RUMAH SAKIT X
KEPALA RUANGAN
Disusun Oleh :
1941313015
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
3. Mahasiswa Keperawatan
a. Jumlah = 10 Orang (1 orang Karu, 2 Katim)
1) Dinas Pagi = 4 Orang
2) Dinas Siang = 2 Orang
3) Dinas Malam = 1 Orang
Pembahasan
KETUA TIM A
Jenis Kelamin:
Laki-laki : 10 orang
Perempuan : 0 orang
B. Tingkat Ketergantungan
Tingkat Ketergantungan Jumlah
Total Care 0 orang
Parsial Care 8 orang
Minimal Care 2 orang
B. Tingkat Ketergantungan
2 Umur : 55Tahun
3 No. RM :
4 Hari rawatan :9
5 Tk. Ketergantungan : Parsial care
6 Diagnosa Medis : fraktur mandibula
7 Data Pasien:
DS:
Pasien mengeluhkan nyeri pada rahang akibat operasi
orif yang dijalaninya
Pasien mengeluhkan nyeri seperti teriris iris danngilu
Pesien mengatakan nyerinya mulai timbul ,nyeri
meningkat ketika
Membuka rahang
DO:
Pasien post op- Korif
Skala nyeri 3
TD :125/72
mmHg
N : 80 x/i
RR : 21x/i
T : 37,0 C
Pasien tampak meringis
DS:
Pasien mengeluhkan luka pada operasi terasabasah
DO:
Terdapat luka post operasi sepanjang 5x1 cm
Area luka teraba hangat
Leukosit 10.500
Luka tidak berbau
Luka tampak bewarna kemerahan
Crt ekstremitas
<2dtk
Hb 12 g/dl
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
8 Masalah Keperawatan:
Nyeri Akut b.d agen cidera biologis
Gangguan integritas jaringan b.d prosedur inpasiv
9 Intervensi:
Manajemen Nyeri
Perawatan Luka
10 Terapi:
IVFD Nacl 0,9 % 8j/kolf
Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr
Injeksi Ranitidine 2x1
Vipalbumine 3x1
11 RTL
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
2 Umur : 16Tahun
3 No. RM :
4 Hari rawatan :6
5 Tk.Ketergantungan : Minimal care
6 Diagnosa Medis : Anemia + Efusi Pleura + Hiperpirexia
7 Data Pasien:
Ds:
Pasien mengeluhkan sesak nafas
DO:
RR 21 x/menit
Nafas cuping hidung-
Otot bantu nafas+
Retraksi dinding dada-
Ronkhi -
Pasien tampak sesak Ds :
Pasien mengeluhkan demam
DO:
Suhu 37,8
Nadi 90x/i
RR 21x/i
Kulit teraba hangat
Leukosit16000
8 Masalah Keperawatan:
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
Hipertermia b.d proses penyakit
9 Intervensi:
Terapi oksigen
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
10 Terapi:
IVFD Nacl 0,9 % 8j/kolf
Terapi oksigen 2 lpm
Pcr 3x1
11 RTL
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
2 Umur : 25 Tahun
3 No. RM :
4 Hari rawatan :8
5 Tk.Ketergantungan : parsial care
6 Diagnosa Medis : Bronkitis + efusi pleura
7 Data Pasien:
Ds:
Pasien mengeluhkan sesak nafas
DO:
RR 21 x/menit
Nafas cuping hidung-
Otot bantu nafas+
Retraksi dinding dada-
Ronkhi -
Pasien tampak sesak Ds :
Pasien mengeluhkan demam
DO:
Suhu 37,8
Nadi 90x/i
RR 21x/i
Kulit teraba hangat
Leukosit16000
8 Masalah Keperawatan:
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
Hipertermia b.d proses penyakit
9 Intervensi:
Terapi oksigen
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
10 Terapi:
IVFD Nacl 0,9 % 8j/kolf
Terapi oksigen 2 lpm
Pcr 3x1
11 RTL
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
8 Masalah Keperawatan:
Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisiologis
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kuraangnya
aktivitas fisik
9 Intervensi:
Manajemen nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif
Pengurangan ansietas
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
10 Terapi:
11 RTL
Terapi lanjut
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
DS:
Klien mengatakan cemas dengan operasi yang akan
dilakukan
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
9 Intervensi:
Manajemen nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif
Pengurangan ansietas
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
10 Terapi:
11 RTL
Terapi lanjut
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
DS:
Klien mengatakan badan terasa lemas
DO:
Ht : 30 %
Hb : 9 g/dl
Bibir tampak kering
Suhu 37,9oC
Nadi 99x/i
RR 24x/i
Kulit teraba hangat
Turgor kulit jelek
8 Masalah Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan
penurunan mekanisme regulasi
9 Intervensi:
Perawatan Demam
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
10 Terapi:
- Terapi cairan NaCl 6 Jam/ kolf
- Injeksi ranitidine 80mg/8jam
- Injeksi vit.K 1 amp
11 RTL
Terapi lanjut
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
555 555
111 111
DS :
pasien mengeluh masih belum bisa menggerakkan
kakinya, dalam 5 hari ini pasien jarang bergerak
karena takut
DO :
Pasien tampak takut untuk bergerak
Ektremitas bawah pasien tampak kaku
Kekuatan otot
