Anda di halaman 1dari 1

Gaya Bicara Ahok Dikaitkan dengan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan

Bahasa Indonesia dikenal secara luas saat Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, yang
dijadikan sebagai bahasa persatuan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia,rasa kesatuan dan
persatuan bangsa akan terjadi. Adanya berbagai suku yang mempunyai latar belakang budaya dan
bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu
tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang
bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di atas kepentingan daerah dan golongan.

Fungsi Bahasa Indonesia ada 2 yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Dikaitkan
dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara itu salahsatunya adalah sebagai bahasa resmi
kenegaraan. Dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam teks proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.

Dilihat dari fungsi tersebut, pemerintah juga sebagai pelaksana kegiatan kenegaraan seharusnya
dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Begitu juga dengan Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan Ahok. Mendengar namanya itu, pasti kita semua
tahu dengan gaya bicaranya yang dianggap orang tidak sepantasnya. Memang beliau terkenal dengan
gaya bicaranya yang blak-blakan atau ceplas ceplos.

Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan Ahok, gaya berbicara dan tutur
perkataannya itu dirasa kurang pantas diucapkan oleh seorang pemerintah. Apalagi,sebagai seorang
pemerintah itu tindakan dan perkataan apapun yang dilakukannya akan menjadi sorotan publik. Sebagai
pemerintah, seharusnya harus lebih baik lagi dalam bertutur kata maupun dalam bertindak. Bukan
hanya karena pencitraan didepan media saja, tetapi dalam kesehariannya ataupun ketika sedang
diwawancara juga harus sudah dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi intonasinya dan
penyampaiannya juga harus sesuai etika jangan seperti orang yang tidak berpendidikan. Dilihat dari
beberapa wawancara di stasiun TV, saya melihat dan memperhatikan banyak kata-kata dalam
berbicaranya itu yang kurang pantas. Memang, dari kata-katanya itu mungkin ada yang benar tetapi
seharusnya jika menjadi seorang pemimpin itu harus lebih dijaga lagi etikanya. Jangan
menganggap/memperlakukan orang yang yang jabatannya rendah dari kita itu dengan seenaknya, tetap
sebagai manusia itu harus saling menghargai dan menghormati. Jika mereka melakukan kesalahan, bisa
ditegur dengan cara baik-baik tidak dengan dibentak-bentak atau dengan tindakan kasar apalagi jika
sedang live wawancara disalahsatu stasiun TV. Karena masyarakat seluruh Indonesia kan menonton dan
pasti akan menilai apakah layak seorang gubernur berkata seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai