Anda di halaman 1dari 47

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN
Nomor 49 P/HUM/2013

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Pasal

do
31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
gu Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, pada
tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut, dalam perkara:

In
A
TENG JUNAIDI GUNAWAN, kewarganegaraan Indonesia, bertempat tinggal
di Jl. Opak No. 20, RT. 004, RW. 001, Kelurahan Darmo, Kecamatan
ah

lik
Wonokromo, Surabaya, pekerjaan Direktur PT. Warna Warni Media, sesuai
dengan Anggaran Dasar PT., bertindak untuk dan atas nama PT. Warna Warni
am

ub
Media, badan hukum Perseroan Terbatas yang berkedudukan hukum di Jl.
Panglima Sudirman No. 21 Surabaya;
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;
ep
k

melawan:
ah

PRESIDEN RI, tempat kedudukan Jl. Veteran Nomor 16, Jakarta:


R

si
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;
Mahkamah Agung tersebut;

ne
ng

Membaca surat-surat yang bersangkutan;


DUDUK PERKARA

do
gu

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 3 Juni


2013 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung pada Tanggal 4 Juni 2013 dan
In
A

diregister dengan Nomor 49 P/HUM/2013 telah mengajukan permohonan keberatan hak


uji materiil terhadap Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
ah

lik

2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan, dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
I KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG R.I.
m

ub

1 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
ka

yang menyebutkan bahwa “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada


ep

tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan dibawah Undang-


Undang terhadap Undang-Undang atau pengujian legalitas peraturan di bawah
ah

Undang-Undang dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh


es

undang-undang".
M

ng

on

Halaman 1 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Ketetapan MPR RI No. III/

R
MPR/2000, Tentang Sumber Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-

si
Undangan yang menyebutkan bahwa "Mahkamah Agung berwenang menguji

ne
ng
peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang”.
3 Bahwa selanjutnya ditentukan dalam ketentuan Pasal 20 ayat (2) huruf b dan

do
ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
gu yang menyebutkan bahwa:
Ayat (2) huruf b:

In
A
Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang; dan
ah

lik
Ayat (3):
Putusan mengenai tidak sahnya peraturan perundang-undangan sebagai hasil
am

ub
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diambil baik
berhubungan dengan pemeriksaan pada tingkat kasasi maupun berdasarkan
permohonan langsung pada Mahkamah Agung.
ep
k

Kemudian ditentukan lebih lanjut dalam Penjelasan Pasal 20 ayat (2) huruf b
ah

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang


R

si
menyebutkan bahwa:
“Ketentuan ini mengatur mengenai hak uji Mahkamah Agung terhadap

ne
ng

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari undang-undang. Hak uji


dapat dilakukan baik terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari

do
gu

peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan perundang-


undangan yang lebih tinggi maupun terhadap pembentukan peraturan
In
perundang-undangan”.
A

4 Bahwa selanjutnya ditentukan pula dalam ketentuan Pasal 31A ayat (1) Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
ah

lik

Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang menyebutkan bahwa


“Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-
m

ub

undang diajukan langsung oleh Pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah


Agung dan dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia”.
ka

ep

5 Bahwa selanjutnya ditentukan pula dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
ah

yang menyebutkan bahwa “Dalam hal suatu peraturan perundang-undangan di


R

es

bawah undang-undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,


M

pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung”.


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6 Bahwa selanjutnya ditentukan pula dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Mahkamah

R
Agung R.I. Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil yang menyebutkan

si
bahwa “Hak Uji Materiil adalah hak Mahkamah Agung untuk menilai materi

ne
ng
muatan Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap
Peraturan Perundang-undangan tingkat lebih tinggi”.

do
7 Bahwa undang-undang yang dijadikan batu uji di dalam proses uji materiil ini
gu tidak sedang dalam proses pengujian di Mahkamah Konstitusi R.I.
8 Bahwa berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 serta peraturan

In
A
perundang-undangan tersebut di atas, maka Mahkamah Agung R.I. berwenang
untuk memeriksa dan memutus perkara Permohonan Keberatan ini.
ah

lik
II KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
1 Bahwa ketentuan Pasal 31A ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
am

ub
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung menyebutkan bahwa:
1 Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan dibawah Undang-
ep
k

undang dilakukan langsung oleh Pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah


ah

Agung dan dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia”.


R

si
2 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan

ne
ng

perundang-undangan dibawah undang-undang, yaitu:


a perorangan warga negara Indonesia;

do
gu

b kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai


dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
In
Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau
A

c badan hukum publik atau badan privat.


2 Bahwa selanjutnya ditentukan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (4) Peraturan
ah

lik

Mahkamah Agung R.I. Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, bahwa
“Pemohon keberatan” adalah kelompok masyarakat atau perorangan yang
m

ub

mengajukan permohonan keberatan kepada Mahkamah Agung atas berlakunya


suatu Peraturan Perundang-undangan tingkat lebih rendah dari Undang-Undang.
ka

ep

3 Bahwa PEMOHON adalah badan hukum Perseroan Terbatas yang kegiatan


usahanya di bidang periklanan media luar ruang (out of home media
ah

advertising), di mana + 50% dari total materi iklan media luarnya bermaterikan
R

es

iklan rokok, dengan hubungan sebab akibat bahwa hak Pemohon potensial
M

dirugikan atas berlakunya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan


ng

on

Halaman 3 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang

R
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan karena

si
dengan berlakunya aturan tersebut mengakibatkan seluruh lokasi media luar

ne
ng
ruang strategis yang dipasangi produk rokok tidak bisa digunakan lagi.
4 Bahwa berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 Tahun 2011

do
tentang Hak Uji Materiil, ketentuan tentang tenggat waktu 180 (seratus delapan
gu puluh) hari untuk pengajuan Permohonan Keberatan telah dihapuskan.
5 Bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3

In
A
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, serta ketentuan Pasal 1 ayat (4) Peraturan
ah

lik
Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, maka
PEMOHON memenuhi kualifikasi dan memiliki kedudukan hukum (legal
am

ub
standing) untuk bertindak sebagai pemohon dalam Pemohonan Keberatan atas
berlakunya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
ep
k

Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan tersebut.


ah

III ALASAN PERMOHONAN


R

si
1 Bahwa segala hal yang telah dikemukakan pada bagian “Kewenangan
Mahkamah Agung R.I.” serta “Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon”

ne
ng

seperti tersebut di atas, mohon dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari bagian “Alasan Permohonan” ini.

do
gu

2 Bahwa Pemohon mengajukan Permohonan Keberatan atas berlakunya ketentuan


Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
In
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
A

Bagi Kesehatan tersebut, yang rumusannya menyebutkan sebagai berikut (Vide


BUKTI P-1):
ah

lik

Selain pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 27, iklan di media luar ruang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
m

ub

b. tidak diletakkan di jalan utama atau protokol;


c. harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan
ka

ep

atau melintang; dan


d. tidak boleh melebihi ukuran 72 m2 (tujuh puluh dua meter persegi).
ah

3 Bahwa proses menurut Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, S.H., asas legalitas dalam
R

es

suatu pembentukan peraturan perundang-undangan berkedudukan sebagai batu


M

uji keabsahan suatu peraturan perundang-undangan tersebut. Lebih lanjut


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menurut Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, S.H., agar suatu peraturan perundang-

R
undangan sah, maka berdasarkan asas legalitas peraturan perundang-undangan

si
yang dibentuk tersebut harus memenuhi ketiga unsur berikut:

ne
ng
• Substansi: Secara substansi peraturan perundang-undangan tersebut harus:
1 Sesuai dengan jenis hierarki, dan materi muatan peraturan

do
gu perundangundangan yang lebih tinggi di atasnya baik secara langsung
yang menjadi dasaran produk perundang-undangan tersebut, maupun
tidak langsung;

In
A
2 Isinya berdasar pikiran analisa yang logis dan berdasar keilmuan;
3 Penerapannya menghasilkan efek sesuai maksud dan tujuan produk
ah

lik
peraturan tersebut.
• Wewenang: Pejabat atau organ pembentuk peraturan perundang-undangan
am

ub
harus memiliki wewenang untuk itu sesuai dengan urusan bidang
pemerintahan yang diurusnya; dan

ep
Prosedur: harus sesuai dengan prosedur pembentukan peraturan perundang-
k

undangan;
ah

Tidak terpenuhinya tiga komponen legalitas tersebut mengakibatkan cacat


R

si
yuridis suatu tindak pemerintahan. Adanya cacat legalitas terhadap Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang

ne
ng

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan khususnya


ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d yang memiliki cacat substansi, cacat

do
gu

wewenang, dan cacat prosedur menurut Pemohon adalah nyata dan terbukti,
penjelasan lebih lanjut mengenai cacat legalitas terhadap Peraturan Pemerintah
In
A

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan khususnya ketentuan Pasal
ah

31 huruf b, c, dan d akan Pemohon jelaskan pada Permohonan Keberatan


lik

dibawah ini.
4 Bahwa Pemohon memberikan argumentasi atas adanya cacat legalitas tersebut
m

ub

yang didasarkan pada asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan


ka

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 5 huruf b, c, dan g, Pasal 6 huruf a, g,


ep

dan j, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Vide BUKTI P-4) , terutama
ah

Pasal 5 huruf b, c, dan g. Sehingga dengan demikian disamping terdapat cacat


es

legalitas juga sekaligus ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan


M

ng

on

Halaman 5 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang

R
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

si
bertentangan dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan.

ne
ng
Berikut isi ketentuan Pasal 5 huruf b, c, dan g, Pasal 6 huruf a, g, dan j, dan
Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

do
Peraturan Perundang-undangan:
gu a Pasal 5 huruf b, c dan g, yang rumusannya menyebutkan:
Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan

In
A
berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik, yang meliputi:
ah

lik
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
am

ub
g. keterbukaan.
b Pasal 6 huruf a, g, dan j, yang rumusannya menyebutkan:
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas:
ep
k

a. pengayoman;
ah

g. keadilan; dan
R

si
j. keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
c Pasal 96 tentang Partisipasi Masyarakat, yang rumusannya menyebutkan:

ne
ng

1 Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis


dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

do
gu

2 Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat dilakukan melalui:
In
a rapat dengar pendapat umum;
A

b kunjungan kerja;
c sosialisasi; dan/atau
ah

lik

d seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.


3 Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang
m

ub

perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas


substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan.
ka

ep

4 Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara


lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap
ah

Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat diakses dengan


R

es

mudah oleh masyarakat.


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perlu Pemohon garis bawahi bahwa sebagaimana halnya uji materiil, Pemohon

R
menekankan Permohonan Keberatan ini pada materi muatan ketentuan Pasal 31

si
huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang

ne
ng
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
Bagi Kesehatan dan oleh karena itu Pemohon akan terlebih dahulu memberi

do
penekanan pada cacat substansi yang salahnya ketidak sesuaian materi muatan
gu dengan peraturan di atasnya. Dan berikut ini merupakan uraian Pemohon bahwa
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang

In
A
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan terutama
ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d memiliki materi yang:
ah

lik
1 Bertentangan dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan”, dikarenakan ketentuan Pasal 31 huruf b, c, d Peraturan
am

ub
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
tersebut di atas, menurut Pemohon materi muatan pasalnya tidak sesuai
ep
k

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Undang-


ah

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Vide BUKTI P-5),


R

si
dimana ketentuan-ketentuannya sama sekali tidak mengatur media iklan
terutama media iklan luar ruang sebagaimana dapat dilihat pada

ne
ng

ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan yang rumusannya menyebutkan bahwa:

do
gu

1 Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif


diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan
In
perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
A

2 Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,


produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang
ah

lik

bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian


bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.
m

ub

3 Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat


adiktif harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang
ka

ep

ditetapkan.
Adapun Penjelasan pada ketentuan Pasal 113 Undang-Undang
ah

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa:


R

es

Ayat (1)
M

Cukup jelas.
ng

on

Halaman 7 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Ayat (2)

R
Cukup jelas.

si
Ayat (3)

ne
ng
Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif yang dikandung oleh
bahan tersebut dapat ditekan untuk mencegah beredarnya bahan

do
palsu. Penetapan persyaratan penggunaan bahan yang mengandung
gu zat adiktif ditujukan untuk menekan dan mencegah penggunaan yang
mengganggu atau merugikan kesehatan.

