Anda di halaman 1dari 82

BAB 1

KONSEP DASAR
A. Mobilitas Fisik
1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas dari kebiasaan normalnya. (Mubarak, 2008).

2. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi antara lain
a. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang
dianut, serta lingkungan tempat tinggal.
b. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan ada 2 macam,
yakni:
- Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma
- Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer. Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera
akan berpengaruh terhadap mobilitas
c. Tingkat Energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
d. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan
mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan. (Mubarak, 2008).

3. Anatomi Fisiologi
a. Sistem Skeletal
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang,
yaitu:
1) Tulang panjang
Membentuk tinggi tubuh (misal : femur, tibia, fibula)
2) Tulang pendek
Ada dalam dua bentuk berkelompok dan ketika dikombinasikan dengan
ligamen dan kartilago, akan menghasilkan gerakan pada ekstremitas
3) Tulang pipih
Mendukung struktur bentuk, seperti tulang tengkorak dan tulang rusuk
di toraks.
4) Tulang ireguler
Membentuk columna vertebra dan beberapa tulang tengkorak, seperti
mandibula
b. Sendi
Sendi adalah hubungan diantara tulang, setiap sendi diklasifikasikan
sesuai dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Ada 4 klasifikasi sendi
yaitu :
1) Sendi kartilaginus
Memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago
untuk menyatukan permukaanya
2) Sendi sinastik
Mengacu pada ikatan tulang dengan tulang (sacrum, vertebra)
3) Sendi fibrosa
Sendi tempat kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau
membrane (Mc. Cance dan Haether, 1994).
4) Sendi sinoval
Sendi yang dapat digerakkan secara bebas karena permukaan tulang
yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan
oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial.
c. Ligamen
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel, mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan
kartilago
d. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa putih, mengkilat, yang menghubungkan
otot dengan tulang. Tendon achiles (kalkaneus) adalah tendon yang paling
tebal dan paling kuat di dalam tubuh.
e. Kartilago
Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vasikuler,
yang terletak terutama di sendi dan toraks, trakea, laring, hidung dan telinga.
f. Fisiologi dan regulasi pergerakan muskuloskeletal
Gerakan tulang dan sendi merupakan proses aktif yang harus diintegrasi
secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Otot skelet, karena
kemampuannya untuk berkontraksi, merupakan elemen kerja dari
pergerakan. Ada 2 tipe kontraksi otot yaitu:
- Kontraksi isotonik
Peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek
- Kontraksi isometrik
Menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot, tetapi tidak
ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik.
g. Pengatur postur dan gerakan otot
1) Otot tonus
Suatu keadaan normal dari tegangan otot yang seimbang
2) Kelompok otot
Kelompok otot antagonistic, sinergistik, dan antigravitas dikoordinasi
oleh sistem saraf dan bekerja sama untuk mempertahankan postur dan
memulai pergerakan
3) Otot antagonistik
Bekerja sama untuk menggerakkan sendi
4) Otot sinergistik
Berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan yang sama
5) Otot antigravitasi
Terutama berpengaruh pada stabilisasi sendi
h. Sistem saraf
Adalah pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik
volunter utama, berada di korteks serebral yaitu digirus prasental atau jalur
motorik.
i. Propriosepsi
Adalah sensasi yang dapat melalui stimulasi dari dalam tubuh mengenai
posisi dan aktivitas otot tertentu. Jika seseorang akan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari, maka proprioseptor memantau aktivitas otot dan posisi
tutbuh secara terus menerus. Orang yang berdiri akan tetap berdiri sampai
memutuskan untuk mengubah posisi. Jika seseorang berjalan maka
proprioreseptor pada telapak kaki akan memantau perubahan tekanan
(Potter and Perry, 2011)

4. Gangguan Mobilisasi
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas. Gangguan imobilisasi antara lain:
a. Tirah baring
Merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di
tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Lamanya tirah baring tergantung
penyakit atau cedera dan status kesehatan klien sebelumnya. Pengaruh
penurunan kondisi otot dikaitkan dengan penurunan aktivitas fisik akan
terlihat jelas dalam beberapa hari. Pada individu normal tirah baring akan
mengalami kurangnya kekuatan otot dari tingkat dasarnya pada rata-rata
3% sehari.
b. Imobilisasi
Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) adalah suatu keadaan ketika
individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik
(Kim, et al, 1995).
Pengaruh fisiologis: apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem
tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan tersebut tergantung
pada umur kliendan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat
imobilisasi yang dialami. Misalnya perkembangan pengaruh imobilisasi
penyakit lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan yang lebih
muda. (Potter dan Perry, 1994)

5. Komplikasi Imobilisasi
Tanda dan gejala dari gangguan imobilisasi adalah adanya dampak fisik dan
psikologis imobilitas, yaitu masalah imobilisasi dapat menimbulkan berbagai
dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas
dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalam
memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Selain itu kondisi ini juga
disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak
berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku
menarik diri, dan apatis. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem muskuloskeletal
- Osteoporosis : tanpa adanya aktivitas yang memberi beban pada tulang,
tulang akan mengalami demineralisasi (osteoporosis)
- Atrofi otot : otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan
kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
- Kontraktur : pada posisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu
memendek atau memanjang.
- Kekakuan dan nyeri sendi : pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen
pada sendi dapat mengalami ankilosa.
b. Eliminasi urine
- Status urine : pada individu yang imobil. Gravitasi memainkan peran
yang penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih.
- Batu ginjal pada kondisi imobilisasi, terjadi ketidakseimbangan antara
kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium
- Retensi urine : kondisi imobilisasi menyulit upaya seseorang untuk
melemaskan otot perineum pada saat bekemih.
- Infeksi perkemihan : urine statis merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga fungsi sistem pencernaan yaitu
fungsi ingesti, digesti dan eliminasi
d. Respirasi
- Penurunan gerak pernafasan : kondisi ini dapat disebabkan oleh
pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau jarangnya otot-otot
tersebut digunakan: obat-obatan tertentu misal sedative dan analgetik.
- Penumpukan secret : normalnya, secret pada saluran pernafasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh serta dengan
batuk.
- Atelektasisi : pada kondisi tirah baring (imobilisasi) : perubahan darah
regional dapat menurunkan produksi surfaktan.
e. Sistem kardiovaskuler
- Hipotensi otostatik : terjadi karena sistem saraf otonom tidak dapat
menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu individu bangun
dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.
- Pembentukan trombus : trombus atau masa padat darah yang terbentuk di
jantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh tiga faktor yakni
gangguan aliran balik vena menuju jantung, hiperkoagulalitas, dan cedera
pada dinding pembuluh darah.
- Edema dependen : biasanya terjadi di area-area yang menggantung
seperti kaki dan tungkai bawah pada individu yang sering duduk
berjuntai di kursi.
f. Metabolisme dan nutrisi
- Penurunan laju metabolisme : laju metabolisme adalah jumlah energi
minimal yang digunakan untuk mempertahankan proses metabolisme
- Balance nitroven negative : pada kondisi imobilisasi, terdapat
ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein.
- Anoreksi : penurunan nafsu makan biasanya terjadi akibat penurunan laju
metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap menyertai kondisi
imobilisasi.
g. Sistem integumen
- Turgor kulit menurun : kulit dapat mengalami atropi akibat imobiltas
yang lama
- Kerusakan kulit : kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai
nutrein menuju area tertentu
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input
sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsis, tidak realistis dan
mudah bingung. (Mubarak, 2008).
Kekuatan otot
0 (0%) = paralisis total, tonus otot tidak teraba
1 (10%) = tidak ada pergerakan, tapi tonus otot teraba
2 (25%) = ada pergerakan, bisa melawan gravitasi dengan topangan
3 (50%) = bisa melawan gravitasi, tidak bisa atau mampu melawan tekanan
minimal
4 (75%) = bisa melawan gravitasi, tidak bisa atau mampu melawan tekanan
minimal
5 (100%) = gerakan normal, mampu melawan tekanan yang berat
(Perry dan Poter, 2006)

B. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi jika seluruh tulang patah. Fraktur tidak lengkap,
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Muttaqin, 2008).
2. Etiologi
Penyebab dari fraktur adalah sebagai berikut:
a. Trauma, adalah penyebab tersering
1) Trauma langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang
2) Trauma tidak langsung : trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur
b. Tekanan
Tekanan yang melebihi kemampuan tulang dalam menahannya akan
menyebabkan fraktur, antara lain :
1) Tekanan berputar menyebabkan fraktur oblique
2) Tekanan membengkok menyebabkan fraktur tranversal
3) Tekanan sepanjang aksis tulang menyebabkan fraktur impaksi
4) Tekanan vertikal menyebabkan fraktur kominutif (pecah)
c. Stress pada tulang
Disebut juga fraktur stress atau fatigue fraktur. Disebabkan oleh stress
tingkat rendah yang berkepanjangan dan berulang pada tulang normal.
Paling sering pada orang yang melakukan olahraga lari jarak jauh. Dapat
terjadi pada tulang lemah sebagai respon terhadap peningkatan level
aktivitas yang hanya sedikit. (Corwin, 2009).
3. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala fraktur menurut Corwin (2009) adalah :
a. Nyeri
Nyeri bertambah berat dengan gerakan dan penekanan di atas fraktur dan
berkurang dengan istirahat
b. Posisi tulang yang tidak normal
Posisi tulang/ekstremitas yang tidak alami mungkin nampak jelas.
c. Pembengkakan di sekitar tempat fraktur dan akan menyertai proses
peradangan/inflamasi
d. Gangguan sensori
Kesemutan dapat menandai adanya kerusakan syaraf
e. Krepitasi
Terdengar sewaktu tulang digerakkan akibat pergeseran ujung-ujung
patahan tulang satu dengan lainnya.
f. Penurunan atau tidak ada nadi pada bagian distal fraktur, pengisian
kapiler lambat dan pucat pada bagian cedera
g. Perdarahan
Terjadi di daerah tempat patahan dan kedalam jaringan lunak di sekitar
tulang tersebut
4. Patofisiologi
Tulang kortikol mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan
memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur karena kegagalan tulang menahan
tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar dan menarik.
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur
pada klavikula. Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi
kemampuan tulang dalam menahan tekanan.
Jika tulang patah maka peristeum dan pembuluh darah pada korteks/sumsum dan
jaringan lunak sekitarnya mengalami gangguan kerusakan. Perdarahan terjadi
dari ujung tulang yang rusak dan dari jaringan lunak (otot) yang ada di
sekitarnya. Hematoma terbentuk pada kanal medulari antara ujung fraktur tulang
dan bagian bawah periosteum jaringan nekrosis yang akan menstimulasi respon
infeksi yang kuat (intensif) yang dicirikan oleh vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit serta infeksi oleh sel darah putih lainnya. Tahap awal ini membangun
atau membentuk dasar penyembuhan tulang. (Muttaqin, 2008)
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Medis
1) Tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan denga K-wire.
Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil,
reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan k-wire perkutan,
misalnya pada fraktur jari.
2) Reduksi terbuka (ORIF/OREF)
(a) ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur.
(Jfikriamrullah, 2008).
(b) OREF (Open Reduction External Fixation)
Digunakan untuk mengatasi fraktur terbuka dengan kerusakan
jaringan lunak. Alat ini memberi dukungan yang stabil untuk fraktur
kominutif (hancur). Pin yang terpasang dijaga agar tetap posisinya,
kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi memberi kenyamanan
pada pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
3) Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protese
Pada fraktur leher, femur, dan sendi siku orang tua biasanya terjadi
nekrosis avaskuler dari fragmen/non-union. Oleh karena itu, dilakukan
pemasangan protesa yaitu alat dengan komposisi metal untuk
menggantikan bagian yang nekrosis (Muttaqin, 2008).
b. Keperawatan
1) Proteksi (tanpa reduksi/imobilisasi)
Untuk mencegah trauma lebih lanjut menggunakan sling (mitella) pada
anggota gerak atas/tongkat pada anggota gerak bawah.
2) Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
Hanya memberikan sedikit imobilisasi. Biasanya memakai gips/dengan
bermacam-macam bidai dari plastik/metal. Metode ini untuk fraktur yang
perlu mempertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
3) Traksi
Pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi yang digunakan untuk
meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan dan
mengimobilisasikan fraktur, untuk mengurangi deformitas, menambah
ruangan diantara kedua permukaan tulang. Traksi harus diberikan dengan
arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik.
4) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan anestesi
lokal dan general. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan, terjadinya
fraktur, alat utama memakai gips.
5) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan bounter traksi
Tujuan utamanya untuk reduksi bertahap dan imobilisasi
7. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Muttaqin (2008) :
a) Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak ada nadi,
CRT menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dingin
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting,
perubahan posisi, tindakan reduksi dan pembedahan.
2) Sindroma kompartemen
Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
3) Fat embolism syndrome
Merupakan komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang.
4) Infeksi
Terjadi akibat darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga
menyebabkan nekrosis tulang, biasanya ditandai dengan adanya iskemia
volkman.
5) Syok
Terjadi karena hilangnya banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler, sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.
b) Komplikasi lama
1) Delayed union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung.
2) Non union
Fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis dan dapat terjadi infeksi.
Ada 2 jenis non union yang terjadi menurut keadaan ujung-ujung
fragmen tulang, yaitu:
(a) Hipertrofik, yaitu ujung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih
besar dari keadaan normal dan disebut gambaran elephant’s foot
(b) Atrofik, yaitu tidak ada tanda-tanda aktivitas selular pada ujung
fraktur. Ujung-ujung lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan
avaskuler
3) Mal union
Keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan,
atau union secara menyilang, misalnya pada fraktur tibia fibula.

8. Pemeriksaan
Pemeriksaan fraktur menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : CM, apatis, sopor, koma, gelisah yang bergantung
pada kesadaran pasien
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, sedang, berat
(biasanya akut)
c) TTV tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi maupun
bentuk
2) Pemeriksaan laboratorium
- Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
- Fosfotase alkali meningkat saat kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblas dalam membentuk tulang
- Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-
5) aspartat amino transferase dan aldolase meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
3) Pemeriksaan lain-lain
- Biopsi tulang dan otot
Diindikasikan jika ada infeksi
- Elektromiografi
- erdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur
- Artroskopi
Didapat jaringan ikat yang rusak/robek karena trauma berlebih
- Indium imaging
Pada pemeriksaan ini didapat infeksi pada tulang
- MRI
Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

9. Nursing Care Plan


a. Pengkajian
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
2) Pola pemenuhan nutrisi metabolic
a) Penurunan laju metabolic
b) Balance nitrogen negative
c) anoreksi
3) Pola eliminasi
a) Konstipasi
b) Inkontinensia urine sementara
c) Retensi urine
d) Infeksi perkemihan
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Penurunan gerak pernafasan
b) Penumpukan secret
c) Atelektasis
d) Hipotensi ortostatik
e) Pembentukan thrombus
f) Edema dependen
5) Pola tidur dan istirahat
a) Ketidaknyamanan saat tidur
b) Insomnia
6) Pola persepsi kognitif
a) Perasaan lelah
b) Iritabel
c) Persepsi tidak realistis
d) Mudah bingung
7) Pola persepsi konsep diri
8) Pola peran dan hubungan
a) Pasien cenderung menutup diri
b) Berkurangnya reaksi
9) Pola seksualitas
10) Pola koping dan toleransi stres
11) Pola nilai dan kepercayaan

10. Diagnosa keperawatan dan Perencanaan


1) Gangguan eliminasi urine
a) Definisi : Keadaan individu yang mengalami gangguan eliminasi urine
(Heardman, T, 2009)
b) Batasan karakteristik
Subjektif
Disuria
Urgensi
Objektif
Sering berkemih
Hesitansi
Inkontinensia
Nokturia
Retensi
c) Faktor yang berhubungan
Penyebab yang multipel, meliputi obstruksi anatomis, gangguan sensori
motorik dan infeksi saluran kemih/
d) NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1) Pasien mampu menunjukkan kontinensia urine
2) Mampu ke toilet secara mandiri
3) Tidak adanya infeksi saluran kemih
4) Berkemih > 150 cc setiap kali
5) Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan
6) Eliminasi urine tidak akan terganggu
7) Menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang pengobatan yang
mempengaruhi fungsi urine
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Menunjukkan kontinensia urine
2 Mampu ke toilet secara mandiri
3 Tidak adanya infeksi saluran kemih
4 Berkemih > 150 cc setiap kali
5 Pola pengeluaran urine yang dapat
diperkirakan
Kriteria penilaian
1 = tidak pernah
2 = jarang
3 = kadang-kadang
4 = Sering
5 = positif secara konsisten
e) NIC
Pengelolaan eliminasi urine :
Mempertahankan pola eliminasi urine yang optimum
2) Resiko jatuh
a) Definisi : peningkatan kemungkinan untuk jatuh yang dapat menyebabkan
cedera fisik
b) Batasan karakteristik
- Riwayat terjatuh
- Menggunakan kursi roda
- Hidup sendiri
- Prosthesis gerak bawah
- Penggunaan alat bantu (walk,tongkat)
- Usia lebih 65 tahun
c) Faktor yang berhubungan
Usia :
- Usia lebih 65 tahun
- Usia kurang dari 2 tahun
Tidak ada pegangan di tangga
Tidak ada pegangan jendela
Tidak ada restrain
Penggunaan alat bantu
- Kursi roda, walker, tongkat, kruk
Fisiologi:
- Penyakit akut
- Kondisi post operasi
- Arthritis
- Pusing, hipotensi
- Diare, inkontinensia
- Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
- Kerusakan keseimbangan
- Kerusakan mobilitas fisik
Kognitif
- Penurunan status mental :
- Bingung, delirium, dementia
Medikasi
- Diuretik
- Anti depresan, agen anti hipertensi
- Alkohol, narkotik
Lingkungan
- Tidak familiar terhadap ruangan/ruangan minim cahaya
- Kondisi cuaca/lantai basah
- Tidak ada bahan anti selip di kamar mandi
d) NOC
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Mengembangkan dan mengikuti strategi
pengendalian resiko
2 Mengubah gaya hidup untuk mengurangi
resiko jatuh
3 Pantau faktor resiko dan lingkungan
Kriteria penilaian
1 = tidak pernah
2 = jarang
3 = kadang-kadang
4 = sering
5 = konsisten
e) NIC
Pencegahan jatuh
- Kaji adanya gangguan kelemahan anggota gerak
- Monitor KU, kesadaran, TTV, dan kekuatan otot
- Bantu kebutuhan ADL sesuai kondisi
- Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien
- Kolaborasi untuk pemasangan alat pengaman: jendela, restrain, pegangan tembok
- Berikan penjelasan pada klien dan keluarga adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit
- Laksanakan manajemen nyeri: dengan kompres hangat, teknik relaksasi,
distraksi
Terapi latihan
- Ajarkan teknik ambulasi ROM pasif dan aktif sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan medis, fisiotherapis, ahli gizi, konseling pastoral
- Berikan therapi sesuai program
3) Nyeri akut
a) Definisi
Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial atau menunjukkan
adanya kerusakan.
b) Batasan karakteristik
Melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Gerakan untuk melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur
Fokus menyempit
Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain, aktivitas
berulang)
Respon otonom
Tingkah laku ekspresif
c) Faktor yang berhubungan
Agen cedera (biologis, psikologis, kimia, fisik)
d) NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol
Kriteria hasil
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Melaporkan nyeri terkontrol
2 Mengetahui penyebab nyeri
3 TTV dalam batas normal
4 Menggunakan terapi analgetik dan non
analgetik
5 Melaporkan kenyamanan fisik dan
psikologis
6 Melaporkan tanda dan gejala nyeri
Keterangan
1 = tidak pernah sesuai harapan
2 = jarang sesuai harapan
3 = kadang sesuai harapan
4 = sering sesuai harapan
5 = selalu sesuai harapan
e) NIC
Manajemen nyeri :
a. Observasi P,Q,R,S,T nyeri
b. Observasi keadaan umum pasien
c. Observasi vital sign
d. Berikan posisi yang nyaman
e. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgetik yang
sesuai
4) Kerusakan Integritas Jaringan
a) Pengertian
Kerusakan membran mucus, korneal, integumentum atau jaringan subkutan
b) Batasan Karakteristik
Rusaknya atau hancurnya jaringan (kornea, membran mucus, integumentum
subkutan)
c) Faktor yang berhubungan
(1) Mekanik (tekanan, teriris, gesekan)
(2) Radiasi
(3) Nutrisi kurang atau lebih
(4) Termal (temperatur ekstrem)
(5) Kurang pengetahuan
(6) Iritan, kimia (termasuk eksresi tubuh, sekresi medikasi)
(7) Kerusakan mobilitas fisik
(8) Perubahan sirkulasi
(9) Cairan berlebih atau kurang
d) NOC : Penyembuhan luka : tujuan sekunder
Pengertian : terjadi regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
Kriteria hasil :
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Granulasi
2 Epitelisasi
3 Drainase purulen
4 Perbaikan ukuran luka
5 Ukuran luka
6 Kemerahan di sekitar luka
7 Jaringan nekrotik
8 Perbaikan edema luka
9 Lain-lain
Keterangan :
1 = tidak ada
2 = sedikit
3 = sedang
4 = luas
5 = lengkap
e) Tindakan
(1) Perawatan luka
(a) Kaji karakteristik luka
(b) Kaji adanya drainase
(c) Lakukan perawatan luka
(d) Ganti balutan luka setiap hari
(e) Gunakan prinsip steril saat perawatan luka
(f) Posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan pada luka
(g) Ajarkan pada pasien dan keluarga prosedur perawatan luka
(h) Kolaborasi dengan ahli gizi dan dokter
5) Resiko Infeksi
a) Pengertian
Peningkatan resiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen
b) Batasan karakteristik
(1) Prosedur invasif
(2) Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen
(3) Trauma
(4) Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
(5) Ruptur membran amniotik
(6) Agen parmasetikal
(7) Malnutrisi
(8) Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
(9) Imunosupresi
(10) Imunitas didapat tidak adekuat
(11) Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
(12) Pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan peristaltik)
c) NOC: status infeksi
Pengertian : kondisi infeksi yang meluas
Kriteria hasil :
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Rash/luka lecet
2 Vesikula cairan yang tidak normal
3 Keluar cairan yang tidak normal
4 Sputum purulen
5 Drainase purulen
6 Nyeri saat berkemih
7 Demam
8 Nyeri
9 Menggigil/kedinginan
10 Limfadenophathy
11 Malaise
12 Gangguan kognitif
13 Penurunan WBC
14 Peningkatan WBC
Keterangan
1 = sangat berat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
d) Tindakan
(1) Kontrol infeksi
(a) Monitor perubahan suhu
(b) Kurangi jumlah pengunjung
(c) Inspeksi kulit, apa ada tanda kemerahan/pus
(d) Anjurkan pada klien untuk mengkonsumsi antibiotik sesuai anjuran
(e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
(2) Perlindungan terhadap infeksi
6) Intoleransi Aktivitas
a) Pengertian
Ketidakcukupan energi secara fisiologis maupun psikologi untuk melakukan
aktivitas tertentu atau aktivitas sehari-hari yang diminta/diinginkan.
(Heardman, T, 2009)
b) Batasan Karakteristik menurut Heardman, T (2009)
(1) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
(2) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
(3) Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
(4) Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
(5) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
(6) Dispnea setelah beraktivitas
(7) Menyatakan merasa letih
(8) Menyatakan merasa lemah
c) Faktor yang berhubungan menurut Heardman, T (2009)
(1) Tirah baring
(2) Kelemahan umum
(3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(4) Imobilitas
(5) Gaya hidup kurang gerak
d) NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
(1) Pasien mampu mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan
ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi, dan perawatan
diri, aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)
(2) Pasien mampu menunjukkan penghematan energi, ditandai dengan
indikator
(3) Pasien akan mengidentifikasi aktifitas dan/atau situasi yang
menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi fisik
(4) Pasien akan mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang
kebutuhan oksigen, pengobatan, dan atau peralatan yang dapat
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
(5) Pasien akan menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan
beberapa bantuan (misalnya, eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk
ke kamar mandi)
(6) Pasien akan menampilkan pengelolaan pemeliharaan di rumah dengan
beberapa bantuan (misalnya, membutuhkan bantuan untuk kebersihan
setiap minggu)
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Menyadari keterbatasan energi
2 Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
3 Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Kriteria penilaian
1 = tidak sama sekali
2 = ringan
3 = sedang
4 = berat
5 = sangat berat
e) NIC
(1) Terapi aktivitas
Saran tentang bantuan dan aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual
yang spesifik untuk meningkatkan rentang frekuensi atau durasi
aktivitas individu
(2) Pengelolaan energi
Pengaturan penggunaan energi untuk merawat atau mencegah kelelahan
dan mengoptimalkan fungsi
(3) Aktivitas keperawatan
Kaji respons emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas. Evaluasi
motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas. Tentukan
penyebab keletihan (misalnya, karena perawatan, nyeri dan pengobatan).
Pantau respon oksigen pasien (misalnya, nadi, irama jantung dan
frekuensi respirasi) terhadap aktivitas perawatan diri.
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber
energi.
Pantau pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur
(4) Pendidikan untuk keluarga
Instruksikan kepada pasien/keluarga dalam
- Penggunaan peralatan seperti oksigen, selama aktivitas
- Penggunaan teknik relaksasi
(5) Aktivitas kolaboratif
- Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas
- Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik dan rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program aktivitas sesuai kebutuhan
- Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
pelayanan tentang bantuan perawatan rumah, sesuai kebutuhan
- Rujuk pada ahli gizi untuk merencanakan makanan untuk
meningkatkan asupan makanan yang tinggi energi.
7) Defisit Perawatan Diri : Mandi
a) Definisi
Gangguan kemampuan untuk melakukan atau memenuhi aktivatas mandi
b) Batasan karakteristik
Objektif
 Ketidakmampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
 Ketidakmampuan masuk dan keluar kamar mandi
 Ketidakmampuan menyediakan/mendapatkan air mandi
 Ketidakmampuan mengatur suhu aliran air mandi
 Ketidakmampuan membersihkan anggota tubuh atau anggota badan
 Ketidakmampuan mengeringkan badan
c) Faktor yang berhubungan
 Penurunan atau kurang motivasi
 Hambatan lingkungan
 Kelelahan dan kelemahan
 Ansietas hebat
 Gangguan persepsi atau kognitif
 Nyeri
 Kerusakan neuromuskuler
d) NOC.
Menunjukkan perawatan diri
Aktivitas kehidupan sehari-hari
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Menerima bantuan atau perawatan total dari
pemberi perawatan, jika diperlukan
2 Mempertahankan mobilitas yang diperlukan
untuk ke kamar mandi dan menyediakan
perlengkapan mandi
3 Mampu menghidupkan dan mengatur
pancaran dan suhu air
4 Membersihkan dan mengeringkan tubuh
Keterangan
1 = ketergantungan
2 = membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 = membutuhkan bantuan orang lain
4 = mandiri dengan bantuan alat bantu
5 = mandiri sepenuhnya
NIC
Mandi : membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan dan
penyembuhan
Bantuan perawatan diri, mandi : membantu pasien untuk memenuhi higiene
pribadi.
8) Konstipasi
a) Definisi : suatu penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang
disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya
feses yang sangat keras dan kering
b) Batasan karakteristik
Subjektif :
- Nyeri abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistensi otot yang dapat
dipalpasi
- Anoreksi
- Perasaan penuh atau tekanan pada rektal
- Kelelahan umum
- Nyeri saat defekasi
Objektif
- Tampilan atipikal, pada lansia (perubahan status mental, inkontinensia
urine, jatuh yang tidak dapat dijelaskan dan peningkatan tuhu tubuh)
- Perubahan pada pola defekasi
- Perubahan pada suara abdomen
- Penurunan frekuensi
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Fases yang kering, keras dan berbentuk
- Bising usus hipoaktif atau hiperaktif
- Flatus berat
- Mengejan saat defekasi
Faktor yang berhubungan
- Fungsi
- Kelemahan otot abdomen
- Ketidakadekuatan defekasi
- Aktivitas fisik tidak cukup
- Kebiasaan defekasi tidak teratur
- Perubahan lingkungan yang baru terjadi
- Psikologis
- Depresi
- Stres emosional
- Konfusi mental
c) NOC
Eleminasi defekasi : kemampuan saluran gastro intestinal untuk membentuk
dan mengeluarkan feses secara aktif
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Feses lembut dan berbentuk
2 Mengeluarkan feses tanpa bantuan
3 Mengonsumsi cairan dan serat dengan
adekuat
4 Latihan dalam jumlah yang adekuat
5 Melaporkan keluarnya feses dengan
berkurangnya nyeri dan mengejan
Keterangan
1 = ekstrem
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak
d) NIC
Penatalaksanaan konstipasi/impaksi : pencegahan dan penghilangan
konstipasi/ impaksi
Identifikasi faktor (misalnya pengobatan, tirah baring, dan diet) yang dapat
menyebabkan konstipasi.
9) Hambatan mobilitas fisik
a) Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau lebih ekstremitas
secara mandiri atau terarah
b) Batasan karakteristik
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan membolak-balik posisi
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Pergerakan lambat
- Pergerakan gemetar
- Tremor akibat pergerakan
- Perubahan cara berjalan
- Ketidakstabilan postur
- Dispnea setelah beraktivitas
- Pergerakan tidak terkoordinasi
c) Faktor yang berhubungan
- Intoleransi aktifitas
- Gangguan kognitif
- Kontraktur
- Penurunan kekuatan otot
- Ketidaknyamanan
- Nyeri
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
- Kaku sendi
d) NOC 1 : Level mobilitas
Definisi : kemampuan bergerak untuk aktifitas yang bertujuan
Kriteria hasil :

