Anda di halaman 1dari 19

Gambaran Klinis dan Epidemiologis dari 36 Anak dengan

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) di Zhejiang, Cina:


Sebuah Studi Kohort Observasional
Haiyan Qiu, Junhua Wu, Liang Hong, Yunling Luo, Qifa Song, Dong Chen

RINGKASAN

Latar Belakang
Sejak Desember 2019, wabah penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) telah
menyebar secara global. Sedikit diketahui tentang karakteristik epidemiologis dan
klinis pasien anak dengan COVID-19.
Metode
Kami secara retrospektif mengambil data pasien anak-anak (usia 0-16 tahun)
dengan COVID-19 yang dikonfirmasi dari catatan medis elektronik di tiga rumah
sakit di Zhejiang, Cina. Kami mencatat gambaran epidemiologis dan klinis pasien.
Temuan
Dari 17 Januari hingga 1 Maret 2020, 36 anak-anak (usia rata-rata 8.3 (SD 3.5
tahun) diidentifikasi terinfeksi dengan coronavirus sindrom pernafasan akut parah.
Rute penularan adalah melalui kontak dekat dengan anggota keluarga (32 [89%])
atau riwayat pajanan terhadap daerah epidemi (12 yang [33% |): delapan (22%)
pasien memiliki kedua paparan. 19 (53%) pasien memiliki tipe klinis sedang
dengan pneumonia; 17 (47%) ) memiliki tipe klinis ringan dan asimtomatik
(10[28%]) atau memiliki gejala pernafasan atas akut (7 [19%]). Gejala umum saat
masuk adalah demam (13 [36%]) dan batuk kering (7[19%). Dari mereka yang
demam, 4 (11%) memiliki suhu tubuh 38.5 ° C atau lebih tinggi, dan 9 (25%)
memiliki suhu 37.5-38.5 ° C. Temuan laboratorium abnormal yang khas adalah
peningkatan kreatinin kinase MB (11 [31%]), penurunan limfosit (11 (31%),
leukopenia (7 (19%)) prokalsitonin yang meningkat (6 [17%]). Selain
penampakan radiografi, variabel yang berhubungan secara signifikan dengan
tingkat keparahan dari COVID-19 adalah penurunan limfosit, peningkatan suhu
tubuh, dan tingginya tingkat prokalsitonin, D-dimer dan kreatinin kinase MB.
Semua anak yang menerima interferon alfa mealui aerosolisasi dua kali sehari,
dan 6 (17%) membutuhkan inhalasi oksigen. Waktu rata-rata dirawat di rumah
sakit adalah 14 (SD3) hari. Sejak 28 Februari 2020, semua pasien telah
disembuhkan.
Interpretasi
Meskipun semua pasien anak dalam kelompok kohort kami memiliki tipe
COVID-19 yang ringan atau sedang, Sebagian besar anak-anak tanpa gejala
mengindikasikan kesulitan dalam mengidentifikasi pasien anak-anak yang tidak
memiliki informasi epidemiologis yang jelas, menuju pada situasi berbahaya
dalam infeksi yang didapat di komunitas (community-acquired).

RESEARCH IN CONTEXT

Bukti sebelum penelitian ini

Kami menelusuri PubMed dari 1 November 2019. hingga 1 Maret 2020, untuk
studi yang diterbitkan dalam bahasa apa pun menggunakan istilah "COVID-
19","penyakit coronavirus 2019", “pasien pediatrik”, “anak”, “novel coronavirus
“, “transmisi”, “karakteristik klinis” dan “karakteristik epidemiologi”. Kami
menemukan 13 studi tentang penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) pada anak-
anak. Studi ini terkait dengan rekomendasi pengobatan, karakteristik CTscan pada
15 anak, laporan kasus, dan COVID- 19 pada bayi. Sepengetahuan kami, belum
ada penelitian secara komprehensif yang dilakukan untuk menyelidiki kohort
pasien anak-anak dengan COVID-19 dan karakteristik klinis mereka yang
berbeda. Penelitian yang dipublikasikan tentang pasien dewasa telah menunjukkan
bahwa manifestasi sangat bervariasi tergantung individu. Karena anak-anak
berbeda dari orang dewasa di berbagai aspek, seperti pengembangan imunologis,
kami bertujuan untuk menyelidiki karakteristik klinis dan epidemiologis pasien
anak dengan COVID-19.