In
A
Dan sebagaimana diketahui bahwa adanya keberadaan Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
ah

lik
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
merupakan perintah dari ketentuan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36
am

ub
Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa “Ketentuan
lebih lanjut mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”. Berdasarkan rumusan
ep
k

tersebut, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


ah

telah secara tegas memerintahkan untuk mengatur lebih lanjut mengenai


R

si
pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.

ne
ng

Dari ketentuan Pasal 113 hingga ketentuan Pasal 116 (terutama


ketentuan Pasal 113) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

do
gu

Kesehatan, seluruh ketentuan pasal tersebut merupakan materi muatan


tentang pengamanan zat adiktif dan tidak ditemui adanya materi muatan
In
yang secara tegas mengatur tentang niaga dan tata cara periklanan
A

khususnya media iklan luar ruang. Hal ini sangatlah tepat mengingat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan secara garis
ah

lik

besar berisi materi muatan yang pada dasarnya memang mengatur


tentang hal-hal yang menyangkut persoalan kesehatan masyarakat.
m

ub

Dan menurut Pemohon, Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012


tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
ka

ep

Tembakau Bagi Kesehatan sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-


Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah tidak sesuai
ah

dengan materi muatan yang telah diamanatkan oleh ketentuan Pasal 113
R

es

jo. Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


M

dimana ketidaksesuaian tersebut salah satunya terletak pada adanya


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pengaturan mengenai media iklan luar ruang yang terdapat pada

R
ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109

si
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif

ne
ng
Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Sehingga dengan demikian
pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang

do
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
gu Tembakau Bagi Kesehatan khususnya tentang ketentuan Pasal 31 huruf
b, c, dan d mengandung cacat substansi.

In
A
1 Bertentangan dengan “asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang
tepat”, karena Termohon terutama dalam konteks menjalankan Undang-
ah

lik
Undang Nomor 36 Tahun 2009 (Kementrian Kesehatan) bukanlah
merupakan lembaga atau pejabat pembentuk yang tepat terkait dengan
am

ub
pengaturan iklan terutama media luar ruang sehingga dengan demikian
Termohon sama sekali tidaklah berwenang dalam membuat dan
membentuk salah satu bagian pengaturan dari substansi Peraturan
ep
k

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang


ah

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan,


R

si
yakni ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat

ne
ng

Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Sehingga dengan


demikian Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang

do
gu

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk


Tembakau Bagi Kesehatan khususnya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan
In
d adalah cacat wewenang.
A

Adapun tugas pokok dan fungsi serta kewenangan lembaga pemerintah


dalam konteks menjalankan Ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun
ah

lik

2009 tentang Kesehatan adalah Kementerian Kesehatan, sesuai dengan


pasal 1 butir 19 yaitu terkutip: Menteri adalah menteri yang lingkup
m

ub

tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.


Bahwa organ/lembaga yang tepat itu perlu dikaitkan dengan materi
ka

ep

muatan dari jenis jenis peraturan perundang-undangan. Menurut A.


Hamid S. Attamimi dalam disertasinya yang berjudul “Peranan
ah

Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan


R

es

Pemerintahan Negara”, bahwa “materi muatan dari peraturan perundang-


M

undangan itulah yang mengatur dengan kewenangan masing-masing


ng

on

Halaman 9 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
organ/lembaga yang membentuk jenis peraturan perundang-undangan

R
bersangkutan. Atau sebaliknya, kewenangan masing-masing organ/

si
lembaga tersebut menentukan materi muatan peraturan perundang-

ne
ng
undangan yang dibentuk.”
Terkait dengan cacat wewenang yang terdapat pada pembentukan

do
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
gu Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan khususnya pada ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d, bahwa

In
A
yang menjadi pertanyaan hukum adalah “Apakah Termohon memiliki
kewenangan untuk mengatur iklan dan telah sesuai dengan konteks
ah

lik
ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang mengatur mengenai pengamanan zat adiktif?” Sebab
am

ub
ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa:
1 Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif
ep
k

diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan


ah

perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.


R

si
2 Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,
produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang

ne
ng

bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian


bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.

do
gu

3 Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat


adiktif harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang
In
ditetapkan.
A

Adapun Penjelasan pada ketentuan Pasal 113 Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa:
ah

lik

Ayat (1)
Cukup jelas.
m

ub

Ayat (2)
Cukup jelas.
ka

ep

Ayat (3)
Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif yang dikandung oleh
ah

bahan tersebut dapat ditekan untuk mencegah beredarnya bahan


R

es

palsu. Penetapan persyaratan penggunaan bahan yang mengandung


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
zat adiktif ditujukan untuk menekan dan mencegah penggunaan yang

R
mengganggu atau merugikan kesehatan.

si
Atas ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

ne
ng
tentang Kesehatan tersebut, kemudian pada ketentuan Pasal 116
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

do
memerintahkan bahwa pengaturan lebih lanjut mengenai pengamanan
gu zat adiktif diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sehingga dengan
demikian dapat dipastikan bahwa idealnya materi Peraturan Pemerintah

In
A
(dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
ah

lik
Tembakau Bagi Kesehatan) yang mengatur pengamanan zat adiktif
berdasarkan ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
am

ub
2009 tentang Kesehatan seharusnya tetap mengacu pada persoalan-
persoalan kesehatan semata.
Adapun tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Kementerian
ep
k

Kesehatan yang Pemohon peroleh dari website resmi Kementerian


ah

Kesehatan R.I. apabila diperhatikan dan sudah seharusnya dipahami


R

si
sesuai dengan nama jabatan dan kelembagaannya Kementrian Kesehatan
pada dasarnya adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan

ne
ng

sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan (Vide BUKTI P-6,


http://www.depkes.go.id/index.php/profil/tugasdanfungsi.html).

do
gu

Jadi terang dan jelas berdasarkan tugas pokok, fungsi, dan wewenangnya
berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
In
Termohon dan Kementrian Kesehatan tidak memiliki kewenangan untuk
A

mengatur bidang periklanan khususnya media iklan luar ruang


sebagaimana materi muatan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan
ah

lik

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang


Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
m

ub

Sehingga dengan demikian pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor


109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
ka

ep

Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan khususnya tentang


ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d mengandung cacat wewenang.
ah

1 Bertentangan dengan “asas keterbukaan”, karena sejak perencanaan,


R

es

penyusunan, dan pembahasan Termohon tidak melakukan transparansi


M

kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga Pemohon kehilangan hak


ng

on

Halaman 11 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan kesempatannya untuk memberikan masukan dalam pembentukan

R
khususnya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah

si
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung

ne
ng
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dalam hal ini,
khususnya pada pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun

do
2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
gu Tembakau Bagi Kesehatan ini, Termohon tidak melaksanakan publikasi
maupun sosialisasi baik pada tahap rancangan Peraturan Pemerintah

In
A
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan ini atau sebelum tahap
ah

lik
pengesahannya yaitu tanggal 24 Desember 2012. Sampai saat
disahkannya dan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 109
am

ub
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Pemohon belum pernah
menerima sosialisasinya, bahkan dari asosiasi-asosiasi periklanan
ep
k

sekalipun seperti Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I)


ah

maupun Asosiasi Media Luar Griya Indonesia (AMLI) juga tidak


R

si
menerima dari Termohon. Bahkan ada pernyataan yang senada
dengan Pemohon dari media masa internet yang berjudul

ne
ng

“Kriminalisasi Konsumen Tembakau (Bagian II)” (Vide BUKTI P-7,


http://komunitaskretek.or.id/?p=1900) yang kami kutip sebagai berikut:

do
gu

“Pemerintah terkesan sengaja menutupi seluruh proses pembentukan


Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
In
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
A

Kesehatan dan juga terkesan diam-diam dalam mengesahkan peraturan


tersebut. Peraturan tersebut baru dipublikasikan ke publik dalam rentang
ah

lik

waktu 15 (lima belas hari), Selasa 8 Januari 2013, sejak diundangkannya


peraturan tersebut melalui halaman setneg.go.id. Hal ini di luar
m

ub

kewajaran, sebab tidak biasanya Pemerintah mengesahkan peraturan


secara sembunyi-sembunyi sebab setiap peraturan yang ditetapkan
ka

ep

Pemerintah selalu memuat regulasi yang mengikat masyarakat.”


Berdasarkan hal tersebut, maka ketentuan pembentukan Peraturan
ah

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang


R

es

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
khususnya tentang ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d mengandung

R
cacat prosedur.

si
2 Bertentangan dengan “asas pengayoman”, karena materi muatan Pasal

ne
ng
31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa

do
Produk Tembakau Bagi Kesehatan berpotensi tidak mempunyai fungsi
gu memberikan perlindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat,
khususnya pada diri Pemohon serta seluruh perusahaan periklanan media

In
A
luar ruang (out of home media advertising) berikut seluruh karyawannya.
Sebab sebagaimana salah satu fungsi dan tujuan hukum adalah
ah

lik
memberikan perlindungan hukum, maka sudah seyogyanya kegiatan
promosi dan mengiklankan produk rokok melalui media luar ruang
am

ub
sebagai kegiatan yang legal harus mendapatkan kesetaraan hak dan
perlindungan di mata hukum.
3 Bertentangan dengan “asas keadilan”, karena materi muatan pada
ep
k

ketentuan Pasal 31 huruf b, c, d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun


ah

2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa


R

si
Produk Tembakau Bagi Kesehatan berpotensi tidak mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, terutama bagi diri

ne
ng

Pemohon serta seluruh perusahaan periklanan media luar ruang (out of


home media advertising) berikut seluruh karyawannya. Hal ini sesuai

do
gu

dengan pertimbangan Mahkamah Konstitusi RI dalam putusan Nomor:


6/PUU-VII/2009 pada bagian 3.16 huruf a (Vide BUKTI P-8) bahwa:
In
“Permasalahan hukum iklan rokok, tidaklah adil apabila pertimbangan
A

dibuat dengan hanya memfokuskan pada rokok itu sendiri dan dampak
negatif dari rokok semata dengan mengabaikan pertimbangan-
ah

lik

pertimbangan dari perspektif kehidupan para petani tembakau, petani


cengkeh, pelaku industri rokok, industri iklan, industri perfilman,
m

ub

industri percetakan, jasa transportasi serta kehidupan budaya lainnya


yang didalamnya terkait pelaku usaha, tenaga kerja yang
ka

ep

menggantungkan hidupnya pada industri rokok dan industri-industri lain


yang terkait.”
ah

4 Bertentangan dengan “asas keseimbangan”, “keserasian” dan


R

es

”keselarasan”, karena materi muatan pada ketentuan Pasal 31 huruf b, c,


M

dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang


ng

on

Halaman 13 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk

R
Tembakau Bagi Kesehatan berpotensi tidak mencerminkan

si
keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan individu,

ne
ng
masyarakat, bangsa dan negara.
5 Bertentangan dengan ketentuan Pasal 96 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan

do
ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
gu Peraturan Perundang-undangan, yang mana sekali lagi bahwa materi
muatan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109

In
A
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, sampai saat disahkan belum
ah

lik
ada upaya sosialisasi Termohon kepada masyarakat yang mempunyai
kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan
am

ub
terutama di dunia periklanan media luar ruang yang oleh karenanya
ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
ep
k

Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Hal ini juga merupakan


ah

bentuk cacat prosedur seperti yang telah dijelaskan oleh Pemmohon pada
R

si
poin 4.3. di atas.
Adanya cacat prosedur ini membuat media iklan Pemohon yang

ne
ng

digunakan atau disewa perusahaan rokok berpotensi turun dengan sangat


signifikan. Sedangkan berdasar ketentuan Pasal 96 Undang-Undang

do
gu

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan di atas dan berdasarkan ”asas keterbukaan”; sosialisasi,
In
mendengarkan masukan masyarakat yang terkena dampak, dan
A

pengaksesan rancangan perundang-undangan adalah syarat mutlak yang


digariskan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
ah

lik

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ini.


