Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH ILMU ALAMIAH DASAR

TEORI EVOLUSI DARWIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh :

Ahmad Khusaeni

Ahmad Rosdian

Dede Kurniasih

Lisya Fajriyah

Siti Sundusiah

Siti Syifa Filzanah

Fakultas Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang

2017-2018

1
KATA PENGANTAR

Asal – usul makhluk hidup di dunia ini melahirkan banyak pertanyaan –


pertanyaan dan gagasan – gagasan yang mencetuskan beberapa pandangan.
Tentang bagaimana manusia tercipta, bagaimana suatu makhluk bisa berevolusi,
dan bagaimana proses evolusi itu terjadi.

Hal ini seperti yang digagaskan oleh seorang tokoh yang mencetuskan
Teori Evolusi tentang manusia yaitu Charles Darwin dan gagasannya tersebut
melahirkan sebuah buku yang berjudul “On The Origin Of Species” dalam
beberapan edisi. Oleh karena ini, menjadi suatu bahan bagi tokoh – tokoh yang
literalis bahkah modernis untuk memacu mereka membuktikan bahwa
membenarkan tentang teori evolusi tersebut. Gagasan ini menjadi satu bahan
primer para tokoh – tokoh sains untuk meneliti sejauh mana pembenaran itu
seharusnya terjadi.
Padahal dasarnya dalam Islam pun telah diterangkan tentang bagaimana
makhluk dan alam semesta tercipta dan bagaimana pada khususnya manusia
diciptakan secara ilmiah atau secara teoritis.

Ttd,

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan masalah.........................................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................4

A. Pengertian Teori Evolusi dan Penciptaan Alam Semesta........................................4

B. Pandangan Darwin Tentang Asal – Usul Makhluk Hidup dan Mekanisme


Alam........................................................................................................................................6

C. Pandangan Tokoh Islam Terhadap Teori Evolusi Darwin.........................................7

D. Pandangan penciptaan makhluk hidup dalam ilmu kedokteran(biologi) dan


agama(al-quran)..................................................................................................................10

BAB III PENUTUP...................................................................................................................14

KESIMPULAN......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Charles Darwin mendasarkan teorinya pada beberapa pengamatan yang


dilakukannya sebagai seorang ilmuwan alam muda di atas kapal H.M.S Beagle,
yang berlayar pada akhir 1831 dalam perjalanan resmi lima tahun keliling dunia.
Darwin muda sangat terpengaruh oleh keanekaragaman jenis [binatang] yang
dia amati, terutama berbagai burung finch di kepulauan Galapagos. Perbedaan
pada paruh burung-burung ini, menurut Darwin adalah sebagai hasil dari
penyesuaian diri terhadap lingkungan mereka yang berbeda.
Setelah pelayaran ini, Darwin mulai mengunjungi pasar-pasar hewan di
Inggris. Dia mengamati bahwa pemulia sapi menghasilkan suatu keturunan sapi
baru dengan mengawinkan sapi-sapi yang berbeda sifat. Pengalaman ini,
bersama dengan keanekaragaman jenis burung finch yang diamatinya di
kepulauan Galapagos, memberi andil dalam perumusan teorinya. Di tahun 1859,
ia menerbitkan pandangannya dalam bukunya The Origin of Species (Asal mula
Spesies). Dalam buku ini dia merumuskan bahwa semua spesies berasal dari
satu nenek moyang, berevolusi dari satu jenis ke jenis yang lain sejalan dengan
waktu melalui perubahan-perubahan kecil.
Yang membuat Teori Drarwin berbeda dari Lamarck adalah
penekanannya pada “seleksi alam”. Darwin berteori bahwa terjadi persaingan
untuk kelangsungan hidup di alam, dan bahwa seleksi alam adalah bertahannya
spesies terkuat, yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Darwin
mengambil alur berpikir sebagai berikut:
Di dalam satu spesies tertentu, terdapat keragaman alamiah dan karena
kebetulan. Sebagai contoh beberapa sapi lebih besar daripada yang lain,
sementara beberapa memiliki warna lebih gelap. Seleksi alam memilih sifat-sifat
menguntungkan. Jadi, proses seleksi alam menyebabkan peningkatan gen-gen

