Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSEP DASAR
A. Mobilitas Fisik
1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas dari kebiasaan normalnya. (Mubarak, 2008).
3. Anatomi Fisiologi
a. Sistem Skeletal
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang,
yaitu:
1) Tulang panjang
Membentuk tinggi tubuh (misal : femur, tibia, fibula)
2) Tulang pendek
Ada dalam dua bentuk berkelompok dan ketika dikombinasikan dengan
ligamen dan kartilago, akan menghasilkan gerakan pada ekstremitas
3) Tulang pipih
Mendukung struktur bentuk, seperti tulang tengkorak dan tulang rusuk
di toraks.
4) Tulang ireguler
Membentuk columna vertebra dan beberapa tulang tengkorak, seperti
mandibula
b. Sendi
Sendi adalah hubungan diantara tulang, setiap sendi diklasifikasikan
sesuai dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Ada 4 klasifikasi sendi
yaitu :
1) Sendi kartilaginus
Memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago
untuk menyatukan permukaanya
2) Sendi sinastik
Mengacu pada ikatan tulang dengan tulang (sacrum, vertebra)
3) Sendi fibrosa
Sendi tempat kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau
membrane (Mc. Cance dan Haether, 1994).
4) Sendi sinoval
Sendi yang dapat digerakkan secara bebas karena permukaan tulang
yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan
oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial.
c. Ligamen
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel, mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan
kartilago
d. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa putih, mengkilat, yang menghubungkan
otot dengan tulang. Tendon achiles (kalkaneus) adalah tendon yang paling
tebal dan paling kuat di dalam tubuh.
e. Kartilago
Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vasikuler,
yang terletak terutama di sendi dan toraks, trakea, laring, hidung dan telinga.
f. Fisiologi dan regulasi pergerakan muskuloskeletal
Gerakan tulang dan sendi merupakan proses aktif yang harus diintegrasi
secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Otot skelet, karena
kemampuannya untuk berkontraksi, merupakan elemen kerja dari
pergerakan. Ada 2 tipe kontraksi otot yaitu:
- Kontraksi isotonik
Peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek
- Kontraksi isometrik
Menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot, tetapi tidak
ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik.
g. Pengatur postur dan gerakan otot
1) Otot tonus
Suatu keadaan normal dari tegangan otot yang seimbang
2) Kelompok otot
Kelompok otot antagonistic, sinergistik, dan antigravitas dikoordinasi
oleh sistem saraf dan bekerja sama untuk mempertahankan postur dan
memulai pergerakan
3) Otot antagonistik
Bekerja sama untuk menggerakkan sendi
4) Otot sinergistik
Berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan yang sama
5) Otot antigravitasi
Terutama berpengaruh pada stabilisasi sendi
h. Sistem saraf
Adalah pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik
volunter utama, berada di korteks serebral yaitu digirus prasental atau jalur
motorik.
i. Propriosepsi
Adalah sensasi yang dapat melalui stimulasi dari dalam tubuh mengenai
posisi dan aktivitas otot tertentu. Jika seseorang akan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari, maka proprioseptor memantau aktivitas otot dan posisi
tutbuh secara terus menerus. Orang yang berdiri akan tetap berdiri sampai
memutuskan untuk mengubah posisi. Jika seseorang berjalan maka
proprioreseptor pada telapak kaki akan memantau perubahan tekanan
(Potter and Perry, 2011)
4. Gangguan Mobilisasi
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas. Gangguan imobilisasi antara lain:
a. Tirah baring
Merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di
tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Lamanya tirah baring tergantung
penyakit atau cedera dan status kesehatan klien sebelumnya. Pengaruh
penurunan kondisi otot dikaitkan dengan penurunan aktivitas fisik akan
terlihat jelas dalam beberapa hari. Pada individu normal tirah baring akan
mengalami kurangnya kekuatan otot dari tingkat dasarnya pada rata-rata
3% sehari.
b. Imobilisasi
Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) adalah suatu keadaan ketika
individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik
(Kim, et al, 1995).
Pengaruh fisiologis: apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem
tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan tersebut tergantung
pada umur kliendan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat
imobilisasi yang dialami. Misalnya perkembangan pengaruh imobilisasi
penyakit lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan yang lebih
muda. (Potter dan Perry, 1994)
5. Komplikasi Imobilisasi
Tanda dan gejala dari gangguan imobilisasi adalah adanya dampak fisik dan
psikologis imobilitas, yaitu masalah imobilisasi dapat menimbulkan berbagai
dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas
dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalam
memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Selain itu kondisi ini juga
disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak
berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku
menarik diri, dan apatis. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem muskuloskeletal
- Osteoporosis : tanpa adanya aktivitas yang memberi beban pada tulang,
tulang akan mengalami demineralisasi (osteoporosis)
- Atrofi otot : otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan
kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
- Kontraktur : pada posisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu
memendek atau memanjang.
- Kekakuan dan nyeri sendi : pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen
pada sendi dapat mengalami ankilosa.
b. Eliminasi urine
- Status urine : pada individu yang imobil. Gravitasi memainkan peran
yang penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih.
- Batu ginjal pada kondisi imobilisasi, terjadi ketidakseimbangan antara
kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium
- Retensi urine : kondisi imobilisasi menyulit upaya seseorang untuk
melemaskan otot perineum pada saat bekemih.
- Infeksi perkemihan : urine statis merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga fungsi sistem pencernaan yaitu
fungsi ingesti, digesti dan eliminasi
d. Respirasi
- Penurunan gerak pernafasan : kondisi ini dapat disebabkan oleh
pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau jarangnya otot-otot
tersebut digunakan: obat-obatan tertentu misal sedative dan analgetik.
- Penumpukan secret : normalnya, secret pada saluran pernafasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh serta dengan
batuk.
- Atelektasisi : pada kondisi tirah baring (imobilisasi) : perubahan darah
regional dapat menurunkan produksi surfaktan.
e. Sistem kardiovaskuler
- Hipotensi otostatik : terjadi karena sistem saraf otonom tidak dapat
menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu individu bangun
dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.
- Pembentukan trombus : trombus atau masa padat darah yang terbentuk di
jantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh tiga faktor yakni
gangguan aliran balik vena menuju jantung, hiperkoagulalitas, dan cedera
pada dinding pembuluh darah.
- Edema dependen : biasanya terjadi di area-area yang menggantung
seperti kaki dan tungkai bawah pada individu yang sering duduk
berjuntai di kursi.
f. Metabolisme dan nutrisi
- Penurunan laju metabolisme : laju metabolisme adalah jumlah energi
minimal yang digunakan untuk mempertahankan proses metabolisme
- Balance nitroven negative : pada kondisi imobilisasi, terdapat
ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein.
- Anoreksi : penurunan nafsu makan biasanya terjadi akibat penurunan laju
metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap menyertai kondisi
imobilisasi.
g. Sistem integumen
- Turgor kulit menurun : kulit dapat mengalami atropi akibat imobiltas
yang lama
- Kerusakan kulit : kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai
nutrein menuju area tertentu
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input
sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsis, tidak realistis dan
mudah bingung. (Mubarak, 2008).
Kekuatan otot
0 (0%) = paralisis total, tonus otot tidak teraba
1 (10%) = tidak ada pergerakan, tapi tonus otot teraba
2 (25%) = ada pergerakan, bisa melawan gravitasi dengan topangan
3 (50%) = bisa melawan gravitasi, tidak bisa atau mampu melawan tekanan
minimal
4 (75%) = bisa melawan gravitasi, tidak bisa atau mampu melawan tekanan
minimal
5 (100%) = gerakan normal, mampu melawan tekanan yang berat
(Perry dan Poter, 2006)
B. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi jika seluruh tulang patah. Fraktur tidak lengkap,
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Muttaqin, 2008).
2. Etiologi
Penyebab dari fraktur adalah sebagai berikut:
a. Trauma, adalah penyebab tersering
1) Trauma langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang
2) Trauma tidak langsung : trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur
b. Tekanan
Tekanan yang melebihi kemampuan tulang dalam menahannya akan
menyebabkan fraktur, antara lain :
1) Tekanan berputar menyebabkan fraktur oblique
2) Tekanan membengkok menyebabkan fraktur tranversal
3) Tekanan sepanjang aksis tulang menyebabkan fraktur impaksi
4) Tekanan vertikal menyebabkan fraktur kominutif (pecah)
c. Stress pada tulang
Disebut juga fraktur stress atau fatigue fraktur. Disebabkan oleh stress
tingkat rendah yang berkepanjangan dan berulang pada tulang normal.
Paling sering pada orang yang melakukan olahraga lari jarak jauh. Dapat
terjadi pada tulang lemah sebagai respon terhadap peningkatan level
aktivitas yang hanya sedikit. (Corwin, 2009).
3. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala fraktur menurut Corwin (2009) adalah :
a. Nyeri
Nyeri bertambah berat dengan gerakan dan penekanan di atas fraktur dan
berkurang dengan istirahat
b. Posisi tulang yang tidak normal
Posisi tulang/ekstremitas yang tidak alami mungkin nampak jelas.
c. Pembengkakan di sekitar tempat fraktur dan akan menyertai proses
peradangan/inflamasi
d. Gangguan sensori
Kesemutan dapat menandai adanya kerusakan syaraf
e. Krepitasi
Terdengar sewaktu tulang digerakkan akibat pergeseran ujung-ujung
patahan tulang satu dengan lainnya.
f. Penurunan atau tidak ada nadi pada bagian distal fraktur, pengisian
kapiler lambat dan pucat pada bagian cedera
g. Perdarahan
Terjadi di daerah tempat patahan dan kedalam jaringan lunak di sekitar
tulang tersebut
4. Patofisiologi
Tulang kortikol mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan
memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur karena kegagalan tulang menahan
tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar dan menarik.
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur
pada klavikula. Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi
kemampuan tulang dalam menahan tekanan.
Jika tulang patah maka peristeum dan pembuluh darah pada korteks/sumsum dan
jaringan lunak sekitarnya mengalami gangguan kerusakan. Perdarahan terjadi
dari ujung tulang yang rusak dan dari jaringan lunak (otot) yang ada di
sekitarnya. Hematoma terbentuk pada kanal medulari antara ujung fraktur tulang
dan bagian bawah periosteum jaringan nekrosis yang akan menstimulasi respon
infeksi yang kuat (intensif) yang dicirikan oleh vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit serta infeksi oleh sel darah putih lainnya. Tahap awal ini membangun
atau membentuk dasar penyembuhan tulang. (Muttaqin, 2008)
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Medis
1) Tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan denga K-wire.
Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil,
reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan k-wire perkutan,
misalnya pada fraktur jari.
2) Reduksi terbuka (ORIF/OREF)
(a) ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur.
(Jfikriamrullah, 2008).
(b) OREF (Open Reduction External Fixation)
Digunakan untuk mengatasi fraktur terbuka dengan kerusakan
jaringan lunak. Alat ini memberi dukungan yang stabil untuk fraktur
kominutif (hancur). Pin yang terpasang dijaga agar tetap posisinya,
kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi memberi kenyamanan
pada pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
3) Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protese
Pada fraktur leher, femur, dan sendi siku orang tua biasanya terjadi
nekrosis avaskuler dari fragmen/non-union. Oleh karena itu, dilakukan
pemasangan protesa yaitu alat dengan komposisi metal untuk
menggantikan bagian yang nekrosis (Muttaqin, 2008).
b. Keperawatan
1) Proteksi (tanpa reduksi/imobilisasi)
Untuk mencegah trauma lebih lanjut menggunakan sling (mitella) pada
anggota gerak atas/tongkat pada anggota gerak bawah.
2) Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
Hanya memberikan sedikit imobilisasi. Biasanya memakai gips/dengan
bermacam-macam bidai dari plastik/metal. Metode ini untuk fraktur yang
perlu mempertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
3) Traksi
Pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi yang digunakan untuk
meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan dan
mengimobilisasikan fraktur, untuk mengurangi deformitas, menambah
ruangan diantara kedua permukaan tulang. Traksi harus diberikan dengan
arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik.
4) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan anestesi
lokal dan general. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan, terjadinya
fraktur, alat utama memakai gips.
5) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan bounter traksi
Tujuan utamanya untuk reduksi bertahap dan imobilisasi
7. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Muttaqin (2008) :
a) Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak ada nadi,
CRT menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dingin
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting,
perubahan posisi, tindakan reduksi dan pembedahan.
2) Sindroma kompartemen
Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
3) Fat embolism syndrome
Merupakan komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang.
4) Infeksi
Terjadi akibat darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga
menyebabkan nekrosis tulang, biasanya ditandai dengan adanya iskemia
volkman.
5) Syok
Terjadi karena hilangnya banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler, sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.
b) Komplikasi lama
1) Delayed union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung.
2) Non union
Fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis dan dapat terjadi infeksi.
Ada 2 jenis non union yang terjadi menurut keadaan ujung-ujung
fragmen tulang, yaitu:
(a) Hipertrofik, yaitu ujung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih
besar dari keadaan normal dan disebut gambaran elephant’s foot
(b) Atrofik, yaitu tidak ada tanda-tanda aktivitas selular pada ujung
fraktur. Ujung-ujung lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan
avaskuler
3) Mal union
Keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan,
atau union secara menyilang, misalnya pada fraktur tibia fibula.
8. Pemeriksaan
Pemeriksaan fraktur menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : CM, apatis, sopor, koma, gelisah yang bergantung
pada kesadaran pasien
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, sedang, berat
(biasanya akut)
c) TTV tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi maupun
bentuk
2) Pemeriksaan laboratorium
- Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
- Fosfotase alkali meningkat saat kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblas dalam membentuk tulang
- Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-
5) aspartat amino transferase dan aldolase meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
3) Pemeriksaan lain-lain
- Biopsi tulang dan otot
Diindikasikan jika ada infeksi
- Elektromiografi
- erdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur
- Artroskopi
Didapat jaringan ikat yang rusak/robek karena trauma berlebih
- Indium imaging
Pada pemeriksaan ini didapat infeksi pada tulang
- MRI
Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Menjaga keseimbangan tubuh
2 Menjaga posisi tubuh
3 Pergerakan otot
4 Pergerakan sendi
5 Kemampuan berpindah posisi/tempat
6 Ambulasi : jalan
7 Ambulasi : kursi roda
Keterangan penilaian :
1. Tergantung penuh
2. Butuh bantuan orang lain dan alat
3. Butuh bantuan orang lain
4. Butuh bantuan alat
5. Mandiri
e) NIC
NIC 1 : Latihan gerak tubuh
Aktifitas :
(1) Mengobservasi keterbatasan gerak dan fungsi gerak
(2) Memonitor lokasi dan keadaan tidak nyaman atau nyeri selama
bergerak
(3) Melindungi pasien dari trauma setelah tubuh bergerak
(4) Memberikan dukungan postur
(5) Kolaborasi dengan fisioterapi dalam pemberian pelaksanaan
program gerak tubuh
(6) Bantu pasien untuk ambulasi
(7) Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang cara bergerak
NIC 2 : Terapi latihan
(1) Posisikan untuk meringankan sesak napas (semi fowler)
(2) Bantu pasien untuk ambulasi
(3) Tempatkan tempat tidur dengan benda yang mudah diraih
(4) Kolaborasi dengan fisioterapi untuk program latihan
(5) Ajarkan klien untuk melakukan program latihan secara rutin
(6) Gunakan sabuk pengaman untuk program latihan
NIC 3 : Posisi
(1) Posisikan untuk meringankan sesak napas (semi fowler)
(2) Alih baring menggunakan log roll
(3) Alih baring untuk menunjukkan kondisi kulit
(4) Posisikan untuk menghindari tekanan luka
(5) Alih baring pasien tiap 2 jam sekali
(6) Pertahankan posisi dan integritas traksi
(7) Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk pasien yang dapat
mengurangi spasme otot
(8) Monitor keterbatasan geran dan fungsi efek gerak
(9) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang sesuai
NIC 4 : Pergerakan sendi
(1) Bantu pasien untuk melatih latihan sendi
(2) Lindungi pasien dari trauma selama latihan
(3) Hindari tindakan pijatan pada tulang belakang
(4) Monitor lokasi yang tidak nyaman dalam setiap gerakan
(5) Ajarkan klien untuk melakukan latihan secara rutin
(6) Kolaborasi dengan fisioterapi untuk latihan gerakan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN POST OPERASI
FRAKTUR FEMUR SINISTRA DI RUANG SOKA KAMAR F15
RS DR. OEN SURAKARTA
Pengkajian ini dilakukan pada hari Jumat 12 Nopember 2012 pukul 14.30 WIB
dengan metode allo anamnesa, auto anamnesa, pemeriksaan fisik dan melihat status
pasien.