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Menjaga keseimbangan tubuh
2 Menjaga posisi tubuh
3 Pergerakan otot
4 Pergerakan sendi
5 Kemampuan berpindah posisi/tempat
6 Ambulasi : jalan
7 Ambulasi : kursi roda
Keterangan penilaian :
1. Tergantung penuh
2. Butuh bantuan orang lain dan alat
3. Butuh bantuan orang lain
4. Butuh bantuan alat
5. Mandiri
e) NIC
NIC 1 : Latihan gerak tubuh
Aktifitas :
(1) Mengobservasi keterbatasan gerak dan fungsi gerak
(2) Memonitor lokasi dan keadaan tidak nyaman atau nyeri selama
bergerak
(3) Melindungi pasien dari trauma setelah tubuh bergerak
(4) Memberikan dukungan postur
(5) Kolaborasi dengan fisioterapi dalam pemberian pelaksanaan
program gerak tubuh
(6) Bantu pasien untuk ambulasi
(7) Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang cara bergerak
NIC 2 : Terapi latihan
(1) Posisikan untuk meringankan sesak napas (semi fowler)
(2) Bantu pasien untuk ambulasi
(3) Tempatkan tempat tidur dengan benda yang mudah diraih
(4) Kolaborasi dengan fisioterapi untuk program latihan
(5) Ajarkan klien untuk melakukan program latihan secara rutin
(6) Gunakan sabuk pengaman untuk program latihan
NIC 3 : Posisi
(1) Posisikan untuk meringankan sesak napas (semi fowler)
(2) Alih baring menggunakan log roll
(3) Alih baring untuk menunjukkan kondisi kulit
(4) Posisikan untuk menghindari tekanan luka
(5) Alih baring pasien tiap 2 jam sekali
(6) Pertahankan posisi dan integritas traksi
(7) Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk pasien yang dapat
mengurangi spasme otot
(8) Monitor keterbatasan geran dan fungsi efek gerak
(9) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang sesuai
NIC 4 : Pergerakan sendi
(1) Bantu pasien untuk melatih latihan sendi
(2) Lindungi pasien dari trauma selama latihan
(3) Hindari tindakan pijatan pada tulang belakang
(4) Monitor lokasi yang tidak nyaman dalam setiap gerakan
(5) Ajarkan klien untuk melakukan latihan secara rutin
(6) Kolaborasi dengan fisioterapi untuk latihan gerakan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN POST OPERASI
FRAKTUR FEMUR SINISTRA DI RUANG SOKA KAMAR F15
RS DR. OEN SURAKARTA

Pengkajian ini dilakukan pada hari Jumat 12 Nopember 2012 pukul 14.30 WIB
dengan metode allo anamnesa, auto anamnesa, pemeriksaan fisik dan melihat status
pasien.
A. BIODATA
1. Klien
Nama : Tn. A
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Tani
Alamat : Jombang
No. Telp. :
Pembiayaan : sendiri
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Tani
Alamat : Jember
Hubungan dengan klien : kakak
3. Tanggal masuk RS : 12 Nopember 2012 pukul 06.20 WIB
4. Dokter : Dr. Andi H, SpOT
5. Diagnosa Medis : Post Orif Fraktur Femur 1/3 prox non union
dan 1/3 distal sinistra
6. No. Register : 514820
7. Ruang/Kamar : Soka/F15
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pre operasi
Klien mengatakan 9 bulan yang lalu klien penumpang mobil berlawanan
dengan truk, klien terguling dan saat kejadian sadar sudah dibawa ke sangkal
putung, namun tidak ada perubahan. Bila untuk berjalan terasa sakit, kaki kiri
tampak lebih pendek, dan klien bila berjalan menggunakan kruk kemudian
pada tanggal 12 Nov 2012 diperiksakan ke UGD RS Dr. Oen Surakarta. Klien
tiba di UGD pukul 06.32 dalam keadaan sadar, tampak sakit sedang, skala
nyeri 4 pada foto rongent tampak fraktur femur 1/3 distal dan 1/3 proximal
sinistra mal union, foto tanggal 8 Februari 2012, TD : 130/80 mmHg , nadi
80x/menit, RR = 20x/menit, suhu 36,5°C. Klien di UGD RS Dr. Oen
mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, injeksi remopain 30 mg IV/infus,
kemudian klien dianjurkan rawat inap dan diantar ke ruang Soka kamar F15
pada pukul 07.00 WIB untuk mendapatkan perawatan, selanjutnya Dr. Andi H,
SpOT menganjurkan untuk dilakukan operasi pada tanggal 12 Nopember 2012
pukul 16.00 WIB.
Post operasi
Klien mengatakan dibawa ke ruangan jam 20.00 dan sebelumnya berangkat ke
kamar operasi jam 16.00 WIB. Saat habis operasi klien mengatakan bekas
operasinya kaki masih terasa ketat atau tebal. Klien tampak sadar klien
dilakukan spinal anestesi.
Klien tampak terpasang drainase 1 jalur panjang dan produktif 150 cc, luka
pada femur kiri tampak terbalut perban elastis, tampak tidak rembes. Saat
dikaji klien mengatakan luka nyeri, tidak kesakitan, tidak mual, tidak muntah,
dan tidak boleh banyak gerak.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah opname dan belum pernah
mengalami patah tulang seperti sakitnya ini.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien menyangkal tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dari
keluarga.
Genogram
62 th 60 th 60 th
62 th
Keterangan :

: ♀ (Perempuan)

38 th : ♂ (Laki-laki)
44 th
: garis keturunan

: tinggal satu rumah

: pasien

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien mengatakan jika sakit klien biasa menggunakan obat dari warung dan
periksa ke puskesmas. Klien mengungkapkan sehat adalah suatu keadaan
dalam mengerjakan aktivitas tanpa ada rasa sakit, sedangkan sakit adalah
keadaan dimana klien hanya bisa tidur dan tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya. Klien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Klien
mempunyai kebiasaan yang merugikan kesehatan yaitu merokok dengan
frekuensi 5-6 batang per hari. Klien biasa menggunakan alat pengaman
seperti menggunakan helm saat mengendarai sepeda motor, tetapi saat
kecelakaan klien tidak menggunakan perlengkapan berkendara seperti tidak
menggunakan helm.
2. Pola nutrisi metabolik
Klien mengatakan kebiasaan makan sebelum dan saat sakit tidak ada
perbedaan. Klien makan teratur 3x sehari dengan porsi sedang. Setiap hari
klien makan dengan menu nasi sayur, dan lauk. Klien tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap makanan. Di RS klien mendapatkan diet TKTP 3x
sehari. Klien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan input
makanan. Begitu juga dengan kebiasaan minum klien sebelum sakit dan saat
sakit tidak ada perbedaan. Klien biasa mengonsumsi air putih dan teh.
Dalam sehari klien minum sekitar 1200-1500 cc.
3. Pola eliminasi
Klien mengatakan sebelum dan sesudah sakit kebiasaan eliminasi BAB dan
BAK klien tidak ada perubahan. Klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
Klien BAB 1-2x sehari dengan karakteristik feses lunak dengan
menggunakan pispot. Sedangkan BAK klien 5-6 x sehari dengan
menggunakan urinal karena klien tidak dapat BAK ke kamar mandi.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Sirkulasi
Klien mengatakan tidak nyeri dan tidak mengalami kelainan jantung.
HR = 76x/menit dan suhu ekstremitas hangat.
b. Bernafas
Klien mengatakan tidak ada nyeri dada saat bernafas, tidak mempunyai
penyakit asma ataupun gangguan pernafasan.
c. Aktivitas
Klien mengatakan bahwa ia biasa menggunakan waktu luang untuk
tidur. Perawatan diri yang dilakukan klien setiap hari seperti mandi di
kamar mandi 2x sehari, keramas dan gosok gigi. Setelah sakit klien
melakukan perawatan diri sehari-hari dengan bantuan perawat, keluarga
dan bantuan alat. Skala ADL klien 2 (butuh bantuan alat dan orang
lain), karena masih merasa nyeri sehingga takut untuk beraktifitas.
5. Pola aktivitas dan tidur
Klien mengatakan sebelum sakit biasa tidur 8 jam per hari pada waktu
malam hari. Klien tidak pernah menggunakan obat pengantar tidur.
Sedangkan saat sakit klien biasa tidur 10 jam per hari pada waktu siang dan
malam hari dengan kwalitas tidur nyenyak.
6. Pola persepsi kognitif
Klien mengatakan bahwa dirinya menerima dengan keadaannya saat ini dan
klien mempunyai harapan ingin cepat sembuh. Klien biasa menggunakan
bahasa daerah dalam sehari-hari. Klien mengatakan nyeri di bagian kaki
kiri. Klien juga mengeluh sakit di bagian tangan kiri yang lecet. Kwalitas
nyeri klien sebagai berikut:
P : fraktur femur sinistra
Q : tertusuk-tusuk
R : kaki kiri
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul dan bertambahnya saat digerakkan
7. Pola persepsi konsep diri
Klien mengatakan menerima akan keadaannya saat ini dan mau menjalani
pengobatan secara kooperatif.
a. Body image : klien mengatakan bersyukur diberikan anggota tubuh
yang normal
b. Ideal diri : klien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh
dan ingin segera beraktivitas seperti biasanya
c. Harga diri : klien mengatakan bahwa ia tidak merasa malu dengan
keadaannya saat ini dan klien merasa bahwa dirinya masih dihargai
oleh orang lain.
d. Peran diri : klien mengatakan bahwa saat ini ia berperan sebagai
seorang ayah dan suami yang mempunyai tiga orang anak.
e. Identitas : klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang petani.
8. Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan saat ini klien memiliki hubungna dekat dengan
keluarganya terutama dengan ayahnya. Interaksi klien dengan orang lain
baik.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien mengatakan tidak mempunyai gangguan seksualitas dan reproduksi
saat sakit, karena klien sudah menikah.
10. Pola koping dan toleransi stresss
Klien mengatakan bahwa tidak pernah punya riwayat stress masa lalu.
Setiap klien ada masalah selalu menceritakan dengan orang terdekat dan
menyelesaikannya dengan baik.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan bahwa sakitnya saat ini adalah cobaan dari Tuhan. Klien
berdoa agar cepat sembuh.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu : 36,5°
b. Nadi : 90x/menit
c. RR : 20x/menit
d. TD : 130/80 menit
2. Tingkat kesadaran
Keadaan umum : lemah
Kesadaran
Compos
Tanggal
mentis
12/11/12 
13/11/12 
14/11/12 

Penilaian Kualitatif (GCS)


Tanggal M (motorik) V (verbal) E (eye) Total
12/11/12 6 5 4 15
13/11/12 6 5 4 15
14/11/12 6 5 4 15

3. Sistem Pernafasan
Sesak Nyeri Keda
Tgl Fre-kuensi Irama Ronkhi Weshing Stenosis
nafas dada laman
12/11/12 24 x/mnt Teratur Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1-2 cm
ada ada ada ada ada
13/11/12 20 x/mnt Teratur Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1-2 cm
ada ada ada ada ada
14/11/12 24 x/mnt Teratur Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1-2 cm
ada ada ada ada ada

4. Sistem Kardiovaskular
a. Jantung
Tanggal TD Irama Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi
12/11/1 130/80 Teratur Simetris Tak ada Tidak ada suara Pekak
2 massa tambahan
13/11/1 130/90 Teratur Simetris Tak ada Tidak ada suara Pekak
2 massa tambahan
14/11/1 130/90 Teratur Simetris Tak ada Tidak ada suara Pekak
2 massa tambahan

b. Pembuluh darah
Kekuatan Capiler
Tanggal Frekuensi Tromboplebitis
nadi Refil
12/11/1 98x/mnt Kuat <2” Tidak ada
2
13/11/1 98x/mnt Kuat <2” Tidak ada
2
14/11/1 98x/mnt Kuat <2” Tidak ada
2

5. Pemeriksaan 12 Syaraf Kranial


a. Nervus 1 (OLFACTORIUS)
Sistem saraf : sensorik
Sensasi bau lubang Sensasi bau lubang
Tanggal
hidung kanan hidung kiri
12/11/1 Normal Normal
2
13/11/1 Normal Normal
2
14/11/1 Normal Normal
2

b. Nervus 2 (OPTIKUS)
Sistem saraf : sensorik
Ketajaman
Lapang pandang Melihat warna
penglihatan
Tanggal
Mata Mata Mata Mata Mata Mata
kanan kiri kanan kiri kanan kiri
12/11/1 normal normal normal normal normal normal
2
13/11/1 normal normal normal normal normal normal
2
14/11/1 normal normal normal normal normal normal
2
c. Nervus 3 (OKULOMOTORIS)
Sistem saraf : Motorik
Mengangkat
Besar pupil Bentuk Reflek cahaya
kelopak mata
Tanggal
Mata Mata Mata Mata Mata Mata Mata Mata
kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri
12/11/12 Isokor Isokor Simetris Simetris normal normal normal normal
13/11/12 Isokor Isokor Simetris Simetris normal normal normal normal
14/11/12 Isokor Isokor Simetris Simetris normal normal normal normal

Sensasi pada wajah dengan benda


Membuka Mengunya Menggigi
Tanggal kasar, halus, tumpul, runcing
mulut h t Pipi
Dahi Rahang
Kanan Kiri
12/11/1 Bisa Bisa normal norma normal norma Normal
2 l l
13/11/1 Bisa Bisa normal norma normal norma Normal
2 l l
14/11/1 Bisa Bisa normal norma normal norma Normal
2 l l

d. Nervus 4 (TROKLEARIS)
Sistem saraf : Motorik

Pergerakan mata ke atas dan ke bawah


Tanggal
Mata kanan Mata kiri
12/11/12 Normal Normal
13/11/12 Normal Normal
14/11/12 Normal Normal
e. Nervus 5 (TRIGEMINUS)
Sistem saraf : Motorik dan Sensorik
Sensasi pada wajah dengan benda
Membuka Mengun Menggi kasar, halus, tumpul, runcing
Tanggal
mulut yah git Pipi
Dahi Rahang
kanan Kiri
12/11/12 Bisa Bisa Normal Normal Normal Normal Normal
13/11/12 Bisa Bisa Normal Normal Normal Normal Normal
14/11/12 Bisa Bisa Normal Normal Normal Normal Normal

f. Nervus 6 (ABDUCEN)
Sistem saraf : motorik
Pergerakan mata lateral
Tanggal
Mata kanan Mata kiri
12/11/12 Normal Normal
13/11/12 Normal Normal
14/11/12 Normal Normal

g. Nervus 7 (FASIALIS)
Sistem saraf : motorik dan sensorik
Mengerut Mengangkat Menutup Rasa kecap 2/3
Tanggal Tersenyum
dahi alis mata anterior lidah
12/11/12 Bisa Bisa Bisa Bisa Normal
13/11/12 Bisa Bisa Bisa Bisa Normal
14/11/12 Bisa Bisa Bisa Bisa Normal

h. Nervus 8 (AUDITORIUS)
Sistem saraf : sensorik
Tanggal Suara berisik Detak arloji
12/11/12 Normal Normal
13/11/12 Normal Normal
14/11/12 Normal Normal

i. Nervus 9 (GLOSOPHARINGEUS)
Sistem saraf : sensorik dan motorik
Rasa kecap 1/3
Tanggal Tonsil Faring
lidah posterior
12/11/12 Normal Normal Normal
13/11/12 Normal Normal Normal
14/11/12 Normal Normal Normal

j. Nervus 10 (VAGUS)
Sistem saraf : sensorik dan motorik
Reflek
Tanggal Bicara
menelan
12/11/12 Bisa Normal
13/11/12 Bisa Normal
14/11/12 Bisa Normal
k. Nervus 11 (ACCESORUS)
Sistem saraf : motorik
Mengangkat bahu Mengangkat
Tanggal
Kanan Kiri kepala
12/11/12 Bisa Bisa Bisa
13/11/12 Bisa Bisa Bisa
14/11/12 Bisa Bisa Bisa

l. Nervus 12 (HYPOGLOSUS)
Sistem saraf : motorik
Menjulurkan Menggerakkan lidah
Tanggal Ke kanan Ke kiri
lidah
12/11/12 Bisa Bisa Bisa
13/11/12 Bisa Bisa Bisa
14/11/12 Bisa Bisa Bisa
6. Abdomen
Tgl Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi
12/11/ Simetris, tidak Peristaltik Suara timpani - Tidak ada masa
2012 ada pembesaran 22/mnt - Tidak ada distensi
- Tidak ada nyeri tekan
13/11/ Simetris, tidak Peristaltik Suara timpani - Tidak ada masa
2012 ada pembesaran 22/mnt - Tidak ada distensi
- Tidak ada nyeri tekan
14/11/ Simetris, tidak Peristaltik Suara timpani - Tidak ada masa
2012 ada pembesaran 22/mnt - Tidak ada distensi
- Tidak ada nyeri tekan

