghindari diri dari tindak kekerasan
Toleransi
Kata "toleransi" merupakan kata serapan dari pada Bahasa Inggris "tolerance". Toleransi
dalam perwujudannya adalah suatu sikap menghargai, membiarkan, atau membolehkan
sesuatu yang bertentangan dengan yang diyakini di dalam benaknya.
Pada kali ini akan dijelaskan Surat Yunus ayat 40 sampai dengan 41, dan Surat Al - Maidah
ayat 32. Serta hadist tentang ajaran toleransi di dalam Islam.
Pembahasan:
Surat Yunus 40 sampai dengan 41
ََو ِم ْنهُم َّمن ي ُْؤ ِمنُ بِ ِه َو ِم ْنهُم َّمن اَّل ي ُْؤ ِمنُ بِ ِه ۚ َو َربُّكَ أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْف ِس ِدين
ََوإِن َك َّذبُوكَ فَقُل لِّي َع َملِي َولَ ُك ْم َع َملُ ُك ْم ۖ أَنتُم بَ ِريئُونَ ِم َّما أَ ْع َم ُل َوأَنَا بَ ِري ٌء ِّم َّما تَ ْع َملُون
Terjemahan:
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang
orang-orang yang berbuat kerusakan. 41) Jika mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap
apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
7.
Terjemahan: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan - akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah - olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Banyak sekali kejahatan dan kerusakan yang terjadi kepada orang - orang yang cinta
damai. Nasihat demi nasihat pun serta peringatan - peringatan sudah tidak lagi berguna dan
tidak didengar orang para pelaku kerusakan, ajakan untuk saling mengasihi pun tidak lagi
dapat mencegah mereka dari kemungkaran.
Oleh karena itulah Allah menetapkan ganjaran yang amat besar kepada dosa yang mereka
lakukan, membunuh seseorang akan sebanding dengan membunuh seluruh manusia. Dan
dijadikan tindakan mencegah pembunuhan dan menyelamatkan manusia sebanding dengan
menyelamatkan seluruh manusia. Ketetapan itu diberlakukan kepada Bani Israel.
Allah sudah menetapkan prinsip ini kepada mereka karena pada zaman dahulu Bani Israel
adalah Ahli Kitab yang mencerminkan "Darul Islam".
ُصلَّى هللاَ ِ ُول هَّللاِ قِي َل لِ َرس:ال َ َس قٍ َع ِن ا ْب ِن َعبَّا،َ ع َْن ِع ْك ِر َمة،ص ْي ِن َ ع َْن دَا ُو َد ْب ِن ْال ُح،َ أَ ْخبَ َرنَا ُم َح َّم ُد بْنُ إِ ْس َحاق: قَا َل،َُح َّدثَنِي يَ ِزيد
ُ ْال َحنِيفِيَّةُ ال َّس ْم َحة:ال
َ َ أَيُّ اأْل َ ْديَا ِن أَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ؟ ق:َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al
Hushain dari Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah Saw.
“Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al - Hanifiyyah
As - Samhah (yang lurus lagi toleran)” (HR. Abu Daud).
8.
dan habil ataupun kisah nabi yusuf dan saudara-saudaranya. Terkadang pula permusuhan
dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.1[8]
1. Ayat tentang islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapapun.
Artinya: oleh karena itu kami tetapkan ( suatu hukum) bagi bani israil, bahwa barang siapa
membunuh seseorang, bukan karea orag itu membunuh orang lain(qisas), atau karena
berbuat kerusakan di muka bumi. Maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Dan barang siapa memelihara kehidupan seorang mausia, maka seakan-akan dia telah
memlihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul-rasul kami telah datang kepada
mereka dengan(membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di
antara mereka setelah itu melampaui batas di muka bumi.(QS al-maidah/5:32) 2[9]
2. Penerapan hukum bacaan atau tajwid pada QS al Maidah ayat 32
3. Makna kandungan ayat pada surat al maidah ayat 32
Allah swt menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan qabil
terhadap habil, Allah swt menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang manusia,
sama denga membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seorang
manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah
prinsip sosial dimana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu-individu
masyarakat marupakan anggota tubuh tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka
anggota tubuh yang lainnya pun ikut merasakan sakit.
Begitu uga apabila seseorang berani tangannya dengan darah orang yang tidak berdosa,
mak pada hakikatnya dia telah membunuh manusia-manusia yang tak berdosa. Dari segi
sistem penciptaan manusia, terbunuhnya habil telah menyebabkan hancurnya generasi
besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan lahir di dunia ini. Al-quran memberikan
perhatian penuh terhadap perlindugan jiwa manusia da menganggap membunuh seorang
manusia, sama dengan membunuh semua masyarakat.3[10]
Pengadilan di Negara-negara tertentu menjatuhkan hukjuman qisas, yaitu membunuh
orang yang telah membunuh, di Indonesia juga dilakukan hukuman mati bagi para
pembunuh.
Dalam surat al maidah ayat 32 terdapat 3 pelajaran yang dapat dipetik.
a. Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain.
Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah
besar umat manusia.4[11]
b. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujaun mereka. Pembuunuhan seorang
manusia dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat , tetapi
4
9.
keputusan pengadilan untuk melakukn eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka
qisas merupakan sumber kehidupan masyarakat
c. Mereka yang memuliki pekerjaan berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia,
seprti para dkter, perawat, polisi, harus mengeri nilai pekerjaan mereka. Menyembuhka
atau menyelamatkan orang sakit darikematian bagaikan menyelamatan sebuah masyarakat
dari kehancuran.5[12]
5
10.
3.3 Iman Kepada Kitab Allah
Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Ada 3 tingkatan dalam
beriman kepada kitab Allah, yaitu :
Singkatnya kita sebagai umat Islam belum cukup beriman kepada kitab-kitab Allah swt saja,
tetapi harus senantiasa membaca, mempelajari dan memahami isi kandungannya. Sehingga
kita tahu aturan-aturan dalamnya untuk selanjutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Suhuf yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-
lembaran yang terpisah.
• Perbedaan : Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf, kitab dibukukan sedangkan
suhuf tidak dibukukan.
Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang
turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya”. (QS An Nisa : 136)
11.
Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa lembaran-
lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s dan nabi Musa
a.s. Firman Allah SWT .
Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa
yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah
SWT berikut.
Kitab-Kitab Allah
1. Kitab Taurat
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa as sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani
Israel. Sesuai firman Allah swt yang artinya: “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat)
dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu
mengambil penolong selain Aku” (QS. Al-Isra’ [17]: 2)
2. Kitab Zabur
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Daud as sebagai pedoman dan petunjuk bagi umatnya.
Firman Allah:
Artinya: “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ [17]: 55)
12.
Kitab Zabur (Mazmur) berisi kumpulan nyanyian dan pujian kepada Allah atas segala
nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Selain itu berisi zikir, doa, nasihat, dan kata-kata
hikmah. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur sekarang ada pada
Perjanjian Lama yang terdiri atas 150 pasal .
3. Kitab Injil
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Isa as sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israel. Allah
swt berfirman :
Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan
kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi),
dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 46
4. Kitab al-Qur’an
Kitab suci al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dijadikan petunjuk
dan pedoman bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab. Sebagaimana
firman Allah :
Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-
Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqan [25]:
13.
Secara keseluruhan, isi al-Qur’an meliputi hal-hal berikut:
1. Sebagai wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
2. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw
3. Sebagai pedoman hidup manusia agar tercapai kebahagiaan di dunia dan akhirat
4. Sebagai sumber dari segala sumber hukum Islam
"Sebelum (Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang
berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).“
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya."
14.
Hikmah Iman kepada Kitab-kitab Allah:
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah swt yang telah mengutus para rasul untuk
menyampaikan risalahnya.
2. Hidup manusia menjadi tertata karena adanya hukum yang bersumber pada
kitab suci
3. Termotivasi untuk beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama,
seperti yang tertuang dalam kitab suci
4. Menumbuhkan sikap optimis karena telah dikaruniai pedoman hidup dari Allah
untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat
5. Terjaga ketakwaannya dengan selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi
semua larangan-Nya .
1. Ada banyak cara untuk beriman terhadap kita-kitab suci Allah, diantaranya :
15.
3.4 Iman Kepada Rasul Rasul Allah SWT
Pengertian Iman Kepada Rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang
wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini
dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt.
untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut
Imam Baidhawi,
Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru
manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk
menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi
Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan
syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa
nabi Musa AS.
Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang keempat. Karena merupakan
rukun iman yang keempat, bagi setiap muslim wajib untuk mengetahui dan mengimani 25
Nabi dan Rasul tersebut. Nabi adalah manusia terpilih untuk menerima wahyu dari Allah.
Lalu apa perbedaan Nabi dan Rasul? Nabi menerima wahyu untuk dirinya sendiri, sedangkan
Rasul menerima wahyu dan memiliki tugas untuk menyampaikannya pada seluruh umat di
dunia.