ASIA Skor
UER
Elbow fleksor 5
Wrist extensor 5
Elbow extensor 5
Finger fleksor 5
Finger adducsor 5
LER
Hip flexor 1
Knee extensor 1
Ankle dorsifleksor 1
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
8 Masalah Keperawatan:
Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisiologis
Hambaran mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
9 Intervensi:
Manajemen nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif
Terapi aktifitas
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
10 Terapi:
IVFD Nacl 0,9 % 8j/kolf
Terapi oksigen 2 lpm
Paracetamol 3x1
11 RTL
Terapi lanjut
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
2 Umur : 26 Tahun
3 No. RM :
4 Hari rawatan :3
5 Tk.Ketergantungan : parsial care
6 Diagnosa Medis : Efusi pleura
7 Data Pasien:
Ds:
Pasien mengeluhkan sesak nafas
DO:
RR 22 x/menit
Nafas cuping hidung-
Otot bantu nafas+
Retraksi dinding dada-
Ronkhi -
Pasien tampak sesak Ds :
Pasien mengeluhkan demam
DO:
Suhu 37,8
Nadi 90x/i
RR 21x/i
Kulit teraba hangat
Leukosit16000
8 Masalah Keperawatan:
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
Hipertermia b.d proses penyakit
9 Intervensi:
Terapi oksigen
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
10 Terapi:
IVFD Nacl 0,9 % 8j/kolf
Terapi oksigen 2 lpm
11 RTL
Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
9 Intervensi:
Manajemen nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif
Perawatan sirkulasi:Insuvisiensi vena
2. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara
komprehensif
10 Terapi:
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
Ht : 34 %
Hb : 9,0 g/dl
Bibir tampak kering
Suhu 37,2oC
Nadi 78 x/i
RR 22 x/i
Crt>2 dtk
Akral dingin
DS:
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
S:skala nyeri 4
8 Masalah Keperawatan:
1. Gangguan perfusi jaringan perifer
2. Nyeri akut b.d agencidera biologis
9 Intervensi:
Manajemen sirkulasi
Mqnqjemen nyeri
10 Terapi:
- Terapi cairan NaCl 6 Jam/ kolf
- Injeksi ranitidine 80mg/8jam
- Itranfusi PRC
11 RTL
Terapi lanjut
________________________________________________________________Kelompok P’19
Praktek Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
____________________________________________________________________________
________________________________________________________________Kelompok P’19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
DO :
- GCS : 15 Kesadaran CM
- KU : lemah
- Nafas 25 x/i
- Tekanan darah tidak stabil
Jam 07.00 TD : 96/55, N : 65 x/i
- Nadi Terasa Lemah
- Akral hangat
- Produksi drain 100 cc
- Klien masih terpasang vascon drip 1 ampul dalam 50
cc NaCL 0,9% kecepatan 15 cc/jam
- IVFD clinimik : 16 tts/I (sedang terpasang)
- Balutan luka tampak basah
- Leukosit 11.000
- Hb: 9,9 gr/dl
8 Masalah Keperawatan:
1. Risiko syok
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif
9 Intervensi:
1. Manajemen syok
2. Perawatan Luka
10 Terapi:
- vascon drip 1 ampul dalam 50 cc NaCL 0,9%
kecepatan 15 cc/jam
- IVFD clinimik : 16 tts/I (sedang terpasang
- Metronidazole 2x 40 mg
- Ceftriazon 2x1 gr
- Katerolac K/P 1 amp
- PCT tablet K/P 500mg
11 RTL
Manajemen syok: kontrol hemodinamik pasien
Perlindungan infeksi : perawatan luka
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
DO :
1. Pasien tampak meringis
2. Aliran urin pasien tidak lancar
3. Terjadi sumbatan pada kateter yang terpasang
4. TD :130/80mmHg
5. N : 99 x/i
6. Pasien tampak gelisah dan meringis
7. RR : 20x/i
8 Masalah Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urin Berhubungan dengan
obstruksi saluran kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
Biologis
9 Intervensi:
1. Pemantauan haluaran urin:
2. Manajemen Nyeri
10 Terapi:
Ceftriaxone 3x1 vial
RL 20 tts/i
Katerolac K/P amp
PCT tablet K/P 500mg
11 RTL
1 Manajemen Nyeri teknik relaksasi napas dalam dan
farmakologi
2 Pemantauan haluaran urin
3 pasien rencana konsul penyakit dalam dan konsul
dr.bedah terkait perencanaan operasi
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
DO:
TD : 140/100 mmHg
RR : 25 x/i
CRT > 2 detik
Pasien tampak edeme diseluruh tubuh( wjah,tungkai)
Ureum darah : 55 mg/dl
Kreatinin darah : 1,4 mg/dl
GDS 230 gr/dl
HB: 10,5 gr/dl
8 Masalah Keperawatan:
1. Kelebihan cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
2. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan
retensi insulin
9 Intervensi:
1. Manajemen hypervolemia
2. Manajemen hiperglikemi
10 Terapi:
1. IVFD Easprimer 250 cc 4 jam/kolof