4
yang menguntungkan dalam satu populasi, yang menjadikan sifat-sifat populasi
itu lebih sesuai untuk lingkungan di sekitarnya. Seiring dengan waktu perubahan-
perubahan ini mungkin cukup berarti untuk menyebabkan munculnya spesies
baru.
Sebagai kalangan agamawan mengaggap kreasionisme sesuai dengan ajaran
agama. Karena hal tersebut sudah tersirat atau dinashkan dalam kitab suci
agama samawi. Seperti halnya Harun Yahya yang merupakan pioner
kreasionisme islam yang tampil didepan dalam mengkampayekan kreasionisme
dari presfektif islam. Harun Yahya dan penganut kereasionisme islam mencoba
menukil dalil Al-Quraan sebagai sebuah pijakan untuk menolak teori evolusi.
Seperti surat At Tin 4 dan Al-Baqarah 30:.
Kesahihan teori evolusi hingga sampai saat ini masih menjadi sebuah
pembahasan yang belum menemukan sebuah konklusi. Berbagai klaimpun
terjadi diantara kubu yang menganggap bahwa pendapat masing-masing yang
paling benar. Terutama dari kalangan evolusionis (pendukung) ataupun
kreasionisme (penentang) dua arus yang mendominasi terkait asal usul makhluk
hidup.
Akan tetapi ditengah gencarnya kreasionisme islam sebagai bentuk
respon penolakan terhadap teori evolusi. Ternyata tokoh-tokoh atau intelektual
islam tidak semuanya sependapat dengan gagasan kreasionisme islam. Dari
sekian tokoh-tokoh islam yang dijadikan sebagai panutan, ada beberapa yang
tak sependapat dengan gagasan kreasionisme yang diusung sebagai tokoh
islam. Sebagai dari mereka mengambil jalan moderat dan bahkan ada yang
mendukung teori evolusi.
Oleh sebab itu, penelitian mengenai teori evolusi Darwin dalam presfektif
tokohtokoh islam ini berusaha memberikan sebuah referensi bagi masyarakat
umum maupun masyarakat akademis. Semoga dengan hadirnya penelitian ini
ditengah mereka dapat dijadikan sebagai pedoman dan rujukan untuk mengkaji
teori evolusi dari berbagai tokoh tokoh islam.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian teori evolusi dan semesta alam?
2. Seperti apakah pandangan darwin tentang mekanisme melalui seleksi alam?

5
3. Bagaimanakah pandangan tokoh islam terhadap teori darwin?
4. Bagaimana pandangan penciptaan makhluk hidup dalam ilmu
kedokteran(biologi) dan agama(al-quran) ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Teori Evolusi dan Semesta alam.
2. Mengetahui pandangan darwin tentang asal – usul makhluk hidup dan
mekanisme mealalui seleksi alam.
3. Mengetahui pandangan tokoh islam terhadap teori darwin.
4. Mengetahui pandangan penciptaan makhluk hidup dalam ilmu
kedokteran(biologi) dan agama(al-quran).

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Evolusi dan Penciptaan Alam Semesta
1. Pengertian Teori Evolusi

Ada beberapa gagasan dan pendapat bagi sebagian dari mereka yang
tidak mempercayai adanya Tuhan yaitu Allah Sang Maha Pencipta atas segala
alam semesta yang ada semesta alam ini. Mereka adalah yang mempercayai
adanya sebuah gagasan yaitu “Teori Evolusi”. Bagi mereka yang menggagaskan
teori evolusi tersebut yaitu disebut sebagai Evolusionis.