Nilai tambah dari penelitian ini

Antara 17 Januari dan 1 Maret 2020, 661 kasus COVID-19 dilaporkan di Ningbo
dan Wenzhou (provinsi Zhejiang. Cina). Dari kasus-kasus ini, 36 adalah pada
anak-anak. Semua anak dengan COVID-19 telah terinfeksi baik melalui kontak
dekat dengan orang dewasa yang terinfeksi sindrom pernafasan akut parah
coronavirus 2 (SARS-COV-2) atau oleh paparan ke daerah epidemi. Meskipun
demam, batuk, dan pneumonia adalah tanda-tanda paling umum, sekitar setengah
dari anak-anak memiliki penyakit ringan dengan tidak ada gejala yang muncul.
Lebih sedikit anak dengan COVID-19 memiliki gejala yang jelas dibandingkan
dengan pasien dewasa dengan COVID-19 dan pasien anak dengan influenza
H1N1 yang dijelaskan dalam studi sebelumnya.

Implikasi dari semua bukti yang tersedia

Berbeda dengan temuan pada orang dewasa, anak-anak dengan COVID-19


memiliki manifestasi klinis yang lebih ringan, hampir setengah dari pasien anak
tidak menunjukkan gejala, tidak ada demam dan tidak ada batuk. Pasien anak
tanpa menunjukkan gejala akan menjadi tantangan besar. Untungnya, jumlah anak
yang terinfeksi SARS-CoV-2 menyumbang sebagian kecil dari total orang yang
terinfeksi dan pasien anak juga memiliki informasi epidemiologis yang baik.
Menyusun langkah-langkah untuk melindungi anak dari infeksi SARS COV-2
sangat penting.
PENDAHULUAN

Coronavirus adalah virus RNA untai positif non-segmentasi dengan


genom sekitar 30 kb dikelilingi oleh amplop protein. Sebagian besar coronavirus
menyebabkan penyakit pada spesies inang khusus bagi mereka; yang dapat
menginfeksi manusia melalui penularan lintas spesies, telah menjadi ancaman
penting bagi kesehatan masyarakat. Dua wabah penyakit coronavirus serius telah
terjadi dalam dua dekade terakhir: sindrom pernafasan akut yang parah (SARS)
pada tahun 2003, dan sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS) pada 2012.

Sejak Desember, 2019, sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2


(SARS-CoV-2) telah diakui sebagai faktor penyebab dalam serangkaian kasus
pneumonia parah yang berasal dari Wuhan di provinsi Hubei, Cina. Penyakit ini
telah dinamai penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) oleh WHO. SARS-CoV-2
telah terbukti menyebabkan penyakit melalui mekanisme yang dianalogikan
dengan coronavirus SARS, dengan potensi kerusakan pada organ-organ vital
seperti paru-paru, jantung, hati dan ginjal, dan infeksi menimbulkan risiko yang
cukup besar pada pasien dengan prevalensi pneumonia yang tinggi. Pada 1 Maret
2020, SARS-CoV-2 telah menghasilkan 80.981 kasus COVID-19 yang
dikonfirmasi di Cina, dan 44.067 kasus di 117 negara. Sebuah studi kohort
terhadap 44.672 kasus Cina melaporkan bahwa 2.1% pasien berusia di bawah 20
tahun dan 1.2% asimptomatik.

Pneumonia adalah penyebab utama kematian pada anak-anak. infeksi virus


dapat terjadi pada anak-anak dan mengakibatkan kerusakan parah pada organ-
organ vital. Meskipun hasil jangka pendek hingga menengah untuk anak-anak
yang pulih dari SARS tampak baik, penyakit ini menyebabkan penurunan
aktivitas fisik setelah lebih dari 6 bulan. Pencarian literatur yang komprehensif
menunjukkan bahwa MERS jarang terjadi pada anak-anak (31 kasus yang
diidentifikasi antara 2012 dan 2016) karena penularannya sangat bergantung pada
paparan hewan dan kontak langsung pada rumah tangga dan fasilitas kesehatan.
Secara kolektif, kedua penyakit coronavirus ini tidak banyak
mempengaruhi anak-anak karena epidemi jangka pendek SARS dan rute
penularan MERS yang ketat. Dalam sebuah penelitian terhadap 15 anak-anak
dengan COVID-19 (usia 4-14 tahun), enam pasien memiliki ground glass opacity
di paru-paru. Pada saat wabah COVID-19, semua sekolah sedang libur musim
semi. yang mungkin mencegah anak-anak dari paparan sumber penularan. Namun
komunitas sekolah adalah tempat yang dapat meningkatkan penyebaran secara
cepat dari SARS-CoV-2 yang sangat menular.

Ningbo dan Wenzhou adalah dua kota di provinsi Zhejiang, yang terletak
900 km timur Wuhan. Pada 17 Januari 2020, kasus COVID-19 pertama
dilaporkan di Wenzhou. Hingga 1 Maret 2020, 661 kasus COVID-19 telah
dilaporkan di Ningbo dan Wenzhou yang 36 di antaranya pada anak-anak. Kami
bertujuan untuk menggambarkan gambaran epidemiologis dan klinis pasien anak-
anak ini, informasi yang sangat dibutuhkan untuk pencegahan dan pengobatan
COVID-19 pada anak.

METODE

Studi Populasi

Kami melakukan penelitian kohort observasional di tiga rumah sakit di


provinsi Zhejiang, Cina (Rumah Sakit Wanita dan Anak-Anak Ningbo, Rumah
Sakit Ketiga yang Berafiliasi dari Universitas Kedokteran Wenzhou, dan Rumah
Sakit Pusat Wenzhou di Wenzhou). Kami memasukkan semua pasien anak (usia
0-16 tahun) dengan hasil laboratorium terkonfirmasi COVID-19. Diagnosis
COVID-19 didasarkan pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan
Nasional Republik Rakyat Tiongkok. Kami menyaring semua pasien yang
mengalami demam, batuk, dan presentasi radiografi pada penilaian awal, atau
yang menjalani penyelidikan epidemiologi karena riwayat pajanan ke daerah
epidemi atau kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Kami mengonfirmasi
infeksi SARS-CoV 2 oleh RT-PCR sampel yang diambil dari usap nasofaring
atas. Penyelidikan epidemiologis difokuskan pada rute penularan, dan kami
menilai riwayat perjalanan, tempat tinggal di daerah epidemi, dan kontak dekat
dengan pasien COVID-19 yang dikonfirmasi dalam 14 hari.

Penelitian ini telah disetujui oleh komite etika Rumah Sakit Wanita dan
Anak-anak Ningbo dan mengikuti Deklarasi Helsinki. Persetujuan tertulis
diperoleh dari para penjaga pasien

Prosedur

Pengumpulan sampel, RT-PCR, dan interpretasi hasil dilakukan seperti


yang dijelaskan sebelumnya. Dua set primer digunakan untuk dua gen target
(yaitu, lab bingkai bacaan terbuka [ORFlab] dan protein nukleokapsid [N]) sesuai
dengan protokol yang dikeluarkan oleh Institut Nasional untuk Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Viral di Cina (panel 1)

(Panel 1)

Saat masuk, pasien dinilai untuk tipe klinis, menurut pedoman untuk
memberi skor pasien anak dengan COVID-19 (rekomendasi yang dikeluarkan
oleh cabang pediatri dari Asosiasi Medis Cina, panel 2). Prinsip-prinsip terapeutik
termasuk terapi dukungan umum, pemantauan paru-paru. fungsi hati, ginjal, dan
miokard, kontrol aktif terhadap demam tinggi, pemberian oksigen jika perlu, dan
pengobatan antivirus dengan interferon alfa dan lopinavir-ritonavir. Hasil
pengobatan didefinisikan sebagai perbaikan, sembuh, dan gagal. Perbaikan
merujuk pada akhir demam dan perbaikan pneumonia (melalui CT scan) dan
perbaikan manisfestasi pernafasan atas. Sembuh merujuk pada suhu tubuh normal
selama 3 hari, ditambah outcome yang lebih baik dan dua hasil negatif pada RT-
PCR untuk SARS-CoV-2 Hasil yang gagal merujuk pada perkembangan penyakit
menjadi penyakit kritis atau kematian. Pasien yang keluar dari rumah sakit harus
dikarantina selama 2 minggu.