Selain itu Pemohon juga menambahkan bahwa tujuan dari partisipasi
m

ub

masyarakat adalah agar peraturan yang disahkan dapat berlaku dengan


efektif (applicable). Sebab sasaran atau obyek yang diatur dalam suatu
ka

ep

peraturan adalah masyarakat, khususnya masyarakat dari setiap elemen


yang memiliki kepentingan dengan pemberlakuan suatu materi muatan
ah

yang diatur di dalam peraturan tersebut sehingga diperlukan adanya


R

es

partisipasi masyarakat agar aspirasi masyarakat yang berkepentingan


M

dapat tersalurkan dan begitu juga sebaliknya peraturan tersebut


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memperoleh akseptasi dari masyarakat. Hal inilah yang tidak didapati di

R
dalam proses pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun

si
2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa

ne
ng
Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Belum lagi dengan adanya
partisipasi masyarakat terutama dalam hal ini para biro reklame bisa

do
memberikan masukan supaya dapat mendeteksi atas kemungkinan
gu adanya kesalahan landasan pemikiran atas dasar pertimbangan seperti
yang Pemohon jelaskan berikut pada poin 5 pada Alasan Permohonan

In
A
dibawah ini.
5 Bahwa menurut Pemohon telah terjadi landasan pemikiran yang keliru dan
ah

lik
sangat berlebihan dalam pembentukan ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
am

ub
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
sebagaimana disebutkan dalam paragraph ke-6 dan ke-7 Penjelasan Umum Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
ep
k

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan tersebut


ah

sebagaimana yang kami kutip di bawah ini:


R

si
“Gencarnya iklan, promosi, dan sponsor Rokok berdampak pada semakin
meningkatnya prevalensi merokok pada anak-anak. Berbagai penelitian

ne
ng

menunjukkan bahwa iklan, promosi, dan sponsor Rokok menimbulkan


keinginan anak-anak untuk mulai merokok, mendorong anak-anak perokok

do
gu

untuk terus merokok dan mendorong anak-anak yang telah berhenti merokok
untuk kembali merokok. ”
In
“Pengaturan iklan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109
A

Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan belum optimal untuk
mencegah meningkatnya perokok pemula dan mengingat bahwa Produk
ah

lik

Tembakau telah dinyatakan sebagai Zat Adiktif berdasarkan Pasal 113 ayat (2)
Undang-Undang Kesehatan, maka Pemerintah perlu melakukan pengendalian
m

ub

terhadap iklan, promosi, dan sponsorship Produk Tembakau.”


Bahkan Pemohon juga mendapatkan data dari pernyataan Menteri Kesehatan
ka

ep

sendiri sekitar tahun 2013 yang berdasar pernyataan di media yang berjudul
“Efek Iklan Rokok Bagi Remaja” (Vide BUKTI P-9, sehingga dapat
ah

disimpulkan bahwa inisiasi pengguna terberat bukan pada pengaruh konsumsi


R

es

iklan (luar ruang) melainkan dengan cara interaksi langsung dengan produk
M

yang dibagi secara cuma-cuma.


ng

on

Halaman 15 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Remaja melihat, lalu dibagikan secara gratis ia coba-coba agar terlihat gaya.

R
Yang saya sakit sekali remaja itu kalau sudah merokok cepat jadi candu dan

si
susah diobati, ” jelas Menkes.

ne
ng
Kemudian ada juga artikel berjudul “Mulai Tahun 2014 Perusahaan Rokok
Dilarang Sebagai Sponsorship” (Vide BUKTI P-10, http:// wartaaceh.com/

do
mulain-tahun-2014-perusahaan-rokok-dilarang-sebagai-sponsorship/) yang
gu menyebutkan bahwa:
“...di DKI Jakarta bahwa 99,7 persen remaja melihat ikan rokok di televisi, 86, 7

In
A
persen remaja melihat iklan rokok di media luar ruang, 76,2 persen remaja
melihat iklan rokok di majalah dan koran, 81 persen remaja pernah mengikuti
ah

lik
kegiatan yang disponsori oleh industri rokok.”
Berdasarkan hal ini, sebenarnya aspek yang memiliki daya influensi terbesar
am

ub
terhadap konsumsi rokok adalah pergaulan sosial di masyarakat. Argumentasi
ini turut didukung oleh lembaga Nadhlatul Ulama (NU) yang turut menyerang
dan menggugat peraturan yang membatasi dan menggebiri produk tembakau
ep
k

oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan seakan-akan


ah

tembakau adalah ganja seperti yang kami kutip di bawah ini berupa wawancara
R

si
ekslusif dengan lembaga Nadhlatul Ulama (NU) dalam artikel berjudul “NU
Tuntut Pasal Tembakau UU Kesehatan ke MK; Benarkah Tembakau

ne
ng

Adiktif?” (Vide BUKTI P-11, http://inilahkesmas.com/2012/01/ 22/nu-tuntut-


pasal-tembakau-uu-kesehatan-ke-mkbenarkah-tembakau-adiktif/)

do
gu

“Apakah adiksi terhadap tembakau murni karena nikotin? Jawabannya adalah


tidak, adiksi terhadap tembakau juga dipicu oleh sifat sosial dan pengaruh
In
psikologis dari manusia itu sendiri. Rokok contohnya telah menjadi semacam
A

alat sosialisasi bahkan masuk ke dalam tradisi kehidupan budaya manusia. Di


Bali contohnya, rokok di beberapa tempat terlihat terlibat dalam banyak upacara
ah

lik

entah sebagai jamuan sosial atau sebagai sarana upacara itu sendiri. Rokok
menjadi simbol kejantanan, simbol pergaulan bahkan simbol kesetiakawanan.
m

ub

Ini dimanfaatkan betul oleh iklan rokok yang tidak diijinkan menampilkan
rokok tetapi menggunakan berbagai tren sosial sebagai temanya. Cara
ka

ep

menghisap, cara memegang, cara membakar menimbulkan keasyikan tersendiri


bagi pelakunya. Menuduh nikotin sendirian sebagai penanggung jawab
ah

munculnya adiksi pada pengguna tembakau khususnya perokok adalah tidak


R

es

tepat, konsekuensinya adalah pentingnya memanfaatkan isu sosial dalam upaya


M

pengurangan konsumsi rokok.”


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hal ini dikarenakan iklan rokok yang ada di berbagai media terutama di media

R
luar (dan dalam) ruang sama sekali tidak boleh berisi iklan yang bertajuk

si
memperkenalkan atau memasyarakatkan produk; yang tampilan produk bahkan

ne
ng
kemasannya tidak boleh ditampilkan dalam iklan, mengajak, ataupun tidak
boleh mempengaruhi agar menggunakan (menginisiasi) untuk merokok,

do
menunjukkan produk rokok tersebut, dan hanya bertujuan untuk meningkatkan
gu brand awareness. Perlu diingat sampai saat ini tidak ada bukti nyata bahwa
brand awareness bisa membuat pengguna baru mencoba, terutama setelah

In
A
banyaknya beredar iklan himbauan untuk mencegah merokok yang disertai
dengan akibat kesehatan. Itu belum termasuk durasi orang melihat iklan yang
ah

lik
sangat singkat, sekalipun iklan produk rokok yang ditampilkan melalui media
luar ruang juga hanya berfungsi menunjukkan brand awareness dan sama sekali
am

ub
tidak memiliki muatan materi yang bersifat persuasif.
6 Bahwa terkait dengan poin 5 di atas yang membahas tentang brand awareness
dan tentang pengaruh promosi rokok bagi anak dan remaja untuk merokok yang
ep
k

terdapat di dalam landasan pemikiran diberlakukannya ketentuan Pasal 31 huruf


ah

b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan


R

si
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan, Pemohon juga ingin menyampaikan (mengutip) pendapat hukum

ne
ng

Mahkamah Konstitusi R.I. Nomor: 6/PUU-VII/2009 pada bagian poin 3.20


(Vide BUKTI P-8) untuk memperkuat dan mempertegas bahwa landasan

do
gu

pemikiran Termohon adalah keliru. Berikut di bawah ini:


“Menurut Mahkamah, hak-hak konstitusional para Pemohon untuk memperoleh
In
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan, seni, dan budaya
A

tidaklah terhalangi atau dihambat oleh promosi rokok melalui lembaga


penyiaran, seandainya pun rokok merugikan kesehatan tetapi kerugian yang
ah

lik

disebabkan oleh rokok tidaklah mempunyai hubungan sebab akibat (causal


verband) dengan terhalanginya mengembangkan diri melalui pemenuhan
m

ub

kebutuhan dasar, hak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari


seni dan budaya.”
ka

ep

Bahwa menurut Pemohon, pendapat hukum Mahkamah Konstitusi R.I. tersebut


sudah sangat tepat dan sesuai dengan makna dan tujuan dari suatu promosi iklan
ah

produk rokok yang hanya untuk menunjukkan dan meningkatkan brand


R

es

awareness suatu produk rokok yang memang tidak memiliki kaitannya sama
M

sekali dengan pengaruh untuk merokok. Intisari dari pendapat Mahkamah


ng

on

Halaman 17 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Konstitusi R.I. yang dikaitkan dengan tujuan untuk meningkatkan brand

R
awareness tersebut sesuai dengan pendapat akademik Prof. Dr. H. M. Burhan

si
Bungin, S. Sos., M.Si. yang menjadi dasaran penulisan Alasan Permohonan

ne
ng
Keberatan Poin 7 di bawah ini.
7 Bahwa seperti yang telah ditegaskan di atas, landasan pemikiran

do
diberlakukannya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah
gu Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan sebagai akibat lebih lanjut

In
A
dari adanya kekeliruan landasan pemikiran seperti yang dijelaskan lebih lanjut
di bawah ini pada akhirnya juga membuat ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d
ah

lik
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan ini menjadi
am

ub
bertentangan dengan maksud dan tujuan yang mana jika diberlakukan bisa
mengakibatkan efek yang terbalik (penjelasan lebih lanjut dari efek yang
terbalik terletak pada poin 8 Alasan Permohonan ini) dari maksud dan tujuan
ep
k

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
ah

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan itu sendiri.
R

si
Maksud dan tujuan tersebut diatur pada ketentuan Pasal 2 ayat (2) butir b, yaitu:
”Melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan hamil dari

ne
ng

dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi


penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung Zat Adiktif

do
gu

berupa Produk Tembakau”.


Dengan demikian dapat Pemohon katakan bahwa penjelasan mengenai
In
pengiklanan suatu produk rokok melalui media luar ruang hanya bertujuan
A

sematamata untuk meningkatkan dan menunjukkan brand awareness sehingga


dengan demikian telah benar terjadi kesalahan landasan pemikiran oleh
ah

lik

Termohon yang mempersepsikan bahwa ada hubungan langsung antara iklan


media luar ruang dengan pengaruh untuk merokok. Lebih lanjut dapat Pemohon
m

ub

jelaskan sebagai berikut:


1 Mengingat penayangan iklan media luar ruang yang hanya mampu
ka

ep

menyampaikan pesan iklan yang lebih sederhana dengan waktu paparan


pada masing-masing mata pengamat yang sangat singkat (3-10 detik)
ah

dan sudah sekian lama tidak mencantumkan keterangan atau tanda atau
R

es

kata-kata yang bersifat promotif, melainkan lebih fokus kepada


M

meningkatkan Brand Statement yang berefek pada brand awareness dan


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bersifat repetitif atau mengingatkan kembali isi atau materi iklan dalam

R
bentuk lain seperti event, televisi, radio, dan koran yang juga tidak bisa

si
berisi materi iklan yang mengajak; maka bisa dikatakan efek iklan media

ne
ng
luar ruang adalah tipe media dengan kemampuan influensi vang paling
kecil efek persuasifnya pada upaya menginisiasi pengguna baru maupun

do
pengguna lama.
gu Sedangkan arti dari Brand Statement sendiri adalah nilai-nilai positif
atau pencitraan yang oleh pemilik brand dicoba untuk diasosiasikan

In
A
dengan produk rokok miliknya tersebut yang mana sama sekali tidak ada
di dalamnya suatu nilai yang dapat mengajak pengguna baru ataupun
ah

lik
menyatakan nilai produk yang menyehatkan atau menyesatkan
pengguna. Contohnya seperti “Citra Pemberani”, “Citra Eksklusif”,
am

ub
“Citra Berani Mencoba Yang Baru”, “Citra Klasik”, dan lain-lain.
Pengasosiasian Brand Statement tersebut hanya bersifat untuk menciri
khaskan produk rokok yang bersangkutan dan hal ini kembali lagi pada
ep
k

persoalan brand awareness dan bukan pada perihal mengajak dan


ah

menginisiasi untuk merokok.


R

si
2 Penayangan iklan luar ruang yang hanya mampu menyampaikan pesan
iklan yang lebih sederhana dengan waktu paparan pada masing-masing

ne
ng

mata pengamat yang sangat singkat (3-10 detik) ini adalah sangat dapat
dinalar akibat sifat target masyarakat pengguna jalan yang menjadi target

do
gu

media luar ruang ini adalah masyarakat yang sedang berkendara di


tengah jalan. Dengan demikian efek media luar ruang ini sendiri sangat
In
ringan dan singkat karena tidak merangsang panca indra lain kecuali
A

penglihatan dan konsentrasi masyarakat pengendara pada media luar


ruang ini juga harus berbagi dengan kegiatan lain seperti menyetir
ah

lik

kendaraan sehingga kemungkinan masyarakat pengendara untuk


memikirkan persoalan merokok melalui media luar ruang iklan produk
m

ub

rokok adalah hampir tidak ada.


3 Bahwa terkait dengan poin 6, poin 7, poin 7.1., dan poin 7.2. tentang
ka

ep

brand awareness dan Brand Statement sebagai suatu wujud pencitraan


dari suatu produk rokok tersebut yang menurut Pemohon sangat kecil
ah

kemampuan influensinya dalam mempengaruhi anak atau remaja untuk


R

es

merokok, kiranya pendapat-pendapat dari Prof. Dr. H. M. Burhan


M

Bungin, S.Sos., M.Si. (Guru Besar Ilmu Sosiologi Komunikasi


ng

on

Halaman 19 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dan Doktor Konstruksi Sosial

R
Media Massa Universitas Airlangga Surabaya) yang menulis buku

si
berjudul “Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media

ne
ng
Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap
Peter L. Berger & Thomas Luckmann” (Vide BUKTI P-12, Bungin,

do
H,M. Burhan, 2011, “Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan
gu Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta
Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann” Cetakan ke-2,

In
A
Surabaya: Penerbit Kencana) dapat dijadikan suatu rujukan. Berikut
Pemohon kutip di bawah ini:
ah

lik
“Tugas utama iklan itu sebenarnya untuk mengubah produk menjadi
sebuah citra, dan apa pun pencitraan yang digunakan dalam sebuah
am

ub
iklan, baik itu citra kelas sosial, citra seksualitas dan sebagainya, yang
penting pencitraan itu memiliki efek terhadap produk dan akan
menambah nilai ekonomisnya.” (halaman 126) ;
ep
k

Berdasarkan pendapat dari Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si.


ah

tersebut di atas, maka setiap iklan produk rokok melalui media luar
R

si
ruang hanya bertujuan untuk menunjukkan sisi brand awareness yang
direpresentasikan melalui Brand Statement maupun pencitraan agar

ne
ng

produk rokoknya menjadi identik di tengah masyarakat. Dan apabila


konsep pencitraan iklan ataupun brand awareness dicermati, maka dapat

do
gu

kita tegaskan bahwa tidak ada sama sekali hubungan antara gambaran
pencitraan tersebut denqan tawaran inisiasi untuk merokok. Sebab
In
keduanya merupakan hal yang sangat jauh berbeda sehingga dengan
A

demikian pernyataan Termohon di dalam landasan pemikiran pada


ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109
ah

lik

Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif


Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan yang menyatakan bahwa
m

ub

“Gencarnya iklan, promosi, dan sponsor Rokok berdampak pada


semakin meningkatnya prevalensi merokok pada anak-anak.” adalah
ka

ep

tidak benar, tendensius, dan terlampau menvesatkan.


4 Bahwa disamping itu, Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. juga
ah

turut memberikan pendapat akademiknva terhadap ketentuan Pasal 31


R

es

huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang


M

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tembakau Bagi Kesehatan yang disusun pada tanggal 6 Mei 2012 (Vide

R
BUKTI P-13). Dalam bab II tentang Kajian Akademik beliau

si
menyatakan bahwa:

ne
ng
“Dalam penelitian disertasi yang dilakukan tentang iklan oleh saya pada
tahun 2000, berjudul; Konstruksi Sosial Media Massa; Makna Realitas

do
Iklan Televisi dalam Masayarakat Kapitalis (2000) didapatkan
gu kesimpulan-kesimpulan, antara lain:
a Makna iklan yang dikode oleh masyarakat berhubungan dengan

In
A
beberapa kategori; (a) kelas sosial, (b) gaya hidup, (c) usia
individu dan kemampuan intelektual, (d) perbedaan gender, (e)
ah

lik
kebutuhan terhadap produk), (f) kesan individu terhadap iklan.
b Respons masyarakat terhadap iklan terdiri dari lapisan-lapisan
am

ub
(layer); (a) lapisan teknologi, (b) lapisan ekonomik dan (c)
lapisan ekonik. Lapisan teknologi melihat iklan hanya sekedar
karya cipta manusia dan media teknologi, sehingga iklan
ep
k

hanyalah hasil dari konstruksi teknologi, tidak lebih dari itu.


ah

Masyarakat pada lapisan ekonomik melihat iklan hanya menjadi


R

si
alat mengenalkan suatu produk kepada masyarakat. Sedangkan
masyarakat pada lapisan ekonik melihat iklan sebagai ikon

ne
ng

produk yang dipertaruhkan oleh perusahaan, sehingga iklan


adalah representasi dari perusahaan itu sendiri.

do
gu

c Iklan tidak ada kaitan dengan keputusan konsumen memilih


suatu produk, karena keputusan konsumen memilih produk
In
berkaitan dengan banyak faktor pada menit-menit akhir suatu
A

produk dipilih. Iklan hanya berfungsi memberi informasi yang


ditangkap oleh masyarakat berdasarkan kategori dan lapisan-
ah

lik

lapisan mereka.
d Iklan televisi adalah iklan yang paling kuat mengkonstruksi suatu
m

ub

realitas sosial sedangkan iklan-iklan lainnya termasuk iklan luar


ruang adalah iklan yang tidak lebih kuat dari pengaruh konstruksi
ka

ep

sosial iklan televisi.


5 Bahwa setelah memberikan kajian akademiknya, Prof. Dr. H. M. Burhan
ah

Bungin, M.Si. secara khusus memberikan pendapat ilmiah pada bab III
R

es

terhadap ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah


M

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung


ng

on

Halaman 21 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi (Vide BUKTI P-13), beliau

R
menyatakan bahwa:

si
1 Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan

ne
ng
informasi yang dia perlukan untuk mengurus
kehidupan pribadi dan keluarganya, termasuk pula

do
memperoleh informasi tentang berbagai macam
gu produk komersial yang diinginkannya.
2 Pandangan dan pendapat yang dituangkan sebagai

In
A
isi kandungan di dalam Pasal 31 huruf b, c, dan d
tersebut dibuat tanpa memperhatikan pendapat
ah

lik
atau hasil-hasil penelitian tentang kebenaran isi
pasal tersebut, sehingga menjadi apriori dan tidak
am

ub
memiliki dasar rasional-ilmiah yang kuat.
3 Pasal 31 huruf b, c, dan d tersebut telah
menjustifikasi sebuah kebenaran tanpa dasar
ep
k

rasional-ilmiah dengan maksud untuk melindungi


ah

kepentingan suatu golongan namun pada saat yang


R

si
sama telah merugikan pihak-pihak lain yang lebih
besar kontribusi terhadap negara di masyarakat.

ne
ng

4 Masyarakat bukanlah “kotak kosong”, sehingga


iklan tidak dapat langsung mempengaruhi

do
gu

masyarakat, tanpa harus bertarung dengan begitu


banyak pengetahuan lain yang telah lebih dulu ada
In
di dalam kognitif masyarakat itu sendiri. Pendapat
A

yang mengatakan bahwa orang melihat iklan


kemudian terpengaruh terhadap iklan tersebut
ah

lik

adalah asumsi dan apriori bukan kebenaran


rasional-ilmiah. Karena pilihan masyarakat
m

ub

terhadap suatu produk dipengaruhi berbagai faktor


lain, seperti pengetahuannya tentang produk lain,
ka

ep

budaya, orang di sekitarnya, reward, dan


sebagainya, dan bukan karena pengaruh satu
ah

faktor saja. Sehingga cara-cara tendensius


R

es

“menuduh ” iklan seperti pada Pasal 31 huruf b, c,


M

dan d merupakan cara yang tidak rasional-ilmiah.


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5 Pasal 31 huruf b, c, dan d menyamaratakan bahwa

R
iklan luar ruang akan mempengaruhi siapa saja

si
yang melihatnya. Pada hal respons masyarakat

ne
ng
terhadap iklan tergantung kepadas lapisan-lapisan
teknologi, lapisan ekonomi dan lapisan ekonik

do
sebagaimana poin 3.b. Juga pasal tersebut
gu mengabaikan kategori sosial masyarakat
sebagaimana kajian akademik poin 3.1.

In
A
6 Iklan yang kuat dan dapat mengkonstruksi
pengetahuan masyarakat adalah iklan televisi,
ah

lik
sedangkan iklan luar ruang adalah salah satu dari
iklan yang secara ilmiah kurang dapat
am

ub
mempengaruhi keputusan masvarakat.
Keberadaan iklan luar ruang hanyalah sebuah
reputasi produk yang ditujukan kepada pesaing-
ep
k

pesaingnya dan untuk melakukan perang urat


ah

syaraf diantara sesama produk di dalam


R

si
pemasaran produk secara luas. Tujuannva untuk
menyerang pemilik produk yang sama. Sehingga

ne
ng

Pasal 31 huruf b, c, dan d merupakan pasal yang


tidak penting dan “salah alamat” untuk diadakan

do
gu

di dalam PP No. 109 Tahun 2012.


8 Bahwa sesuai dengan kekeliruan landasan pemikiran Termohon atas ketentuan
In
Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
A

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau


Bagi Kesehatan seperti yang telah diuraikan Pemohon, pada akhirnya jika
ah

lik

diberlakukan akan memiliki efek yang terbalik (bertentangan) dari maksud dan
tujuan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
m

ub

Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi


Kesehatan. Sebagaimana identitas Pemohon, Pemohon merupakan badan hukum
ka

ep

Perseroan Terbatas yang telah lama bergerak di bidang usaha periklanan media
luar ruang dan sangat memahami karakteristik setiap aspek dari periklanan
ah

media luar ruang. Berikut Pemohon jelaskan di bawah ini:


R

es

1 Mengingat bahwa pembatasan pada iklan media luar ruang yang terletak
M

pada tempat yang strategis (yakni pada jalan protokol dan/atau yang
ng

on

Halaman 23 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
membentang jalan) dan memiliki nilai jual yang premium atau lebih

R
tinggi perluasannya dapat menjadi faktor berpindahnya biaya promosi;

si
dari yang hanya mengejar prestisius untuk tampil di tempat yang paling

ne
ng
strategis, menjadi upaya baru bagi perusahaan rokok untuk
menyebarkan iklan luar ruang rokok yang lebih menyebar mendekati

do
wilayah pemukiman dan ke tempat-tempat yang lebih dekat pada point-
gu of-sales produk rokok tersebut. Sehingga total luasan iklan akan menjadi
lebih luas, menyebar, dan lebih dekat dengan pengguna dibandingkan

In
A
jika mereka dibolehkan untuk memasang di tempat-tempat prestisius
dengan nilai strategis yang tinggi yang tentunya jauh lebih mahal dari
ah

lik
alternatif yang akan muncul jika diterapkan ketentuan Pasal 31 huruf b,
c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
am

ub
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan ini. Nilai strategis ini dapat dimaklumi
karena perusahaan rokok dalam beriklan juga harus bersaing tempat
ep
k

lokasi dengan produk lain.


ah

2 Perbandingan harga jual spot iklan prestisius permeter persegi yang


R

si
membentang jalan dibanding tempat yang mungkin bisa perusahaan
rokok pasang berdasar ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan

ne
ng

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang


Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

do
gu

tersebut, bisa mencapai 1 : 100, jadi untuk tiap 1 lokasi strategis yang
hilang bisa muncul 100 lokasi baru dengan luasan sama.
In
3 Dengan berlakunya aturan iklan rokok tidak boleh memotong jalan atau
A

melintang dampak peraturan tersebut sangat merugikan bagi Pemohon


karena iklan yang melintang jalan ataupun memotong jalan adalah iklan
ah

lik

luar ruang yang nilainya paling tinggi dan paling strategis yang mana di
dalam nilai sewanya termasuk juga pendapatan yang besar bagi
m

ub

Pemerintah Daerah untuk mendukung fasilitas umum yang ada seperti


Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang biasanya dikelola sendiri
ka

ep

oleh biro reklame (terutama di luar DKI Jakarta) dengan biaya sewa dan
operasional yang tinggi. Kontribusi perusahaan rokok yang selama ini
ah

banyak mengambil titik prestisius sebagai bentuk brand prestige mereka


R

es

apabila dilihat dari sisi dukungan keuangan terhadap pelavanan publik


M

daerah ini akan hilang kalau ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d


ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan

R
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi

si
Kesehatan ini diterapkan.

ne
ng
4 Dengan adanya larangan untuk pemasangan iklan di lokasi jalan utama
atau protokol dan harus sejajar jalan berarti akan ada lebih banyak lagi

do
pemasangan media luar ruang untuk iklan produk rokok di dekat toko-
gu toko retail/supermarket. Demikian juga perusahaan rokok tentunya juga
akan ada budget lebih untuk membiayai atau memperkuat personel sales

In
A
counter-nya untuk mengingatkan dan/atau mengajak membeli
produknya.
ah

lik
Atas akibat-akibat yang ditimbulkan tersebut, maka telah jelas bahwa ketentuan
Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
am

ub
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
Bagi Kesehatan yang bilamana diterapkan akan mengakibatkan efek-efek yang
justru akan semakin mengajak dan menginisiasi masyarakat untuk merokok. Di
ep
k

sinilah Pemohon berkeyakinan kuat bahwa ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d


ah

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
R

si
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan disamping
merugikan Pemohon dan perusahaan media iklan luar ruang lainnya juga tidak

ne
ng

akan efektif untuk diterapkan.


9 Bahwa disamping itu Pemohon juga berpendapat terkait dengan adanya

do
gu

pembatasan iklan media luar ruang yang mengiklankan produk rokok; sesuai
ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
In
2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
A

Tembakau Bagi Kesehatan, apabila diperhatikan di dalam Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Vide BUKTI P-14);
ah

lik

dengan ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen dalam hal ini juga


termasuk perokok, terdapat pertentangan hak dan kepentingan konsumen rokok.
m

ub

Pemohon jelaskan lebih lanjut sebagai berikut:


1 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor
ka

ep

109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat


Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan menyebutkan bahwa
ah

"Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk


R

es

dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,


M

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
ng

on

Halaman 25 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya

R
yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan

si
tambahan." Dari definisi rokok tersebut, dapat diketahui secara jelas

ne
ng
melalui rumusan ”... yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/
atau dihirup asapnya.” bahwa rokok merupakan barang yang habis

do
dikonsumsi. Dengan kata lain maka para perokok dapat dikatakan secara
gu tegas adalah konsumen dan dengan demikian berada di bawah ruang
lingkup pengaturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

In
A
Perlindungan Konsumen (Vide BUKTI P-14).
2 Ketentuan Pasal 3 huruf a, b, dan c Undang-Undang Nomor 8 Tahun
ah

lik
1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa
“Perlindungan konsumen bertujuan:
am

ub
a meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri;
b mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
ep
k

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau


ah

jasa;
R

si
c meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;"

ne
ng

Ketentuan Pasal 4 huruf a, b, dan c Undang-Undang Nomor 8 Tahun


1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa “Hak

do
gu

konsumen adalah:
a hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
In
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
A

b hak atas memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang


dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
ah

lik

jaminan yang dijanjikan.


c hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
m

ub

jaminan barang dan/atau jasa.”


Ketentuan Pasal 5 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
ka

ep

Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa “Kewajiban konsumen


adalah:
ah

a membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur


R

es

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan


M

dan keselamatan.”
ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Berdasarkan beberapa ketentuan tersebut di atas, jika dikaitkan dengan

R
pengiklanan produk rokok melalui media luar ruang, dapat ditegaskan

si
bahwa setiap perokok baik yang lama maupun yang pemula merupakan

ne
ng
konsumen yang memiliki hak dan kewajiban dalam kaitannya dengan
memilih produk rokok. Hak yang dimaksud adalah hak untuk

do
mengetahui baik merek, kadar Tar dan Nikotin, jumlah batang rokok
gu dalam satu bungkus rokok, batas usia minimum untuk merokok, dan
gejala maupun akibat rokok yang dapat mempengaruhi kesehatan.

In
A
Sedangkan kewajiban perokok sebagai konsumen adalah membaca atau
mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian dan/atau
ah

lik
penggunaan rokok.
1 Berdasarkan poin 9.2. dan dikaitkan dengan sepanjang dipenuhinya
am

ub
ketentuan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan dimana ketentuan tersebut berisi
ep
k

tentang Pengendalian Iklan Produk, secara sederhana dapat disimpulkan


ah

bahwa setiap produsen rokok yang menggunakan media iklan khususnya


R

si
media iklan luar ruang berhak untuk mengenalkan dan memasarkan
produk rokoknya dan oleh karenanya disamping menunjukkan brand

ne
ng

awareness juga justru telah memenuhi kewajibannya untuk melindungi


perokok dan masyarakat dalam hal memilih dan mengkonsumsi produk

do
gu

rokoknya termasuk memberikan informasi tentang akibat kesehatan.


Apabila demikian, pada akhirnya persoalan bagi masyarakat untuk
In
merokok ataukah tidak adalah privasi dan keputusan mereka berikut
A

keadaan sosial mereka. Dan menurut Pemohon hal tersebut telah


memenuhi standar proporsionalitas antara hak bagi pelaku usaha media
ah

lik

luar ruang untuk menyelenggarakan iklan produk rokok dan masyarakat


untuk berpikir dan menentukan apakah akan mengkonsumsi rokok
m

ub

ataukah tidak.
10 Bahwa disamping itu Pemohon hendak menyampaikan dengan pandangan
ka

ep

hukum Mahkamah Konstitusi RI dalam putusan Nomor: 6/PUU-VII/2009 (Vide


BUKTI P-8) pada bagian poin 3.18. Hal ini semakin menegaskan bahwa
ah

landasan pemikiran Termohon memang keliru adanya, yang dinyatakan antara


R

es

lain:
M

ng

on

Halaman 27 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
• bahwa berdasarkan pandangan hukum di atas maka industri rokok dan

si
industri periklanan, serta industri terkait lainnya serta tenaga kerja yang
menggantungkan hidupnya pada industri rokok dan industri-industri terkait

ne
ng
haruslah mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum atas hak-hak
konstitusionalnya untuk bekerja dan mencari penghidupan yang layak

do
gu sebagaimana dijamin oleh Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan” dan Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi,

In
A
“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja”;
ah

lik
• bahwa sektor industri yang melakukan usaha secara legal di Indonesia
memiliki hak yang sama dengan industri-industri lain yang juga secara legal
am

ub
diakui di Indonesia dalam melakukan pengenalan dan pemasaran produknya.
Industri legal juga berhak menggunakan sarana komunikasi yang tersedia,
ep
membangun jaringan dengan industri lain termasuk industri periklanan dan
k

perfilman. Begitu juga dengan industri rokok juga memiliki hak yang sama
ah

dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, termasuk hak menggunakan


R

si
sarana komunikasi yang tersedia, antara lain, media cetak, media luar ruang,
internet, media elektronik seperti televisi dan radio, maupun kegiatan

ne
ng

sponsor dan promosi lainnya yang kesemuanya merupakan kegiatan


komunikasi kepada konsumen sehingga dapat memberikan informasi yang

do
gu

benar mengenai produk-produknya sekaligus membedakan dengan merek


merek lainnya;
In
A

• bahwa antara rokok, merokok, dan iklan rokok adalah tiga hal yang berbeda
dan karenanya mempunyai domain hukum yang berbeda pula, meskipun
ah

ketiganya merupakan satu rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Artinya,


lik

promosi rokok tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan rokok dan budaya
merokok. Persoalan rokok sebagai barang yang mengandung beberapa zat
m

ub

kimia yang membahayakan bagi kesehatan tidak berkaitan dengan promosi


ka

rokok, hal ini karena rokok belum dinyatakan sebagai produk yang ilegal.
ep

Sepanjang rokok belum dinyatakan sebagai produk yang ilegal maka selama
itu kegiatan promosi rokok tetap harus dipandang sebagai kegiatan yang
ah

legal pula selama promosi tersebut dilakukan menurut ketentuan peraturan


es

perundang-undangan yang berlaku”.


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
• bahwa kegiatan beriklan dan mempromosikan produk melalui media

si
penyiaran hanyalah mata rantai terakhir dari seluruh investasi yang
dikeluarkan oleh pengusaha industri rokok, sehingga kegiatan

ne
ng
mengkomunikasikan dan menyampaikan informasi dalam bentuk iklan
promosi rokok dijamin oleh konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 28F

do
gu UUD 1945 yang berbunyi:
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

In
A
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. ”
ah

lik
Dengan demikian dapat ditegaskan, sesuai pandangan hukum Mahkamah
Konstitusi RI dalam putusan Nomor: 6/PUU-VII/2009, bahwa larangan iklan
am

ub
rokok melanggar hak konstitusional setiap orang untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi sebagaimana dijamin oleh Pasal 28F UUD 1945.
11 Bahwa dalam hal di luar yang telah disampaikan secara spesifik terkait
ep
k

keberatan pada ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah


ah

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
R

si
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan di atas, secara keseluruhan
Pemohon juga ingin menyampaikan argumen terhadap tekanan-tekanan pada

ne
ng

industri rokok yang bermula dari exposure atau pemberitaan yang negatif yang
berdampak pada hilangnya atau terkucilnya nilai historis, budaya, ataupun nilai

do
gu

positif dari rokok khususnya rokok kretek sebagai kearifan lokal budaya bangsa
Indonesia, yang antara lain :
In
1 Pemberitaan tentang rokok kretek yang menurut Pemohon terlalu
A

dibesar-besarkan yang menekankan bahwa rokok kretek mempunyai


kontent racun. Asap rokok termasuk Kretek mengandung komponen
ah

lik

kimiawi yang jenisnya dapat mencapai puluhan ribu komponen.


Komponen-komponen kimia yang terdapat dalam asap rokok terbukti
m

ub

membentuk partikulasi antara 1 sampai 10.000 nanometer (nm) (Lidia et


al, 1996, Ning et al., 2006, Wayne et al., 2005, Wardoyo (disertasi),
ka

ep

2008). Partikel-partikel ini terbentuk dari gabungan senyawa-senyawa


organik dalam asap. Senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi gaya
ah

magnetik dan elektromagnetik, dengan demikian komponenkomponen


es

kimia khususnya yang bersifat aromatik di ujung batang rokok yang


M

ng

bersuhu 400-6000C dapat membentuk partikel (polimer). Secara sendiri-


on

Halaman 29 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sendiri komponen-komponen kimia asap itu bisa jadi berbahaya, namun

R
dalam bentuk partikulasi yang merupakan gabungan komponen-

si
komponen belum tentu berbahaya. Pembentukan polimer gabungan

ne
ng
secara teoritis akan membentuk sifat gabungan yang berbeda dengan
sifat masing-masing komponen (Albert et al., 1996).

do
Pemohon mengilustrasikan dengan garam yang merupakan gabungan
gu dari partikulasi 2 (dua) atom yang membentuk nama kimianya yaitu
Natrium Klorida (NaCl), yang dapat diuraikan menjadi Natrium dan

In
A
Klorida; dimana elemen Klorida merupakan racun, namun apabila
digabungkan dengan elemen Natrium akan menjadi Natrium Klorida
ah

lik
atau garam yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini di atas dikutip dari hasil tulisan ilmiah yang berjudul
am

ub
“Pengembangan Teknologi Kretek Sehat Tanpa Kehilangan Cita-rasa”
oleh Bapak Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro; Guru Besar Biologi Molekuler
Sel, Pengembangan Teknologi Kretek Sehat Tanpa Kehilangkan
ep
k

Cita-rasa, Pusat Studi Nano Biologi, Universitas Brawijaya (Vide


ah

BUKTI P-15, http://smartbio.org/ research/pengembangan-teknologi-


R

si
kretek-sehat-tanpa- keehilangkan-cita-rasa/). Begitu juga dengan
penjelasan Bapak Hendri Kusuma dalam tulisannya di Kompasiana

ne
ng

berjudul “Bahan Kimia Berbahaya Pada Rokok, Penelitian Terkini” yang


dikutip di bawah ini:

do
gu

(vide BUKTI P-16, http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/


01/28/salah-kaprah-bahan-ki mia-pada-rokok-59537. html)
In
Sebagian orang percaya bahan kimia dalam rokok dapat menyebabkan
A

kanker, tanpa tahu dengan pasti bahan kimia yang mana. Para ahli
menghabiskan ratusan juta Dollar untuk menemukan ini. Sudah menguji
ah

lik

hampir 5.000 partikel yang merupakan 95% dari asap rokok. beberapa
diantaranya Karsinogenic(bisa memicu kanker) dan Anti Karsinogenic.
m

ub

Tidak ada bahan yang bisa dengan jelas berbahaya bagi perokok. ...
Menurut Norden beserta peneliti dari National Food Administration of
ka

ep

Sweden and Danish Veterinary and Food Administration:


“Nicotine terdeteksi juga berada pada Kentang, Tomat, ... terong,
ah

paprika dan semua tanaman yang bisa dimakan yang termasuk famili
R

es

Solanacea.
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sebuah penelitian menyebutkan makan kentang normal 4,9 oz (sekira

R
3/4 gelas) menghasilkan nicotine yang sama dengan 4 jam dalam sebuah

si
smoky bar(bar yang penuh asap rokok), makan siang bersama seorang

ne
ng
perokok sama dengan 3 ons terong. Lebih jauh Apel mengandung
sianida, strawberry mengandung benzene, dan lebih dari 10.000

do
makanan yang kita makan mengandung racun, tapi tidak sampai
gu membunuh, itulah mengapa ada anjuran untuk tidak makan/minum
berlebihan. Satu gram caffeine murni bisa membunuh.

In
A
Jika subyeknya adalah bahan kimia, para ahli mengidentifikasi 1.000
bahan kimia pada segelas kopi, hanya 22 yang ditest terhadap hewan
ah

lik
untuk studi kanker, yang berarti 978 belum. Dari 22, 17 karsinogenik,
ada 10mg karsinogenik dalam segelas kopi, kemunckinan hampir semua
am

ub
residu pestisida kita konsumsi jika sayur mayur/buah/padi kita belum
menggunakan pupuk organik.
Didalam bacaan-bacaan ilmiah diatas juga tersirat kalau kandungan
ep
k

racun yang terdapat didalam rokok merupakan hasil penggunaan


ah

pestisida dan pupuk anorganik yang kemungkinan hampir sama dengan


R

si
daftar residu racun dalam sayur-mayur dan buah-buahan yang belum
ditanam secara organik.

ne
ng

Dapat dinalar juga kalau saja penanaman tanaman-tanaman campuran


dalam rokok kretek di tanam dengan sistim organik (dengan sistim

do
gu

kearifan lokal) mungkin dapat menghilangkan banyak komponen racun


dalam rokok kretek. Seperti penelitian Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro,
In
efek negatif yang diduga timbul akibat keberadaan partikel logam-logam
A

berat hasil produk pertanian tersebut bisa ditangani dengan nano


teknologi.
ah

lik

2 Lebih lanjut dalam tulisan-tulisan ilmiah di atas juga mengungkap


keunggulan rokok kretek sebagai kearifan lokal yang memiliki sifat
m

ub

berbeda dengan rokok-rokok moderen yang seringkali dampak negatif


rokok di dasarkan pada penelitian yang berfokus pada rokok moderen
ka

ep

dan sampai sekarang belum ada penelitiaan secara komprehensif


terhadap rokok kretek. Salah satu kearifan lokal yang terdapat pada
ah

pengelolaan rokok kretek yaitu lamanya pemprosesan daun tembakau


R

es

yang bisa menjadi pembeda signifikan dengan rokok-rokok modern;


M

pada proses pengolahan tembakau rokok kretek yang di proses secara


ng

on

Halaman 31 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tradisional diproses setelah disimpan dalam kurun waktu 2 tahun,

R
dibandingkan dengan sistim modern yang memproses bahannya dengan

si
waktu penyimpanan 6 bulan. Hal ini penting karena berdasar penelitian

ne
ng
ilmiah tampak perbedaan ini bisa sangat menguntungkan rokok kretek
yang di proses secara tradisional karena membantu terurainya komponen

do
kimia atau racun dari pestisida dan pupuk yang terdapat pada daun
gu tembakau; yang dapat terurai dalam waktu 1 tahun 6 bulan, sehingga
menghasilkan produk rokok yang lebih ramah terhadap pengguna

In
A
dibanding rokok modern dengan proses yang dipercepat seperti sistim
internasional.
ah

lik
3 Seperti yang diungkap Bapak Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro:
Benarkah Kretek menyebabkan ketagihan (adiksi?), ataukah sebaliknya,
am

ub
Kretek memang diperlukan oleh orang-orang yang sedang dalam kondisi
Psikologis tidak baik (stres, tertekan)? Hal ini perlu diteliti lebih jauh...
Pemohon sependapat dan hendak mengingatkan bahwa rokok kretek
ep
k

adalah kearifan lokal dan budaya bangsa, fungsi rokok terutama rokok
ah

kretek yang tak lebih dari ”jamu” yang berfungsi sebagai ”obat
R

si
tradisional” anti depresan alami yang mudah dan terjangkau oleh
masyarakat dibandingkan alternatif yang ada. Saat ini alternatif obat anti

ne
ng

depresan yang ada harus diresepkan oleh dokter dan seringkali berefek
langsung pada sistem syaraf dan tubuh yang efek negatifnya jauh lebih

do
gu

besar dan langsung, selain itu obat moderen ini cenderung lebih mahal
harganya.
In
Sebagai jamu, rokok kretek pasti memiliki sisi negatif jikalau digunakan
A

secara berlebihan, hanya saja jangan sampai efek negatif ”jamu” ini
jangan sampai dinilai secara tidak adil dan bertendensi negatif sehingga
ah

lik

menghilangkan nilai positif-positif yang ada pada kearifan lokal berupa


rokok kretek itu sendiri;
m

ub

4 Pemohon berpendapat berdasar analisa data penelitian di atas, perlu


dipertimbangkan apakah efek negatif yang digembar-gemborkan selama
ka

ep

ini akan efek jangka panjang merokok melebihi efek negatif dari ketidak
beradaan rokok kretek ini di kemudian hari secara fisik dan mental yang
ah

timbul oleh masih-masing personal jika rokok kretek sebagai jamu anti
R

es

stress kemudian tidak ada lagi, bagaimana mereka melepas stress? Efek
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
negatif apa yang timbul oleh stress ini? Seberapa besar dan cepat daya

R
rusak efek negatif yang timbul akibat stress?

si
5 Berdasarkan hasil penelitian Dr. Gretha dari Universitas Parahyangan

ne
ng
Bandung, yang diperkuat oleh Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro dari
Universitas Brawijaya Malang dan Prof. Dr. Sarjadi dari Universitas

do
Diponegoro Semarang, rokok yang semula dianggap berbahaya bagi
gu kesehatan ternyata justru dapat menyembuhkan berbagai penyakit
dengan teknologi nano berupa ”Divine Cigarette”;

In
A
6 Berdasarkan penelitian-penelitian dan perdebatan ilmiah seputar rokok
yang dikutip di atas, Pemohon memohon kepada Ketua Mahkamah
ah

lik
Agung R.I. cq. Majelis Hakim Agung untuk mempertimbangkan
kearifan lokal dari rokok kretek itu sendiri dan bisa menempatkan
am

ub
kembali persangkaan negatif yang beredar sekitar rokok kretek tersebut
sebelum ada bukti yang layak dengan hasil analisa yang menyeluruh dari
kedua sisi pro dan kontra secara ilmiah dan bukan berdasar reka-reka
ep
k

atau analisa tanpa dasar dari pihak yang melempar prasangka negatif
ah

terhadap budaya bangsa ini yang secara nyata masih memiliki nilai-nilai
R

si
positif.
7 Dari tujuh zat adiktif dunia versi kesehatan (Caffeine, Nikotin, Alkohol,

ne
ng

Inhalants, Amphetamine, Sedative-hypnotic, dan Opioids), yang secara


legal dapat dipasarkan di Indonesia, sebagaimana yang telah diuraikan

do
gu

bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Peraturan


Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
In
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
A

sangat tendensius terhadap tembakau. Mengapa sedemikian rupa


demikian tidak ada penjelasan dari peraturan-peraturan yang ada
ah

lik

sehingga sangat lemah dan tentu tidak konsisten dalam penerapannya


nanti. Padahal, sekali lagi, posisi tembakau sebagai bahan yang
m

ub

mengandung zat adiktif masih perlu dipertanyakan dalam level akademis


dengan pertanyaan-pertanyaan sebagaimana yang kami kutip dalam
ka

ep

media berjudul “Kriminalisasi Konsumen Tembakau (Bagian I)” yang


menyebutkan: (Vide BUKTI-17, http://portalrokok.blogspot.com/
ah

2013/01/kriminalisasi-konsumen-tembakau-bagian-1 25.html)
R

es

“Benarkah tembakau termasuk zat adiktif? Ataukah merupakan perilaku


M

adiktif (addictive behaviors)? Ataukah mengkosumsi tembakau itu


ng

on

Halaman 33 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sekedar kebiasaan (habit)?, sebagaimana kita mengkonsumsi produk

R
lain?”

si
Sebab dalam terminologi kesehatan telah banyak dijelaskan, ada banyak

ne
ng
akibat yang bisa timbul sebagai akibat dari mengkonsumsi zat adiktif
Profesor emeritus di bidang Applied Health Science asal Indiana

do
University, Ruth Clifford Engs, sebagaimana dikutip di dalam artikel
gu berjudul “Kriminalisasi Konsumen Tembakau (Bagian I)” menyebutkan
ada 10 akibat yang ditimbulkan dari zat adiktif, yakni:

In
A
1 Orang menjadi terus-menerus terobsesi atas barang tersebut;
2 Mereka akan tergantung, meskipun hal itu berakibat buruk (baik
ah

lik
masalah pekerjaan, fisik, kinerja, studi, dan relasi dengan teman-
teman, keluarga, rekan sekerja);
am

ub
3 Mengalami gangguan obsesif kompulsif (OCD), bergantung dan sulit
untuk berhenti;
4 Setelah penghentian konsumsi, ia akan mengalami gejala sakau atau
ep
k

depresi;
ah

5 Orang akan mengalami kehilangan kontrol atas dirinya;


R

si
6 Dia sering menyangkal adanya akibat negatif dalam dirinya,
meskipun orang lain dapat melihat efek negatif yang timbul;

ne
ng

7 Orang tersebut akan bertingkah aneh dan menyembunyikan perilaku


buruk setelah keluarga atau teman dekat telah mengingatkan;

do
gu

8 Banyak orang dengan perilaku adikftif akan kehilangan kesadaran


dalam perilakunya, termasuk tidak ingat apa yang ia lakukan, berapa
In
lama ia duduk, berapa banyak mengkonsumsi dan sebagainya;
A

9 Mengalami depresi;
10 Memiliki kepercayaan diri yang rendah dan merasa cemas.
ah

lik

Dengan deskripsi mengenai akibat yang timbul dari zat adiktif di atas,
apakah tembakau bisa digolongkan dalam zat adiktif? Apakah dengan
m

ub

mengkonsumsi tembakau, orang akan mengalami kehilangan kendali


atas apa yang mereka lakukan? Dan kalau orang berhenti merokok,
ka

ep

apakah ia akan mengalami sakau? Karena kenyataannya, orang yang


mengkonsumsi tembakau tidak lantas kehilangan kesadarannya, juga
ah

tidak lantas kehilangan kendali atas perilakunya. Dan kalau berhenti


R

es

mengkonsumsi tembakau, baik untuk sementara atau seterusnya, dia


M

tidak mengalami gejala sakau. Orang tidak harus diterapi untuk berhenti
ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
merokok. Karena secara sadar ia bisa misalnya, letika puasa, seorang

R
perokok yang tiap harinya biasa merokok, juga tidak mengalami sakau

si
meskipun seharian tidak merokok.

ne
ng
12 Bahwa selain itu Pemohon juga menambahkan bahwa untuk memandang
permasalahan produk tembakau yang berupa rokok hendaknya tidak saja

do
melihat dari aspek kesehatan semata (dimana aspek kesehatan sendiri masih
gu diperdebatkan mengenai hubungan antara rokok dengan pengaruh kesehatan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya), tetapi juga perlu melihat dari aspek

In
A
ekonomi, sosial budaya, dan historis bangsa Indonesia dalam memandang
produk tembakau. Berikut ini uraian Pemohon:
ah

lik
1 Dari aspek penerimaan Negara melalui pita cukai rokok
Bahwa sebagaimana cukai rokok merupakan bagian dari pendapatan
am

ub
Pemerintah, dalam penyusunan APBN total hasil perolehan cukai rokok
tersebut dialokasikan ke tiap-tiap daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Hal ini memiliki arti bahwa pengalokasian tersebut berfungsi untuk
ep
k

penyelenggaraan kesehatan masing-masing masyarakat daerah dan bisa


ah

juga untuk menyediakan tempat khusus merokok atau lain-lain


R

si
pemanfaatan. Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 195/PMK.07/2011 tentang Alokasi Definitif Dana Bagi Hasil

ne
ng

Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2011, total hasil pendapatan


dari cukai rokok yang dialokasikan ke tiap-tiap daerah provinsi dan

do
gu

kabupaten/kota total sebesar Rp1.373.443.893.666,00 (satu triliun tiga


ratus tujuh puluh tiga miliar empat ratus empat puluh tiga juta delapan
In
ratus sembilan puluh tiga ribu enam ratus enam puluh enam rupiah)
A

