Disusun Oleh :
Teori ini menyebutkan bahwa Minyak Bumi dan Gas Alam terbentuk dari
beraneka jasad organik seperti hewan dan tumbuhan yang mati dan tertimbun
endapan pasir dan lumpur.
2. Teori Anorganik
Teori menyebutkan bahwa minyak bumi terbentuk karena aktivitas bakteri. Unsur
seperti oksigen, belerang dan nitrogen dari zat yang terkubur akibat aktivitas
bakteri berubah menjadi zat minyak yang berisi hidrokarbon.
3. Teori Duplex
Teori ini merupakan teori yang banyak digunakan oleh kalangan luas karena
menggabungkan Teori Biogenetik dengan Anorganik yang menjelaskan bahwa
minyak bumi dan gas alam terbentuk dari berbagai jenis organisme laut baik
hewan maupun tumbuhan.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah
menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang
mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock).
Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan
lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan
perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak
bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam
suatu perangkap disebut Non Associated Gas.
Karena perbedaan berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah,
dan air di bagian bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan
waktu yang lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui (unrenewable).
Menurut berbagai teori tersebut, minyak bumi terbentuk dari jasad renik yang
berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mati. Jasad renik tersebut
kemudian terbawa air sungai bersama lumpur dan mengendap di dasar laut.
Akibat pengaruh waktu yang mencapai ribuan bahkan jutaan tahun, temperatur
tinggi, dan tekanan oleh lapisan di atasnya, jasad renik berubah menjadi bintik-
bintik dan gelembung minyak atau gas.
Lumpur yang bercampur dengan jasad renik tersebut kemudian berubah menjadi
batuan sedimen yang berpori, sedangkan bintik minyak dan gas bergerak ke
tempat yang tekanannya rendah dan terakumulasi pada daerah
perangkap (trap) yang merupakan batuan kedap.
Pada daerah perangkap tersebut, gas alam, minyak, dan air terakumulasi
sebagai deposit minyak bumi. Rongga bagian atas merupakan gas alam,
sedangkan cairan minyak mengambang di atas deposit air.
4. Proses Akhir
Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi
ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai
mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
sebagai proses fisika, sedangkan Proses Sekunder adalah proses kimia. Hal itu
bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen atau fraksi minyak
bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisikanya, yaitu titik didih.
didalamnya terjadi proses perubahan struktur kimia minyak bumi tersebut. Rantai
dengan titik didih dan densitasnya. Semakin panjang rantai hidrokarbon maka
trayek didih dan densitasnya semakin besar. Nah, sifat fisika inilah yang
kemudian menjadi dasar dalam Proses Primer. Jumlah atom karbon dalam rantai
sebagai berikut :
5. Minyak Berat Rentang rantai karbon dari C31 sampai C40 Trayek didih
dari 130 sampai 300°C Peruntukan : Minyak pelumas, lilin, umpan proses
petrokimia
6. Residu Rentang rantai karbon diatas C40 Trayek didih diatas 300°C
Peruntukan : Bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas), aspal, bahan
pelapis anti bocor.
Melihat daftar trayek hidrokarbon diatas nampak ideal sekali, dimana perbedaan
sekarang kondisi diatas teramat sangat sulit dicapai.Kondisi ideal diatas sulit
didih dan densitas yang lebih ringan dibandingkan dengan rantai lurusnya. Misal,
normal-oktan (n-C8H18) titik didih dan densitasnya akan lebih besar dari pada
minyak bumi lebih memegang patokan kepada trayek titik didih daripada
komposisi atau rentang rantai karbonnya. Sehingga pada batas antara fraksi pasti
akan terjadi overlap (tumpang tindih) fraksi. Overlap ini kemudian disebut
sebagai minyak slops yang nantinya akan berfungsi sebagai bahan pencampur
akhir sehingga
memenuhi spesifikasi
ditentukan. Proses
terlebih dahulu dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai
dengan suhu ± 350°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian
masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada
pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan
dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
hidrokarbon ringan akan berada dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang
lebih berat dibawahnya. Pada tray (sekat dalam kolom) komponen itu akan
terkumpul sesuai fraksinya masing-masing. Pada setiap tingkatan atau fraksi yang
belum bisa langsung dipakai, karena masih harus ditambahkan aditif (zat
penambah) agar dapat memenuhi spesifikasi atau persyaratan atau baku mutu
Proses Sekunder pada kenyataannya minyak bumi tidak pernah ada yang sama,
sumur minyak yang menghasilkan minyak bumi dengan densitas (specific gravity)
yang lebih berat, terutama untuk sumur minyak yang sudah udzur atau memang
jenis minyak dalam sumur tersebut adalah jenis minyak berat. Pada pemompaan
minyak dari dalam sumur (reservoir) biasanya yang akan terpompakan pada awal-
awal produksi adalah bagian yang ringannya. Sehingga pada usia akhir sumur
beratnya daripada fraksi ringannya. Jadi, jika yang dimasak oleh proses primer
adalah minyak bumi jenis minyak berat maka hasilnya akan lebih banyak fraksi
beratnya (solar, minyak berat dan residu) daripada fraksi ringannya. Sementara
tuntutan pasar lebih banyak produk dari fraksi ringan dibandingkan fraksi
hidrokarbon rantai pendek, sehingga bisa menjadi fraksi ringan juga. Misal,
produk dari fraksi solar atau minyak berat menjadi dua buah molekul hidrokarbon
C15 yang merupakan produk dari fraksi minyak tanah atau kerosin, atau menjadi
sebuah molekul hidrokarbon C10 yang merupakan produk dari fraksi bensin dan
sebuah molekul hidrokarbon C20 yang merupakan produk dari fraksi solar. Proses
perengkahan ini sendiri ada dua dua cara, yaitu dengan cara menggunakan katalis
(catalytic cracking) dan cara tanpa menggunakan katalis atau dengan cara
produk yang diinginkan. Pada cara thermal cracking sangat sulit untuk mengatur
atau mengarahkan produk fraksi ringan mana yang diinginkan. Dengan cara ini
jika kita menginginkan membuat bensin yang lebih banyak dibandingkan minyak
tanah akan sulit dilakukan, padahal keduanya masih termasuk fraksi ringan.
Sementara jika menggunakan catalytic cracking kita akan lebih mudah mengatur
mood operasi. Misal kita hanya ingin memperbanyak produk bensin dibandingkan
minyak tanahnya, atau sebaliknya. Ilustrasinya kira-kira seperti jika kita akan
memecah sekeping kaca lebar. Jika menggunakan cara thermal cracking kita
ibarat memecahkan kaca tersebut dengan cara dibanting, ukurannya tidak akan
kaca dengan menggunakan pisau kaca, lebih teratur dan bisa sesuai keinginan kita.
yang lebih sempit dalam kolom fraksinasi dengan proses seperti halnya proses
setengah jadi dan selanjutnya ditambahkan aditif sesuai spesifikasi produk akhir
yang diinginkan.
1. Proses Destilasi
Tahap pertama adalah destilasi. Destilasi adalah proses pemisahan fraksi-fraksi yang ada
di minyak bumi, dimana pemisahan fraksi tersebut berdasarkan pada perbedaan titik
didih. Pada proses ini biasanya dilakukan pada sebuah wadah tabung tinggi yang kedap
terhadap udara. Awalnya minyak mentah akan dialirkan ke dalam tabung tersebut dan
kemudian dipanaskan dalam tekanan 1 atmosfer pada suhu 370 derajat Celcius.
Selanjutnya hasil dari fraks-fraksi tersebut nantinya dipisahkan, dimana fraksi yang
memiliki titik didih terendah akan menempati bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang
memiliki titik didih tinggi akan menempati bagian dasar tabung. Hasil dari proses
destilasi ini antara lain adalah gas, bensin, minyak tanah, diesel, oli, lilin dan aspal.
Dimana semua hasil tersebut belum menjadi bahan siap pakai karena belum melewati
tahap-tahapan selanjutnya.