(Panel 2)
Panel 2: Definisi dari tipe klinis COVID-19 pada pasien anak
Penyakit Ringan
 Gejala pernafasan atas (missal, kongesti faring, sakit tenggorokan, dan
demam) untuk jangka waktu yang pendek atau infeksi tanpa gejala
 Tes RT-PCR positif untuk SARS-CoV-2
 Tidak ada gambaran radiografi dan gambaran sepsis
Penyakit Sedang
 Pneumonia Ringan
 Gejala seperti demam, batuk, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot
 Tidak ada komplikasi dan manifestasi yang berkaitan dengan kondisi parah
Penyakit Berat
Gambaran klinis ringan atau sedang, ditambah manifestasi papaun yang
menunjukkan perkembangan penyakit.
 Napas cepat (≥ 70 kali per menit untuk bayi usia < 1 tahun; ≥ 50 kali
permenit untuk anak usia > 1 tahun)
 Hipoksia
 Penurunan kesadaran, depresi, koma, konvulsi.
 Dehidrasi, kesulitan makan, disfungsi gastrointestinak
 Cedera myocardial
 Peningkatan enzim hati
 Disfungsi koagulasi rhabdomyolisis, dan manifestasi lainnya yang
menunjukkan cedera pada organ vital
Penyakit Kritis
Perkembangan penyakit yang cepat, ditambah kondisi lainnya:
 Kegagalan pernafasan dengan kebutuhan ventilasi mekanik (Misal ARDS,
hipoksia persisten yang tidak dapat diatasi dengan inhalasi melalui kateter
atau masker nasal)
 Syok sepsis
 Kegagalan organ yang membutuhkan pengawasan di ICU
Kami memperoleh data secara retrospektif dari catatan medis elektronik,
dan ini ditinjau oleh dua dokter terlatih (LH dan YL). Informasi yang diambil
termasuk data demografis, riwayat medis, riwayat pajanan, komorbiditas yang
mendasari, gejala, pemeriksaan laboratorium, CT scan dada, dan perawatan.
Pemeriksaan laboratorium mencakup pengujian rutin, analisis respon imunologis,
dan pengukuran biomarker untuk memantau paru-paru, hati, miokard, dan fungsi
ginjal. Kami membandingkan prevalensi indeks klinis abnormal pasien anak
dengan data yang dilaporkan sebelumnya untuk 175 orang dewasa dengan
COVID-19 diWenzhou, 44 pasien anak dengan SARS di Hong Kong, dan 167
pasien anak dari Cina dengan influenza H1N1.

Analisis Statistik

Kami menyajikan variabel kontinu sebagai mean (SD) dan variabel


kategorikal sebagai angka (%). Kami membandingkan rata-rata variabel kontinu
antar kelompok menggunakan uji t kelompok independen ketika nilai terdistribusi
normal, jika tidak, kami menggunakan uji Mann Whitney U. Kami
membandingkan proporsi variabel-variabel antar kelompok menggunakan uji
eksak Fisher, karena jumlah yang terbatas. Kami menilai dua sisi yang kurang
dari 0,05 signifikan secara statistik. Semua analisis data dilakukan dengan SPSS
versi 20

Peran dari Sumber Pendanaan

Pendana tidak memiliki peran dalam desain penelitian, pengumpulan data,


analisis data, interpretasi data, atau penulisan laporan. Penulis yang sesuai
memiliki akses penuh ke semua data dalam penelitian ini dan memiliki tanggung
jawab atas keputusan untuk mengajukan publikasi.

Hasil

Antara 17 Januari dan 1 Maret 2020, 661 kasus COVID-19 dilaporkan di


Ningbo dan Wenzhou di Cina, dari kasus ini, 36 (5%) adalah anak-anak (usia 1-16
tahun, usia rata-rata 8.3 [3 5] tahun). 13 (36%) dari 36 pasien adalah perempuan
(tabel 1). Rute penularan untuk pasien anak-anak adalah melalui kontak dekat
dengan anggota keluarga dengan COVID-19 (32 [89%]) atau riwayat pajanan
pada daerah epidemi (12). [33%]), atau keduanya (8 [22%]). 17 (47%) dari 36
anak-anak memiliki tipe klinis ringan, dengan sepuluh (28%) pasien tanpa gejala
dan tujuh (19%) menunjukkan kondisi gejala pernapasan atas akut. Sisa 19 (53%)
pasien anak memiliki tipe klinis sedang, karakteristik pneumonia ringan (tabel 1).
Tidak ada kasus parah dan sakit kritis yang terlihat.