{Dalil Iman Kepada Rasul Allah}
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat
78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan
beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu
kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)
16.
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami
ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan
dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua
perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil."
(Q.S.Al-Mukmin78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt.
adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan,
dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di
antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
َ ِ َذال ِم ْن اَ ْلفًااَلرُّ ُس ُل َ َو ِع ْشرُوْ ن ٌ َواَرْ بَ َعة ف
َع َش َ َوخَ ْم َسة ِمائَ ٍة ُثَالَثَة ك ٍ اَ ْل ُ ِمائَة : ال
َ َ ق ؟ ْاالَ ْنبِيَا ِء ُ ِع َّدة َك ْم ِهللا َرسُوْ َل يَا : قَا َل َذر أَبِى ع َْن
)أَحْ َمد ُ( َر َواه َغفِ ْيرًا ًًّماYo َج َر
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi?
Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang
termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
17.
5. Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada kita
6. Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada hakikatnya
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkatra yang
meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu
keberatan terhadapm putusan yang kamu berikan dan meeka menerima dengan
sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
C. Meneladani Sifat Rasulullah SAW.
1. Meneladani Sifat Siddiq
1. Untuk menel;adani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat diusahakan
dengan cara selalu berkata benar, tidak berbohong dalam berbicara dengan siapa
pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan. Rasulullah saw, selama hidupnya tidak
pernah berbohong, baik terhadap para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.
2. 2. Meneladani Sifat Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya melakukanb sesuatu
sebaiknya dapat dipercaya, sehingga tugas apa pun selalu dikerjaan dengan baik dan
benar.
3. Meneladani Sifat Fatanah
Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang diberikan
kepada manusia, tetapi tidak merata. ada yang cerdas dan ada pula yang tidak
cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan cara bersungguh-
sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.
4. Meneladani Sifat Tablig
Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia termasuk salah
satu upaya untuk meneladanisifat tablig. Mnyampaikan kebenaran dan mencegah
kemaksiatan yang dilakukan oreang lain biasanya mengandung risiko. Keberanian
melakukan ini merupakan salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw, ketika berdakwah. Beliau seringkali disambut dengan
cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini semua dilakuakan
semata-mata karena perintah Allah swt.
18.
D. Rasul dan Mukjizat
Mukjizat mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi rasul dalam
melaksanakan tugas kerasulannya. Mukjizat memiliki dua fungsi pokok yaitu :
Sebagai bukti bahwa orang yang memilikinya adalah benar-benar utusan Allah SWT.
Sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentangnya.
Mukjizat adalah peristiwa ajaib yang sukar dijangkau oleh akal kemampuan manusia.
Mukjizat dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :
1. Mukjizat kauniyah adalah mukjizat yang berkaitan dengan peristiwa alam, seperti
dibelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad SAW dan dibelahnya Laut Merah oleh
Nabi Musa as dengan tongkat.
2. Mukjizat syakhsiyyah adalah mukjizat yang keluar dari tubuh seorang nabi dan rasul,
seperti air yang keluar dari celah-celah jari Rasulullah SAW, cahaya bulan yang memancar
dari tangan Nabi Musa as serta penyembuhan penyakit buta dan kusta oleh Nabi Isa as.
3. Mukjizat salbiyyah adalah mukjizat yang membuat sesuatu tidak berdaya seperti ketika
Nabi Ibrahim as dibakar oleh Raja Namrud, akan tetapi api tidak mampu membakarnya.
4. Mukjizat aqliyyah adalah mukjizat yang rasional atau masuk akal. Contoh satu-satunya
adalah Al Qur’an.
E. Tugas Rasulullah SAW.
Tugas pokok yang diberikan Allah SWT kepada para nabi dan rasul sejak dari Nabi Adam AS
sampai dengan Nabi Muhammad SAW adalah :
1. Memberi kabar gembira bagi orang-orang yang mentaati risalah-Nya.
2. Membimbing umatnya ke jalan yang benar sehingga memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan akherat.
3. Memberi peringatan kepada orang-orang yang mengingkari-nya Mengajak
umatnya untuk menyembah hanya kepada Allah ( ajaran Tauhid )
4. Menyampaikan amanat dari Allah.
5. Memberi peringatan kepada umat manusia.
6. Memberikan kabar gembira dan peringatan.
19.
7. Membawa petunjuk dan agama yang benar, menjadi teladan hidup bagi umat
manusia.
20.
Setelah beriman kepada Allah U maka kewajiban berikutnya adalah beriman kepada
Rasulullah Muhammad yang menjadi pondasi yang utama dari agama Islam. Sebab seluruh
pondasi yang lainnya dibangun di atas keimanan pada Allah dan Rasul-Nya. Seorang yang
tidak mengimani Rasulullah dan hanya beriman kepada Allah tidaklah cukup, dan Iman
menjadi batal, Sebagaimana sabda Nabi :
“Artinya: Islam itu dibangun di atas lima rukun , menyaksikan bahwa tiada sesembahan
yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya … (HR. Muslim
I/45. Al-Bukhari I/).
Diantara cara beriman kepada Rasulullah adalah sebagai berikut:
1. Meyakini dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi Muhammad dan apa
yang oleh beliau bawa, sebagaimana Allah menandaskan tentang ciri orang bertaqwa:
َ ِق بِ ِه أُولَئ
)33 : ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ نَ (الزمر َ ص َّد َّ َوالَّ ِذيْ َجا َء بِال
ِ ص ْد
َ ق َو
“Dan jika kamu taat kepadanya , niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain
kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
3. Mengikuti ajaran pemikiran, pokok-pokok agama, hukum-hukum dan cabang
cabangnya sesuai dengan yang beliau ajarkan dengan ikhlas. Allah berfirman:
ْ ضيْتَ َويُ َسلِّ ُم
)65 : (النساء.وا تَ ْسلِ ْي َما َ َُوا فِى أَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق
ْ ك فِ ْي َما َش َج َربَ ْينَهُ ْم ثُ َّم الَيَ ِجد
َ فَالَ َوربِّكَ الَيُو ِمنُوْ نَ َحتَّى يَ َح ِّك ُمو
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
dalam perkara yang mereka persilisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan , dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. (An-Nisa : 65).
4.Mencintai beliau , keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Rasulullah bersabda:
21.
ِ َّال ي ُْؤ ِمنُ اَ َح ُد ُك ْم َحتَّى أَ ُكوْ نَ اَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن
َاس اَجْ َم ِع ْين
“Tidaklah beriman seorang sehingga aku lebih dia cintai dari pada orang tuanya, anaknya
dan seluruh manusia (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
22.
ْ ُص ْينَا بِ ِه إِب َْر ِه ْي َم َو ُمو َسىا َو ِع ْي َسى اَ ْن أَقِ ْي ُموا الَّ ِد ْينَ َوالَ تَتَفَ َّرق
وا َ َش َر َع لَ ُك ْم ِمنَ الَّ ِد ْي ِن َما َوصَّى بِ ِه نُوْ حًا َوالَّ ِذيْ أَوْ َح ْينَا إِلَ ْي
َّ ك َو َما َو
)13 : فِي ِه (السورى
“Dia telah mensyari’atkan bagi kaum tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama 1341) dan janganlah kamu
berpecah belah karenanya. (Asy-Syura: 13)
23.
3.5SYAJA’AH (Berani Membela Kebenaran)
1. PENGERTIAN AS SYAJA'AH DALAM ISLAM
DALIL SYAJA’AH
Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman. (QS Al Imran : 139)
2. LANDASAN KEBERANIAN
1- Iman yang kokoh
Dalam kisah hijrah Rasullullah dan Abu Bakr ke Madinah, sesampai di gua Tsur keadaan
mencekam dirasakan Abu Bakar, “Ya Rasulullah, sekiranya salah satu dari mereka melihat
betisnya maka mereka pasti akan melihat kita.” Rasulullah SAW. menenangkannya dengan
menyatakan, “Duhai Abu Bakar, apakah kamu mengira kita di sini cuma berdua. Tidak, Abu
Bakar. Kita di sini bertiga. Janganlah takut dan gentar, Allah bersama kita.”
24.
Sikap keberanian yang ditunjukkan Rasulullah disaat tidak ada lagi pertolongan apa-apa
selain Allah, adalah pengejewantahan keimanan yang begitu kuat. Sekiranya iman lemah,
mungkin akan mendatangkan kepanikan.
Kisah pembakaran Nabi Ibrahim a.s. menujukkan bahwa rasa takut manusiawi terhadap
api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada Allah saja. Dan
subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah Nya kepada api agar menjadi dingin
dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s.
Diantara turunan sikap dari keimanan yang kokoh adalah berupa hanya
menggantungkan harapan kepada Allah dan juga sikap tawakkal yang benar, sehingga
menimbulkan sikap berani dalam diri seseorang dalam menghadapi segalam macam situasi
dan tantangan.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung”. (QS 3: 200)
Sikap sabar jelas bukan berarti menerima segala bentuk penindasan apalagi berkaitan
dengan pelecehan nilai agama, tapi sabar justru melahirkan sikap keberanian dalam
menjalani perintah Allah sekaligus berjuang dalam menegakkan kalimat Allah. Sikap
keberanian di sini tidak melulu terwujud dalam bentuk kebringasan, gagah perkasa, tapi bisa
jadi dalam bentuk kelembutan dan memaafkan demi kemaslahatan yang lebih besar.
Layaknya suri tauladan yang sangat menyentuh oleh Rasulullah, ketika dakwah nya di tolak
di Taif yang sampai pada bentuk kekerasan. Namun, keberanian Rasulullah untuk
memaafkan walaupun sungguh berat waktu itu ujiannya, karena pandangan jauh ke depan,
membuat azab yang bisa jadi ditimpakan pada Taif tak jadi diturunkan. Dan buah dari
kesabaran tersebut terwujud dengan ber Islam nya penduduk Taif kemudian hari.
Keimanan yang kuat akan menumbuhkan kecintaan yang lebih pada akhirat dari pada
kehidupan dunia.
25.
3- Mewariskan Hal yang Terbaik
Kita dalam tanda kutip adalah produk masa lalu, hasil didikan berbagai pihak bermula
mungkin orang tua, keluarga, guru, lingkungan dan seterusnya. Sehingga sedikit banyaknya
karakter yang kita miliki sekarang ini adalah buah dari pendidikan orang-orang yang
terdahulu. Jika pendidikan yang itu baik, akan menghasilkan generasi yang baik. Begitu juga
dengan kedepannya, kita adalah bagian dari orang yang akan mewarisi generasi masa
depan. Karena perjuangan dakwah adalah perjuangan sampai akhir zaman, bukan satu
generasi saja. Sehingga menyiapkan generasi baru yang kuat, adalah keharusan bagi
keberlangsungan dakwah.
Selain itu generasi yang kuat dan mandiri akan lebih berpeluang melahirkan karakter
pemberani. Perumpamaan orang-orang yang hidup dibawah belas kasihan orang lain, atau
orang yang meminta-minta, bisa jadi akan berkurang keberaniannya dalam menyampaikan
kebenaran terutama kepada pihak dimana dia meminta-minta atau mendapat belas
kasihan.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” (QS 4: 9)
Nubuwah terkait penaklukan konstantinopel yang disampaikan Rasullullah menjadikan
kaum muslimin pada masanya dan setelahnya berharap bisa menjadi orang yang disebutkan
Rasulullah menjadi tokoh utama penakluknya atau anak keturunannya, atau mungkin
menjadi bagian barisan tentaranya. Dan pada akhirnya panglima Al Fatih bersama para
tentaranya yang berhasil menaklukan baru muncul berabad setelah penyampaian nubuwah
tersebut. Dalam kisahnya, beliau telah dipersiapkan semenjak dini berupa penanaman
karakter, akhlak ilmu dan seterusnya.
Bagaimana dengan masa kini? Janji Allah akan kembalinya kekuatan besar kaum
muslimin mneguasai dunia sebelum akhir zaman, semoga memotivasi kita untuk
mempersiapkan generasi penerus yang semoga menjadi bagian menuju kebangkitan umat
Islam, walaupun mungkin tidak hidup dimasa kejayaan tersebut nantinya.
1- Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan di jalan Allah (jihad fii sabililah)
Banyak sekali kisah tauladan pada para sahabat generasi pertama umat Islam dapat
diambil, mereka tidak takut akan mati, tidak cinta dunia, lebih mencintai kehidupan akhirat.
Sehingga ketika perintah jihad datang, disambut dengan semangat tinggi.
26.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang
sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barang
siapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya
orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka
Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. al-Anfal [8]: 15-16).
Mengatakan yang benar dengan terus terang memang sesuatu yang pahit bila dilihat dari
sisi dampak yang bakal muncul. Namun bila dilihat dari sisi manfaat dan izzah keimanan ia
menjadi sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Nabi saw melalui Hadits Riwayat Ibnu
Hibban. ‘Qulil haq walau kaana muuran ’ (katakan yang benar meskipun itu pahit) dan
berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil
lisan. Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala risiko bila kita senantiasa
berterus terang dalam kebenaran.
"Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa yang
zhalim”. (Hadits Riwayat Abu Daud Dan Tirmidzi)
Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
Banyak suri tauladan dalam sejarah perjuangan penyebaran dan penegakan Islam. Di
masa-masa awal penyebaran Islam dalam fase Makkah, begitu besar sekali bentuk cobaan
yang dirasakan kaum muslimin. Kekuatan yang belum seberapa saat itu, masih dalam
rintisan awal-awal dakwah, harus dihadapi berbagai bentuk perlawanan, permusuhan,
makar. Boikot ekonomi, siksaan terhadap individu bahkan pembunuhan. Secara umum
kaum muslimin sungguh menderita waktu itu.
Sahabat Bilal menunjukkan sikap ketahanan ini, daya tahan yang begitu besar dalam
menghadapi siksaan pemuka kaum Quraisy. Dan juga Keberanian mempertahankan aqidah
hingga mati nampak pada Sumayyah, ibunda Ammar bin Yasir. Beliau menjadi syahidah
pertama dalam Islam yang menumbuh suburkan perjuangan dengan darahnya yang mulia.
5- Mengendalikan Nafsu
Nafsu adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia. Nafsu tidak dapat
dihilangkan tapi dapat dikendalikan.
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS.
12: 53).
Diantara bentuk nafsu adalah amarah. Allah menyebutkan dalam Alqur’an bahwasanya
salah satu ciri orang bertakwa adalah mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan
orang lain .
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu
orang yang berinfak baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang
berbuat kebaikan.”(QS. 3:133-134).
“Bukanlah dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat, sesungguhnya
pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Sayyidina Ali ketika dalam peperangan, diludahi oleh musuh beliau, bukannya malah
emosi, justru beliau menghentikan tebasan pedang yang siap untuk menebas musuh
tersebut, karena Ali takut kepada Allah sekiranya sikapnya justru dilandasi oleh amarah
terhadap sikap musuh bukan karena mengharapkan keridaan Allah.
6- Mengakui Kesalahan
Mengukur diri, memahami bahwa diri memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan
untuk diperbaiki semaksimal mungkin dan kelebihan untuk dioptimalkan sebaik mungkin.
Jangan terlalu berlebihan memandang diri yang mungkin bisa berakhir pada keangkuhan
dan kesombongan. Umar bin Abdul Aziz seorang khalifah yang sangat mashur, bahkan ada
sebutan bahwasanya beliau adalah khulafaur rasyidin yang ke-5, memberikan contoh saat
berpidato dihadapan rakyatnya: “Aku bukanlah orang yang paling baik dari kalian. Aku
hanyalah manusia seperti kalian akan tetapi aku mendapatkan amanah yang amat besar
melebihi kalian. Karena itu bantulah diriku dalam menunaikan amanah ini.”
30.
4. SUMBER-SUMBER SYAJA’AH
Bagi seorang muslim, dunia bukanlah tujuan akhir. Dunia adalah jembatan menuju
akhirat.
Kematian adalah sebuah kepastian. Cepat atau lambat setiap orang pasti mati. Kalau
ajal sudah datang tidak ada yang dapat mencegahnya.
Seorang muslim tidak takut mati, apalagi mati dalam jihad. Setiap prajurit Islam pasti
mendambakannya. Bagi mereka kematian adalah jalan menuju sorga. Semangat itulah yang
menyebabkan para prajurit Islam punya keberanian luar biasa. Panglima Khalid ibn Walid
mengatakan kepada pasukan Romawi:
4. Tidak Ragu-Ragu
31.
6. Tawakal dan Yakin Akan Pertolongan Allah
Orang yang memperjuangkan kebenaran tidak pernah merasa takut, karena setelah
mengerahkan segala tenaga, tinggal dia bertawakkal dan mengharapkan pertolongan dari
Allah SWT.
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah
Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq 65:3)
32.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah Saya uraikan di atas, dapat kita pahami
bahwasanya Pendidikan Agama islam itu mencakup berbagai macam
keilmuan. Baik itu Al-Qur’an it sendiri maupun tentang Islam, dan
ilmu yang lainya yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita
sehari-hari.
B. Saran
Inilah yang dapat saya paparkan dalam makalah ini, yang
tentunya pembahasan tentang Islam, dan Al-Quran di sini masih
sangat sedikit, serta perlu diperdalam dan diperluas lagi. Dan untuk
memperluas serta mendalaminya itu butuh waktu yang lama dan
mengerti tentang materi ini. Dan membutuhkan referensi yang banyk
pula.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
33.