Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PLASENTA PREVIA

Dosen pengampu : Vivianti Dewi, S.Pd, M.Kes


Disusun oleh kelompok 3 :
1. Aquardo Leo Valentino PO71201180004
2. Diah Ayu Anjani PO71201180006
3. Indah Krisdayanti PO71201180009
4. Muhammad Sukron PO71201180019
5. Nur Fadilla Bahri PO71201180020
6. Putrision Simamora PO71201180024
7. Reza Nurmala Sari PO71201180027
8. Rizki Devita Roshella PO71201180029
9. Siti Karina PO71201180031
10. Siti Maisyarah PO71201180032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019 /2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis
yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan
plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta
previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum
terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan
tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan
persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk
mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya ,
penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya
maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan plasenta previa?
2. Apa etiologi dari plasenta previa?
3. Apa menifestasi klinis dari plasenta previa?
4. Apa fisiologi dari plasenta previa?
5. Bagaimana komplikasi dari plasenta previa?
6. Bagaimana penatalaksanaan plasenta previa?
7. Bagaimana askep plasenta previa?
1.3 Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian plasenta previa.


2. untuk mengetahui etiologi plasenta previa.
3. untuk mengetahui patofisiologi plasenta previa.
4. untuk mengetahui diagnosis plasenta previa.
5. untuk mengetahui klasifikasi plasenta previa.
6. untuk mengetahui pencegahan plasenta previa.
7. untuk mengetahui panatalaksaan plasenta previa.
8. untuk mengetahui komplikasi plasenta previa.
9. untuk mengetahui askep plasenta previa.
1.4 manfaat

1. bermanfaat bagi mahasiswa diharapkan mahasiswa keperawatan untuk mengerti dan memahami
tentang plasenta previa sehingga dapat melakukan pencegahan penatalaksanaan pada ibu hamil yang
mengalami plasenta previa.

2. bermanfaat bagi masyarakat diharapkam masyarakat mengerti dan memahami tentang plasenta
previa.

3. diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang plasenta previa sehingga dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami plesenta previa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Plasenta previa


Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada kasus di atas terdapat masalah kasus plasenta previa sentral (totalis) yaitu ostium uteri
internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah
rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Selain menutupi jalan lahir,
plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan hebat, baik sebelum maupun saat persalinan.

Plasenta adalah organ yang terbentuk di rahim pada masa kehamilan. Organ ini
berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin, serta membuang limbah dari
janin.
Normalnya, plasenta memang berada di bagian bawah rahim pada awal masa kehamilan,
namun seiring pertambahan usia kehamilan dan perkembangan rahim, plasenta akan bergerak
ke atas. Pada kasus plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak dari bawah rahim hingga
mendekati waktu persalinan.

2.2 Etiologi
Etiologi plasenta previa belum di ketahui secara pasti, walaupun demikian frekuensi
plasenta previa pada primigravida pada grandemultipara yang berumur lebih dari 35 tahun
kira-kira 4 kali lebih sering di bandingkan dengan grandemultipara yang berumur kurang dari
25 tahun.

2.3 Manifestasi klinis


Adapun manifestasi klinis plasenta previa yaitu : Gejala pertama ialah pendarahan
pada kehamilan 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester 3), sifat pendarahannya
tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang, kadang-kadang pendarahan terjadi sewaktu bangun
tidur.
2.4 Pathway
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi plasenta previa ialah perdarahan antepartum yang disebabkan oleh
plasenta previa umumnya terjadi pada trimester ketiga karena saat itu segmen bawah uterus
lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah
uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau dibagian bawah segmen rahim. Pembentukan
segmen rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perletakannya.
2.6 Komplikasi
1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan, plasentitis dan endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya seperti afiksia berat.
2. Perdarahan postpartum dan syok, karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah
rahim, infeksi, trauma dan uterus serviks.
3. Terjadinya infeksi
4. Laserasi serviks
5. Plasenta akreta
6. Prematuris atau lahir mati pada bayi
7. Prolaps tali pusar
8. Prolaps plasenta
2.7 Pelaksanaan
1. Konservatif bila : kehamilan kurang 37 minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak
9Hb masih dalam batas normal. Tempat tinggal pasien dekat dengan RS (dapat
menempuh) perjalanan dalam waktu 1 menit.
 Memberikan hematinik dan spasmonilitik untuk mengatasi anemia
 Pemeriksaan USG, Hb dan hematocrit
Bila selama 3 hari tidak terjadi pendarahan setelah melakukan perawatan konservitif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulngkan bila tetap tidak ada pendarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa kerumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.
2. Penanganan aktif bila : pendarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan, umur
kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati.
Penanganan aktif berupa :
 Persalinan per vagina
 Persalinan per abdominal
3. Penderita dipersiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas meja operasi (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1) Plasenta previa marginalis
2) Plasenta previa leta rendah
3) Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah
matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada pedarahan
atau hanya sedikit maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips
oksitosis pada partus per vagina. Bila gagal drips (sesuai dengan protap
terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak lakukan seksio sesar.