(Tabel 1)
(lanjutan Tabel 1)
Saat masuk, gejala yang sering adalah demam (13 [36%]) dan batuk kering
(7 (19%). Dari 13 pasien dengan demam, 4 (11%) memiliki suhu tubuh 38.5 ° C
atau lebih tinggi dan 9 (25%) memiliki suhu tubuh 37.5-38.5°C. Gejala lain jarang
dicatat, termasuk sakit tenggorokan (2 [6%]). Kongesti faring (1 [3%]), dyspnoea
atau tachypnoea (1 [3%]), dan muntah atau diare (dua [6%]). Tidak ada gejala
neurologis atau tanda-tanda gagal jantung, hati, atau ginjal yang dicatat.

Secara umum, dua jenis presentasi radiografi abnormal terlihat opasitas


multiple dan patchy opacity. 19 (53%) pasien anak memiliki paru ground-glass
opacity pada CT scan, menunjukkan pneumonia (gambar 1). Pneumonia plus
demam atau batuk terlihat pada 11 (30%) pasien anak dan 8 (22%) menderita
pneumonia sebagai satu-satunya gejala. Sepuluh (28%) anak-anak tidak
menunjukkan gejala pneumonia, lima (14%) melaporkan demam saja, dan dua
(5%) hanya menderita batuk kering.

(gambar 1)
Tabel 1 menunjukkan temuan pemeriksaan laboratorium yang berkaitan
dengan respons imunologis dan kerusakan jantung, hati, dan ginjal, menurut tipe
klinis ringan atau sedang. Temuan abnormal pada pasien anak-anak adalah
peningkatan serum creatine kinase MB (11 [31%), penurunan limfosit (11 (31%),
leukopenia (tujuh 719%), dan peningkatan prokalsitonin (enam (17%). Beberapa
karakteristik berbeda secara signifikan antara tipe klinis COVID-19 ringan dan
sedang. Termasuk penurunan limfosit (p-0 0083), peningkatan suhu tubuh (p =
0,0020), dan tingkat prokalsitonin yang tinggi (p = 0,0039), D-dimer (p 0-028),
dan creatine kinase MB (p-0-0084). Anak-anak dengan tipe klinis sedang juga
memiliki hasil PCR positif lebih lama (p = 0-0050) dan menghabiskan lebih
banyak hari di rumah sakit (p 0-017) daripada mereka yang memiliki tipe klinis
ringan

Tabel 2 menunjukkan temuan pemeriksaan laboratorium yang terkait


dengan respons imunologis dan hati jantung, dan kerusakan ginjal menurut
kelompok umur. Sepuluh pasien berusia 5 tahun atau lebih muda dan 26 pasien
berusia 16 tahun atau lebih muda tetapi lebih tua dari 5 tahun. Anak-anak yang
lebih tua mengalami penurunan limfosit (p = 0-029), peningkatan prokalsitonin (p
= 0,032), dan penurunan kreatin kinase (p= 0-032) dibandingkan dengan pasien
yang lebih muda.
(tabel 2)

Perawatan dan manifestasi primer ditelusuri untuk menilai perkembangan


dan hasil penyakit, dan empat jenis kasus diidentifikasi: asimptomatik, gejala
pernapasan atas atau demam saja, hanya pneumonia, dan baik pneumonia maupun
gejala pernapasan atas atau demam (gambar 2). Saat masuk, semua anak dirawat
dengan interferon alfa dengan aerosolisasi dua kali sehari, 14 (39%) menerima
sirup lopinavir-ritonavir dua kali sehari, dan enam (17%) membutuhkan inhalasi
oksigen (tabel 1). Pada 13 pasien dengan demam rata-rata durasi demam adalah 3
(SD 2) hari. Perbaikan pneumonia terlihat 4-10 hari setelah memulai pengobatan.
Hasil SARS CoV-2 RT-PCR menjadi negatif setelah rata-rata 10 (SD 2) hari
pengobatan, terlepas dari berbagai manifestasi awal (gambar 2). Jumlah rata-rata
hari di rumah sakit adalah 14 (SD 3) hari. Pada 28 Februari 2020, semua pasien
sembuh, sesuai dengan kriteria untuk hasil yang sembuh, dan dikarantina selama 2
minggu lebih lanjut. Tindak lanjut dilanjutkan setiap minggu, dengan sampel
diambil untuk mengukur serum IgG dan IgM dan SARS-CoV-2 dalam darah,
feses, dan swab nasofaring.