(Vide BUKTI P-18). Dengan perolehan sebesar yang dialokasikan


tersebut, tentunya Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat
ah

lik

menyelenggarakan perwujudan pengendalian produk tembakau berupa


rokok melalui media iklan khususnya media luar ruang sehingga hal ini
m

ub

akan justru jauh lebih membantu upaya pencapaian maksud dan tujuan
Pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
ka

ep

tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa


Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dengan demikian Pasal 31 huruf b,
ah

c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang


R

es

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk


M

Tembakau Bagi Kesehatan justru dalam penerapannya nanti akan


ng

on

Halaman 35 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
merugikan diri Pemerintah dan Pemerintah Daerah sendiri selain pada

R
diri Pemohon dan pelaku usaha yang sama-sama bergerak di bidang

si
usaha media iklan luar ruang.

ne
ng
2 Dari aspek ekonomi ada beberapa poin yang perlu diperhatikan:
• Dalam pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi RI dalam putusan

do
gu Nomor 6/PUU-VII/2009 pada bagian 3.16 huruf c (Vide BUKTI P-8),
dijelaskan bahwa:
“Sebagai industri, industri rokok baik yang berskala kecil, menengah,

In
A
maupun yang berskala besar menjadi bagian dari kegiatan ekonomi
rakyat yang memiliki mata rantai panjang dari hulu sampai ke hilir
ah

lik
dengan melibatkan jutaan petani tembakau, petani cengkeh, industri
kertas, lembaga penyiaran, industri periklanan, industri film iklan,
am

ub
pedagang grosir dan eceran, usaha percetakan, jasa transportasi, dan
lain sebagainya.”
• Dalam artikel berjudul “Membaca Kretek, Secara Ekopol”, disebutkan
ep
k

bahwa rokok sebagai produk tembakau merupakan salah satu industri besar
ah

yang masih bertahan dari badai krisis yang pernah dialami bangsa Indonesia,
R

si
dan salah satu industri yang tersisa dari sekian banyak industri-industri besar
yang gulung tikar akibat badai krisis tahun 1998. Industri rokok memiliki

ne
ng

daya tahan yang luar biasa karena bahan bakunya berasal dari dalam negeri,
dimana komponen impornya sangat kecil dibandingkan dengan

do
gu

industriindustri yang lain.


(Vide BUKTI P-19, http://darsonov.blogspot.com/2012/06/
In
A

membaca-kreteksecara-ekopol.html)
• Berdasarkan artikel berjudul “Membaca Kretek, Secara Ekopol” dan
ah

“Kretek dan Cita Industrialisasi Indonesia (Bagian II)” disebutkan bahwa


lik

dari sisi pendapatan, pengenaan pita cukai terhadap rokok merupakan salah
satu komponen pendapatan negara yang berperan besar dalam mendongkrak
m

ub

kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya


ka

disamping pajak dan migas maupun barang tambang non migas.


ep

Berdasarkan artikel berjudul “Kretek dan Cita Industrialisasi Indonesia


(Bagian II)” tahun 2012 saja pemerintah menargetkan pendapatan dari pita
ah

cukai tembakau sebesar Rp 72.000.000.000.000,00 (tujuh puluh dua triliun


es

rupiah) dan pada tahun 2013 APBN memproyeksikan penerimaan negara


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dari pita cukai rokok sebesar Rp88.000.000.000.000,00 (delapan puluh

R
delapan triliun rupiah) dimana jumlah ini berada di atas penerimaan negara

si
yang berasal dari pajak migas yang sebesar Rp71.380.000.000.000,00 (tujuh

ne
ng
puluh satu triliun tiga ratus delapan puluh miliar rupiah) sehingga tidak
mengherankan bila kemudian industri rokok merupakan bagian dari industri

do
besar yang menjadi prioritas Pemerintah untuk mendongkrak sisi pendapatan
gu negara.
(Vide BUKTI P-19, http://darsonov.blogspot.com/2012/06/

In
A
membaca-kreteksecara-ekopol.html)
(Vide BUKTI P-20, http://komunitaskretek.or.id/?p=2111)
ah

lik
• Dalam artikel berjudul “Membaca Kretek, Secara Ekopol”, disebutkan
bahwa industri rokok juga menyerap tenaga kerja yang luar biasa besar
am

ub
dibandingkan dengan industri-industri yang lain sehingga membantu negara
untuk memerangi pengangguran demi kesejahteraan bangsa Indonesia
sebagaimana amanah konstitusi.
ep
k

(Vide BUKTI P-19, http://darsonov.blogspot.com/2012/06/


ah

membaca-kreteksecara-ekopol.html)
R

si
1 Dari aspek kultural historis tanaman tembakau
Dalam artikel berjudul “Membaca Kretek, Secara Ekopol”, disebutkan

ne
ng

bahwa dari aspek kultural historis tanaman tembakau merupakan


tanaman yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia sejak dahulu

do
gu

kala. Patut dipertanyakan layakkah sebuah tanaman yang telah tumbuh


ratusan tahun di bumi nusantara Indonesia, yang menjadi mata
In
pencaharian bagi petani tembakau secara turun-temurun dari generasi ke
A

generasi dikebiri dan cenderung untuk dihapuskan selamanya? Hanya


demi satu alasan kesehatan, yang mana hal ini masih ada perdebatan dan
ah

lik

belum ditemui titik temu diantara pakar itu sendiri.


(Vide BUKTI-19, http://darsonov.blogspot.com/2012/06/membaca-
m

ub

kretek-secara- kopol.html)
IV KESIMPULAN
ka

ep

Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana yang telah dikemukakan tersebut di atas,


dapat dirangkum dalam beberapa poin perihal ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d
ah

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
es

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan bahwa:


M

ng

on

Halaman 37 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1 Ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109

R
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif

si
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan mengandung cacat legalitas

ne
ng
(poin 3 Alasan Permohonan), karena terdapat:
a Cacat Substansi karena:

do
1 Ketidaksesuai antara materi muatan dalam Ketentuan
gu Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah No109
Tahun 2012 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

In
A
2009 tentang Kesehatan, dimana materi muatannya tidak
berisi ketentuan yang mengatur tentang tata cara
ah

lik
periklanan khususnya media luar ruang (poin 4.1.);
2 Bertentangan dengan asas-asas pembentukan peraturan
am

ub
perundang-undangan yang diatur dalam ketentuan Pasal 5
huruf b, c, dan g, Pasal 6 huruf a, g, dan j, dan Pasal 96
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
ep
k

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;


ah

3 Terdapat kekeliruan landasan pemikiran (poin 5, 6, poin 7,


R

si
dan 10 Alasan Permohonan); dan
4 Implementasinya bisa berefek terbalik dari maksud dan

ne
ng

tujuannya (poin 8 Alasan Permohonan).


b Cacat wewenang karena berdasar dari peraturan diatasnya yaitu

do
gu

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; baik


Termohon maupun yang lembaga pelaksana Undang-Undang
In
No.36 Tahun 2009 yaitu Kementrian Kesehatan, tidak memiliki
A

kewenangan untuk mengatur bidang periklanan khususnya


media luar ruang (poin 4.2 Alasan Permohonan);
ah

lik

c Cacat prosedur karena pembuatannya tampa melalui sosialisasi


maupun publikasi dalam proses perancangan peraturan tersebut
m

ub

(poin 4.3 dan poin 4.7 Alasan Permohonan)


2 Penerapan ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah
ka

ep

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung


Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan seharusnya juga
ah

memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8


R

es

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (poin 9) dan pendapat


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hukum Mahkamah Konstitusi dalam putusan Nomor: 6/PUU-VII/2009

R
(poin 10 Alasan Permohonan) yang nyatanya saat ini tidak;

si
3 Penyusunan Permohonan Keberatan ini juga berdasarkan pada pendapat

ne
ng
akademik dari Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si., seorang
Guru Besar Ilmu Sosiologi Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945

do
Surabaya dan Doktor Konstruksi Sosial Media Massa Universitas
gu Airlangga Surabaya (poin 7.4. dan 7.5. Alasan Permohonan);
4 Di luar dari pokok permasalahan Permohonan Keberatan ini, rokok

In
A
kretek sebagai salah satu kearifan lokal budava nasional sehingga perlu
menempatkan ulang dan meminimalisir persangkaan negatif yang tidak
ah

lik
rasional yang beredar di sekitar rokok kretek tersebut sebelum ada bukti
yang layak dengan hasil analisa ilmiah secara lokal yang menyeluruh
am

ub
dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dirasa perlu karena menurut
PEMOHON kebijakan politik hukum yang mengatur rokok kretek
tentunya akan membawa implikasi yang sangat besar bagi pihak-pihak
ep
k

yang mungkin ikut terkait dan agar tidak terjadi kesewenang-wenangan


ah

(poin 11 – 12 Alasan Permohonan).


R

si
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon mohon
kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan keberatan dan

ne
ng

memutuskan sebagai berikut:


1 Menerima dan mengabulkan Pemohonan Keberatan Pemohon untuk seluruhnya

do
gu

atas berlakunya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah


Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
In
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan;
A

2 Menyatakan bahwa ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah


Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
ah

lik

Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan:


• Mengandung cacat legalitas yang secara kumulatif diantaranya terjadi cacat
m

ub

wewenang, cacat prosedur, dan cacat substansi dan oleh karenanya secara
yuridis tidak sah;
ka

ep

• Tidak sesuai dengan materi muatan pada ketentuan Pasal 113 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
ah

es
M

ng

on

Halaman 39 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
• Bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 huruf b, huruf c dan huruf g, Pasal 6

si
huruf a, huruf g, dan huruf j, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan/atau

ne
ng
• Berpotensi bertolak belakang dengan maksud dan tujuan sebagaimana yang
diatur di dalam ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah

do
gu Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
3 Menyatakan bahwa ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah

In
A
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan tidak mempunyai kekuatan
ah

lik
hukum sah dan tidak mengikat.
4 Memerintahkan Termohon untuk segera mencabut ketentuan Pasal 31 huruf b, c,
am

ub
dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan,
ep
dengan ketentuan bahwa apabila dalam tempo 90 (sembilan puluh) hari setelah
k

putusan dikirimkan (disampaikan) ternyata tidak dilaksanakan pencabutan, maka


ah

demi hukum ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Pengamanan Bahan Yang


R

si
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan tidak
memiliki kekuatan hukum yang sah dan mengikat.

ne
ng

5 Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia


paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan, sesuai

do
gu

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


ATAU
In
A

Apabila Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan memutus perkara Permohonan
Keberatan a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et
ah

bono).
lik

Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya, Pemohon


telah mengajukan surat-surat bukti berupa:
m

ub

1 Fotokopi isi ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor


ka

109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
ep

Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Bukti P-1);


2 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Teng Junaidi Gunawan (Bukti P-2);
ah

3 Fotokopi Akta Pendirian PT. Warna Warni Media Nomor tertanggal yang dibuat
es

dihadapan Notaris (Bukti P-3);


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4 Fotokopi isi ketentuan Pasal 5 huruf b, huruf c dan huruf g, ketentuan Pasal 6

R
huruf a, huruf g, dan huruf j, dan ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12

si
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Bukti P-4);

ne
ng
5 Fotokopi tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Kementerian Kesehatan
(website resmi http://www.depkes.go.id/index.php/profil/tugasdanfungsi.html)

do
(Bukti P-5);
gu 6 Fotokopi isi ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Bukti P-6);

In
A
7 Fotokopi artikel “Kriminalisasi Konsumen Tembakau (Bagian II)” sebagaimana
dimuat dalam website http://komunitaskretek.or.id/?p=1900 (Bukti P-7);
ah

lik
8 Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PUU-VII/2009 pada bagian
Pendapat Mahkamah poin 3.16 huruf a dan c, poin 3.18, dan poin 3.20 (Bukti
am

ub
P-8);
9 Fotokopi Artikel “Efek Iklan Rokok Bagi Remaja” sebagaimana dimuat dalam
website http: // infotipsdunia. blogspot. com/ 2010/ 05/ efek - iklan-rokok-bagi-
ep
k

remaja.html (Bukti P-9);


ah

10 Fotokopi artikel “Mulai Tahun 2014 Perusahaan Rokok Dilarang Sebagai


R

si
Sponsorship” sebagaimana dimuat dalam website http://wartaaceh.com/
mulaintahun-2014-perusahaan-rokok-dilarang-sebagai-sponsorship/ (Bukti

ne
ng

P-10);
11 Fotokopi Artikel “NU Tuntut Pasal Tembakau UU Kesehatan ke MK, Benarkah

do
gu

Tembakau Adiktif?” sebagaimana dimuat dalam website http://


inilahkesmas.com/2012/01/22/nu-tuntut-pasal-tembakau-uu-kesehatan-kemk-
In
benarkah-tembakau-adiktif/ (Bukti P-11);
A

