Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG BAB MINYAK BUMI

Disusun Oleh :

Nama = Arsya Duta P. ( 10 )


Faza Nabilul H. ( 28 )
Kelas = X – TKJ 1
M. Pelajaran = Kimia

UPTD SMKN 1 NGANJUK


TAHUN PELAJARAN
2018 / 2019
Daftar isi

1. Pembentukan Minyak Bumi


2. Penyulingan Minyak Bumi
3. Proses Penggolahan Minyak Bumi
4. Bensin
5. Penggunaan Residu Dalam Industri
Petrokimia
6. Efek Rumah Kaca
7. Hujan Asam
 Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi atau julukannya adalah emas hitam yang merupakan cairan kental,
berwarna hitam atau kehijauan, mudah terbakar dan berada di lapisan atas dari
beberapa kerak bumi.
Hampir semua kegiatan manusia di era modern ini membutuhkan minyak bumi,
sehingga minyak bumi dan gas alam menjadi sumber utama energi di dunia yaitu
sekitar 65,5%, batubara 23,5%, air 6% serta sumber energi lainnya. Pengertian
lain, Minyak bumi juga disebut dengan Proteleum (Latin: petrus = batu , oleum =
minyak) yang merupakan zat cair licin mudah terbakar
Teori terbentuknya minyak bumi kemudian proses pembentukan minyak
bumi. Untuk teorinya sendiri ada 3, yaitu :

A. Teori Pembentukan Minyak Bumi

1. Teori Biogenetik (Organik)

Teori ini menyebutkan bahwa Minyak Bumi dan Gas Alam terbentuk dari
beraneka jasad organik seperti hewan dan tumbuhan yang mati dan tertimbun
endapan pasir dan lumpur.

Kemudian endapan lumpur ini menghanyutkan senyawa pembentuk minyak bumi


ini dari sungai menuju ke laut dan mengendap di dasar lautun selama jutaan tahun.
Akibat pengaruh waktu, temperatur dan tekanan lapisan batuan di atasnya
menyebabkan organisme itu menjadi bintik-bintik minyak ataupun gas. 

2. Teori Anorganik

Teori menyebutkan bahwa minyak bumi terbentuk karena aktivitas bakteri. Unsur
seperti oksigen, belerang dan nitrogen dari zat yang terkubur akibat aktivitas
bakteri berubah menjadi zat minyak yang berisi hidrokarbon.

3. Teori Duplex

Teori ini merupakan teori yang banyak digunakan oleh kalangan luas karena
menggabungkan Teori Biogenetik dengan Anorganik yang menjelaskan bahwa
minyak bumi dan gas alam terbentuk dari berbagai jenis organisme laut baik
hewan maupun tumbuhan.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah
menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang
mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock).

Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan
lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan
perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak
bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam
suatu perangkap disebut Non Associated Gas.

Karena perbedaan berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah,
dan air di bagian bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan
waktu yang lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui (unrenewable).
Menurut berbagai teori tersebut, minyak bumi terbentuk dari jasad renik yang
berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mati. Jasad renik tersebut
kemudian terbawa air sungai bersama lumpur dan mengendap di dasar laut.
Akibat pengaruh waktu yang mencapai ribuan bahkan jutaan tahun, temperatur
tinggi, dan tekanan oleh lapisan di atasnya, jasad renik berubah menjadi bintik-
bintik dan gelembung minyak atau gas.

Lumpur yang bercampur dengan jasad renik tersebut kemudian berubah menjadi
batuan sedimen yang berpori, sedangkan bintik minyak dan gas bergerak ke
tempat yang tekanannya rendah dan terakumulasi pada daerah
perangkap (trap) yang merupakan batuan kedap.
Pada daerah perangkap tersebut, gas alam, minyak, dan air terakumulasi
sebagai deposit minyak bumi. Rongga bagian atas merupakan gas alam,
sedangkan cairan minyak mengambang di atas deposit air.

B. Proses Pembentukan Minyak Bumi


1. Fotosintesa Ganggang

Minyak bumi dibuat secara alami, pertama tama


dihasilkan oleh ganggang yang berfotosintesa, kenapa
ganggang? Karena ganggang merupakan biota
terpenting dalam menghasilkan minyak bumi,
sebenarnya tumbuhan tingkat tinggi bisa saja namun
tumbuhan tersebut cenderung lebih menghasilkan gas
ketimbang minyak bumi.

2. Pembentukan Batuan Induk (Source Rock)


Proses terjadinya minyak bumi selanjutnya
ialah pembentukan batuan induk. Batuan induk
ini terbentuk karena ganggang yang sudah mati
terendapkan di cekungan sedimen lalu
membentuk Batuan Induk.
Batuan induk merupakan batuan yang memiliki
kandungan Carbon yang tinggi (High Total
Organic Carbon). Namun tidak sembarang cekungan bisa menjadi Batuan Induk,
makanya proses ini sangat spesifik.

3. Pengendapan Batuan Induk

Kemudian batuan induk tertimbun oleh batuan


lain selama jutaan tahun, salah satu batuan yang
menimbun Batuan Induk ini adalah batuan
sarang. Batu Sarang merupakan batu sarang ini
umumnya terbentuk dari batu gamping, pasir
maupun batu vulkanik yang tertimbun bersama
dan terdapat ruang berpori.
Semakin lama, batuan lain akan menumpuk dan dasarnya akan semakin tertekan
kedalam sehingga suhunya akan semakin bertambah. Minyak terbentuk pada
suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius.
Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100
derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun
dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan
memasak karbon yang ada menjadi gas.

4. Proses Akhir

Karbon terkena panas dan bereaksi dengan


hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang
dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini
berupa minyak mentah.

Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi


mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang
terpenting adalah berat jenis dan kekentalan.
Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak
bumi mentah lebih kecil dari air.

Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi
ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai
mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.

Proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang sangatlah lama.


Maka dari itu, minyak bumi dikelompokkan sebagai sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui sehingga harus digunakan secara tepat dan hemat.
Indonesia memiliki berbagai wilayah yang menjadi sumber (deposit) minyak
bumi, umumnya berada di daerah pantai atau daerah lepas pantai.
Wilayah Sumber Minyak Bumi di Indonesia

1. Sumatera bagian utara dan timur ( Aceh dan Riau)


2. Kalimantan bagian timur ( Tarakan, Balikpapan )
3. Pantai Utara Jawa ( Cepu, Wonokromo, Cirebon )
4. Daerah kepala burung ( Papua )

Tempat Pengilangan Minyak di Indonesia

pengilangan minyak Indonesia


1. Pangkalan Brandan 5.000 barel/hari
2. Plaju dan Sungai Gerong 132.500 barel/hari
3. Dumai dan Sungai Pakning 170.000 barel/hari
4. Cilacap 300.000 barel/hari
 Penyulingan Minyak Bumi
Proses pengolahan minyak bumi terdiri dari dua jenis proses utama, yaitu Proses

Primer dan Proses Sekunder.  Sebagian orang mendefinisikan Proses Primer

sebagai proses fisika, sedangkan Proses Sekunder adalah proses kimia. Hal itu

bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen atau fraksi minyak

bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisikanya, yaitu titik didih.

Sementara pemisahan dengan cara Proses Sekunder bekerja berdasarkan sifat

kimia kimia, seperti perengkahan atau pemecahan maupun konversi, dimana

didalamnya terjadi proses perubahan struktur kimia minyak bumi tersebut. Rantai

Hidrokarbon Minyak Bumi Seperti kita kitahui dalam Kimia Organik bahwa

senyawa hidrokarbon, terutama  yang parafinik dan aromatik, mempunyai trayek

didih masing-masing, dimana panjang rantai hidrokarbon berbanding lurus

dengan titik didih dan densitasnya. Semakin panjang rantai hidrokarbon maka

trayek didih dan densitasnya semakin besar. Nah, sifat fisika inilah yang

kemudian menjadi dasar dalam Proses Primer. Jumlah atom karbon dalam rantai

hidrokarbon bervariasi. Untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bakar maka

dikelompokkan menjadi beberapa fraksi atau tingkatan dengan urutan sederhana

sebagai berikut :

1. Gas Rentang rantai karbon : C1 sampai C5 Trayek didih : 0 sampai 50°C


Peruntukan : Gas tabung, BBG, umpan proses petrokomia.

2. Gasolin (Bensin) Rentang rantai karbon : C6 sampai C11 Trayek didih :


50 sampai 85°C Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan
bermesin piston, umpan proses petrokomia

3. Kerosin (Minyak Tanah) Rentang rantai karbon : C12 sampai C20


Trayek didih : 85 sampai 105°C Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar
penerbangan bermesin jet, bahan bakar rumah tangga, bahan bakar industri,
umpan proses petrokimia
4. Solar Rentang rantai karbon : C21 sampai C30 Trayek didih : 105 sampai
135°C Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar industri

5. Minyak Berat Rentang rantai karbon dari C31 sampai C40 Trayek didih
dari 130 sampai 300°C Peruntukan : Minyak pelumas, lilin, umpan proses
petrokimia

6. Residu Rentang rantai karbon diatas C40 Trayek didih diatas 300°C
Peruntukan : Bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas), aspal, bahan
pelapis anti bocor.

Melihat daftar trayek hidrokarbon diatas nampak ideal sekali, dimana perbedaan

jumlah atom karbonnya sangat jelas. Tapi pada kenyataannya dengan teknologi

sekarang kondisi diatas teramat sangat sulit dicapai.Kondisi ideal diatas sulit

dicapai karena senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi banyak mengandung

isomernya juga.Isomer hidrokarbon, terutama isomer yang parafinik memiliki titik

didih dan densitas yang lebih ringan dibandingkan dengan rantai lurusnya. Misal,

normal-oktan (n-C8H18) titik didih dan densitasnya akan lebih besar dari pada

iso-oktan (2,2,4-trimetil pentan), begitu juga untuk isomer-isomer lainnya. Atas

dasar kondisi seperti itulah kemudian pada kenyataannya dalam pengolahan

minyak bumi lebih memegang patokan kepada trayek titik didih daripada

komposisi atau rentang rantai karbonnya. Sehingga pada batas antara fraksi pasti

akan terjadi overlap (tumpang tindih) fraksi. Overlap ini kemudian disebut

sebagai minyak slops yang nantinya akan berfungsi sebagai bahan pencampur

untuk mengatur produk

akhir sehingga

memenuhi spesifikasi

atau baku mutu yang

ditentukan. Proses

Primer Minyak bumi


atau minyak mentah sebelum masuk kedalam kolom fraksinasi (kolom pemisah)

terlebih dahulu dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai

dengan suhu ± 350°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian

masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada

pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan

dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan

bertekanan tinggi). Karena perbedaan titik didih setiap komponen hidrokarbon

maka komponen-komponen tersebut akan terpisah dengan sendirinya, dimana

hidrokarbon ringan akan berada dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang

lebih berat dibawahnya. Pada tray (sekat dalam kolom) komponen itu akan

terkumpul sesuai fraksinya masing-masing. Pada setiap tingkatan atau fraksi yang

terkumpul kemudian dipompakan keluar kolom, didinginkan dalam bak

pendingin, lalu ditampung dalam tanki produknya masing-masing. Produk ini

belum bisa langsung dipakai, karena masih harus ditambahkan aditif (zat

penambah) agar dapat memenuhi spesifikasi atau persyaratan atau baku mutu

yang ditentukan oleh Dirjen Migas RI untuk masing-masing produk tersebut.

Proses Sekunder pada kenyataannya minyak bumi tidak pernah ada yang sama,

bahkan untuk sumur minyak yang berdekatan sekalipun. Kenyataannya banyak

sumur minyak yang menghasilkan minyak bumi dengan densitas (specific gravity)

yang lebih berat, terutama untuk sumur minyak yang sudah udzur atau memang

jenis minyak dalam sumur tersebut adalah jenis minyak berat. Pada pemompaan

minyak dari dalam sumur (reservoir) biasanya yang akan terpompakan pada awal-

awal produksi adalah bagian yang ringannya. Sehingga pada usia akhir sumur

yang dipompakan adalah minyak beratnya.Untuk pengolahan minyak berat jenis


ini maka bisa dipastikan produk yang dihasilkan akan lebih banyak fraksi

beratnya daripada fraksi ringannya. Jadi, jika yang dimasak oleh proses primer

adalah minyak bumi jenis minyak berat maka hasilnya akan lebih banyak fraksi

beratnya (solar, minyak berat dan residu) daripada fraksi ringannya. Sementara

tuntutan pasar lebih banyak produk dari fraksi ringan dibandingkan fraksi

beratnya. Maka untuk menyiasatinya adalah dengan melakukan perubahan

struktur kimia dari produk fraksi berat.

Teknologi yang banyak digunakan adalah dengan cara melakukan cracking

(perengkahan atau pemutusan) terhadap hidrokarbon rantai panjang menjadi

hidrokarbon rantai pendek, sehingga bisa menjadi fraksi ringan juga. Misal,

dengan cara merengkah sebuah molekul hidrokarbon C30 yang merupakan

produk dari fraksi solar atau minyak berat menjadi dua buah molekul hidrokarbon

C15 yang merupakan produk dari fraksi minyak tanah atau kerosin, atau menjadi

sebuah molekul hidrokarbon C10 yang merupakan produk dari fraksi bensin dan

sebuah molekul hidrokarbon C20 yang merupakan produk dari fraksi solar. Proses

perengkahan ini sendiri ada dua dua cara, yaitu dengan cara menggunakan katalis

(catalytic cracking) dan cara tanpa menggunakan katalis atau dengan cara

pemanasan tinggi menggunakan suhu diatas 350°C (thermal cracking). Perbedaan

dari kedua jenis perengkahan tersebut adalah pada kemudahan “mengarahkan”

produk yang diinginkan. Pada cara thermal cracking sangat sulit untuk mengatur

atau mengarahkan produk fraksi ringan mana yang diinginkan. Dengan cara ini

jika kita menginginkan membuat bensin yang lebih banyak dibandingkan minyak

tanah akan sulit dilakukan, padahal keduanya masih termasuk fraksi ringan.