2. IVFD NaCl 0,9% 12 jam / kolof
3. Asam folat 1 × 5 gr
4. Ceftriaxone 2 × 1 gr
5. Amlodipine 1 × 5 gr
6. Metronidazole 3 × 500 gr
7. Injeksi lasix 2x1 ampul
8. Diet DD 1700 kkal
9. Injeksi Novorapid 6 unit sebelum makan dosis
koreksi
11 RTL
1. Monitor cairan
2. Monitor GDS
3. Klien direncanakan cuci darah pagi ini jam 10.00 wib
(cimino sudah terpasang )
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
8 Masalah Keperawatan:
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
4. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan retensi
insulin
9 Intervensi:
3. Manajemen hypervolemia
4. Manajemen hiperglikemi
10 Terapi:
10. IVFD Easprimer 250 cc 4 jam/kolof
11. IVFD NaCl 0,9% 12 jam / kolof
12. Asam folat 1 × 5 gr
13. Ceftriaxone 2 × 1 gr
14. Amlodipine 1 × 5 gr
15. Metronidazole 3 × 500 gr
16. Diet DD 1900 kkal
17. Injeksi Novorapid 7 unit
11 RTL
4. Monitor GDS setiap sebelum makan
5. Rencana cuci darah (2 kali seminggu)
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
8 Masalah Keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan
nafas
2. Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
3. Kerusakan integritas jaringan b.d agen cedera kimiawi
d.d cedera jaringan
9 Intervensi:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen Nyeri
3. Perawatan luka
10 Terapi :
1. IVFD NaCl 0,9% 6 jam / kolof
2. Keterolac 2 × 1 ampul
3. Paracetamol 3 × 500 mg
4. Ranitidine 2 × 1 ampul
5. Ceftriaxone 2 × 1 gr
11 RTL :
1. Redressing 2 kali sehari
2. Manajemen nyeri dengan teknk relaksasi distraksi
Kelompok P19
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
9 Intervensi:
1. Manajemen Nyeri
2. Kontrol infeksi
10 Terapi:
1. Injeksi : ceftriaxone, vit K, omeprazole 320 mg,
metrodinazole 500 cc
2. Oral : Paracetamol 2 × 500 mg
3. IVFD : NaCl 0,9% 8 jam/kolof, Tutofusin 8
jam/kolof
4. Diet : air putih 6 × 50 cc
11 RTL
1. Monitor luka
2. Monitor residu lambung
3. Manajemen nyeri dengan teknik relaksasi distraksi
Kelompok P19
No.MR :
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Nama :Tn.G
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020 JenisKelamin :L
TglLahir : 55thn
RENCANA KEPERAWATAN
Masalah belum
555 555
teratasi
111 111 P:
Pertahankan
Wrist extensor 5
intervensi terapi
Elbow extensor 5
latihan : Pergerakan
Finger fleksor 5
sendi
Finger adducsor 5
LER
Hip flexor 1
Knee extensor 1
Ankle dorsifleksor 1
Long toe extensor 1
Ankle plantarfleksor 1
Nyeri akut b.d agen cidera Kontrol nyeri Manajemen nyeri 1. Mengkaji nyeri secara S :
biologis indikator 1. Kaji nyeri secara komprehensif Pasien mengatakan
DS : Pasien mampu komprehensif sudah tidak nyeri
Pasien mengeluh nyeri pada 2. Observasi petunjuk 2. Mengobservasi petunjuk
menggunakan lagi
non verbal
punggung berdenyut denyut, tindakan nonverbal O:
nyeri terasa terus menerus pengurangan nyeri 3. Ajarkan teknik non 3. Mengajarkan pasien TD 120/80 mmHg
DO : tanpa analgetik farmakologi untuk tenik relaksasi nafas N 90x/i
Skala nyeri 2 Melaporkan nyeri pengurangan nyeri dalam RR 20x/i
Pasien tampak sedikit terkontrol 4. Kolaborasi pemberian T 37,0 C
meringis analgetik A:
TTV : 5. Anjurkan pasien untuk Masalah teratasi
TD 120/80 mmHg istirahat P:
N 88 x/i Hentikan intervensi
RR 20x/i manajemen nyeri
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
P : intervensi dilanjutkan
dengan perawatan
sirkulasi
RENCANA KEPERAWATAN
P: Intervensi manajemen
cairan dilanjutkan
Ketidakseimbangan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi 1. Menentukan status S: Dinda
nutrisi : kurang dari Indikator Aktivitas : gizi melalui berat - Pasien mengatakan jeanita
kebutuhan tubuh b/d 1. Tentukan status gizi dan badan dan tinggi mual masih ada
mual dan nafsu makan Asupan kemampuan pasien untuk badan pasien - Pasien mengatakan
menurun Makanan memenuhi kebutuhan gizi 2. Mengidentifikasi nafsu makan sedikit
DS : adekuat 2. Identifikasi adanya alergi adanya alergi pasien meningkat dari
Asupan cairan atau intoleransi makanan terhadap makanan sebelumnya
Pasien mengatakan yang dimiliki pasien 3. Menentukan jenis
Latifa Hidayani Abas, S.Kep
1941313015
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
DO: Tidak ada keluaran cairan asupan dan output Suhu : 37,50C
Suhu 37,6 peningkatan 4. Berikan obat atau cairan cairan Nadi : 95 x/i
Nadi 90x/i suhu kulit IV Memberikan obat TD : 120/70
RR 22x/i Tidak ada 5. Dorong pasien untuk melalui IV mmHg
Kulit teraba hangat hipertermia mengkonsumsi cairan Menyarankan pasien A : masalah keperawatan
Leukosit 16000 6. Berikan oksigen mengkonsumsi cairan hipertermia
7. Kolaborasi pemberian Memberikan P : intervensi dilanjutkan
antipiretik antipiretik sesuai dengan manajemen
8. Lembabkan bibir dan saran dokter demam.
mukosa hidung yang
kering
Kolaborasi jam
1) Kontrol kepatenan aliran A : Masalah belum
cairan intravena. teratasi
2) Berikan obat sesuai P : Intervensi
indikasi dokter. dilanjutkan
3) Pantau hasil laboraturium, - Kontrol TTV :
GDA dan kadar laktat. TD, Nadi dan
1. Pernafasan
- Kontrol cairan
- Kontrol
perdarahan
- Kontrol
haluaran urin
- Kontrol GCS
Rabu, 1 Resiko Infeksi Tingkat infeksi Perawatan luka 1. Memonitor karakteristik S:
Juli 2020 berhubungan dengan efek Kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik luka luka ( mis: drainase, warna, Klien mengatakan
prosedur invasif 1. Demam (5). ( mis: drainase, warna, ukuran, bau) merasa nyaman
2. Kemerahan pada ukuran, bau) 2. Memonitor tanda-tanda setelah lukanya
DS : luka (5) 2. Monitor tanda-tanda infeksi dibersihkan
Shiff - Klien mengatakan 3. Nyeri (5). infeksi 3. Melepaskan balutan secara
pagi balutan lukanya selalu 4. bengkak (5). 3. Lepaskan balutan secara perlahan O:
basah 5. Cairan berbau busuk perlahan 4. Membersihkan dengan - Luka tampak
DO : (5). 4. Bersihkan dengan cairan cairan NaCl sesuai bersih
Winda
- Luka operasi pasien 6. Kadar sel darah putih NaCl sesuai kebutuhan kebutuhan - Produksi pus
tampak basah (5) 5. Berikan salep yang sesuai 5. Memberikan salep yang pada luka ± 5
- Terdapat pus pada 7. Kultur area luka (5) ke kulit/lesi sesuai ke kulit/lesi cc
luka pasien 6. Pasang balutan luka sesuai 6. Memasang balutan luka A:
- Suhu : 37,8 0C jenis luka sesuai jenis luka Masalah belum
- Leukosit : 12.500 7. Pertahankan teknik steril 7. Mempertahankan teknik teratasi
- Drain masih saat melakukan perawatan steril saat melakukan
terpasang: produksi ± luka perawatan luka P:
100 cc 8. Ganti balutan sesuai 8. Mengganti balutan sesuai Intervensi
Latifa Hidayani Abas, S.Kep
1941313015
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
P:
Intervensi
dhentikan
tampak bersih P:
- Nadi : 86 x/I Intervensi
- TD : 120 / 70 dilanjutkan
mmHg manajemen nyeri
- RR : 20 x/m
Risiko Infeksi Tingkat infeksi Perawatan luka Perawatan Luka S:
Faktor Risiko Kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik luka 1. Melakukan perawatan luka pasien mengatakan
Prosedur impasif : 1. 1. Demam (5). ( mis: drainase, warna, drainase luka sudah bersih dan
- Terdapat 2 luka 2. Kemerahan pada ukuran, bau) 2. Luka tampak bersih merasa nyaman
bekas operasi luka (5) 2. Monitor tanda-tanda 3. Tidak ada pus pada luka setelah luka
dibagian perut, luka 3. Nyeri (5). infeksi 4. Jaringan sekitar luka dibersihkan
jahitan, dan 1 luka 4. bengkak (5). 3. Lepaskan balutan secara kering, tidak ada jaringan O:
dengan drainase 5. Cairan berbau perlahan nekrotik Balutan luka bersih,
- Balutan luka busuk (5). 4. Bersihkan dengan cairan 5. Luka bewarna merah ridak ada pendarahan
tampak bersih 6. Kadar sel darah NaCl sesuai kebutuhan muda pada luka, tidak ada
- Tidak ada putih (5) 5. Berikan salep yang sesuai 6. Memberikan inj.antibiotik jaringan nekrotik dan
pendarahan 7. Kultur area luka ke kulit/lesi ceftriaxone 1 gr (lanjut luka tidak berbau
(5) 6. Pasang balutan luka sesuai siang dan malam ) TD : 120/80 mmHg
jenis luka 7. Menginstruksikan pasien N : 82 x/I
7. Pertahankan teknik steril untuk meningkatkan
saat melakukan perawatan asupan nutrisi A:
luka 8. Menjelaskan tanda-tanda Masalah teratasi
8. Ganti balutan sesuai infeksi kepada keluarga sebagian
eksudat dan drainase dan pasien