2. Proses Cracking
Tahap kedua adalah cracking. Cracking adalah proses pengolahan minyak bumi yang
bertujuan untuk menguraikan molekul-molekul besar senyawa hidrokarbon menjadi
molekul hidrokarbon yang lebih kecil. Proses crakcing ini sering disebut sebagai proses
refinery. Secara umum proses cracking ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
3. Proses Reforming
Setelah melalui proses cracking maka selanjutnya adalah proses reforming. Proses
reforming adalah proses merubah struktur pada molekul fraksi yang mutunya buruk
menjadi molekul fraksi yang mutunya lebih baik. Pada proses reforming ini dapat
dilakukan dengan menggunakan katalis atau proses pemanasan. Karena proses reforming
ini bertujuan untuk merubah struktur pada molekul fraksi maka proses reforming ini
dapat disebut juga sebagai proses isomerasi.
5. Proses Treating
Prses kelima adalah treating. Treating adalah proses pemurnian fraksi minyak bumi
melalui tahap eliminasi bahan-bahan pengotor yang terlibat dalam proses pengolahan.
Bahan-bahan yang dihilangkan dalam proses treating ini antara lain bau tidak sedap yang
dihilangkan melalui proses copper sweetening and doctor treating, parafin yang
dihilangkan melalui proses solvent dewaxing, lumpur dan warna yang dihilangkan
melalui proses acid treatment, aspal yang dihilangkan melalui proses deasphalting dan
terakhir belerang melalui proses desulfurizing. Inti dari proses ini adalah mengeliminasi
bahan-bahan yang tidak memberikan mutu dalam proses pengolahan minyak mentah ini
sehingga hasil akhirnya nanti mutunya akan bertambah.
6. Proses Blending
Tahapan terakhir dalam proses pengolahan minyak bumi adalah blending. Blending
adalah proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk siap pakai dengan cara
menambahkan bahan-bahan aditif ke dalam fraksi minyak bumi. Salah satu bahan aktif
yang digunakan adalah TEL (tetra ethyl lead). TEL ini merupakan bahan aditif yang
digunakan untuk menaikkan bilangan oktan bensin. Setelah melalui proses ini maka hasil
dari pengolahan minyak bumi mutunya menjadi lebih baik dan menjadi bahan yang siap
pakai.
Bensin
Bensin atau gasoline (Amerika) atau petrol (Inggris) adalah salah satu jenis
bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga,
dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai
dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari
molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai.
Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah, maka akan
dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4 MJ.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari
perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung
hidrokarbon; atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang
berbeda-beda. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki
sifat yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling “ringan”;
bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin “berat”.
Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana, dan butana.
Dalam temperatur dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik
didih masing-masing -107, -67,-43 dan -18 derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai
dengan C18 berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat.
Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya,
sehingga pemisahan hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi. Prinsip inilah
yang diterapkan di pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi
hidrokarbon dari minyak mentah.
Analisis kimia dan produksi
Bensin diproduksi di kilang minyak. Material yang dipisahkan dari minyak
mentah lewat distilasi, belum dapat memenuhi standar bahan bakar untuk mesin-
mesin modern. Material ini nantinya akan menjadi campuran hasil akhir. Setiap
barel minyak bumi umumnya menghasilkan 74 liter bensin (46% basis volume),
namun besaran ini tergantung pada kualitas minyak bumi dan kualitas bensin yang
akan dihasilkan.
Semua bahan bakar yang disebut dengan bensin umumnya terdiri dari
hidrokarbon, dengan atom karbon berjumlah antara 4 sampai 12 (biasanya disebut
C4 sampai C12).
Karakteristik
CO2
CO dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, bersifat racun.
NOx (NO, NO2). Pembakaran bahan bakar dalam suhu yang tinggi di mana
nitrogen dalam udara ikut teroksidasi. NOx dapat menyebabkan hujan asam
dan smog fotokimia
Pb pada penggunaan bensin yang mengandung aditif senyawa timbal
bersifat racun
Bensin yang digunakan oleh kendaraan akan menimbulkan dua masalah utama.
Masalah pertama adalah asap dan ozon di kota-kota besar. Masalah kedua adalah
karbon dan gas rumah kaca.
Idealnya, ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, akan menghasilkan
CO2 dan H2O saja. Kenyataannya pembakaran di dalam mesin tidaklah sempurna,
dalam proses pembakaran bensin, dihasilkan juga: