Dokumen KKKKKKK
Dokumen KKKKKKK
PENDAHULUAN
dunia. Perubahan iklim beserta dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan dan
semakin sadar betapa terancamnya lingkungan hidup secara global dan betapa
dapat berdiri sendiri, melainkan selalu dikaitkan dengan aspek-aspek lain seperti
lainnya.
sampah, pencemaran sungai dan udara, eksploitasi sumber daya migas, serta
kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap. Semua Permasalahan- permasalahan
diatas dapat dipastikan selalu terjadi setiap tahun. Di antara semua
bahkan dunia karena peristiwa ini menyebar hingga ke negara lain seperti
Kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap ternyata telah
terjadi sejak tahun 1967. Setiap tahun permasalahan ini terus berulang bahkan
semakin parah. Rekapitulasi luas kebakaran hutan per provinsi di Indonesia tahun
2010-2015 dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup juga menunjukkan hal itu.
Dibandingkan tahun 2010, luas lahan terbakar meningkat puluhan kali lipat. Di
Jambi, contohnya, di tahun 2010, lahan terbakar hanya 2,5 ha. Tahun 2014
meningkat menjadi 3.470 ha. Sementara tahun 2015 ini, kebakaran di Jambi
dalam satu bulan terakhir telah menyebar ke areal seluas 40.000 ha. Sebanyak
Kerugian yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Kerugian yang terjadi
Universitas Sumatera Utara.akibat bencana asap itu tidak hanya materi yang tak terhitung nilainya,
tetapi juga
asap itu bahkan telah merenggut seorang anak kecil akibat terpapar asap pekat
yang terjadi di Pekanbaru, Kamis pekan lalu. Belum lagi puluhan ribu orang di
(http://sains.kompas.com/read/2015/09/14/16272971/Kabut.Asap.Kebakaran.Huta
terjadi tahun ini menyebabkan lebih dari 2,6 juta hektar hutan, lahan gambut dan
lahan lainnya terbakar, jumlah ini setara dengan 4,5 kali lebih luas dari Pulau Bali.
Dampak pada wilayah yang terbakar termasuk hilangnya kayu atau produk non- kayu, serta
sebagai habitat satwa. Meski belum dianalisa secara penuh, kerugian
pada tahun 2015 dan untuk total kerugian yang disebabkan oleh permasalahan
kabut asap adalah $15.72 milyar atau setara dengan dua kali biaya yang
dibutuhkan untuk merekonstruksi kerusakan akibat tsunami Aceh 2004. (www.worldbank.org).
Fenomena kabut asap sebagai imbas dari terbakarnya hutan dan lahan di
satwa dan tumbuhan, manusia yang merupakan bagian dari alam juga terancam
karena kerusakan alam ini. Pada kutipan berita di Harian Waspada edisi 12
kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap tebal sangat
mengganggu aktivitas warga. Di dalam teks berita ini juga disampaikan bahwa
kabut asap telah sampai ke Malaysia. Seorang narasumber yang merupakan warga
diberitakan secara eksklusif dengan posisi penempatan berita yang strategis yaitudengan
penempatan satu halaman penuh di headline, Harian Republika membuat
halaman headline seakan-akan berkabut hingga nyaris tidak bisa dibaca. Media
asap ini, seperti BBC UK, Huffington Post, CNN, Reuters dan media massa
internasional lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya Indonesia saja
Peran media massa melalui jurnalisme lingkungan, yang dalam hal ini
sebagai bagian dari Civil Society tentunya sangat penting dalam kerangka
pengelolaan lingkungan. Substansi dari hal ini telah sangat jelas diatur di dalam
2006:4). Pers atau Media Massa turut memberikan ruang bagi isu lingkungan
hidup melalui berita jurnalisme lingkungan. Pers pada dasarnya adalah agen
kepentingan publik itu, maka dari itu Jurnalisme lingkungan adalah bagian dari
beberapa isu yang diangkat oleh media masa menjadi produk berita. Berita
jurnalisme lingkungan yang dimuat oleh media massa akan lebih berarti jika
secara terus menerus, dengan begitu bisa memberikan pemahaman secara utuh
objek berita yang sedang diliput serta lebih bagus lagi dengan memuat berita
membutuhkan kerja keras, riset yang ketat, dukungan basis data yang kuat, dan
kutipan-kutipan yang cerdas, dengan begitu jurnalisme lingkungan hidup dapat membawa peran
penting pers sebagai kontrol sosial sekaligus pendidikan sosial.
yang dapat dipercaya, lengkap, cerdas, dan akurat; mereka tidak berbohong, herus
memisahkan antara fakta dan opini, harus melaporkan dengan cara yang
memberikan arti secara internasional, dan harus lebih sekadar menyajikan fakta-
informasi dan upaya memberikan informasi lingkungan secara linier satu arah,
dari atas ke bawah (top down) atau sebaliknya (bottom up), tapi bagaimana
serba sedikit yang dimiliki jurnalis justru membahayakan. Hal ini muncul karena
satu sisi mengabaikan pendapat ilmiah para pakar. Ketidaksiapan sumber daya
manusia dalam sebuah institusi media kemudian menjadi salah satu kendala
terwujudnya jurnalisme lingkungan yang baik. Untuk itu, Para akademisi dan
1998, dilakukan ratifikasi code of ethics dalam event 6th World Congress of
pada metode jurnalisme baku. Kode etik jurnalisme lingkungan inilah yang
kemudian dijadikan acuan bagi peneliti untuk meneliti analisis isi penerapan
jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Harian Waspada.Surat kabar layaknya
media massa lainnya, memiliki fungsi informasi,
edukasi, hiburan, dan persuasif namun yang paling menonjol dari keempat fungsi
berbagai hal dan peristiwa yang terjadi, bagaimana gagasan atau pikiran orang
lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain
sebagainya. Selain itu, rubrik surat kabar yang dikenal beragam membuat surat
kabar dianggap sebagai media yang lengkap untuk menyebarkan isu-isu sosial,
khususnya surat kabar memiliki peran yang cukup signifikan dalam menyebarkan
Sebagai surat kabar yang telah lama berdiri di Kota Medan yaitu semenjak
tahun 1947 Harian Waspada dianggap tepat untuk dijadikan objek penelitian, hal
ini sebagai asumsi bahwa Harian Waspada telah memberikan kepercayaan atau
Waspada juga merupakan salah satu surat kabar lokal yang konsisten dalam
api mulai ditemukan di Sumatera Selatan dan Riau pada bulan September.
Sementara itu pada bulan November, titik api mulai berkurang seiring dengan
masuknya musim penghujan. Terdapat 161 teks berita tentang kabut asap yang
dari rubrik Sumatera Utara, rubrik Nanggroe Aceh Darusalam, Opini, Tajuk
Rencana, dan rubrik lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
analisis isi kuantitatif yang berusaha untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari isi
Salah satunya apa yang dilakukan oleh Sekretariat Kerjasama Pelestarian Hutan
Indonesia (SKEPHI) dalam studi analisis isinya pada tahun 1995. Hasil studitersebut menjelaskan
bahwa hampir semua surat kabar besar lokal dan nasional
menyediakan ruang untuk berbagai pemberitaan lingkungan. Dua surat kabar yang
menjadi media penyebar utama isu-isu lingkungan adalah Kompas dan Media
media menemukan bahwa media massa seringkali tak berpihak pada lingkungan
hidup itu sendiri. Media massa memandang persoalan lingkungan hidup masih
terpisah dengan isu lain seperti sosial, ekonomi, politik. Artikel berita yang
disajikan secara teknis harus cermat, bertanggung jawab, objektif dan berimbang.
Kurniawan (2006). Dalam studinya tersebut, Eko melakukan studi analisis isi
peneliti untuk mengkaji bagaimana Harian Waspada menerapkan ketentuan- ketentuan jurnalisme
lingkungan dalam pemberitaan kabut asap 2015.
jurnalisme lingkungan.