9. Edukasi pasien tentang 9. Memonitor pemulihan P:
tanda dan gejala infeksi pembedahan Intervensi
10. Anjurkan klien untuk dilanjutkan,
meningkatkan nutrisi optimalkan
sesuai indikasi diet klien perawatan luka
dengan tekhnik
steril
P:
Intervensi
dilanjutkan dengan
manajemen
elektrolit
Latifa Hidayani Abas, S.Kep
1941313015
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
Monitor TTV
Monitor hasil
labor
Monitor intake
output cairan
Monitor
pernapasan
Rabu / Ketidakstabilan gula 3. Blood Glucose, Risk Manajemen Hiperglikemi 1. Memantau kadar S: CICI
01 Juli darah berhubungan For Unstable 1. Memantau kadar glukosa darah, glukosa darah Pasien mengatakan
2020 dengan retensi insulin 4. Diabetes Self seperti yang ditunjukkan 2. Melihat tanda-tanda sering pusing tanpa
DS : Management 2. Pantau tanda-tanda dan gejala hiperglikemi tau sebabnya
Klien mengatakan hiperglikemia : poliuria, 3. Memonitor hasil
Shift menderita DM sejak 3 Indikator : polidipsia, polifagia, lemah, labor O:
Pagi tahun yang lalu 6. Kepatuhan Perilaku kelesuan, malaise, mengaburkan 4. Memonitor TTV GDS : 180
Pasien mengatakan : diet sehat (5/5) visi, atau sakit kepala 5. Memonitor intake TD : 120/70 mmHg
bahwa kakinya sering 7. Dapat mengontrol 3. Memantau keton urin, seperti dan output N : 95x/i
terasa kebas dan tidak kadar glukosa darah yang ditunjukkan 6. Kolaborasi pemberian RR : 20x/i
terasa jika menginjak (5/5) 4. Memantau abg, elektrolit, dan insulin CRT > 2 detik
sesuatu 8. Dapat mengontrol tingkat betahydroxybutyrate, 7. Kolaborasi diet DM
DO : stress (5/5) sebagai tersedia A:
GDS : 210 9. Dapat 5. Memantau tekanan darah dan Masalah teratasi
CRT > 2 detik memanajemen dan denyut nadi ortostatik, seperti sebagian
mencegah penyakit yang ditunjukkan
semakin parah (5/5) 6. Mengelola insulin, seperti yang P : Intervensi
10. Dapat meningkatkan ditentukan dilanjutkan dengan
istirahat (5/5) 7. Konsultasikan dengan dokter manajemen
jika tanda dan gejala hiperglikemi, yaitu
hiperglikemia menetap atau Monitor TTV
memburuk Monitor GDS
Latifa Hidayani Abas, S.Kep
1941313015
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
Rabu / Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri S: CICI
01 Juli kerusakan kulit dan keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian 1. Melakukan 1. Pasien mengatakan
2020 jaringan pasien menunjukkan nyeri nyeri komprehensif pengkajian nyeri nyeri saat perawatan
DS : dalam batas normal yang meliputi lokasi, komprehensif luka dilakukan
1) P : Nyeri akibat karakteristik, yang meliputi
Shift luka trauma luka Tingkat Nyeri onset/durasi, lokasi, O:
Pagi bakar 1. Nyeri yang dilaporkan frekuensi, kualitas, karakteristik, 1. S : 37,5oC
2) Q : Nyeri terasa tidak ada intensitas atau onset/durasi, 2. CRT > 2 detik
3) panas 2. Panjannya episode nyeri beratnya nyeri dan frekuensi, 3. Kulit tampak kering
4) R : Rasa nyeri tidak ada faktor pencetus kualitas, intensitas 4. TD : 130/70 mmHg
terasa di wajah, 3. Mengerang dan menangis 2. Observasi adanya atau beratnya 5. Persentase luka bakar
tangan kiri tidak ada petunjuk non verbal nyeri dan faktor : 18%
baguan depan 4. Ekspresi wajah saat nyeri 3. Pastikan perawatan pencetus 6. Luka bakar derajat 3
dann setengah tidak ada analgesik bagi pasien 2. Mengamati 7. Luka tampak merah
badan bagian 5. Dapat beristirahat 4. Tentukan akibat dari adanya petunjuk dan berair warna
depan 6. Tidak ada agitasi pengalaman nyeri non verbal putih
5) S : Skala Nyeri 6 7. Tidak ada kehilangan terhadap kualitas 3. memastikan
6) T : Hilang timbul nafsu makan hidup perawatan
dan meningkat 5. Ajarkan prinsip- analgesik bagi 8.
