Anda di halaman 1dari 2

Tak terasa hari mulai senja,jam perkuliahan hari ini terasa sangat panjang.

Tidak seperti hari-hari


sebelumnya,biasanya sudah berdiam diri bersantai di rumah,tetapi berbeda dengan hari ini. Saat ini, aku
dan teman sekelas masih berada di kelas karena masih ada perkuliahan terakhir. Suasananya kala ini
tidak kondusif,tidak mendukung untuk belajar. Cuacanya pun sejak siang hari sudah diguyur hujan.
Perasaaanku berkata,kalau hujan akan turun sebentar lagi.

Jam pulang tiba,aku berlari dari gedung fakultasku yang katanya merupakan fakultas dengan
gedung “terbagus” di kampusku menuju ke gerbang utama. Jalannya cukup jauh dan benar saja
dugaanku yang tadi,bahwa hujan turun lagi. Dengan cepat kuambil payung dari dalam tas,aku berusaha
agar badan dan tasku tidak terkena air hujan. Aku berlari menuju terminal bus. Ya,memang setiap hari
naik bus maka dari itu aku berusaha agar jangan sampai tertinggal bus. Kulihat jam tanganku agar tahu
sekarang jam berapa,karena jam operasional bus sendiri hingga pukul 18.00.

Di terminal,tidak terlalu hanya ada tukang jualan dan para supir angkutan umum.
Kebanyakannya adalah orang yang tidak dikenal. Diriku sendiri termasuk orang yang penakut dan agak
“trauma” jika sedang seorang diri disuatu tempat. Apalagi sekarang sedang hujan deras. Diriku berdoa
dalam hati agar tidak terjadi sesuatu hal yang aneh yang tidak diinginkan dan cepat dapat bus agar bisa
pulang kerumah.

Rasa takut adalah kelemahanku. Aku memutuskan akan menunggu di pinggir jalan saja yang
kupikir disana agak ramai. Kulihat sekelilingku ternyata taka da satu pun orang. Tak ada satu pun
orang,hanya aku seorang diri sedang menunggu hujan seorang diri hanya ditemani pelindung badanku
sejak tadi yaitu payung. Yang ada,hanya orang-orang yang melewati jalan raya dengan kendaraan
pribadinya.

Tak terasa,kaki mulai pegal. Tidak ada bangku untuk duduk,tidak ada tempat untuk bersandar.
Jelas saja,jika dipinggir jalan kan tidak mungkin ada. Dibelakangku,hanya ada toko-toko yang sudah
tutup sejak sore tadi. Orang-orang yang melewat pun sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku
makin merasa kalau diriku saat itu benar-benar seorang diri dan dianggap tidak ada oleh orang-orang
disekelilingku.

Diriku pribadi mempunyai kelemahan yang lain. Yaitu,tidak kuat jika berdiri dalam waktu yang
cukup lama. Jika lama-kelamaan berdiri akan terasa pusing dan penglihatan buram. Dan juga kaki yang
serasa tidak menginjak tanah. Setengah jam sudah diri ini berdiri disini seorang diri hanya ditemani oleh
rintikan air hujan yang cukup deras.

Hal yang paling aku benci didunia ini adalah menunggu. Entah apa alasannya,entah karena
terlalu sering atau hasilnya sering dikecewakan. Tetapi,saat ini itulah yang aku lakukan. Seorang
diri,berdiam diri,merenung dan hanya bisa berharap dengan memegang suatu benda yang bisa menjadi
penolong saat ini,yaitu payung kesayanganku. Untuk menunggu bus yang lewat yang akan
mengantarkan pulang ke rumah.
Aku terdiam merenung dan mulai membayangkan akan datang seseorang yang akan
mengantarkanku pulang ke rumah. Tidak peduli dia siapa,tidak peduli jenis kelaminnya,tidak peduli
status sosialnya,tak peduli usianya yang penting dia adalah orang yang baik. Dalam lamunan,aku terus
meminta dan memohon. Cukup lama dan akhirnya aku tersadar dari lamunanku. Tak lama kemudianku
teleponku berbunyi.

Ternyata itu adalah telepon dari seorang teman dekatku,dia menanyakan keberadaanku. Aku
tersenyum bahagia dan berterimakasih kepada Tuhan telah mendengarkan do’aku dan
mengabulkannya. Aku memberitahu keberadaaanku,ternyata dia bisa dan bersedia mengantarkan
pulang ke rumah. Tak butuh waktu lama untuk menunggu dia,sudah terlihat sosoknya dari kejauhan.
Dengan baju dan rambut yang cukup basah,aku masuk ke dalam mobil kesayangannya dan diantarkan
sampai ke rumah.

Anda mungkin juga menyukai