Meskipun berakar dari Yunani kuno, teori evolusi pertama kali menjadi
perhatian dunia ilmiah pada abad ke-19. Pandangan tentang evolusi yang
paling luas dikaji dikemukakan oleh ahli biologi Perancis Jean Baptiste
Lamarck, dalam Zoological Philosophy (Filsafat Ilmu Hewan)–nya (1809).
Lamarck berpendapat bahwa semua makhluk hidup dilengkapi dengan
kemampuan mendasar yang menyetir mereka untuk berevolusi (berubah)
menjadi lebih kompleks. Dia juga berpendapat bahwa suatu organisme bisa
menurunkan sifat-sifat yang diperoleh selama masa hidupnya kepada
keturunannya. Sebagai contoh dari jalan pemikiran ini, Lamarck berpendapat
bahwa leher panjang jerapah berkembang ketika nenek moyang yang berleher
pendek memutuskan untuk meraih daun-daun pepohonan dari pada
rerumputan .
Model evolusi Lamarck ini tersanggah oleh penemuan hukum penurunan
sifat. Pada pertengahan abad ke-20, penemuan struktur DNA mengungkap
bahwa inti dari sel makhluk hidup memiliki informasi genetik yang istimewa, dan
bahwa informasi genetik ini tidak dapat dirubah oleh “sifat dapatan”. Dengan
kata lain, selama hidupnya, meskipun jerapah berhasil menjadikan lehernya
beberapa sentimeter lebih panjang dengan menjulurkan lehernya ke dahan
yang lebih tinggi, sifat ini tidak akan diturunkan ke anak-anaknya. Singkatnya,
pandangan Lamarck secara sederhana telah tersanggah oleh temuan ilmiah,

7
dan tenggelam dalam sejarah sebagai sebuah anggapan
cacat. CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057
2. Penciptaan Alam Semesta

Penciptaan seisi jagad raya di dunia ini telah dibuktikan sebagaimana


telah dijelaskan dalam firman Allah :

“Dia yang telah menciptakan tujuh langit berlapis – lapis, kamu sekali –
kali tidak melihat pada pada ciptaan Tuhanmu Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang – ulang, adakah sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian pandanganlah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu
pun dalam keadaan payah” (Q.S Al-Mulk 67, hal. 1-4). CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057

Contoh dalam teori sains terhadap penciptaan alam semesta yaitu :

a. Teori dentuman besar (Bigbang) dan ajarannya

Tentang pandangan para filosofi materialis yang menyangkal tentang


adanya Sang Pencipta dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah
kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah – ubah. Namun pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern pada
awal abad ke-20, konsep – konsep primitif ini dihancurkan dari konsep model
alam yang statis dan secara kebetulan.

Teori dentuman besar ini bermula dari pemuaian alam semesta secara
tidak langsung yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik
tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa “satu titik tunggal” yang
mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki “volume nol” dan
“kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal
yang memiliki volume no tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal
terbentuknya alam semesta ini dinamakan Dentuman Besar ( Big Bang), dan

CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057


[ CITATION Har02 \p 8 \l 1057 ]
CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057
[ CITATION AlQ67 \l 1057 ]

8
teori ini dinamai mengikuti nama ledakan tersebut. CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057
[ CITATION Men021 \l 1057 ]

b. Pemuaian Semesta Alam

Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang


astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan penting
dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang – bintang bergeser
keujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat jelas
jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Berdasarkan hukum – hukum fisika yang diakui, spektrum sinar
cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu,
sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan
cenderung merah. Pegamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang
– bintang cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang – bintang
tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita. CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057

B. Pandangan Darwin Tentang Asal – Usul Makhluk Hidup dan Mekanisme


Alam
Menurut Darwin, dari kesemua individu yang benar-benar bertahan hidup,
yakni individu-individu teradaptasi paling baik, seandainya terjadi perubahan
kearah yang menguntungkan, cendrung akan memperbanyak jenisnya dalam
jumlah lebih besar dibandingkan individu-individu yang kurang teradaptasi.
Pendorong evolusi menuju organisme yang kompleks adalah
ketidakseimbangan, entah kelebihan, entah kekurangan dalam pertukaran zat
[ CITATION Dah11 \p 59 \l 1057 ].
Bahkan ketika Darwin berargumen dan menggagas pendapatnya bahwa
manusia tercipta dan berevolusi dari nenek moyang yang sama dari bentuk satu
ke bentuk lainnya. Hingga terjadi evolusi suatu bentuk dan rupa tubuh makhluk
tersebut.
Darwin meletakkan dasar pemikirannya tentang seleksi alam dalam dapat
menopang terjadinya sebuah evolusi tergantung pada :
CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057
[ CITATION Men02 \p 202 \l 1057 ]
CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057
[ CITATION Har021 \p 201 \l 1057 ]

9
a. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karateristik
yang muncul dalam penampakan fenotip organisasi tersebut.
b. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies
relatif tetap. Hal ini terjadi karena banyak individu yang tersingkir oleh
predator, perubahan iklim dan proses persaingan.
c. Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan) merupakan
suatu usaha individu organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan
variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum di alam, akan
tersingkir. Adapun individu-individu dengan variasi yang menguntungkan
dapat melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak diri dengan
berproduksi.
d. The survival of fittest, ketahanan didapat dari organisme yang memiliki
kualitas paling sesuai dengan lingkungan. Individu-individu yang dapat
hidup akan mewariskan variasi-variasi tersebut kepada generasi
berikutnya
e. Instinct, yaitu suatu naluri yang dimiliki setiap spesies, dan naluri
tersebut akan tumbuh baik dalam hal naluri domestik, naluri, naluri
bertahan hidup, ataupun naluri yang datang dari suatu kebiasaan hidup.
f. Hybridism, suatu kelahiran yang terjadi dari dua spesies yang berbeda
dan akan menghasilkan suatu kelahiran dari spesies – spesies yang
CITATION Har021 \p 201 \l 1057
baru.

C. Pandangan Tokoh Islam Terhadap Teori Evolusi Darwin


1. Peta Pemikiran Tokoh-Tokoh Islam Terhadap Teori Evolusi Darwin
Beragam respon yang bermunculan ditengah-tengah masyarakat islam
dalam menyikapi teori evolusi. Respon yang terjadi dikalangan umat islam sendiri
juga dipengaharui oleh basis pengetahuan yang didapatkan.
Bahkan Harun Yahya seorang tokoh filsuf Islam termasuk kedalam
kelompok literalis tentang asal – usul nenek moyang manusia berasal dari kera.
Seperti dalam bukunya yang berjudul “Mari Menyelidiki Kekeliruan Teori Evolusi”
terdapat bukti – bukti bahwa manusia bukan berasal dari kera yaitu “

CITATION Har021 \p 201 \l 1057


[ CITATION Cha721 \p 20-412 \l 1057 ]

10
a. Para ilmuwan menemukan fosil yang konon katanya hidup dahulu kala.
Dikatakan oleh para evolusionis bahwa fosil – fosil tersebut hidup dan
dinyatakan belum terbentuk manusi. Jika mengikuti mereka seharusnya
hanya ada kera nenek moyang.
b. Para ilmuwan menemukan bekas gubuk batu yang ketika dihitung mundur
gubuk tersebut berumur 1,5 juta tahun yang artinya manusia yang hidup
adalah manusia beradab.
c. Salah satu fosil yang ditemukan hingga kini yaitu fosil Anak Toscana milik
anak 12 tahun yang berumur 1,6 juta tahun dan apabila jika ia dewasa
nanti dia akan tumbuh setinggi 1,8 meter. Hal itu mengugurkan
kepercayaan bahwa manusia berasal dari kera.
d. Manusia adalah satu – satunya makhluk hidup yang daoat berjalan
dengan dua kakinya. Sebagaimana dinyatakan bahwa teori evolusi sejak
dahulu kala tentang kera jutaan tahun yang lalu berjalan dengan empat
kaki.
Diantara tanggapan yang muncul ditengah masyarakat islam saat ini
dalam menyikapi teori evolusi, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan.
Menurut Abdul Majid dalam artikelnya yang berjudul “The Muslim Respons to
Evolution” Darwin mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok.
a. kelompok “literalis” yang melihat evolusi sepenuhnya bertentangan dan
tidak sejalan dengan ajaran islam;
b. kaum “modernis” yang menyerukan penerimaan total terhadap evolusi;
c. kelompok “moderat” yang melihat sebagai tidak keseluruhan aspek teori
bisa diterima oleh islam[ CITATION Gue11 \p 518 \l 1057 ]
2. Pemikiran Tokoh-Tokoh Islam Tentang Teori Evolusi Darwin Menurut Al-
Quran
a. Argumentasi Pendukung Teori Evolusi
Para penganut evolusi meyakini bahwa mekanisme penciptaan makhluk
hidup tidak diciptakan secara serentak dalam satu waktu oleh Allah. Akan tetapi
mereka meyakini bahwa Allah selaku pemegang otoritatas tertinggi dalam
menciptakan makhluk hidup mengunakan mekanisme penciptaan secara
gradual. Walaupun dengan segala daya yang dimiliki-Nya tidak menutup

