Anda di halaman 1dari 2

Ratu Aldamia R

1601817

Kimia C 2016

Menunggu
Tak terasa hari mulai senja, jam perkuliahan hari ini terasa sangat panjang. Tidak seperti
hari-hari sebelumnya, biasanya sudah berdiam diri bersantai di rumah,tetapi berbeda dengan hari
ini. Saat ini, aku dan teman sekelas masih berada di kelas karena masih ada perkuliahan terakhir.
Suasananya kala ini tidak kondusif, tidak mendukung untuk belajar. Cuacanya pun sejak siang
hari sudah diguyur hujan. Perasaaanku berkata, kalau hujan akan turun sebentar lagi.

Jam pulang tiba, aku berlari dari gedung fakultasku yang katanya merupakan fakultas
dengan gedung “terbagus” di kampusku menuju ke gerbang utama. Jalannya cukup jauh dan
benar saja dugaanku yang tadi, bahwa hujan turun lagi. Dengan cepat kuambil payung dari dalam
tas,aku berusaha agar badan dan tasku tidak terkena air hujan. Aku berlari menuju terminal bus.
Ya, memang setiap hari naik bus maka dari itu aku berusaha agar jangan sampai tertinggal bus.
Kulihat jam tanganku agar tahu sekarang jam berapa, karena jam operasional bus sendiri hingga
pukul 18.00.

Di terminal tidak terlalu banyak orang,hanya ada tukang jualan dan para supir angkutan
umum. Kebanyakannya adalah orang yang tidak dikenal. Diriku sendiri termasuk orang yang
penakut dan agak “trauma” jika sedang seorang diri disuatu tempat. Apalagi sekarang sedang
hujan deras. Diriku berdoa dalam hati agar tidak terjadi sesuatu hal yang aneh yang tidak
diinginkan dan cepat dapat bus agar bisa pulang kerumah.
Saat ini aku merasa kedinginan, hanya angin yang kencang yang bisa menemani jiwa
yang sepi ini, yang sudah terlalu lama sendiri, menunggu dan menunggu. Apalagi hari ini aku
sedang memakai dress selutut dan sepatu cats. untung saja tadi membawa jaket,maka kupakai
jaket itu agar tidak kedinginan lagi. Tetapi ternyata tetap saja, hujan yang semakin deras
membuat baju yang kukenakan cukup basah kuyup. Sedangkan diriku masih berdiam diri di
pinggir jalan dengan rasa takut dan kesal karena terlalu lama menunggu.

Rasa takut adalah kelemahanku. Aku memutuskan akan menunggu di pinggir jalan saja
yang kupikir disana agak ramai. Kulihat sekelilingku ternyata tak ada satu pun orang. Tak ada
satu pun orang,hanya aku seorang diri sedang menunggu hujan seorang diri hanya ditemani
pelindung badanku sejak tadi yaitu payung. Yang ada, hanya orang-orang yang melewati jalan
raya dengan kendaraan pribadinya.

Tak terasa, kaki mulai pegal. Tidak ada bangku untuk duduk,tidak ada tempat untuk
bersandar. Jelas saja, jika dipinggir jalan kan tidak mungkin ada. Dibelakangku, hanya ada toko-
toko yang sudah tutup sejak sore tadi. Orang-orang yang melewat pun sibuk dengan urusannya
masing-masing. Aku makin merasa kalau diriku saat itu benar-benar seorang diri dan dianggap
tidak ada oleh orang-orang disekelilingku.

Diriku pribadi mempunyai kelemahan yang lain. Yaitu, tidak kuat jika berdiri dalam
waktu yang cukup lama. Jika lama-kelamaan berdiri akan terasa pusing dan penglihatan buram.
Dan juga kaki yang serasa tidak menginjak tanah. Setengah jam sudah diri ini berdiri disini
seorang diri hanya ditemani oleh rintikan air hujan yang cukup deras.

Hal yang paling aku benci didunia ini adalah menunggu. Entah apa alasannya,entah
karena terlalu sering atau hasilnya sering dikecewakan. Tetapi, saat ini itulah yang aku lakukan.
Seorang diri, berdiam diri, merenung dan hanya bisa berharap dengan memegang suatu benda
yang bisa menjadi penolong saat ini, yaitu payung kesayanganku. Untuk menunggu bus yang
lewat yang akan mengantarkan pulang ke rumah.

Aku terdiam merenung dan mulai membayangkan akan datang seseorang yang akan
mengantarkanku pulang ke rumah. Tidak peduli dia siapa, tidak peduli jenis kelaminnya, tidak
peduli status sosialnya, tak peduli usianya yang penting dia adalah orang yang baik. Dalam
lamunan, aku terus meminta dan memohon. Cukup lama dan akhirnya aku tersadar dari
lamunanku. Tak lama kemudianku teleponku berbunyi.

Ternyata itu adalah telepon dari seorang teman dekatku, dia menanyakan keberadaanku.
Aku tersenyum bahagia dan berterimakasih kepada Tuhan telah mendengarkan do’aku dan
mengabulkannya. Aku memberitahu keberadaaanku, ternyata dia bisa dan bersedia
mengantarkan pulang ke rumah. Tak butuh waktu lama untuk menunggu dia, sudah terlihat
sosoknya menggunakan mobil kesayangannya dari kejauhan. Dengan baju dan rambut yang
cukup basah, aku masuk ke dalam mobil kesayangannya dan diantarkan sampai ke rumah.

Anda mungkin juga menyukai