jika adanya prinsip manajemen pasien A:
aktivitas nyeri 4. menentukan Masalah belum teratasi
DO : 6. Ajarkan penggunaan akibat dari
1) Bulu hidung teknik non pengalaman nyeri P:
hangus farmakologi ( teknik terhadap kualitas Intervensi dilanjutkan
2) Penggunaan otot relaksasi napas hidup dengan perawatan luka
bantu napas dalam) 5. Mengajarkan dan perlindungan infeksi
3) RR : 27x/i prinsip-prinsip
4) S : 37,5oC manajemen nyeri
5) N : 110 x/i 6. Mengajarkan
6) CRT > 2 detik penggunaan
7) Kulit tampak teknik non
kering farmakologi (
Latifa Hidayani Abas, S.Kep
1941313015
Program Profesi Ners Manajemen Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
EVALUASI KEGIATAN
KEPALA RUANGAN
Hari / Tanggal : Rabu / 1 Juli 2020 Ruangan : Melati Kelas I
A. Perencanaan
1. Mengikuti overran dengan dinas malam
a. Mengidentifkasi jumlah pasien dan tingkat ketergantungan
Tim A Awal
Jumlah Pasien
Minimal care : 2
Partial care : 8
Total care : 0 +
Jumlah : 10 orang
Tim A Akhir
Jumlah Pasien
Minimal care : 2
Partial care : 8
Total care : 0 +
Jumlah : 10 orang
Tim B Awal
Jumlah Pasien
Minimal care : 3
Partial care : 4
Total care : 2 +
Jumlah : 9 orang
Tim B Akhir
Jumlah Pasien
Minimal care : 3
Partial care : 4
Total care : 2 +
Jumlah : 9 orang
B. Staffing
1. Membagi jumlah perawat berdasarkan tingkat ketergantungan
a. Tim A membutuhkan : 6 orang perawat
- Pagi : 3 orang perawat
- Sore : 2 orang perawat
- Malam : 1 orang perawat
b. Tim B membutuhkan : 7 orang perawat
- Pagi : 3 orang perawat
- Sore : 2 orang perawat
- Malam : 2 orang perawat
a. Pagi
Tim A
- Perawat ruangan : 3 orang perawat
- Mahasiswa : 2 orang mahasiswa +
jumlah : 5 orang
Tim B
- Perawat ruangan : 3 orang perawat
- Mahasiswa : 2 orang mahasiswa +
jumlah : 5 orang
C. Pengarahan
Memberi penghargaan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan keterampilan dan sikap
perawat pelaksana
Memberi pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan baik
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep
pasien
Melibatkan perawat pelaksana dalam kegiatan asuhan keperawatan
Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
D. Pengawasan
Melakukan pengawasan langsung terhadap katim dan perawat pelaksana tentang
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
Memeriksa daftar hadir
E. Ketenagaan
Menghitung jumlah tenaga yang dibutuhkan
F. Evaluasi
Evaluasi jumlah pasien awal dan jumlah pasien akhir di Tim A
Evaluasi jumlah pasien awal dan jumlah pasien akhir di Tim B
Evaluasi hasil pelaksanaan tugas ketua Tim
Evaluasi hasil kemampuan pelaksanaan tugas perawat pelaksana
1 MINIMAL CARE
2 PARTIAL CARE
TOTAL CARE
g.Dimandikan perawat
7.Perawatan kolostomi
9.Menggunakan WSD
11.Menggunakan traksi
2 PARTIAL CARE √ √ √ √
1.Klien memerlukan bantuan perawat sebagian √ √ √ √
a.Membutuhkan satu orang untuk naik dan turun tempat tidur √ √ √ √
b.Membutuhkan bantuan untuk ambulasi √ √ √ √
c.Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan bantuan √ √ √ √
d.Membutuhkan bantuan untuk makan/disuapi √ √ √ √
e.membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut √ √ √ √
f.membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan √ √ √ √
g.membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK di tempat tidur/kamar
mandi
2.Post op minor
3.Melewati fase akut dari post op mayor
4.Fase awal dari penyembuhan
TOTAL CARE
Total care = 5
Parcial care = 12
Minimal care = 2
Oleh :
Kelompok P19
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Kelompok P19
A. Deskripsi Kasus
Kelompok P19
Yang menarik dari kasus ini adalah tidaknya peningkatan yang
berarti pada pasien setelah semua intervensi diatas diberikan.
B. Keadaan Emosi
Positif :
Bisa menangani pasien dengan kasus yang jarang dialami pada kasus tipoid
biaanya setelah diberikan asuhan keperawatan sesuai SOP.
Mengetahui bagaimana penangan pada pasien dengan tipoid yang tidak
kunjung sembuh setelah melewati masa inkubasi dari penyakit.
Negatif:
Merasa tidakmaksimaldalammemberikan asuhan keperawatan pada pasien
meskipun sudah sesuai dengan SOP
Merasa kasihan dengan pasien dan keluaga yang harus menjalani masa
rawatan lebih panjang dari kasus tipoid biasanya.
C. Evaluasi
Berdasarkan kasus tersebut didapatkan pengalaman negative bahwa kurang
maksimalnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan tipoid.
Meskipun sudah dilakukan berbagai intervensi sesui dengan SOP yang benar
namun deman klien tak kunjung turun setelah diberi asuhan keperawatan
selama 7 hari rawatan.
Dari kasus tersebut pengalaman yang positif bahwa perlu ditingkatkannya
manajemen hipertermi dan manajemen nutrisi. Pada kasus demam tipoid perlu
diperhatikan manajemen hipertermi seperti memonitor suhu karena pada
penderita tipoid yang komplikasi suhu aksila lebih rendah dari pada suhu di
dahi hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kesadaran paa pasien
(Kemenkes, 2006).
Pada masalah keperwatan manajemen nutrisi perlu diperhatikan makanan
yang dikonsumsi oleh klien yaitu rendah serat untuk menghindari terjadinya
komplikasi seperti perforasi dan perdarahan dan peningkatan asupan cairan
sesuai dengan kebutuhan tubuh per hari (Kemenkes, 2006).
Kelompok P19
D. Analisis
1. Yang dapat dipelajari dari kasus ini adalah proses pengkajian dan
pelaksanaan intervensi yang diberikan. Salah satu aktivitas untuk
menurunkan hipertermi adalah dengan mengompres. Kompres yang benar
adalah menggunakan air hangat dan dikompres di lipatan-lipatan tubuh.
Kebanyakan keluarga pasien mengompres hanya di bagian dahi saja.
Perawat perlu mengajarkan cara mengompres dengan benar.
2. Pasien juga tidak mau makan dan keluarga tidak bisa memaksa pasien
dengan baik sehingga kebutuhan nutrisi pasien tidak terpenuhi. Sebagai
perawat, dapat memberikan tips pada pasien dan keluarga untuk makan
sedikit tapi sering sehingga kebutuhan nutrisi pasien tetap terpenuhi.
Selanjutnya dapat juga dengan menyediakan makanan kesukaan pasien.
E. Kesimpulan
1. Perawat dan dokter perlu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga mengenai penyakitnya dengan rinci namun mudah dipahami .
2. Perawat dapat memberikan tips-tips dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pasien seperti pasien tidak nafsu makan, maka tipsnya adalah
menyediakan makanan yang disukai pasien dan makan dengan porsi
sedikit namun sering.
3. Perawat perlu mendemonstrasikan cara perawatan pasien, seperti kompres
sehingga keluarga mendapat gambaran yang pasti dan tujuan yang
diinginkan tercapai dari tindakan tersebut.
F. Tindak Lanjut
1. Fungsi perawat sebagai educator bagi pasien dan keluarga harus berjalan
dengan baik, menjelaskan dan mmberikan pendidikan kesehatan mengenai
cara perawatan pasien yang benar.
2. Perawat harus selalu mengkaji ulang permasalahan dan evaluasi tindakan
yang diberikan sehingga dapat dicarikan solusi jika tindakan yang
dilakukan sebelumnya tidak efektif.
Kelompok P19
3. Mengajarkan keluarga mengenai cara perawatan pasien harus disertai
dengan demonstrasi sehingga keluarga paham dan tergambar jelas
langkah-langkah pelaksanaanya.
Kelompok P19
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
1. Manajemen cairan pada penderita typoid adalah salah satu intervensi yang
perlu diperhatikan dan dimonitor oleh perawat. Demam dan mual muntah
dapat menyebabkan pengeluaran cairan tubuh yang berlebih sehingga
mengakibatkan berkurangnya volume cairan pada tubuh sehingga penderita
harus mendapat cairan yang cukup baik secara oral maupun parenteral.
Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Perawat perlu
mencatat cairan yang masuk dan cairan yang keluar seperti urine dan feses.
Meskipun telah mendapat cairan melalui infus namun sikap pasien yang
tidak mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan dapat menyebabkan
kebutuhan cairan kurang terpenuhi. Pada dewasa asupan cairan berkisar
1200 cc sampai 1500 cc per hari. Pada pasien tifoid sangat dianjurkan untuk
mengonsumsi air sebanyak 1900 cc sebagai batas optimal. Pada pasien
typoid sikap positif dalam mengonsumsi air sangat diperlukan guna
menurunkan panas tubuh.
2. Pasien typoid memiliki ciri khas demam yang naik turun, jika demam terlalu
tinggi dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Sehingga pasien dengan
demam typoid perlu dilakukan monitor tanda-tanda vital terutama suhu
pasien secara intens. Disarankan untuk melakukan pengecekkan suhu setiap
3 jam terutama pada sore dan malam hari sebagai mana gejala khas dari
demam typoid yaitu demam tinggi di sore dan malam hari.
Kelompok P19
3. Manajemen termoregulasi pada pasien dengan demam typoid adalah salah
satu intervensi yang diutamakan. Aktivitas yang dilakukan untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi pasien adalah dengan mengompres pasien
dengan benar. Kompres menggunakan air hangat sangat dianjurkan dan
tidak dianjurkan untuk menggunakan air dingin karena penurunan suhu yang
ekstrim dapat menyebabkan pasien menggigil. Selain itu, lokasi
pengompresan juga faktor penting untuk menurunkan panas pada pasien,
yaitu pada lipatan-lipatan tubuh seperti lipatan ketiak, leher dan paha.
Daerah tersebut adalah daerah yang banyak dilintasi oleh pembuluh darah
sehingga sel saraf akan segera mengirimkan sinyal ke thermostat untuk
segera menurunkan suhu tubuh pasien. Selain itu, kompres dengan air
hangat akan melebarkan pembuluh darah pasien sehingga panas tubuh dapat
terbuang ke udara dengan cepat. Selain itu, waktu pengompresan harus
diperhatikan. Lama kain pengompresan diletakkan selama 4 sampai 5 menit,
lalu harus dibasahkan kembali. Jika kain pengompresan terlalu lama
diletakkan pada tubuh pasien akan mengganggu proses pengeluaran panas
pada tubuh pasien.
Kelompok P19
4. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga secar
rinci namun mudah dipahami mengenai perawatan pada pasein dengan
typoid seperti cara mengompres, yaitu tidak dianjurkan menggunakan air
dingin dan kain kompres tidak boleh lebih dari 5 menit untk di letakkan
dilokasi pengompresan karena akan mengganggu proses pengeluaran
panas tubuh.
Kelompok P19
EVALUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
MENGENAI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DEMA TYPOID
Kelompok P19
Saran Penggunaan Kompres Panas
c) Kompres dingin
Kompres jenis ini dapat mengurangi aliran darah dan aktivitas saraf
pada area yang mengalami gangguan, sehingga akan turut mengurangi
pembengkakan, peradangan, dan rasa sakit yang timbul. Beberapa pilihan
kompres dingin yang bisa dilakukan, antara lain:
(a) Handuk dingin.
(b) Kompres es atau gel beku.
Kelompok P19
(c) Semprotan pendingin.
(d) Pijat es.
(e) Mandi air es.
Jangan berikan kompres dingin pada otot atau sendi yang kaku.
Jangan pula gunakan kompres dingin jika Anda memiliki sirkulasi darah
yang tidak baik, menderita diabetes, atau gangguan saraf sensorik yang
tidak mampu merasakan sensasi tertentu. Penderita gangguan sensorik
mungkin tidak menyadari jika kerusakan jaringan atau cedera lain telah
terjadi akibat ketidakmampuannya merasakan hawa dingin.
Kelompok P19
tubuh. Hentikan kompres dingin jika area tubuh yang dikompres makin
membengkak setelah 48 jam penggunaan kompres dingin.
Kelompok P19
d. Feces : pengeluaran air melalui feses berkisaran antara
100-200ml/hari, yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Kelompok P19
Output cairan :
a. Urine = ... cc
b. Feses = ... cc (kondisi normal BAB feses =
100cc)
c. Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka
= ...cc
d. IWL = ... cc (hitung IWL = 15
cc/kgBB/hari
Kelompok P19
makanan dan buah yang kita makan. Jadi kalau dihitung-hitung,
setidaknya air putih yang kita minum selain dari makanan adalah 8 gelas
sehari. Berbeda dengan orang yang sedang dalam keadaan sakit, mereka
memerlukan air putih lebih banyak dari ukuran normal, karena pada waku
sakit lebih banyak cairan yang digunakan untuk kegiatan 12 metabolisme
dalam tubuh. Dua belas gelas per hari adalah ukuran minimal yang harus
diminum dalam kondisi pemulihan kesehatan (Hafiduddin dkk, 2016: 39).
implementasi yang terakhir adalah beri terapi cairan sesuai advis
dokter. mengganti cairan yang hilang dan mengembalikan keseimbangan
elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik kembali tercapai. Selain
pertimbangan derajat dehidrasi, penanganan juga ditujukan untuk
mengoreksi status osmolaritas dan mencegah terjadinya syok hipovolemik
( Leksana, 2015:71).
Pada tahap ini dapat diberikan cairan kristaloid isotonik, seperti
ringer lactate (RL) atau NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB. Perbaikan cairan
intravaskuler dapat dilihat dari perbaikan takikardi, denyut nadi, produksi
urin, dan status mental pasien. Apabila perbaikan belum terjadi setelah
cairan diberikan dengan kecepatan hingga 60 mL/kgBB dapat diberikan
untuk mencapai kondisi rehidrasi. Saat pasien telah dapat minum atau
makan, asupan oral dapat segera diberikan ( Leksana, 2015:72). Jenis
minuman yang dikonsumsi dibagi menjadi 5, yaitu air, minuman
karbohidrat, minuman elektrolit, minuman karbohidrat- elektrolit dan
minuman berkarbonasi. Air adalah minuman yang jernih, tidak berasa dan
tidak berbau. Minuman karbohidrat adalah minuman yang mengandung
gula, contohnya teh, kopi, es, minuman rasa buah. Minuman elektrolit
adalah minuman yang mengandung beberapa elektrolit seperti natrium,
kalium, klorida, contohnya minuman ionisasi. Minuman karbohidrat-
elektrolit adalah minuman yang mengandung gula dan beberapa elektrolit
seperti natrium, kalium, klorida, contohnya jus buah atau sayuran, susu,
sport drink. Minuman berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan
melarutkan gas karbondioksida dalam air minum, minuman ini sering
disebut minuman soda (Putriana, 2014: 691). Dalam kasus demam tifoid
Kelompok P19
ini cairan ynag tepat dikonsumsi yaitu air dan Minuman elektrolit karena
untuk mengganti kekurangan cairan pada tubuh.
(Rusmana, 2013). Keluhan utama yang paling sering adalah demam 94,4%
(Setiabudi, 2005). Demam merupakan akibat kenaikan set point oleh sebab
endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN
point hipotalamus.
demam dan banyak yang melaporkan bahwa demam terasa lebih tinggi
saat sore atau malam hari dibandingkan pagi harinya. Ada juga yang
bertahap tiap hari (IDAI, 2008). pada minggu pertama, suhu tubuh
hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. mencapai titik
(demam kontinyu). Bila pasien membaik maka pada minggu ke tiga suhu
Kelompok P19
tubuh akan berangsur turun dan dapat kembali normal pada akhir minggu
Demam khas tifoid tidak selalu ada, tipe demam menjadi tidak
komplikasi yang dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita,
Kelompok P19
Kelompok P19
DAFTAR PUSTAKA
Leksana, Eri. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. SMF Anestesi. Vol 42.
No 1. Hal 71. Semarang: Universitas Diponegoro.
Saputra, Lyndon. 2012. Pengantar Kebutuhan Manusia. Tanggerang Selatan:
Binarupa Aksara Publikasi.
Putriana, Dittasari., Fillah Fithra Dieny. 2014. Konsumsi cairan priode latihan dan
status hidrasi setelah latihan pada atlet sepak bola remaja. Journal of
Nutrition College. Vol 3. No 4. Hal 691. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Mutya,E. 2017. Upaya Peningkatan Volume Cairan Pada Pasien Dengan Demam
Tifoid. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kelompok P19