7. Kaku kuduk
Tgl Kaku Kuduk
12/11/12 Negatif
13/11/12 Negatif
14/11/12 Negatif

8. Kekuatan otot
Anggota gerak atas dan anggota gerak bawah

Lka Lki
Skala 5 skala 5

Tka Tki
Skala 5 skala 3
ROM
Anggota gerak atas
Tangan Kanan Tangan Kiri
Tgl
pergerakan bisep Trisep sensibilitas pergerakan bisep trisep Sensibilitas
12/11/12 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
13/11/12 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
14/11/1 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
2
Anggota gerak bawah
Kaki Kanan Kaki Kiri
Tgl Pergeraka Sensibilita Pergeraka Sensibilita
Bisep Trisep Bisep Trisep
n s n s
12/11/12 Normal Norma Norma Normal ROM RO Sedan Normal
l l 50% M g
50%
13/11/12 Normal Norma Norma Normal ROM RO Sedan Normal
l l 50% M g
50%
14/11/1 Normal Norma Norma Normal ROM RO Sedan Normal
2 l l 50% M g
50%
9. Sistem Imunitas
Jumlah leukosit : 6.750/mm3
10. Status Nutrisi
a. Antropometri
BB : 68 kg
TB : 165 cm
b. Nilai biokimia
Hb : 15,6 gr%
c. IMT (Indeks Masa Tubuh)
= BB / TB (M)2
= 68 / (165/100) m2
= 68/2,73 m2
= 24,91
Nilai standar IMT
Nilai Kategori
< 20 Under weight
20 – 25 BB normal
25 - 30 Over weight
> 30 Obesitas/gemuk

Interprestasi : klien memiliki BB normal


Memperkirakan kebutuhan kalori Tn. S berdasarkan persamaan Harrie
Benediet dengan menghitung pengeluaran energi basal. Basal Energi
Expenditas/BEE
BEE pria = 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) - (6,76 x usia)
= 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) - (6,76 x 63)
= (66,47 + 935 + 825) - 425, 88
= 1826,47 - 425,88
= 1400,59 K.Kal
Faktor aktivitas fisik
Bedrest = BEE x 1,2
= 1400,59 x 1,2
= 1680,708 K.Kal
Operasi terencana = 1,0 - 1,2
Energi = (BEE x faktor aktivitas fisik) faktor sakit/cedera/faktor stres
= 1680,708 x 1,1
= 1848,7788 K.Kal

11. Diet
Jumlah Jumlah Jumlah Total kalori
Jenis makanan/
Tgl yang Kal porsi yang kalori yang yang
minuman/ buah
disajikan dimakan dimakan dimakan
12/11 Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
/12 Daging 1 porsi 75 1 porsi 75
Pagi Soto (tauge + seledri) 1 porsi 50 1 porsi 50
Tempe goreng 1 porsi 125 1 porsi 125
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
Snack :
Susu segar 1 porsi 125 1 gelas 125
Cake wortel 1 porsi 100 1 porsi 100
Siang Puasa
Sore Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
Tongkol bb kuning 1 porsi 75 1 porsi 75
Perkedel kentang 1 porsi 75 1 porsi 75
Bobor bayam waluh 1 porsi 75 1 porsi 75
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
1219
13/11 Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
/12 Telur opor 1 porsi 50 1 porsi 50
Pagi Ayam suwir 1 porsi 25 1 porsi 25
Tempe bb kuning 1 porsi 60 1 porsi 60
Sayur gori + krecek 1 porsi
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
Snack
Soes fla 1 porsi 100 1 porsi 100
Susu 1 gelas 125 1 gelas 125
Siang Bubur 1 porsi 200 1 porsi 200
Steak daging giling 1 porsi 75 1 porsi 75
Makaroni skotel 1 porsi 75 1 porsi 75
Saos coklat 1 porsi 25 1 porsi 25
Rebusan 1 porsi 125 1 porsi 125
brokoli+wortel+
buncis
Sup jagung manis 1 porsi 50 1 porsi 50
Air putih 1 gelas 0 1 gelas 0
Jeruk 1 porsi 40 1 porsi 40
Sore Bubur 1 porsi 200 1 porsi 200
Ayam ponges bumbu 1 porsi 75 1 porsi 75
rujak
Tempe goreng 1 porsi 125 1 porsi 125
Sayur asem 1 porsi 50 1 porsi 50
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72 1744
14/11/ Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
12 Ayam bumbu kuning 1 porsi 72,5 1 porsi 72,5
Pagi Laksa (bihun + 1 porsi 100 1 porsi 100
tauge+klengkam)
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72
Snack :
Susu segar 1 porsi 125 1 gelas 125
Sosis goring
Siang Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
Kakap asam manis 1 porsi 100 1 porsi 100
Tumis buncis + wortel 1 porsi 100 1 porsi 100
Sup kembang tahu 1 porsi 50 1 porsi 50
Buah semangka 1 porsi 40 1 porsi 40
(8 ptg) (8 ptg)
Air putih 1 gelas 0 1 gelas 0
Sore Nasi 1 porsi 200 1 porsi 200
Telur kecap 1 porsi 122 1 porsi 122
Tahu goring 1 porsi 125 1 porsi 125
Ca jepang 1 porsi 50 1 porsi 50
Lodeh kacang panjang 1 porsi 100 1 porsi 100
Teh manis 1 gelas 72 1 gelas 72 1779

13. Penampilan Klinik


Penampilan umum : tampak lemah
Keadaan fisik : Post op terdapat luka jahitan ± 20cm, terbalut elastic ferban,
luka tak rembes, tampak terpasang drain 1 jalur produksi 150cc
14. Status Higiensi ADL
Aktifitas
Tanggal Dressin Feedin
Bathing Toileting Continence Transfering
g g
12/11/12 2 2 1 1 4 0
13/11/12 2 2 1 1 4 2
14/11/1 2 2 3 3 4 3
2
Ket :
0 : tergantung penuh
1 : butuh bantuan alat dan orang lain
2 : butuh bantuan orang
3 : butuh bantuan alat
4 : mandiri
15. Status Eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x / hari dengan
karakteristik feses padat dan BAK 4x/hari dengan karakteristik urine jernih,
saat sakit klien tidak memiliki gangguan dalam BAB maupun BAK, klien
tidak pernah menggunakan obat apapun. BAK di tempat tidur dibantu oleh
perawat dan keluarga.
16. Status Mobilisasi
Klien mengatakan saat sebelum sakit pasien beraktivitas seperti biasa
yaitu bekerja, mengantar istri dan melakukan kegiatan yang lain sesuai
dengan rutinitasnya. Di waktu sakit sebelum masuk rumah sakit pasien
hanya bisa berbaring dan segala keperluan dibantu isteri dan keluarganya.
Saat dirawat di rumah sakit pasien tidak bekerja karena sakit yang
dialaminya.
17. Status Psikologis
Klien mengatakan klien bisa melewati atau bertahan terhadap situasi
atau stressor di sepanjang hidupnya. Klien tidak pernah mengalami riwayat
stress yang serius di masa lalu. Keluarga klien mempunyai support sistem
yang baik.
18. Monitoring Obat Harian
Nama Cara Waktu Pemberian
Tgl Dosis Pagi Siang Sore Malam
Obat Pemberian
12/11 Oxtercid 750 mg/12 IV 20.00
jam
/12 Remopai 30 mg/12 IV 19.00
n jam
Invomit 4 mg/12 jam IV 19.00
13/11 Gastridin 50 mg/12 IV 08.00 20.00
jam
/12 Oxtercid 750 mg/8 IV 04.00 12.00 20.00
jam
Tranexic 500 mg/8 IV 04.00 12.00 20.00
jam
14/1 Antrain 1 gr/8 jam IV 04.00 12.00 20.00
1
/12 Gastridin 50 mg/8 jam IV 08.00 20.00
Oxtercid 750 mg/8 IV 04.00 12.00 20.00
jam
Tranexic 500 mg/8 IV 08.00 20.00
jam

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen
a. Pemeriksaan dilakukan tanggal 12 November 2012
Preoperasi
X-foto femur sinistra AP-lateral. Struktur trabeculasi tulang baik.
Tampak diskontinuitas kontur korteks femur sinistra 1/3 media dan distal
dengan lesi sclerotic formasi kalkus. Kesan : fraktur lama femur 1/3
medio dan distal sinistra non union.
b. Pemeriksaan dilakukan tanggal 12 November 2012
Post operasi
X-foto femur sinistra AP-lateral. Post orif : terpasang fixasi internal K-
nail-plate-screw femur sinistra, posisi baik tampak drain.
2. Pemeriksaan laboratorium tanggal 12-11-2012 jam 09.00
Preoperasi
Jenis
Hasil Satuan Normal
pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 14,7 G/DL >16 th P = 13,2 – 17,3
W = 11,7 – 15,5
Lekosit
Lekosit 6,750 /mm3 >16 th P = 3.800 – 10.600
W = 3.600 – 11.000
3
Trombosit 263.000 /mm 150.000-450.000
Golongan darah B (Rh +) -
Kimia klinik
SGOT 32 μ/L P : < 38 W : < 31
SGPT 69 μ/L P : < 40 W : < 32
Serologi
HBSAG Elisa Non reactive - Non reactive

3. Pemeriksaan laboratorium tanggal 12-11-2012 jam 22.30


Postoperasi
Jenis
Hasil Satuan Normal
pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 11,0 G/DL >16 th P = 13,2 – 17,3
W = 11,7 – 15,5
Lekosit
Lekosit 12,950 /mm3 >16 th P = 3.800 – 10.600
W = 3.600 – 11.000
3
Trombosit 250.00 /mm 150.000-450.000
F. LAPORAN OPERASI
a. Tanggal operasi : 12 Nopember 2012
b. Mulai anestesi : pkl. 16.00 WIB
c. Mulai operasi : pkl. 16.45
d. Selesai operasi : pkl 19.30
e. Dx pre operasi : open fracture femur sinistra
f. Macam tindakan op : ORIF dengan menggunakan plate 6 screw
g. Anestesi : SAB
h. Infus : asering 30 tpm, RL 30 tpm
i. Instruksi pasca op
1) Injeksi oxtercid 750 mg/12 jam
2) Injeksi gastridin 50 mg/12 jam
3) Injeksi antrain 1 gr/8 jam
4) Injeksi trenexid 500 mg/8 jam
5) Program fisiotherapi post operasi hari ke II
Terapi Dokter
Ad. I oxtercid 750 mg
Komposisi : tiap vial berisi : cefuroxime sodium 750 mg
Kasiat : cefuroxim merupakan antibiotika golongan sefalosporin yang
berkasiat bakterisidal, tahan terhadap β–laktomase dan aktif
melawan sejumlah besar organisme gram positif dan gram
negatif
Indikasi :
- Infeksi saluran pernapasan bawah termasuk pnemonia
- Infeksi saluran urogenital
- Infeksi kulit dan struktur kulit
- Infeksi tulang dan sendi
- Gonore tanpa komplikasi dan gonokokal terdiseminasi
- Infeksi lain termasuk septikemia meningitis bakterial
- Profilaksi perioperatif pada pembedahan yang terkontraminasi atau
berpotensi untuk itu, misalnya pembedahan saluran cerna, vaginal,
histerektomi, bedah jantung terbuka lainnya.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotik sefalosporin.
Efek samping :
- Efek samping yang disebabkan cefuroxime relatif jarang terjadi dan
pada umumnya ringan dan bersifat sementara
- Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi meliputi: ruam kulit (makulo
papular dan witikaria) demam
- Kadang-kadang tromboflebitis dapat terjadi setelah injeksi intravena
- Reaksi hepatik kenaikan SGOT, SGPT
Peringatan/perhatian
- Antibiotik sefolosporin harus diberikan hati-hati pada penderita
dengan riwayat penyakit gastrointestinal khususnya kolitis
- Cefuroxime harus diberikan hati-hati selama bulan-bulan awal
kehamilan
- Cefuroxime diskresi melalui ASI sehingga harus diberikan dengan
hati-hati pada ibu menyusui
Interaksi obat
Cefuroxime tidak mempengaruhi hasil uji berdasarkan enzim untuk
glikosurin. Sedikit berpengaruh pada metode reduksi tembaga
(Benedict’s, Fehling’s, Clinitest). Namun hasil ini tidak menyebabkan
hasil positif palsu seperti yang disebabkan oleh beberapa sefalosporin
lain.
- Uji coombs’ positif terjadi pada beberapa penderita yang
menggunakan cefuroxime keadaan ini dapat mempengaruhi cross
matching darah.
Aturan pakai
Dosis umum yang dianjurkan
Dewasa : dosis umum cefuroxime untuk infeksi 750 mg-1,5 gram setiap 8
jam.
Dosis untuk infeksi berat atau disertai komplikasi atau infeksi tulang dan
sendi : 1,5 gram tiap 8 jam.
Cara pemberian :
Intravena (iv) untuk tiap 750 mg cefuroxime, tambahkan aqua untuk
injeksi minimal 6 ml.
Intramuskuler (im) untuk tiap 750 mg cefuroxime tambahkan 3 ml aqua
untuk injeksi. Kocok baik baik untuk menghasilkan suspensi.
Dosis pemberian 500 mg 6-8 hari
Antrain 1 gr/2 ml
Indikasi : untuk mengurangi nyeri pre op dan post op
Kontra indikasi : tidak boleh diberikan kepada wanita hamil dan
menyusui, kehamilan kurang dari 3 bulan dan BB < 5 kg
Efek samping : kerusakan fungsi ginjal kerusakan fungsi hati
Tranexid 500 mg
Indikasi : untuk perdarahan/perdarahan obstetri.
Dosis : 500 mg-100 mg sampai 3x sehari
Kontra indikasi : dapat menyebabkan tromboimbolic, perdarahan sub
aracnoid
Efek samping : kerusakan ginjal
Gastridin
Indikasi : untuk peningkatan asam lambung, untuk mengurangi tukak
lambung
Efek samping : gangguan intestinal, kerusakan ginjal
Kontra indikasi : -
Dosis : 50 mg 6-8 hr im – iv
RL
Komposisi
Setiap 1000 ml larutan mengandung 6,0 g natrium klorida 0,2 g, kalsium
klorida dihidrat 0,3 g, kalium klorida dan 3,1 g, natrium laktat
Pemberian
Larutan jernih, tidak berwarna, steril dan bebas pirogen
Cara kerja obat: keunggulan terpenting dari larutan ringer laktat adalah
komposisi elektrolit dan konsentrasinya sangat serupa dengan yang
dikandung di dalam cairan ektra seluler. Natrium merupakan kation
utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik kloria
merupakan kation terpenting di intra seluler dan berfungsi untuk
konduksi saraf dan otot. Elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi, syok hipovelemik termasuk syok
perdarahan.
Kandungan laktat yang terdapat sebanyak 28 m Eq/L dimaksudkan
sebagai prekursor bikarbonat sebagaimana pada reaksi berikut :
NaCH3CHOHCOO + H2O+CO2  Na + HCO3+CH3CHOHCOOH
(Na laktat) (Asam laktat)
Indikasi
Fluid and electrolyte replanisher penambah volume darah/secara
tempore) systemic alkalizer dan secara spesifik digunakan pada keadaan
asidosis yang disertai dehidrasi.
Posologi
Takaran pemakaian disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi penderita
secara individual.
Peringatan dan perhatian
Hati-hati pemberian pada penderita oedema perifer pulmoner, congestive
heart failure/impaired renal function dan pre eclamsia.
Pemberian secara iso osmotik.
Jangan dipakai bila larutan keruh.
Kontra indikasi
Tidak digunakan untuk menimbulkan emesis.
Efek samping
Hypermatremia
Pemberian berlebihan dapat menyebabkan hipokalemia

DATA FOKUS
No. Reg Nama/Umur : Tn. A Ruang Soka
514820
Kamar : Dokter : dx. Medis : Post Orif
F15 Dr. Andi H, SpOT Femur Sinistra
Hari, Tanggal TTD/
Data Subyektif dan Obyektif
Nama
Senin, 12 Nop DS:
2012 - Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri
- Pasien mengatakan lemas Titi
- Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu
oleh keluarga, perawat dan alat
- Pasien mengatakan sakit dan nyeri pada kaki kiri
P : fraktur femur sinistra
Q : luka seperti tertusuk-tusuk
R : kaki kiri terutama bagian paha
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul dan bertambah nyeri jika
digerakkan
DO :
- Aktivitas klien dibantu oleh orang lain
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan
- Klien tampak lemas
- ADL (mandi: 2, mobilitas : 3, berpakaian : 2,
eliminasi : 1)
- Klien tampak aktivitas dibantu keluarga dan
perawat
- Terpasang drain di luka bekas operasi 1 jalur di
femur sinistra vol drain 150 cc
- ROM (bahu : 180°, siku : 150°, femur kiri : 0°,

femur kanan : 150°, tangan dan jari 70°


- Kekuatan otot : kaki kiri 3 (20%)
- Hb klien : turun tanggal 12 Nopember 2012 pukul
09.00 : 14,7 G/dL, tanggal 12 Nopember 2012
pukul 22.30 11,0 G/dL
- Luka dibalut dengan elastic verban di bagian
femur sinistra
ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Masalah Etiologi TTD
1. 12-11-12 DS: Hambatan Kerusakan Titi
- klien mengatakan nyeri mobilitas musculoskeletal
pada paha kiri, klien fisik
mengatakan lemas, kaki
terasa tebal
- klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
dibantu oleh keluarga
dan perawat
- klien mengatakan nyeri
pada paha kiri
P : fraktur femur sinistra
Q : luka seperti tertusuk-
tusuk
R : kaki kiri terutama
bagian paha
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul dan
bertambah nyeri jika
digerakkan

DO:
- aktivitas dibantu oleh
orang lain
- klien tampak menahan
nyeri
- klien tampak lemas
- klien terpasang infuse
RL 20 tpm, ditangan
kanan
- ADL (mandi: 2,
mobilita: 3, berpakaian:
2, eliminasi: 1)
- Terpasang drainase I
jalur, produktif 150cc
2. 12-11-12 DS: Penurunan Penurunan Titi
- Klien mengatakan perfusi konsentrasi Hb
badan lemes. Aktivitas jaringan dalam darah
dibantu oleh keluarga perifer
dan perawat, dan juga
alat.
DO
- Hb turun, tgl 12-11-12
pukul 09.00 Hb: 14,7
gr/dl. Tgl 12-11-12
pukul 22.30 HB: 11,0
gr/dl
3. 12-11-12 DS: Resiko Pertahanan Titi
- Klien mengatakan liuka infeksi primer tidak
bekas operasi masih adekuat
terasa nyeri
- Kaki belum dapat
diangkat sendiri
DO:
- Tampak ada luka
operasi pada paha kiri
- Tampak terpasang
drainase 1 jalur,
panjang
- Tampak balutan elastic
ferbam pada paha kiri
DAFTAR MASALAH
No. Reg : Nama/Umur : Tn. A Ruang : Soka

Kamar : Dokter : dx. Medis :