(gambar 2)
Perbandingan pasien anak dengan COVID-19 dengan pasien dewasa
dengan COVID 19 di kota yang sama (tabel 3) menunjukkan bahwa pasien anak
memiliki prevalensi yang lebih rendah secara signifikan dari nilai-nilai abnormal
dari beberapa variabel yang menunjukkan keparahan penyakit. seperti demam
(36% untuk anak-anak dan 86% untuk orang dewasa), batuk (19% dan 62%),
pneumonia (53% dan 95%) kenaikan protein C-reaktif (3% dan 49%), dan jenis
penyakit berat (0% dan 23%, p «00001 untuk semua karakteristik). Namun, tidak
ada perbedaan yang tercatat antara anak-anak dan orang dewasa dalam prevalensi
leukopenia, limfopenia, dan peningkatan enzim miokard. Jika dibandingkan
dengan anak-anak yang menderita SARS, pasien anak dengan COVID-19
memiliki keadaan yang jauh lebih ringan dalam hal prevalensi demam, batuk,
pneumonia, dan jenis kasus yang parah. Dibandingkan dengan anak-anak dengan
Influenza H1N1, pasien anak dengan COVID-19 memiliki lebih sedikit gejala
pernapasan bagian atas (mis., batuk dan kongesti faring) tetapi pneumonia lebih
sering. Khususnya, ketika tiga kelompok pasien dengan infeksi coronavirus
dibandingkan dengan pasien anak dengan influenza H1N1, perbedaan yang paling
mencolok adalah bahwa pasien dengan influenza H1N1 memiliki prevalensi
kongesti faring yang jauh lebih tinggi.

(Tabel 3)
Diskusi

SARS-CoV-2 adalah patogen menular yang menyebabkan prevalensi


pneumonia yang tinggi pada orang yang terinfeksi. Memahami karakteristik klinis
pada pasien anak adalah hal penting untuk diagnosis dan pengobatan yang efektif
untuk penyakit ini. Temuan penelitian kami menunjukkan bahwa karakteristik
klinis utama COVID-19 pada anak-anak adalah demam, batuk kering dan
pneumonia. Pasien anak-anak terinfeksi COVID-19 melalui rute penularan yang
jelas, termasuk kontak dekat dengan anggota keluarga, riwayat pajanan ke daerah
epidemi, atau keduanya. Tidak ada sumber lain, seperti tinggal di rumah sakit atau
jalur penularan yang tidak jelas teridentifikasi. Karakteristik penularan ini
menunjukkan bahwa identifikasi pasien anak-anak sangat mudah. Namun, studi
sebelumnya telah menunjukkan bahwa rute transmisi potensial SARS-CoV-2 bisa
sangat bervariasi, dibandingkan dengan MERS coronavirus, yang kurang menular.
Situasi ini dapat diubah jika COVID-19 bertahan lama di daerah dengan
peningkatan risiko infeksi yang didapat masyarakat (community-acquired)

Di antara pasien anak-anak dalam penelitian kami, hanya di bawah


sepertiga asimptomatik. Selain itu kelima pasien hanya memiliki pneumonia dan
perlu pemeriksaan radiografi untuk diidentifikasi. Gejala terlihat pada saat masuk
dapat bermacam, termasuk batuk dan demam. Semua pasien tanpa gejala dan
anak-anak yang tidak menunjukkan pneumonia diperlukan pemeriksaan
laboratorium dan radiografi untuk diagnosis. Sebagian besar anak-anak dengan
infeksi SARS-CoV-2 tanpa gejala berbeda dengan pasien anak dengan influenza
HINI dan SARS, dan pasien dewasa dengan COVID-19, dalam hal menyajikan
gejala seperti batuk dan kongesti faring (tabel 3), untuk menunjukkan SARS-
CoV. 2 hanya memiliki sedikit gejala pada saluran pernapasan bagian atas anak-
anak. COVID-19 sangat menular, mirip dengan SARS dan influenza H1N1, tetapi
dapat memiliki gejala tidak terlihat pada anak-anak.

Pneumonia adalah infeksi penyebab utama kematian pada anak-anak


kurang dari 5 tahun. Meskipun COVID-19 pada anak-anak tampaknya ringan
dalam hal gejala, prevalensi pneumonia dengan COVID-19 (53%) lebih tinggi
dibandingkan dengan H1N1 (11%), namun sangat mirip dengan prevalensi SARS
(65%). Karakteristik COVID-19 yang mencolok yang mempengaruhi beberapa
organ vital (mis. Paru-paru dan jantung), seperti yang ditunjukkan oleh
peningkatan jumlah enzim miokard, meskipun semua anak dengan COVID-19
memiliki tipe klinis ringan atau sedang (tabel 3). Dengan kematian tinggi pada
pasien dewasa dengan COVID-19 di daerah epidemi (misalnya,> 4% kematian di
Wuhan), pasien anak harus terus dipantau setelah keluar dari rumah sakit.

Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak jarang memiliki


komorbiditas seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Pasien
anak-anak dalam penelitian kami memiliki prevalensi pneumonia yang lebih
rendah dan gejala-gejala seperti batuk demam, dan dyspnoea dibandingkan
dengan pasien dewasa dengan COVID-19 (tabel 3). Namun, dalam penelitian
kami, prevalensi leukopenia, limfopenia, dan peningkatan enzim miokard pada
anak-anak dengan COVID-19 serupa dengan pada orang dewasa. Khususnya,
orang dewasa memiliki prevalensi yang jauh lebih tinggi dari peningkatan protein
C-reaktif daripada anak-anak, menunjukkan respons imunologis yang jauh lebih
ringan pada anak-anak dan lebih sedikit kerusakan kekebalan. Kecuali untuk obat
antivirus, tidak ada perawatan khusus (misalnya, terapi glukokortikoid dan
ventilasi mekanik invasif) yang diberikan, dan beberapa anak membutuhkan
oksigen inhalasi. Mempertimbangkan semua temuan ini, presentasi COVID-19
pada anak-anak jauh lebih ringan daripada dewasa. Perlu dicatat bahwa beberapa
pasien dengan penyakit coronavirus (COVID-19 dan SARS) memiliki kongesti
faring atau sakit tenggorokan, yang kontras dengan pasien dengan influenza
H1N1, meskipun prevalensi tinggi batuk dan demam pada semua pasien. Kongesti
faring lebih seperti gejala pernapasan bagian atas daripada demam (yang
merupakan gejala sistemik) dan batuk yang juga dapat disebabkan oleh infeksi
pernapasan bawah.

Temuan penelitian kami juga menunjukkan bahwa meskipun semua kasus


anak-anak ringan atau sedang, jumlahnya hari yang dihabiskan di rumah sakit dan
waktu yang dibutuhkan untuk pasien ini untuk memiliki hasil PCR negatif masih
cukup besar (tabel 1, gambar 2). Waktu untuk mencapai hasil PCR negatif
tampaknya tidak terpengaruh oleh tingkat keparahan penyakit dalam hal gejala
dan adanya pneumonia dan pilihan pengobatan. Namun demikian, demam sembuh
lebih cepat pada kasus-kasus ringan daripada kasus-kasus sedang (gambar 2).
Mempertimbangkan bahwa RNA viral clearence yang terlambat pada tinja pasien
merupakan risiko potensial untuk penularan terutama pada pasien dalam
rehabilitasi, keandalan kriteria viral load negatif pada pasien tanpa gejala, dalam
jangka panjang perlu penyelidikan lebih lanjut.

Keterbatasan utama penelitian kami adalah ukuran sampel yang kecil.


Namun, Sebagian besar hasil konsisten dalam penelitian ini dan dengan beberapa
laporan kasus pada anak dengan COVID-19, kami yakin kesimpulan kami valid.
Karena COVID-19 menyebar di lebih banyak negara dan telah menjadi kejadian
yang mendesak bagi Kesehatan masyarakat, kami menyajikan laporan awal
tentang pasien anak dan mengharapkan data tambahan untuk meningkatan temuan
kami.

Sebagai kesimpulan, penelitian kami menunjukkan bahwa pasien anak


dengan COVID-19 memiliki mode penularan sederhana baik kontak dekat dengan
orang dewasa yang terinfeksi atau oleh paparan dari daerah epidemi. Meskipun
demam, batuk kering, dan pneumonia ringan adalah manifestasi yang umum,
hamper setengah dari pasien tidak memiliki gejala yang jelas atau temuan
radiologis yang abnormal. Proporsi kasus asimtomatik menunjukkan kesulitan
dalam mengidentifikasi pasiena nak informasi epidemiologis yang jelas. Temuan
ini menunjukkan situasi berbahaya jika terjadi infeksi yang didapat pada
komunitas (community-acquired infection).

Anda mungkin juga menyukai