A. BIODATA
1. Klien
Nama : Tn. A
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Tani
Alamat : Jombang
No. Telp. :
Pembiayaan : sendiri
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Tani
Alamat : Jember
Hubungan dengan klien : kakak
3. Tanggal masuk RS : 12 Nopember 2012 pukul 06.20 WIB
4. Dokter : Dr. Andi H, SpOT
5. Diagnosa Medis : Post Orif Fraktur Femur 1/3 prox non union
dan 1/3 distal sinistra
6. No. Register : 514820
7. Ruang/Kamar : Soka/F15
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pre operasi
Klien mengatakan 9 bulan yang lalu klien penumpang mobil berlawanan
dengan truk, klien terguling dan saat kejadian sadar sudah dibawa ke sangkal
putung, namun tidak ada perubahan. Bila untuk berjalan terasa sakit, kaki kiri
tampak lebih pendek, dan klien bila berjalan menggunakan kruk kemudian
pada tanggal 12 Nov 2012 diperiksakan ke UGD RS Dr. Oen Surakarta. Klien
tiba di UGD pukul 06.32 dalam keadaan sadar, tampak sakit sedang, skala
nyeri 4 pada foto rongent tampak fraktur femur 1/3 distal dan 1/3 proximal
sinistra mal union, foto tanggal 8 Februari 2012, TD : 130/80 mmHg , nadi
80x/menit, RR = 20x/menit, suhu 36,5°C. Klien di UGD RS Dr. Oen
mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, injeksi remopain 30 mg IV/infus,
kemudian klien dianjurkan rawat inap dan diantar ke ruang Soka kamar F15
pada pukul 07.00 WIB untuk mendapatkan perawatan, selanjutnya Dr. Andi H,
SpOT menganjurkan untuk dilakukan operasi pada tanggal 12 Nopember 2012
pukul 16.00 WIB.
Post operasi
Klien mengatakan dibawa ke ruangan jam 20.00 dan sebelumnya berangkat ke
kamar operasi jam 16.00 WIB. Saat habis operasi klien mengatakan bekas
operasinya kaki masih terasa ketat atau tebal. Klien tampak sadar klien
dilakukan spinal anestesi.
Klien tampak terpasang drainase 1 jalur panjang dan produktif 150 cc, luka
pada femur kiri tampak terbalut perban elastis, tampak tidak rembes. Saat
dikaji klien mengatakan luka nyeri, tidak kesakitan, tidak mual, tidak muntah,
dan tidak boleh banyak gerak.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah opname dan belum pernah
mengalami patah tulang seperti sakitnya ini.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien menyangkal tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dari
keluarga.
Genogram
62 th 60 th 60 th
62 th
Keterangan :
: ♀ (Perempuan)
38 th : ♂ (Laki-laki)
44 th
: garis keturunan
: pasien
3. Sistem Pernafasan
Sesak Nyeri Keda
Tgl Fre-kuensi Irama Ronkhi Weshing Stenosis
nafas dada laman
12/11/12 24 x/mnt Teratur Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1-2 cm
ada ada ada ada ada
13/11/12 20 x/mnt Teratur Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1-2 cm
ada ada ada ada ada
14/11/12 24 x/mnt Teratur Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1-2 cm
ada ada ada ada ada
4. Sistem Kardiovaskular
a. Jantung
Tanggal TD Irama Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi
12/11/1 130/80 Teratur Simetris Tak ada Tidak ada suara Pekak
2 massa tambahan
13/11/1 130/90 Teratur Simetris Tak ada Tidak ada suara Pekak
2 massa tambahan
14/11/1 130/90 Teratur Simetris Tak ada Tidak ada suara Pekak
2 massa tambahan
b. Pembuluh darah
Kekuatan Capiler
Tanggal Frekuensi Tromboplebitis
nadi Refil
12/11/1 98x/mnt Kuat <2” Tidak ada
2
13/11/1 98x/mnt Kuat <2” Tidak ada
2
14/11/1 98x/mnt Kuat <2” Tidak ada
2
b. Nervus 2 (OPTIKUS)
Sistem saraf : sensorik
Ketajaman
Lapang pandang Melihat warna
penglihatan
Tanggal
Mata Mata Mata Mata Mata Mata
kanan kiri kanan kiri kanan kiri
12/11/1 normal normal normal normal normal normal
2
13/11/1 normal normal normal normal normal normal
2
14/11/1 normal normal normal normal normal normal
2
c. Nervus 3 (OKULOMOTORIS)
Sistem saraf : Motorik
Mengangkat
Besar pupil Bentuk Reflek cahaya
kelopak mata
Tanggal
Mata Mata Mata Mata Mata Mata Mata Mata
kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri
12/11/12 Isokor Isokor Simetris Simetris normal normal normal normal
13/11/12 Isokor Isokor Simetris Simetris normal normal normal normal
14/11/12 Isokor Isokor Simetris Simetris normal normal normal normal
d. Nervus 4 (TROKLEARIS)
Sistem saraf : Motorik
f. Nervus 6 (ABDUCEN)
Sistem saraf : motorik
Pergerakan mata lateral
Tanggal
Mata kanan Mata kiri
12/11/12 Normal Normal
13/11/12 Normal Normal
14/11/12 Normal Normal
g. Nervus 7 (FASIALIS)
Sistem saraf : motorik dan sensorik
Mengerut Mengangkat Menutup Rasa kecap 2/3
Tanggal Tersenyum
dahi alis mata anterior lidah
12/11/12 Bisa Bisa Bisa Bisa Normal
13/11/12 Bisa Bisa Bisa Bisa Normal
14/11/12 Bisa Bisa Bisa Bisa Normal
h. Nervus 8 (AUDITORIUS)
Sistem saraf : sensorik
Tanggal Suara berisik Detak arloji
12/11/12 Normal Normal
13/11/12 Normal Normal
14/11/12 Normal Normal
i. Nervus 9 (GLOSOPHARINGEUS)
Sistem saraf : sensorik dan motorik
Rasa kecap 1/3
Tanggal Tonsil Faring
lidah posterior
12/11/12 Normal Normal Normal
13/11/12 Normal Normal Normal
14/11/12 Normal Normal Normal
j. Nervus 10 (VAGUS)
Sistem saraf : sensorik dan motorik
Reflek
Tanggal Bicara
menelan
12/11/12 Bisa Normal
13/11/12 Bisa Normal
14/11/12 Bisa Normal
k. Nervus 11 (ACCESORUS)
Sistem saraf : motorik
Mengangkat bahu Mengangkat
Tanggal
Kanan Kiri kepala
12/11/12 Bisa Bisa Bisa
13/11/12 Bisa Bisa Bisa
14/11/12 Bisa Bisa Bisa
l. Nervus 12 (HYPOGLOSUS)
Sistem saraf : motorik
Menjulurkan Menggerakkan lidah
Tanggal Ke kanan Ke kiri
lidah
12/11/12 Bisa Bisa Bisa
13/11/12 Bisa Bisa Bisa
14/11/12 Bisa Bisa Bisa
6. Abdomen
Tgl Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi
12/11/ Simetris, tidak Peristaltik Suara timpani - Tidak ada masa
2012 ada pembesaran 22/mnt - Tidak ada distensi
- Tidak ada nyeri tekan
13/11/ Simetris, tidak Peristaltik Suara timpani - Tidak ada masa
2012 ada pembesaran 22/mnt - Tidak ada distensi
- Tidak ada nyeri tekan
14/11/ Simetris, tidak Peristaltik Suara timpani - Tidak ada masa
2012 ada pembesaran 22/mnt - Tidak ada distensi
- Tidak ada nyeri tekan
7. Kaku kuduk
Tgl Kaku Kuduk
12/11/12 Negatif
13/11/12 Negatif
14/11/12 Negatif
8. Kekuatan otot
Anggota gerak atas dan anggota gerak bawah
Lka Lki
Skala 5 skala 5
Tka Tki
Skala 5 skala 3
ROM
Anggota gerak atas
Tangan Kanan Tangan Kiri
Tgl
pergerakan bisep Trisep sensibilitas pergerakan bisep trisep Sensibilitas
12/11/12 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
13/11/12 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
14/11/1 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
2
Anggota gerak bawah
Kaki Kanan Kaki Kiri
Tgl Pergeraka Sensibilita Pergeraka Sensibilita
Bisep Trisep Bisep Trisep
n s n s
12/11/12 Normal Norma Norma Normal ROM RO Sedan Normal
l l 50% M g
50%
13/11/12 Normal Norma Norma Normal ROM RO Sedan Normal
l l 50% M g
50%
14/11/1 Normal Norma Norma Normal ROM RO Sedan Normal
2 l l 50% M g
50%
9. Sistem Imunitas
Jumlah leukosit : 6.750/mm3
10. Status Nutrisi
a. Antropometri
BB : 68 kg
TB : 165 cm
b. Nilai biokimia
Hb : 15,6 gr%
c. IMT (Indeks Masa Tubuh)
= BB / TB (M)2
= 68 / (165/100) m2
= 68/2,73 m2
= 24,91
Nilai standar IMT
Nilai Kategori
< 20 Under weight
20 – 25 BB normal
25 - 30 Over weight
> 30 Obesitas/gemuk
11. Diet
Jumlah Jumlah Jumlah Total kalori
Jenis makanan/
Tgl yang Kal porsi yang kalori yang yang
minuman/ buah
disajikan dimakan dimakan dimakan
12/11 Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
/12 Daging 1 porsi 75 1 porsi 75
Pagi Soto (tauge + seledri) 1 porsi 50 1 porsi 50
Tempe goreng 1 porsi 125 1 porsi 125
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
Snack :
Susu segar 1 porsi 125 1 gelas 125
Cake wortel 1 porsi 100 1 porsi 100
Siang Puasa
Sore Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
Tongkol bb kuning 1 porsi 75 1 porsi 75
Perkedel kentang 1 porsi 75 1 porsi 75
Bobor bayam waluh 1 porsi 75 1 porsi 75
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
1219
13/11 Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
/12 Telur opor 1 porsi 50 1 porsi 50
Pagi Ayam suwir 1 porsi 25 1 porsi 25
Tempe bb kuning 1 porsi 60 1 porsi 60
Sayur gori + krecek 1 porsi
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
Snack
Soes fla 1 porsi 100 1 porsi 100
Susu 1 gelas 125 1 gelas 125
Siang Bubur 1 porsi 200 1 porsi 200
Steak daging giling 1 porsi 75 1 porsi 75
Makaroni skotel 1 porsi 75 1 porsi 75
Saos coklat 1 porsi 25 1 porsi 25
Rebusan 1 porsi 125 1 porsi 125
brokoli+wortel+
buncis
Sup jagung manis 1 porsi 50 1 porsi 50
Air putih 1 gelas 0 1 gelas 0
Jeruk 1 porsi 40 1 porsi 40
Sore Bubur 1 porsi 200 1 porsi 200
Ayam ponges bumbu 1 porsi 75 1 porsi 75
rujak
Tempe goreng 1 porsi 125 1 porsi 125
Sayur asem 1 porsi 50 1 porsi 50
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72 1744
14/11/ Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
12 Ayam bumbu kuning 1 porsi 72,5 1 porsi 72,5
Pagi Laksa (bihun + 1 porsi 100 1 porsi 100
tauge+klengkam)
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
Snack :
Susu segar 1 porsi 125 1 gelas 125
Sosis goring
Siang Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
Kakap asam manis 1 porsi 100 1 porsi 100
Tumis buncis + wortel 1 porsi 100 1 porsi 100
Sup kembang tahu 1 porsi 50 1 porsi 50
Buah semangka 1 porsi 40 1 porsi 40
(8 ptg) (8 ptg)
Air putih 1 gelas 0 1 gelas 0
Sore Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
Telur kecap 1 porsi 122 1 porsi 122
Tahu goring 1 porsi 125 1 porsi 125
Ca jepang 1 porsi 50 1 porsi 50
Lodeh kacang panjang 1 porsi 100 1 porsi 100
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72 1779
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen
a. Pemeriksaan dilakukan tanggal 12 November 2012
Preoperasi
X-foto femur sinistra AP-lateral. Struktur trabeculasi tulang baik.
Tampak diskontinuitas kontur korteks femur sinistra 1/3 media dan distal
dengan lesi sclerotic formasi kalkus. Kesan : fraktur lama femur 1/3
medio dan distal sinistra non union.
b. Pemeriksaan dilakukan tanggal 12 November 2012
Post operasi
X-foto femur sinistra AP-lateral. Post orif : terpasang fixasi internal K-
nail-plate-screw femur sinistra, posisi baik tampak drain.
2. Pemeriksaan laboratorium tanggal 12-11-2012 jam 09.00
Preoperasi
Jenis
Hasil Satuan Normal
pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 14,7 G/DL >16 th P = 13,2 – 17,3
W = 11,7 – 15,5
Lekosit
Lekosit 6,750 /mm3 >16 th P = 3.800 – 10.600
W = 3.600 – 11.000
3
Trombosit 263.000 /mm 150.000-450.000
Golongan darah B (Rh +) -
Kimia klinik
SGOT 32 μ/L P : < 38 W : < 31
SGPT 69 μ/L P : < 40 W : < 32
Serologi
HBSAG Elisa Non reactive - Non reactive
DATA FOKUS
No. Reg Nama/Umur : Tn. A Ruang Soka
514820
Kamar : Dokter : dx. Medis : Post Orif
F15 Dr. Andi H, SpOT Femur Sinistra
Hari, Tanggal TTD/
Data Subyektif dan Obyektif
Nama
Senin, 12 Nop DS:
2012 - Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
- Pasien mengatakan lemas Titi
- Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu
oleh keluarga, perawat dan alat
- Pasien mengatakan sakit dan nyeri pada kaki kiri
P : fraktur femur sinistra
Q : luka seperti tertusuk-tusuk
R : kaki kiri terutama bagian paha
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul dan bertambah nyeri jika
digerakkan
DO :
- Aktivitas klien dibantu oleh orang lain
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan
- Klien tampak lemas
- ADL (mandi: 2, mobilitas : 3, berpakaian : 2,
eliminasi : 1)
- Klien tampak aktivitas dibantu keluarga dan
perawat
- Terpasang drain di luka bekas operasi 1 jalur di
femur sinistra vol drain 150 cc
- ROM (bahu : 180°, siku : 150°, femur kiri : 0°,
DO:
- aktivitas dibantu oleh
orang lain
- klien tampak menahan
nyeri
- klien tampak lemas
- klien terpasang infuse
RL 20 tpm, ditangan
kanan
- ADL (mandi: 2,
mobilita: 3, berpakaian:
2, eliminasi: 1)
- Terpasang drainase I
jalur, produktif 150cc
2. 12-11-12 DS: Penurunan Penurunan Titi
- Klien mengatakan perfusi konsentrasi Hb
badan lemes. Aktivitas jaringan dalam darah
dibantu oleh keluarga perifer
dan perawat, dan juga
alat.
DO
- Hb turun, tgl 12-11-12
pukul 09.00 Hb: 14,7
gr/dl. Tgl 12-11-12
pukul 22.30 HB: 11,0
gr/dl
3. 12-11-12 DS: Resiko Pertahanan Titi
- Klien mengatakan liuka infeksi primer tidak
bekas operasi masih adekuat
terasa nyeri
- Kaki belum dapat
diangkat sendiri
DO:
- Tampak ada luka
operasi pada paha kiri
- Tampak terpasang
drainase 1 jalur,
panjang
- Tampak balutan elastic
ferbam pada paha kiri
DAFTAR MASALAH
No. Reg : Nama/Umur : Tn. A Ruang : Soka
No RENCANA
TTD/
. Tujuan dan Kriteria Tindakan
Nama
Dx (NOC dan Indikator) (NIC dan Aktivitas)
1 Level Mobilitas 1. Terapi latihan :
Tujuan : pasien mampu mencapai level ambulasi
mobilitas secara adekuat setelah dilakukan Aktivitas :
tindakan keperawatan sampai tanggal 13- a. Monitor vital sign
11-2012 dengan indikator: sebelum dan sesudah Titi
latihan
N b. Bantu klien
Indikator 1 2 3 4 5
o menggunakan tongkat
1 Menjaga saat berjalan
keseimban c. Ajarkan pasien atau
gan tubuh tenaga kesehatan lain
2 Menjaga
tentang teknik ambulasi
posisi
d. Latih pasien dalam
tubuh
3 Pergerakan pemenuhan kebutuhan
otot ADL secara mandiri
4 Gerakan sesuai kemampuan
sendi e. Dampingi dan bantu
5 Kemampua
pasien saat mobilisasi
n
dan bantu penuhi
berpindah
kebutuhan ADL pasien
posisi/temp
f. Kolaborasi dengan
at
6 Ambulasi fisioterapi dalam
jalan latihan mobilisasi
7 Ambulasi
kursi 2. Manajemen nyeri
8 Toileting
9 Mandi a. Monitor kepuasan
pasien terhadap
Keterangan : manajemen nyeri
1. Tergantung penuh b. Tingkatkan istirahat
2. Butuh bantuan orang lain dan alat tidur yang adekuat
3. Butuh bantuan orang lain c. Kelola anti
4. Butuh bantuan alat analgetik : ketese
5. Mandiri 30 mg
d. Jelaskan pada
pasien penyebab
nyeri
3. Asistensi perawatan
diri : bantu ADL
a. Monitor kemampuan
klien untuk perawatan
diri yang mandiri
b. Monitor kebutuhan
klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan
diri dan toileting
c. Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan selfcare
d. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki
e. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya
2 Perfusi jaringan perifer Perawatan sirkulasi
Tujuan : pasien mampu mencapai perfusi Aktivitas :
jaringan perifer secara adekuat setelah a. Lakukan penilaian
dilakukan tindakan keperawatan sampai komprehensif
tanggal 15 Nopember 2012 dengan sirkulasi perifer: Titi
indikator : kapilary refill,
No Indikator 1 2 3 4 5 bengkak
1 Kapileri refill b. Palpasi tungkai
baik dengan hati-hati
2 Warna kulit
c. Nilai derajat
normal
3 Temperatur ketidaknyamanan/ny
ekstremitas eri
hangat d. Beri obat anti
4 Tidak ada koagulan yang
nyeri sesuai
ekstremitas e. Dorong latihan gerak
5 Tidak ada
PROM dan AROM
udem perifer
selama istirahat di
2. Berat infeksi
08.00 1,2 Memberikan injeksi iv per infus oxtercyd 750 mg, Perawat
ketese 50 mg, gentamicin 80 mg
RS : klien mengatakan tidak sakit waktu obat
dimasukkan.
RO : obat masuk lancar.
12.00 1,2 Memberikan diet klien tinggi kalori tinggi protein Perawat
RS : klien mengatakan terima kasih
RO : klien tampak makan
20.00 1,2 Memberikan injeksi iv per infus oxtercyd 750 mg. Titi
Tronexid 500 mg, gastridin 50 mg, antrain 1 gr
RS : klien mengatakan tidak sakit waktu obat
dimasukkan
RO : obat masuk lancar
08.00 1,2 Memberikan injeksi iv per infus oxtercyd 750 mg, Perawat
ketese 50 mg, gentamicin 80 mg
RS : klien mengatakan terima kasih
RO : obat masuk lancar, klien diam waktu obat
dimasukkan
No
TTD/
. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
Dx
1 Hambatan mobilitas fisik ybd kerusakan musculoskeletal ybd
fraktur trauma
13 Nop 14 Nop
N 12Nop 2012
Indikator 2012 2012
o
P S M T P S M T P S M T
1 Menjaga - - - 1 - - + 2 + + + 5
keseimbanga
Titi
n tubuh
2 Menjaga - - + 2 + + + 5 + + + 5
posisi tubuh
3 Pergerakan - - + 2 + + - 3 + - + 4
otot
4 Gerakan - - - 1 - + + 2 + - - 3
sendi
5 Kemampuan - - + 2 - - - 3 - + + 3
berpindah
posisi/tempat
6 Ambulasi - - - 1 - - - 1 - - - 1
jalan
7 Ambulasi - - - 1 - - - 1 - - - 1
kursi
8 Toileting - - - 1 - - - 1 - - - 1
9 Mandi - - - 1 - - - 1 - - - 1
Keterangan :
1. Tergantung penuh
2. Butuh bantuan orang lain dan alat
3. Butuh bantuan orang lain
4. Butuh bantuan alat
5. Mandiri
2 Penurunan perfusi jaringan perifer ybd penurunan Hb dalam
darah
2 Warna - - + 2 + + - 4 + + - 5
kulit
normal
3 Temperatu - + - 2 + + - 3 + + + 5
r
ekstremitas
hangat
4 Tidak ada - - - 1 + - + 4 + + + 5
nyeri
ekstremitas
5 Tidak ada - - - 1 - - - 1 + + + 5
udem
perifer
Keterangan :
1. Tidak pernah sesuai harapan
2. Jarang sesuai harapan
3. Kadang sesuai harapan
4. Sering sesuai harapan
5. Selalu sesuai harapan
3 Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit)
12Nop 2012 13 Nop 2012 14 Nop 2012
No Indikator
P S M T P S M T P S M T
1 Rash/luka - - - 4 - - - 4 - - - 5
lecet
2 Keluarnya - - - 5 - - - 5 - - - 5
cairan
yang tidak
normal
3 Drainase - - - 3 - - - 3 - - - 5
purulen
4 Demam + + + 5 + + + 5 + + + 5
5 Nyeri - - - 3 - - - 4 - - - 4
Keterangan :
1. = Sangat berat
2. = Berat
3. = Sedang
4. = Ringan
5. = Tidak ada
EVALUASI
No. TTD/
CATATAN PERKEMBANGAN
Dx Nama
1 Hambatan mobilitas fisik ybd kerusakan musculoskeletal ybd
fraktur trauma
S : klien mengatakan belum dapat beraktivitas karena kaki
sebelah kiri belum dapat bergerak.
O:
No Indikator Total
1 Menjaga keseimbangan tubuh 5
2 Menjaga posisi tubuh 5
3 Pergerakan otot 4
4 Gerakan sendi 3
5 Kemampuan berpindah posisi/tempat 3
6 Ambulasi jalan 2
7 Ambulasi kursi 2
8 Toileting 2
9 Mandi 4
No Indikator Total
1 Kapileri refill baik 4
2 Warna kulit normal 5
3 Temperatur ekstremitas hangat 5
4 Tidak ada nyeri ekstremitas 5
5 Tidak ada udem perifer 5
O:
No Indikator Total
1 Rash/luka lecet 5
2 Keluarnya cairan yang tidak normal 5
3 Drainase purulen 5
4 Demam 5
5 Nyeri 4
http://www.scribd.com/doc/34822066/Patofisiologi-Fraktur.
Mubarak, Wahit. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Ed. Eka Anisa. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
NIC: Nursing Interventions Classification. Editor Mc. Closkey. St. Louis : Mosby.
NOC: Nursing Outcomes Classification. Editor Sue Noerhad. PKD. RN. 2009.
PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan ini telah disetujui untuk diseminarkan di RS dr. Oen Surakarta
sebagai tugas individu dalam kegiatan penyetaraan DIII Keperawatan.
ii
ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. A
DENGAN POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL NON UNION
DAN 1/3 DISTAL SINISTRA DI RUANG SOKA KAMAR F15
RUMAH SAKIT DR. OEN SURAKARTA
Disusun Oleh :
DWI TITI AGNI HIDAYATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan yang berjudul “Hambatan Mobilitas Fisik pada Tn. A dengan Post Orif
Fraktur Femur 1/3 Proximal Non Union dan 1/3 Distal Sinistra di Ruang Soka Kamar
F 15 Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta”.
Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis banyak menemui
kesulitan hambatan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis,
demikian berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak maka kesulitan dan
hambatan tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan dukungan yang diberikan pada penulis. Adapun ucapan terima kasih
ini penulis tujukan kepada yang terhormat :
1. Dokter Wiliam Tanoyo, M.Kes, selaku Direktur Utama RS Dr. Oen
Surakarta
2. Ibu Umi Padmiyati, S.Kp selaku Manager Keperawatan RS Dr. Oen
Surakarta
3. Ibu V. Hari Natalani, AMK, selaku Supervisor Rawat Inap RS Dr. Oen
Surakarta
4. Ibu Sri Wahyu Hidayati, AMK, selaku Kepala Ruang Soka RS Dr. Oen
Surakarta
5. Seluruh staf dan karyawan Ruang Soka RS. Dr. Oen Surakarta yang telah
memberi dukungan dan bimbingan pada penulis.
6. Seluruh supervisor, staf karyawan RS Dr. Oen Surakarta yang telah
memberi dukungan dan bimbingan di RS Dr. Oen Surakarta
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik dari
pembaca dan semoga Asuhan Keperawatan ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. A
DENGAN POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL NON UNION
DAN 1/3 DISTAL SINISTRA DI RUANG SOKA KAMAR F15
RUMAH SAKIT DR. OEN SURAKARTA
Disusun Oleh :
DWI TITI AGNI HIDAYATI
NIK. 666
LAPORAN OPERASI
Tanggal operasi
12 Nopember 2012
Jam operasi dimulai
Jam 16.45
Jam operasi selesai
Jam 19.20
Lama operasi
3 jam 25 menit
Laporan operasi jenis tindakan khusus
- Post orif
- Incisi
- Dilakukan soft tissue release dan osteotomi
- Dilakukan fiksasi / reposisi
- Fiksasi op dan nail panjang 38 no. 10
RP 15 hole + 6 kurthicol screw & condillous scro