Indikasi untuk melakukan seksio sesar adalah :

 Plasenta previa totalis


 Pendarahan banyak tanpa henti
 Plasenta abnormal
 Panggul sempit
 Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)
 Gawat janin
Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka
lakukan pemasangan vacuum willet atau versi Braxton Hiks. Indikasi seksio
sesarea :
 Plasenta previa toottalis
 Plasenta previa pada primigravida
 Plasenta preve janin letak lintang atau letak langsung
 Plasenta previa lateralis jika :
- Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak
- Sebagian besar OUI ditutupi plasenta
- Plasenta terletak dibagian belakang (posterior)

Pefause bleeding, pendarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat, pratus
pervagina dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan
anak sudah meninggal atau premature.

Pengobatan plasenta previa dibagi dalam 2 golongan yaitu :


Terminasi : kehamilan segara diakhiri sebelum terjadi pendarahan yang membawa
maut, misalnya : kehamilan cukup bulan, pendarahan banyak, parturient, dan anak
mati (tidak selalu).

a) Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,


yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
(tamponade pada plasenta)
b) Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan Rahim hingga
Rahim dapat berkontraksidan menghentikan pendarahan, seksio sesarea juga
mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan
pervagina.
4. Ekspektatif : dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia
luar bayinya kecil sekali. Sikap ekspektatiftertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan
ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa
kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk menghindari pendarahan
yang fatal. Nanum, sekarang ternyata terapi menunggu dapat dibenarkan dengan alasan
sebagai berikut :
a) Pendarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal
b) Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas

Syarat bagi terapiekspetatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (Hb-nya
nomal) dan perdarahan tidak banyak.

Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotic mengingat kemungkinan


infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterine.
Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan kapan
melaksanakannya bergantung pada factor-factor sebagai berikut :

- Perdarahan yang banyak


- Keadaan ibu dan anak
- Besarnya pembukaan
- Tingkat plasentaprevia
- Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara dan tingkat p;asenta previa yang
berat mendorong kita melakukan seksio sesarea, sebaliknya perdarahan yang sedang
atau sedikit/ pembukaan yang besar, multiparitas dan tingkat plasentaprevia yang
ringan, dan anak yang mati cenderung untuk melhirkan pervagina.
BAB III

PEMBAHASAN

KASUS PLASENTA PREVIA

Ibu J seorang Primigravida yang ber umur 25 tahun pada gestasi minggu ke-33 datang ke Rumah
Sakit bersama suaminya. Diagnosis saat masuk adalah kemungkinan Plasenta Previa. Setelah
pemeriksaan ultrasonografi terlihat adanya perdarahan sekunder akibat previa sentral.

Berdasarkan wawancara saat masuk diketahui klien mengalami perdarahan saat bangun tidur sore
hari. Ibu J mengatakan tidak mengalami nyeri saat terjadi perdarahan. Ia melihat darah berwarna
merah terang mengalir sampai ke kakinya. Klien sangat cemas dan bertanya “ Apa yang telah terjadi,
apa yang telah saya lakukan, hingga menjadi begini?” “Bagaimana dengan keadaan bayi saya, apakah
baik-baik saja”. Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat perdarahan, dan tidak ada riwayat medis
atau obstetri yang bermakna. Saat pemeriksaan fisik perawat mencatat tanda vital berikut Suhu 36 ◦ C,
nadi 110 kali/ menit, pernafasan 28 kali/ menit, TD 100/ 68 mmHg, denyut jantung janin 156 kali/
menit. Uterus lunak dan tidak nyeri tekan, tidak teraba kontraksi. Tinggi fundus 34 cm. Pada saat
masuk Rumah Sakit , dua pertiga pembalut yang dikenakan klien penuh dengan darah merah terang.
Tes Laboratorium yang dianjurkan HDL, Profil DIC, waktu perdarahan, Golongan darah dan Rh.
Terapi yang diberikan saat ini infus IV menggunakan angiokateter no 16 dengan kecepatan 125 ml/
jam. Pemeriksaan Laboratorium yang ada menunujukkan hemoglobin 8,3 g/dl, hematokrit 27%,
trombosit 145.000 mm3, pemeriksaan koagulasi normal.

Discuss

1. Jelaskan defenisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, dan penatalaksanaan


pada kasus di atas dalam bentuk Web of Causation (WOC)
2. Jelaskan Asuhan Keperawatan pada kasus di atas yang meliputi pengkajian, analisis data,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
3. Susun point 1 dan 2 dalam bentuk makalah dan di presentasikan
Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 21 agustus 2018
Jam : 09. 13
A. Biodata subjektif
2. Biodata
Nama : Ny. J
Umur : 25 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Sudirman
3. Keluhan utama
Perdarahan pada kehamilan minggu ke 33/trimester III
- sifat perdarahan: tanpa sebab, tanpa nyeri.
- Sebab perdarahan : plasenta dan pembuluh darah yang robek.
- Sedikit banyaknya perdarahan : tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan plasenta
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. J mengatakan tidak mengalami nyeri saat terjadi perdarahan, ia melihat darah
berwarna merah terang mengalir sampai ke kakinya
5. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak memiliki riwayat perdarahan, tidak ada riwayat medis atau obsterti yang
bermakna.
6. Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat kelainan kehamilan pada keluarga.
7. Data fisik biologis
Uterus lunak dan tidak nyeri tekan, tidak teraba kontraksi, tinggi fundus 34 cm.
8. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ny, j seorang primigrafida
9. Data penunjang
 Labolatorium, Hb : 8,3 g/dl,
 Hematocrit : 27 %
 Trombosit : 145000 mmꝪ
 Usg : tidak ada
 Ultrasonografi : terlihat adanya perdarahan skunder
2. Diagnosa keperawatan
a) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan efek perdarahan dan managemenya.
b) Resiko tinggi cidera (janin) b.d hipoksia jaringan/organ, profil darah abnormal,kerusakan
system imun.
c) Kekurangan volume cairan b.d penurunan tekanan darah.

3. Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Ansisetas b.d Setelah dilakukan Terapi bersama Kehadirab perawat dan
kurangnya tindakan pasangan dan pemahaman secara
pengetahuan efek keperawatan menyatakan empati merupakan alat
perdarahan dan selama 3 x 24 jam perasaan. terapi yang potensial
managemennya. diharapkan Menentukan tingkat untuk mempersiapkan
ansietas dapat pemahaman pasangan untuk
berkurang dengan pasangan tentang mengulangi situasi
kriteria hasil: situasi dan yang tidak diharapkan.
Pasangan dapat managemen yang Yang diberikan
mengungkapkan sudah perawat akan
harapannya dengan direncanakan.berikan memperkuat penjelasan
kata-kata tentang pasangan informai dokter dan untuk
managemen yang tentang managemen memberitahu dokter
sudah yang sudah jika ada penjelasan
direncanakan, direncanakan. yang penting.
sehingga dapat Pendidikan pasien yang
mengurangi diberikan merupakan
kecemasan cara yang efektif
pasangan mencegah dan
menurunkan rasa
cemas. Pengetahuan
akan mengurangi
ketakutan akan hal-hal
yang tidak diketahui.
2 Resiko tinggi cidera Menunjukan profil Kaji jumlah darah Hemoragi berlebihan
(janin) b.d hipoksia darah dgn hitungan yang hilang.pantau dan menetap dapat
jaringan/organ, SDP,hb dan tanda atau gejala mengancam hidup
profil darah pemeriksaan syok.catat klien atau
abnormal,kerusaka koagulasi DBN suhu,hidung mengakibatkan pasca-
n system imun normal SDP,dan bau serta partum,anemia pasca-
warn arabas partum,KID,gagal
vagina,dapatkan ginjal,atau nekrosis
kultur apabila hipovisis yang
dibutuhkan.catat disebabkan oleh
masukan atau hipoksia jaringan dan
keluaran urin.catat malnutrisi kehilangan
berat jenis darah berlebihan dengn
urin.berikan heparin penurunan hb
bila meningkatkan resiko
diindikasikan.berikan klien untuk terkena
anti biotik bila imfeksi.penurunan
dibutuhkan perfusi ginjal
mengakibatkan
penurunan keluaran
urin.heparin dapat
digunakan pada KID
dikasus kematian
janin,atau kematian
satu janin pada
kehamilan
multiple,atau untuk
memblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-
faktor pembekuan dan
penurunan hemoragi
sampaii terjadi
perbaikan pembedahan
mungkin diindikasian
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.

3 Kekurangan Mempertahankan Timbang Mempermudah untuk


volume cairan b.d urin output sesuai popok/pembalut jika memantau kondisi
penurunan tekanan dengan usia dan diperlukan klien
darah BB,BJ urin Pertahankan intake- Membuat klien lebih
normal ,HT normal output yang akurat kooperatif.
Tekanan Monitor ttv Untuk mengetahui
darah,nadi,suhu Monitor memasukan perkembangan status
tubuh dalam batas makan atau cairan klien dan janin klien.
normal dan hitung intake
Tidak ada tanda- harian
tanda dehidrasi . Berikan cairan IV pd
suhu ruangan
Dorong keluarga
untuk pasien makan
Kolaborasi dengan
dokter
Atur kemungkinan
transfuse
ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


DS :
1. klien mengatakan
tidak ada nyeri
saat terjadi
perdarahan
2. Klien
mengatakan ia
tidak memiliki
riwayat
perdarahan, dan
tidak ada riwayat
medis atau
obstetri.
DO :
1.

Anda mungkin juga menyukai