11
kemungkinan Darwin mampu menciptakan dalam waktu sekejap. Seperti yang
sering kita simak dari cendekiawan islam dalam mendasari argumennya tentang
evolusi alam semesta.
b. Argumentasi Penentang Teori Evolusi
Respon penolakan teori evolusi dikalangan umat islam telah hadir sejak
tahun 1876 bersamaan dengan kehadiraan Napoleon yang membawa
modernitas barat. Namun penolakan terhadap teori evolusi mulai gencar
dikampayekan pada beberapa dasawarsa ini. Pertama kali penolakan terhada
teori evolusi dikumandangkan oleh Jamaludin Al-Afghani melalui karyanya
Refutation Of The Materialists (1881). Didalam bukunya tersebut Al-Afghani
mengkritik pandangan Darwin maupun para Darwinisme tentang teori evolusi. Al-
Afghani menyatakan, sudah tulikah Darwin sehingga tidak mendengar fakta
bahwa orang arab dan yahudi beberapa ratus tahun lamanya telah
mempraktekkan khitan, dan sampai sekarang tak seorang pun dari mereka yang
terlahir dalam keadaan sudah dikhitan[ CITATION Gue111 \p 514-515 \l 1057 ]
Berbeda dengan dua arus respon tokoh-tokoh islam terhadap evolusi
seperti Darwintas. Kelompok ini cendrung lebih moderat dalam menyikapi teori
evolusi. Seperti tanggapan Muhammad Abduh dalam menyikapi polemik dari
evolusi. Menurut beliau seandainya teori Darwin tentang proses penciptaan
manusia dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, maka tidak ada alasan
dari Al-Quran untuk menolaknya. Al-Quran hanya menguraikan proses pertama,
pertengahan, dan akhir. Apa yang terjadi antara proses pertama dan
pertengahan, serta antara pertengahan dan akhir, tidak dijelaskannya (Sihab,
2007: 370).
3. Implikasi Teori Darwin dari Segi Pandangan Manusia

Implikasi teori darwin dari segi pandangan manusia bisa ditinjau dari segi
berikut seperti :

Pertama, ketika ditinjau dari wilayah Ilmu Pengetahuan. Sejauh mana


implikasi teori evolusi Darwin dalam mempengaharui dunia sains. Bagi saintis
teori evolusi Darwin mempunyai andil yang cukup besar dalam mempengaharui
dunia sains modern saat ini. Terutama dalam menjadi pemacu bagi saintis dari

12
cabang ilmu biologi dalam menguak fenomena alam yang belum mampu
diangkat oleh mereka. Menurut Pervez Hoodbhoy sebagaimana yang dikutip oleh
Mohamad Solikin (2008:32), mengkategorikan umat Islam dalam tiga kelompok
yaitu restorasionis, rekonstruksionis, dan pragmatis. Pertama dari itu dimulai dari
kelompok penolak (restorasionis)
Kedua, pengaruh terhadap kemaslahatan sosial (sosial-politik). Seperti
dalam buku karangan Charles Darwin tentang “The Origin of Spesies” pada
masyarakat tahun 1859 begitu terasa sekali dampaknya. Hal ini dapat
berdampak untuk memberikan inspirasi dalam melahirkan paham atau isme-
isme dari barat (marxisme, sosialisme marxis, komunisme leninisme).
D. Pandangan penciptaan makhluk hidup dalam ilmu kedokteran(biologi) dan
agama(al-quran)

Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan


yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia
pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min
shal(tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang
dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-
Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr
(15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Allah
SWT berfirman :
“Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuati
yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik” (QS : Al-Mu’minun (23:14)
 Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya
adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di
dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani
(nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam
rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah)
dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S,

13
Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia
mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40
hari mudghah. Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam
banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian
kecilnya.
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si
laki-laki pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap
siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu
sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar
keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam
saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur
hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya
sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia


hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37)

1. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya


segumpal darah yang disebut ‘alaqah.

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk
sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal

14
daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan
mikroskop.

Zigot tersebut tidak melewatkan manusia begitu saja. Tapi tentunya


terjadi suatu perubahan setelah terjadi zigot. Zigot ini adalah dzat yang ketika
berindung pada rahim seorang wanita akan mengalami perkembangan. Zigot ini
bahkan akan melekat pada dinding rahim sampai perkembangan mendekati
sempurna dan menjadi ‘alaqoh yang kita biasa sebut dengan segumpal darah
atau segumpal daging menuju makhluk yang utuh. Arti kata “alaq” dalam bahasa
Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara
harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh
untuk menghisap darah.

2. Pembungkusan Tulang oleh Otot


Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)

Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an
adalah benar kata demi katanya.[6]
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat
tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-

15
sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan
membungkus tulang-tulang ini.

3. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani
disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern,
juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah
Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan
manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang
hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8)

16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Mengenai pemahaman tentang teori evolusi dan seorang evolisionis yang
dinyatakan bahwa seorang evolusionis adalah seorang yang tidak mempercayai
adanya Tuhan. Karena mereka menganalisa dengan bukti suatu penciptaan
terjadi karena suatu evolusi termasuk pada evolusi terhadap penciptaan alam
semesta.

Pemahaman dan gagasan yang digagas oleh Charles Darwin bahwa


manusia bukanlah berasal dari kera ditentang oleh beberapa tokoh Islam. Salah
satunya adalah Harun Yahya yang menggagas bahwa bukti – bukti nyata seperti
ditemukannya fosil anak Toscana yang berumur 1,6 jutann tahun, sejak jutaan
tahun dahulu kera berjalan dengan 4 kaki dan manusia berjalan dengan 2 kaki,
ditemukannya gubung batu yang membuktikan bahwa dahulu manusia adalah
makhluk beradab.

Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi


dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi
Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku
(‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

DAFTAR PUSTAKA

17
(67). Al Qur'anul Karim. Dalam Al-Mulk (hal. 1-4).

Al-Qur'anul Karim. In QS. AL-Qiyamah (pp. 36-37).

(2011). In Dahler.

(1872). On The Origin Of Species 6th Edition. Dalam C. Darwin, On The Origin Of Species
6th Edition (hal. 20-416). Feedbooks.

(1872). On The Origin Of Species 6th Edition. In C. Darwin, On The Origin Of Species 6th
Edition (pp. 20-416). Feedbooks.

(2011). In Guessoum, The Muslim Respon To Evolution (p. 518).

(2011). In Guessoum, The Muslim Respon To Evolution (pp. 514-515).

(2012). In d. Henuhili.

(Mei 2002). In Menyingkap Rahasia Alam Semesta (p. 201). Bandung: Dzikra.

QS. AL-Qiyamah.

QS. AL-Qiyamah. In Al-Quranul Karim (pp. 36-37).

(Mei 2002). In H. Yahya, Menyingkap Rahasia Semesta Alam (p. 201). Bandung: Dzikra.

(Mei 2002). In H. Yahya, Menyingkap Rahasia Alam Semesta (p. 201). Bandung, Jawa
Barat: Dzikra.

Yahya, H. (November 2002). Menyanggah Darwinisme . In H. Yahya, Menyanggah


Darwinisme Bagaimana Teori Evolusi Runtuh Dibawah Ilmu Pengetahuan Modern.

18

Anda mungkin juga menyukai