Sementara jika menggunakan catalytic cracking kita akan lebih mudah mengatur
mood operasi. Misal kita hanya ingin memperbanyak produk bensin dibandingkan

minyak tanahnya, atau sebaliknya. Ilustrasinya kira-kira seperti jika kita akan

memecah sekeping kaca lebar. Jika menggunakan cara thermal cracking kita

ibarat memecahkan kaca tersebut dengan cara dibanting, ukurannya tidak akan

teratur. Sedangkan jika menggunakan cara catalytic cracking ibarat memecahkan

kaca dengan menggunakan pisau kaca, lebih teratur dan bisa sesuai keinginan kita.

Minyak hasil rengkahan tersebut kemudian dipisahkan kembali berdasarkan fraksi

yang lebih sempit dalam kolom fraksinasi dengan proses seperti halnya proses

primer, untuk selanjutnya didinginkan dan ditampung dalam tanki produk

setengah jadi dan selanjutnya ditambahkan aditif sesuai spesifikasi produk akhir

yang diinginkan.

 Proses Pengolahan Minyak Bumi

1. Proses Destilasi
Tahap pertama adalah destilasi. Destilasi adalah proses pemisahan fraksi-fraksi yang ada
di minyak bumi, dimana pemisahan fraksi tersebut berdasarkan pada perbedaan titik
didih. Pada proses ini biasanya dilakukan pada sebuah wadah tabung tinggi yang kedap
terhadap udara. Awalnya minyak mentah akan dialirkan ke dalam tabung tersebut dan
kemudian dipanaskan dalam tekanan 1 atmosfer pada suhu 370 derajat Celcius.

Selanjutnya hasil dari fraks-fraksi tersebut nantinya dipisahkan, dimana fraksi yang
memiliki titik didih terendah akan menempati bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang
memiliki titik didih tinggi akan menempati bagian dasar tabung. Hasil dari proses
destilasi ini antara lain adalah gas, bensin, minyak tanah, diesel, oli, lilin dan aspal.
Dimana semua hasil tersebut belum menjadi bahan siap pakai karena belum melewati
tahap-tahapan selanjutnya.

2. Proses Cracking
Tahap kedua adalah cracking. Cracking adalah proses pengolahan minyak bumi yang
bertujuan untuk menguraikan molekul-molekul besar senyawa hidrokarbon menjadi
molekul hidrokarbon yang lebih kecil. Proses crakcing ini sering disebut sebagai proses
refinery. Secara umum proses cracking ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

 Thermal Cracking – Thermal cracking adalah proses pemecahan rantai senyawa


hidrokarbon yang memiliki rantai panjang menjadi senyawa hidrokarbon dengan rantai
yang lebih kecil melalui proses katalis / pemanasan. Adapun suhu yang dapat digunakan
yaitu 800 derajat Celcius dan dalam tekanan 700 kpa. Tujuan dari proses ini adalah untuk
mendapatkan fraksi minyak bumi dengan cara boiling range yang lebih rendah dari
umpannya.
 Catalytic Cracking – Catalytic cracking adalah proses cracking yang
menggunakan suhu tinggi dengan tekanan yang rendah. Proses ini menggunakan katalis
sebagai media untuk mempercepat laju reaksi fraksi. Pada umumnya reaksi proses
perengkahan katalis ini menggunakan mekanisme perengkahan ion karbonium, dimana
pada mulanya katalis yang bersifat asam akan menambahkan proton ke dalam molekul
olevin ataupun menarik ion hidrida dari senyawa alkana sehingga hal ini menyebabkan
terbentuknya ion karbonium.
 Hidrocracking – Hidrocracking adalah kombinasi dari proses thermal cracking
dan catalytic cracking yang menghasilkan senyawa jenuh. Proses hidrocracking ini
dilakukan dalam tekanan yang tinggi, beberapa hasil dari proses hidrocracking ini antara
lain bensin dan bahan bakar jet. Kelebihan dari proses ini adalah memiliki kandungan
sulfur yang terdapat pada fraksi, dimana sulfurnya akan diubah menjadi senyawa
hidrogen sulfida sehingga proses pelepasan sulfur akan menjadi lebih mudah.

3. Proses Reforming
Setelah melalui proses cracking maka selanjutnya adalah proses reforming. Proses
reforming adalah proses merubah struktur pada molekul fraksi yang mutunya buruk
menjadi molekul fraksi yang mutunya lebih baik. Pada proses reforming ini dapat
dilakukan dengan menggunakan katalis atau proses pemanasan. Karena proses reforming
ini bertujuan untuk merubah struktur pada molekul fraksi maka proses reforming ini
dapat disebut juga sebagai proses isomerasi.

4. Proses Polimerasi dan Alkilasi


Proses selanjutnya setelah perbaikan / perubahan struktur molekul fraksi adalah proses
polimerasi dan alkilasi. Proses alkilasi adalah proses penambahan jumlah atom pada suatu
fraksi sehingga molekul sebuah fraksi tersebut menjadi lebih panjang dan bercabang.
Pada proses alkilasi ini menggunakan bahan tambahan katalis asam yang kuat seperti
H2SO4, HCL atau AlCl3 (asam Lewis).

Sedangkan proses polimerasi adalah proses penggabungan antara molekul-molekul kecil


menjadi molekul yang lebih besar dalam sebuah fraksi sehingga mutu dari produk akhir
menjadi meningkat. Jadi pada tahap ini molekul fraksi akan melalui tahap alkilasi terlebih
dahulu lalu kemudian melalui tahap polimerasi sehingga membentuk sebuah molekul
fraksi yang panjang dimana molekul fraksi tersebut mutunya sudah meningkat.

5. Proses Treating
Prses kelima adalah treating. Treating adalah proses pemurnian fraksi minyak bumi
melalui tahap eliminasi bahan-bahan pengotor yang terlibat dalam proses pengolahan.
Bahan-bahan yang dihilangkan dalam proses treating ini antara lain bau tidak sedap yang
dihilangkan melalui proses copper sweetening and doctor treating, parafin yang
dihilangkan melalui proses solvent dewaxing, lumpur dan warna yang dihilangkan
melalui proses acid treatment, aspal yang dihilangkan melalui proses deasphalting dan
terakhir belerang melalui proses desulfurizing. Inti dari proses ini adalah mengeliminasi
bahan-bahan yang tidak memberikan mutu dalam proses pengolahan minyak mentah ini
sehingga hasil akhirnya nanti mutunya akan bertambah.

6. Proses Blending
Tahapan terakhir dalam proses pengolahan minyak bumi adalah blending. Blending
adalah proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk siap pakai dengan cara
menambahkan bahan-bahan aditif ke dalam fraksi minyak bumi. Salah satu bahan aktif
yang digunakan adalah TEL (tetra ethyl lead). TEL ini merupakan bahan aditif yang
digunakan untuk menaikkan bilangan oktan bensin. Setelah melalui proses ini maka hasil
dari pengolahan minyak bumi mutunya menjadi lebih baik dan menjadi bahan yang siap
pakai.

 Bensin
Bensin atau gasoline (Amerika) atau petrol (Inggris) adalah salah satu jenis
bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga,
dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai
dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari
molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai.
Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah, maka akan
dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4 MJ.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari
perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung
hidrokarbon; atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang
berbeda-beda. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki
sifat yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling “ringan”;
bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin “berat”.
Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana, dan butana.
Dalam temperatur dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik
didih masing-masing -107, -67,-43 dan -18 derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai
dengan C18 berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat.
Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya,
sehingga pemisahan hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi. Prinsip inilah
yang diterapkan di pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi
hidrokarbon dari minyak mentah.
Analisis kimia dan produksi
Bensin diproduksi di kilang minyak. Material yang dipisahkan dari minyak
mentah lewat distilasi, belum dapat memenuhi standar bahan bakar untuk mesin-
mesin modern. Material ini nantinya akan menjadi campuran hasil akhir. Setiap
barel minyak bumi umumnya menghasilkan 74 liter bensin (46% basis volume),
namun besaran ini tergantung pada kualitas minyak bumi dan kualitas bensin yang
akan dihasilkan.
Semua bahan bakar yang disebut dengan bensin umumnya terdiri dari
hidrokarbon, dengan atom karbon berjumlah antara 4 sampai 12 (biasanya disebut
C4 sampai C12).
Karakteristik

 Mudah menguap pada temperatur normal.


 Tidak berwarna, tembus pandang, dan berbau.
 Mempunyai titik nyala rendah (-10 sampai -15 derajat Celcius).
 Mempunyai berat jenis yg rendah (0,71 sampai 0,77 kg/l).[4]
 Dapat melarutkan oli dan karet.
 Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 sampai 10,500 kcal/kg).
 Sedikit meninggalkan jelaga setelah dibakar.

Zat aditif dalam bensin


Jenis aditif
Untuk memperlambat pembakaran bahan bakar, dulu digunakan senyawa Pb
seperti TEL (Tetra Ethyl Lead) dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Eter). Oleh
karena Pb bersifat racun, maka penggunaanya sudah diganti dengan senyawa
organik seperti etanol.
Antioksidan digunakan untuk menghambat pembentukkan kerak yang dapat
menyumbat saringan dan saluran bensin. Bensin banyak mengandung senyawa
olefin yang mudah bereaksi dengan oksigen membentuk kerak yang disebut gum.
Jadi, bensin perlu ditambahkan antioksidan, seperti alkil fenol.
Pewarna untuk membedakan berbagai jenis bensin. Contohnya pewarna kuning
untuk bensin premium. Pewarna sebaiknya tidak mempengaruhi kualitas bensin.
Antikorosi untuk mencegah korosi pada logam yang bersentuhan dengan bensin,
seperti logam tangki dan saluran bensin. Contoh antikorosi adalah asam
karboksilat.
Deterjen karburator untuk mencegah/membersihkan kerak dalam karburator.
Endapan kerak berasal dari partikel padat/asap pembakaran dan gum. Adanya
kerak dapat menurunkan kinerja mesin sehingga kendaraan boros bahan bakar dan
mesin cendrung tersandat. Deterjen karburator mengandung berbagai senyawa,
seperti amina dan amida.
Antikerak PFI (Port Fuel Injection) Untuk membersihkan kerak pada system PFI
kendaraan. Kerak dapat menghambat pengambilan bensin sehingga kendaraan
sulit dinyalakan dan kurang tenaga. Pembentukan kerak berawal sewaktu mesin
dimatikan. Panas yang ada menyebabkan penguapan sisa bahan bakar, yang
meninggalkan senyawa berat seperti olefin. Olefin bereaksi dengan oksigen
membentuk kerak gum. Contoh antikerak PFI adalah dispersan polimer yang
mengandung senyawa, seperti polibutena amina dan polieter amina.
Zat pencemaran hasil pembakaran BBM
Pembakaran bensin dalam mesin kendaraan mengakibatkan pelepasan berbagai
zat yang dapat mengakibatkan pencemran udara.

 CO2
 CO dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, bersifat racun.
 NOx (NO, NO2). Pembakaran bahan bakar dalam suhu yang tinggi di mana
nitrogen dalam udara ikut teroksidasi. NOx dapat menyebabkan hujan asam
dan smog fotokimia
 Pb pada penggunaan bensin yang mengandung aditif senyawa timbal
bersifat racun
Bensin yang digunakan oleh kendaraan akan menimbulkan dua masalah utama.
Masalah pertama adalah asap dan ozon di kota-kota besar. Masalah kedua adalah
karbon dan gas rumah kaca.
Idealnya, ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, akan menghasilkan
CO2 dan H2O saja. Kenyataannya pembakaran di dalam mesin tidaklah sempurna,
dalam proses pembakaran bensin, dihasilkan juga:

 Karbon monoksida, CO, yang merupakan gas beracun.


 Nitrogen oksida, NOx, sebagai sumber utama asap di perkotaan yang
jumlah kendaraannya sangat banyak.
 Hidrokarbon yang tidak terbakar.
Oleh karena alasan-alasan inilah, para ilmuwan sekarang sedang berusaha untuk
mengganti bahan bakar bensin dengan bahan bakar hidrogen yang lebih ramah
lingkungan, karena jika H2 ini direaksikan dengan O2 hanya akan menghasilkan
uap air.

 Penggunaan Residu Dalam Industri


Petrokimia
Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk yang dihasilkan dari minyak dan gas
bumi. Bahan-bahan petrokimia tersebut dapat digolongkan ke dalam plastik, serat
sintetis, karet sintetis, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, berbagai jenis obat
maupun vitamin. Bahan Dasar Petrokimia Terdapat tiga bahan dasar yang
digunakan dalam industri petrokimia, yaitu olefin, aromatika, dan gas sintetis
(syn-gas). Untuk memperoleh produk petrokimia dilakukan dengan tiga tahapan,
yaitu: a. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia. b.
Mengubah bahan dasar menjadi produk antara. c. Mengubah produk antara
menjadi produk akhir. Olefin (alkena-alkena) Olefin merupakan bahan dasar
petrokimia yang paling utama. Produksi olefin di seluruh dunia mencapai
milyaran kg per tahun. Di antara olefin yang paling banyak diproduksi adalah
etilena (etena), propilena (propena), dan butadiena. Beberapa produk petrokimia
yang menggunakan bahan dasar etilena adalah: 1) Polietilena, merupakan plastik
yang paling banyak diproduksi, plastik ini banyak digunakan sebagai kantong
plastik dan plastic pembungkus (sampul). Di samping polietilena sebagai bahan
dasar, plastik dari polietilena ini juga mengandung beberapa bahan tambahan,
yaitu bahan pengisi, plasticer, dan pewarna. 2) PVC atau polivinilklorida, juga
merupakan plastik yang digunakan pada pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai.
3) Etanol, merupakan bahan yang sehari-hari dikenal dengan nama alkohol.
Digunakan sebagai bahan bakar atau bahan antara untuk pembuatan produk lain,
misalnya pembuatan asam asetat. 4) Etilena glikol atau glikol, digunakan sebagai
bahan antibeku dalam radiator mobil di daerah beriklim dingin. Beberapa produk
petrokimia yang menggunakan bahan dasar propilena adalah: 1) Polipropilena,
digunakan sebagai karung plastik dan tali plastik. Bahan ini lebih kuat dari
polietilena. 2) Gliserol, digunakan sebagai bahan kosmetika (pelembab), industry
makanan, dan bahan untuk membuat peledak (nitrogliserin). 3) Isopropil alkohol,
digunakan sebagai bahan-bahan produk petrokimia yang lain, misalnya membuat
aseton. Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar butadiena
adalah: 1) Karet sintetis 2) Nilon Aromatika Pada industri petrokimia, bahan
aromatika yang terpenting adalah benzena, toluena, dan xilena. Beberapa produk
petrokimia yang menggunakan bahan dasar benzena adalah: 1) Stirena, digunakan
untuk membuat karet sintetis. 2) Kumena, digunakan untuk membuat fenol. 3)
Sikloheksana, digunakan untuk membuat nilon. Beberapa produk petrokimia yang
menggunakan bahan dasar toluena dan xilena adalah: 1) Bahan peledak, yaitu
trinitrotoluena (TNT) 2) Asam tereftalat, merupakan bahan dasar pembuatan serat.
Syn-Gas (Gas Sintetis) Gas sintetis ini merupakan campuran dari karbon
monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Beberapa produk petrokimia yang
menggunakan bahan dasar gas sintetis adalah: 1) Amonia (NH3), yang dibuat dari
gas nitrogen dan gas hidrogen. Pada industri petrokimia, gas nitrogen diperoleh
dari udara sedangkan gas hidrogen diperoleh dari gas sintetis. 2) Urea
(CO(NH2)2), dibuat dari amonia dan gas karbon dioksida. Selain sebagai pupuk,
urea juga digunakan pada industri perekat, plastik, dan resin. 3) Metanol
(CH3OH), dibuat dari gas sintetis melalui pemanasan pada suhu dan tekanan
tinggi dengan bantuan katalis. Sebagian methanol digunakan dalam pembuatan
formaldehida, dan sebagian lagi digunakan untuk membuat serat dan campuran
bahan bakar. 4) Formaldehida (HCHO), dibuat dari metanol melalui oksidasi
dengan bantuan katalis. Formaldehida yang dilarutkan dalam air dikenal dengan
nama formalin, yang berfungsi sebagai pengawet specimen biologi. Sementara
penggunaan lainnya adalah untuk membuat resin urea-formaldehida dan lem.

 Efek Rumah Kaca


PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA
Efek rumah kaca adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi,
seperti memiliki efek rumah kaca yang di mana panas matahari akan terperangkap
oleh atmosfer bumi. Normalnya begini sinar matahari di siang hari menyinari
bumi dan akan membuat bumi menjadi lebih hangat, akan tetapi permukaan bumi
di malam hari menjadi lebih dingin.
Namun akibat dari adanya efek rumah kaca ini maka sebagian panas yang
harusnya dipantulkan oleh permukaan bumi, akan diperangkap oleh gas-gas
rumah kaca di atmosfer tersebut. itulah sebabnya kini bumi menjadi terus
menghangat selama bertahun-tahun kemudian. Bagi anda yang bersekolah di
SMP, pasti sudah diajarkan tentang efek rumah kaca tersebut.
Secara umum pengertian dari efek rumah kaca ini adalah naiknya suhu bumi yang
disebabkan oleh adanya perubahan komposisi, yang terdapat pada atmosfer. Hal
itu menyebabkan sinar matahari tetap berada di bumi, dan sayangnya tidak
dipantulkan dengan sempurna untuk keluar dari atmosfer tersebut.
Jika diartikan sesuai dengan proses dan akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah
kaca, maka sebuah fenomena alam terjadi karena adanya pantulan dari sinar
matahari yang telah melewati atmosfer bumi. Hal ini juga disebabkan oleh zat
yang ada di permukaan bumi, namun parahnya fenomena yang satu ini dapat
menyebabkan kerusakan atmosfer.
PROSES TERJADINYA EFEK RUMAH KACA
Lalu bagaimana dengan terjadinya efek rumah kaca ini, efek rumah kaca didasari
oleh sinar matahari yang telah dipantulkan oleh berbagai macam benda yang ada
di bumi. Sinar matahari yang dipantulkan ini dapat merusak lapisan ozon. Dengan
fungsi utama yaitu untuk menghambat cahaya matahari yang ada di atmosfer.
Jika lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi berkurang maka suhu di bumi akan
naik secara terus menerus. Jika suhu di bumi naik maka bumi akan berubah
menjadi dingin. Kondisi tersebut akan menjadi bertambah buruk, karena
karbondioksida yang ada di bumi. Karena dapat menahan pantulan sinar matahari
sehingga suhu di bumi pun akan semakin meningkat.
Untuk menghindari lapisan ozon yang rusak di lapisan atmosfer bumi, maka kita
harus mengurangi pemakaian berbagai alat atau bahan yang dapat menghasilkan
CO2 atau karbondioksida. Hal itu juga bahkan bisa mengakibatkan kerusakan
pada lapisan ozon lainnya.
Proses terjadinya efek rumah kaca dimulai dari matahari yang akan memancarkan
sinarnya dalam bentuk radiasi ultraviolet ke bumi, yang akan diterima oleh bumi
dan kemudian dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah. Sinar
matahari akan masuk ke bumi sebagai panas, lalu kemudian sebagian sinarnya
akan dipantulkan ke angkasa oleh permukaan bumi. Sebagian lainnya akan
diserap baik oleh permukaan bumi yang warnanya agak gelap ataupun oleh gas
rumah kaca, yang sudah terkandung di dalam atmosfer. Gas rumah kaca ini
bertindak seperti benda hitam, yang di mana cahaya yang datang akan dipantulkan
kembali sebagai panas. Semakin banyak kandungan atau konsentrasi gas ini, maka
akan semakin banyak panas yang dilepaskan.
Maka dari itu maka semakin panas jugalah suhu di bumi, oleh karena itu
munculah efek rumah kaca yang selama ini menjadi permasalahan penting di
bumi.
PENYEBAB EFEK RUMAH KACA
Hal-hal yang menyebabkan efek rumah kaca adalah gas-gas rumah kaca, yang
diantaranya adalah sebagai berikut :
• Uap air • Ozon
• Karbondioksida • Nitrus Oxide
• Methana • CFC dan HFC
 Penbangan dan pembakaran hutan
 Penggunaan bahan bakar fosil
 Pencemaran laut
 Limbah industry, tambang, dan rumah tangga
AKIBAT EFEK RUMAH KACA
 Perubahan iklim yang ekstrim
 Meningkatnya permukaan air laut
 Meningkatnya suhu global
 Ganghuan ekologis
 Dampak social dan politik
ZAT ZAT YANG DAPAT MENIMBULKAN EFEK RUMAH KACA
1. PENGGUNAAN PUPUK KIMIA
2. PENEBANGAN HUTAN ATAU LAHAN YANG BERPINDAH
3. GAS RUMAH KACA
 Hujan Asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida
(CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang
gencar dilaksanakan.
Pembentukan Hujan Asam
Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4.
Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang
menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati
akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan
diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang
ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila
kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen
oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar
fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang
ini. Pembacaan pH di area industri kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat
keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan
penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi
dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong
asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran
hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara
regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di
daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung
memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi
ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk
hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi
ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout
untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium
di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir
berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan
fitoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya
kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin
pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan
terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat
sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting
menjadi hilang.
Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar
bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak
dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
Sejarah
Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota
penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith
menemukan hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam
tersebut mulai digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa hujan asam
dapat mengarah pada kehancuran alam.
Walaupun hujan asam ditemukan pada tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para
ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena
ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat pada
tahun 1990-an setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook
Experimental Forest di New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh hujan asam.
Metode Pencegahan
Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara
menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang
mengandung belerang dari cerobong mereka. Sebagai contoh FGD adalah wet
scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi dengan kipas yang
mengambil gas asap dari cerobong ke tower tersebut. Kapur atau batu kapur
dalam bentuk bubur juga diinjeksikan ke dalam tower sehingga bercampur dengan
gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium karbonat
dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral yang secara fisik
dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi
menjadi sulfat industri.
Di beberapa area, sulfat tersebut dijual ke pabrik kimia sebagai gipsum bila kadar
kalsium sulfatnya tinggi. Di tempat lain, sulfat tersebut ditempatkan di land-fill.

Anda mungkin juga menyukai