12 Fotokopi halaman 120 dan 126 dari buku yang berjudul “Konstruksi Sosial
Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan
ah

lik

Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann” (Prof.
Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si (Bukti P-12);
m

ub

13 Fotokopi Pendapat Akademik oleh Prof. Dr. H. Burhan Bungin, M.Si. atas Pasal
31 huruf b,c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
ka

ep

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau


Bagi Kesehatan yang disusun pada tanggal 6 Mei 2012 (Bukti P-13);
ah

14 Fotokopi isi ketentuan Pasal 1 angka 3, ketentuan Pasal 3 huruf a, b, dan c,


R

es

ketentuan Pasal 4 huruf a, b, dan c, dan ketentuan Pasal 5 huruf a Undang-


M

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Bukti P-14);


ng

on

Halaman 41 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
15 Fotokopi tulisan ilmiah “Pengembangan Teknologi Kretek Sehat Tanpa

R
Kehilangan Cita-rasa” sebagaimana dimuat dalam website http://smartbio. org/

si
research/pengembangan-teknologi-kretek-sehat-tanpa kehilangkan-cita-rasa/

ne
ng
(Bukti P-15);
16 Fotokopi artikel “Bahan Kimia Berbahaya Pada Rokok, Penelitian Terkini”

do
sebagaimana dimuat dalam website http://teknologi.kompasiana.com/
gu internet/2010/01/28/salah-kaprah-bahan-kimiapada-rokok-59537. htm l (Bukti
P-16);

In
A
17 Fotokopi artikel “Kriminalisasi Konsumen Tembakau (Bagian I)” sebagaimana
dimuat dalam website http://portalrokok.blogspot.com/2013/01/
ah

lik
kriminalisasikonsumen-tembakau-bagian-1 25.html (Bukti P-17);
18 Fotokopi Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 195/PMK.07/2011
am

ub
tentang Alokasi Definitif Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun
Anggaran 2011 (Bukti P-18);
19 Fotokopi artikel “Membaca Kretek, Secara Ekopol” sebagaimana dimuat dalam
ep
k

website http://darsonov.blogspot.com/2012/06/membaca-kretek-
ah

secaraekopol.html (Bukti P-19);


R

si
20 Fotokopi artikel “Kretek dan Cita Industrialisasi Indonesia (Bagian II)”
sebagaimana dimuat dalam website http://komunitaskretek.or.id/?p=2111 (Bukti

ne
ng

P-20);
Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut telah

do
gu

disampaikan kepada Termohon pada Tanggal 5 Juni 2013 berdasarkan Surat Panitera
Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung Nomor 49/PER-PSG/VI/49 P/HUM/
In
TH.2013, Tanggal 5 Juni 2013;
A

Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, Termohon tidak


mengajukan jawaban dan tenggang waktu untuk mengajukan jawaban telah terlewati,
ah

lik

sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01
Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
m

ub

PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji materiil
ka

ep

dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;


Menimbang, bahwa yang menjadi obyek permohonan keberatan hak uji
ah

materiil Pemohon adalah Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109
R

es

Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
M

ng

Tembakau Bagi Kesehatan, vide bukti nomor P-1;


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan tentang

R
substansi permohonan yang diajukan Pemohon, maka terlebih dahulu akan

si
dipertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi persyaratan formal, yaitu apakah

ne
ng
Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji
materiil, sehingga pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam

do
permohonan a quo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang
gu Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung dan Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 2 ayat (4) Peraturan

In
A
Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
Menimbang, bahwa objek permohonan keberatan hak uji materiil berupa Pasal
ah

lik
31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
am

ub
merupakan peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, sehingga
Mahkamah Agung berwenang untuk mengujinya;
Menimbang, bahwa Pemohon adalah TENG JUNAIDI GUNAWAN dalam
ep
k

kapasitasnya sebagai pekerjaan Direktur PT. Warna Warni Media, sesuai dengan
ah

Anggaran Dasar PT. Warna Warni Media, oleh karenanya bertindak untuk dan atas
R

si
nama, badan hukum Perseroan Terbatas;
Menimbang, bahwa dalam permohonannya, Pemohon telah mendalilkan bahwa

ne
ng

Pemohon mempunyai kepentingan dengan alasan sebagai berikut: Bahwa Pemohon


adalah badan hukum Perseroan Terbatas yang kegiatan usahanya di bidang periklanan

do
gu

media luar ruang (out of home media advertising), di mana + 50% dari total materi iklan
media luarnya bermaterikan iklan rokok, dengan hubungan sebab akibat bahwa hak
In
Pemohon potensial dirugikan atas berlakunya ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d
A

Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan karena dengan
ah

lik

berlakunya aturan tersebut mengakibatkan seluruh lokasi media luar ruang strategis
yang dipasangi produk rokok tidak bisa digunakan lagi, sehingga Pemohon mengajukan
m

ub

permohonan keberatan hak uji materiil kepada Mahkamah Agung agar Peraturan Pasal
31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
ka

ep

Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan yang
menjadi obyek permohonan a quo dinyatakan bertentangan dengan perundang-undangan
ah

yang lebih tinggi yaitu Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
R

es

Kesehatan., Pasal 5 huruf b, c, dan g, Pasal 6 huruf a, g, dan j, dan Pasal 96 Undang-
M

ng

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;


on

Halaman 43 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa obyek permohonan Hak Uji Materiil a quo merupakan

R
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 UU Nomor 12

si
Tahun 2011 yang kedudukannya berada di bawah undang-undang, sehingga dapat

ne
ng
dijadikan obyek permohonan Hak Uji Materiil, Pemohon merupakan badan hukum
Perseroan Terbatas yang kegiatan usahanya di bidang periklanan media luar ruang (out

do
of home media advertising), di mana + 50% dari total materi iklan media luarnya
gu bermaterikan iklan rokok;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas terbukti

In
A
Pemohon mempunyai kepentingan dan oleh karenanya memiliki legal standing dalam
mengajukan permohonan a quo karena haknya dirugikan atas berlakunya Peraturan
ah

lik
Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
am

ub
Kesehatan yang menjadi obyek permohonan keberatan hak uji materiil, oleh karena itu
secara yuridis Pemohon mempunyai legal standing untuk mengajukan permohonan
keberatan hak uji materiil atas Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor
ep
k

109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
ah

Produk Tembakau Bagi Kesehatan, sehingga memenuhi syarat formal yang ditentukan
R

si
dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 dan Pasal
31 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

ne
ng

Menimbang, bahwa karena permohonan terhadap obyek hak uji materiil


diajukan oleh Pemohon yang mempunyai legal standing maka permohonan a quo

do
gu

secara formal dapat diterima;


Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung mempertimbangkan
In
substansi obyek permohonan keberatan hak uji materiil apakah peraturan Pasal 31 huruf
A

b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan bertentangan
ah

lik

atau tidak dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Pasal 113
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan., Pasal 5 huruf b, c, dan g,
m

ub

Pasal 6 huruf a, g, dan j, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
ka

ep

Menimbang, bahwa dalam permohonannya Pemohon telah mendalilkan hal-hal


sebagai berikut:
ah

• Bahwa Ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109


R

es

Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
M

ng

Produk Tembakau Bagi Kesehatan mengandung cacat legalitas, karena terdapat:


on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
• Cacat Substansi karena:

si
• Ketidaksesuai antara materi muatan dalam Ketentuan
Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah No109

ne
ng
Tahun 2012 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, dimana materi muatannya tidak

do
gu berisi ketentuan yang mengatur tentang tata cara
periklanan khususnya media luar ruang;
• Bertentangan dengan asas-asas pembentukan peraturan

In
A
perundang-undangan yang diatur dalam ketentuan Pasal 5
huruf b, c, dan g, Pasal 6 huruf a, g, dan j, dan Pasal 96
ah

lik
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
am

ub
• Terdapat kekeliruan landasan pemikiran;

• Implementasinya bisa berefek terbalik dari maksud dan


ep
tujuannya (poin 8 Alasan Permohonan).
k

• Cacat wewenang karena berdasar dari peraturan diatasnya yaitu


ah

R
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, baik

si
Termohon maupun yang lembaga pelaksana Undang-Undang

ne
ng

No.36 Tahun 2009 yaitu Kementrian Kesehatan, tidak memiliki


kewenangan untuk mengatur bidang periklanan khususnya media
luar ruang;

do
gu

• Cacat prosedur karena pembuatannya tampa melalui sosialisasi


maupun publikasi dalam proses perancangan peraturan tersebut)
In
A

• Bahwa Penerapan ketentuan Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah


Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
ah

lik

Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan seharusnya juga


memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
m

ub

1999 tentang Perlindungan Konsumen dan pendapat hukum Mahkamah


Konstitusi dalam putusan Nomor: 6/PUU-VII/2009 yang nyatanya saat ini tidak;
ka

• Bahwa rokok kretek sebagai salah satu kearifan lokal budava nasional sehingga
ep

perlu menempatkan ulang dan meminimalisir persangkaan negatif yang tidak


ah

rasional yang beredar di sekitar rokok kretek tersebut sebelum ada bukti yang
R

layak dengan hasil analisa ilmiah secara lokal yang menyeluruh dan dapat
es
M

dipertanggungjawabkan. Hal ini dirasa perlu karena menurut Pemohon kebijakan


ng

on

Halaman 45 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
politik hukum yang mengatur rokok kretek tentunya akan membawa implikasi

R
yang sangat besar bagi pihak-pihak yang mungkin ikut terkait dan agar tidak

si
terjadi kesewenang-wenangan.

ne
ng
Bahwa secara substansial objek Hak Uji Materiil tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, karena objek Hak Uji Materiil

do
menderivasi substansi peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi “bahwa zat
gu adiktif tembakau perlu dikendalikan demi perlindungan terhadap kesehatan
masyarakat”. Sehubungan dengan periklanan, secara proporsional dikendalikan dengan

In
A
tetap memberi ruang gerak batasan-batasan iklan luar ruangan sebagaimana diatur dalam
Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 (objek Hak Uji Materiil);
ah

lik
Bahwa alasan-alasan Permohonan Hak Uji Materiil tidak berdasar Hukum;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut terbukti
am

ub
bahwa Pasal 31 huruf b, c, dan d Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Pasal 113
ep
k

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan., Pasal 5 huruf b, c, dan g,


ah

Pasal 6 huruf a, g, dan j, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
R

si
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan [vide Bukti P.5., P.4], karenanya
permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon harus ditolak, dan selanjutnya

ne
ng

sebagai pihak yang kalah Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

do
gu

tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang


Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
In
2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Peraturan
A

Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan
perundang-undangan lain yang terkait;
ah

lik

MENGADILI,
Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon: TENG
m

ub

JUNAIDI GUNAWAN tersebut;


ka

Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp


ep

1.000.000,00 (satu juta Rupiah);


Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada
ah

hari Selasa, tanggal 27 Agustus 2013, oleh H. Yulius, S.H., M.H., Hakim Agung yang
es

ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. Irfan Fachruddin,
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
S.H., C.N., dan Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota

R
Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua

si
Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Elly Tri

ne
ng
Pangestuti, S.H., M.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

do
gu Anggota Majelis: Ketua Majelis,

ttd./ ttd./

In
A
Dr. Irfan Fachruddin, S.H., C.N. H. Yulius, S.H., M.H.
ttd./
ah

Dr.H.Supandi, SH.,M.Hum.

lik
Biaya-biaya : Panitera Pengganti,

1. M e t e r a i Rp 6.000,- ttd./
am

ub
2. R e d a k s i Rp 5.000,- Elly Tri Pangestuti, SH.,MH.
3. Administrasi Rp 989.000,-
Jumlah Rp1.000.000,-
ep
k
ah

Untuk Salinan
R

si
MAHKAMAH AGUNG R.I.
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,

ne
ng

do
ASHADI, S.H.
gu

NIP. 220000754
In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Halaman 47 dari 48 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Anda mungkin juga menyukai