F15 Dr. Andi H, SpOT Post Orif Femur Sinistra

No. Tanggal Tgl TTD/


Masalah Keperawatan
Dx Ditemukan Teratasi Nama
1 12-11-2012 Hambatan mobilitas fisik ybd
kerusakan musculoskeletal
2 12-11-2012 Penurunan perfusi jaringan perifer
ybd penurunan konsentrasi Hb
dalam darah
3 12-11-2012 Resiko infeksi ybd pertahanan
primer tidak adekuat (kerusakan
kulit)
PERENCANAAN

No. Reg : Nama/Umur : Tn. A Ruang : Soka

Kamar : Dokter : dx. Medis :


F15 Dr. Andi H, SpOT Post Orif Femur Sinistra

No RENCANA
TTD/
. Tujuan dan Kriteria Tindakan
Nama
Dx (NOC dan Indikator) (NIC dan Aktivitas)
1 Level Mobilitas 1. Terapi latihan :
Tujuan : pasien mampu mencapai level ambulasi
mobilitas secara adekuat setelah dilakukan Aktivitas :
tindakan keperawatan sampai tanggal 13- a. Monitor vital sign
11-2012 dengan indikator: sebelum dan sesudah Titi
latihan
N b. Bantu klien
Indikator 1 2 3 4 5
o menggunakan tongkat
1 Menjaga saat berjalan
keseimban c. Ajarkan pasien atau
gan tubuh tenaga kesehatan lain
2 Menjaga
tentang teknik ambulasi
posisi
d. Latih pasien dalam
tubuh
3 Pergerakan pemenuhan kebutuhan
otot ADL secara mandiri
4 Gerakan sesuai kemampuan
sendi e. Dampingi dan bantu
5 Kemampua
pasien saat mobilisasi
n
dan bantu penuhi
berpindah
kebutuhan ADL pasien
posisi/temp
f. Kolaborasi dengan
at
6 Ambulasi fisioterapi dalam
jalan latihan mobilisasi
7 Ambulasi
kursi 2. Manajemen nyeri
8 Toileting
9 Mandi a. Monitor kepuasan
pasien terhadap
Keterangan : manajemen nyeri
1. Tergantung penuh b. Tingkatkan istirahat
2. Butuh bantuan orang lain dan alat tidur yang adekuat
3. Butuh bantuan orang lain c. Kelola anti
4. Butuh bantuan alat analgetik : ketese
5. Mandiri 30 mg
d. Jelaskan pada
pasien penyebab
nyeri
3. Asistensi perawatan
diri : bantu ADL
a. Monitor kemampuan
klien untuk perawatan
diri yang mandiri
b. Monitor kebutuhan
klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan
diri dan toileting
c. Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan selfcare
d. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki
e. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya
2 Perfusi jaringan perifer Perawatan sirkulasi
Tujuan : pasien mampu mencapai perfusi Aktivitas :
jaringan perifer secara adekuat setelah a. Lakukan penilaian
dilakukan tindakan keperawatan sampai komprehensif
tanggal 15 Nopember 2012 dengan sirkulasi perifer: Titi
indikator : kapilary refill,
No Indikator 1 2 3 4 5 bengkak
1 Kapileri refill b. Palpasi tungkai
baik dengan hati-hati
2 Warna kulit
c. Nilai derajat
normal
3 Temperatur ketidaknyamanan/ny
ekstremitas eri
hangat d. Beri obat anti
4 Tidak ada koagulan yang
nyeri sesuai
ekstremitas e. Dorong latihan gerak
5 Tidak ada
PROM dan AROM
udem perifer
selama istirahat di

Keterangan : tempat tidur yang

1. Tidak pernah sesuai harapan sesuai

2. Jarang sesuai harapan f. Instruksikan dan

3. Kadang sesuai harapan jelaskan pada pasien

4. Sering sesuai harapan tentang pentingnya

5. Selalu sesuai harapan pencegahan vena


statis
g. Instruksikan pasien
untuk perawatan
kaki yang tepat
h. Pertahankan hidrasi
yang memadai untuk
mencegah viskositas
darah yang
meningkat
3 Status Infeksi Pengendalian infeksi
Tujuan : Klien mampu mengontrol infeksi Aktivitas :
yang meluas setelah dilakukan tindakan a. Observasi tanda dan Titi
keperawatan sampai tanggal 15 Nopember gejala infeksi (suhu,
2012 dengan indikator nadi, kondisi luka,
No Indikator 1 2 3 4 5 adanya puss)
1 Rash/luka b. Observasi hasil lab
lecet (leukosit, Hb, albumin,
2 Keluarnya
trombosit)
cairan yang
c. Lakukan perawatan
tidak normal
3 Drainase luka setiap pagi sekali
purulen dalam sehari
4 Demam d. Instruksikan untuk
5 Nyeri
menjaga kebersihan diri

Keterangan : (cuci tangan) untuk

1. Sangat berat melindungi luka dari

2. Berat infeksi

3. Sedang e. Ajarkan cara cuci

4. Ringan tangan yang benar

5. Tidak ada f. Berikan terapi


antibiotic (oxtercid 750
mg)
CATATAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl No Ttd
Tindakan Keperawatan dan Respon
/Jam Dx Nama
Senin 1,2,3 Mengobservasi skala nyeri Titi
12 Nop 2012 RS : klien mengatakan nyeri kakinya sebelah kiri
14.30 RO :P : fraktur femur sinistra
Q : luka seperti tertusuk-tusuk
R : kaki kiri terutama bagian paha
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul dan bertambah nyeri jika
digerakkan

19.45 1,2,3 Mengambil klien ke ruang operasi, mengobsevasui Titi


vital sign dan control foto post operasi
RS:-
RO :- klien tampak lemah, sadar tapi masih dalam
pengaruh obat bius.
- Hasil foto rontgen: terpasang plate dan screw,
posisi dan elemen baik
- Vital Sign: TD: 120/90 N:88x/mnt RR: 20
x/mnt

20.00 2,3 Memberikan injeksi iv per infus gastridin 50 mg Titi


kalnex 500 mg.
RS : klien mengatakan tidak sakit waktu obat
dimasukkan
RO : obat masuk lancar, klien diam waktu obat
dimasukkan.

22.00 1,2,3 Mengobservasi KU klien Perawat


RS : -
RO : klien hanya berbaring di tempat tidur saja,
setelah dioperasi rasa nyeri sudah tidak sepereti
sebelumnya, nyerinya hanya pada daerah bekas
operasi, tibmul saat digerakkan, dan berkurang saat
dibuat istirahat, skala nyeri 5

Selasa 1,2,3 Mengganti cairan parenteral Perawat


13 Nop 2012 RS : klien mengatakan terima kasih
01.00 RO : RL menetes lancar 20 tpm

04.30 1,2,3 Memandikan klien Perawat


RS : klien mengatakan lebih segar
RO : klien tampak lebih segar.

05.00 1,2,3 Mengukur TTV Perawat


RS : Klien menanyakan hasil
RO : TD : 150/90 mmHg, S : 36,9°C, N: 80 x/menit,
R : 20x menit

07.30 1,2,3 Mengobservasi KU klien Perawat


RS : Klien mengatakan nyeri
RO : Klien tampak menahan sakit, skala nyeri 5, dan
nyeri masih tetap pada daerah bekas operasi

08.00 1,2 Memberikan injeksi iv per infus oxtercyd 750 mg, Perawat
ketese 50 mg, gentamicin 80 mg
RS : klien mengatakan tidak sakit waktu obat
dimasukkan.
RO : obat masuk lancar.

08.15 1,2 Mengganti cairan parenteral Perawat


RS : klien mengatakan terima kasih
RO : RL menetes lancar 20 tpm

08.30 1 Kolaborasi dengan fisioterapi Perawat

09.00 1,2,3 Melakukan perawatan luka Perawat


RS : klien mengatakan sakit saat dilakukan
perawatan luka
RO : luka baik, tidak rembes, tidak ada pus, jahitan
bagus tetapi belum kering, drain sudah dilepas
(produksi : 10 cc, kapileri refill: 3 detik)

11.00 1,2 Mengukur TTV Perawat


RS : klien menanyakannya
RO : TD : 130/80 mmHg, S : 36,5°C, N: 81 x/menit,
R : 20x menit

12.00 1,2 Memberikan diet klien tinggi kalori tinggi protein Perawat
RS : klien mengatakan terima kasih
RO : klien tampak makan

14.30 1,2 Mengobservasi KU klien Titi


RS : -
RO : klien hanya berbaring di tempat tidur saja

15.30 1,2 Mengganti cairan parenteral Titi


RS : klien mengatakan terima kasih
RO : RL menetes lancar 20 tpm

16.00 1,3 Memandikan klien Titi


RS : klien mengatakan lebih segar
RO : klien tampak lebih segar.

17.00 1,2 Mengukur TTV Titi


RS : Klien menanyakan hasilnya
RO : TD : 120/80 mmHg, S : 36,6°C,
N: 84x/menit, R : 20x menit

18.00 1,2,3 Memantau aktivitas klien Titi


R:-
RO : klien terlihat makan malam

20.00 1,2 Memberikan injeksi iv per infus oxtercyd 750 mg. Titi
Tronexid 500 mg, gastridin 50 mg, antrain 1 gr
RS : klien mengatakan tidak sakit waktu obat
dimasukkan
RO : obat masuk lancar

22.00 1,2 Mengobservasi KU klien Perawat


RS : -
RO : RL menetes lancar 20 tpm

Rabu 1,3 Memandikan klien Perawat


14 Nop 2012 RS : klien mengatakan lebih segar
04.30 RO : klien tampak lebih segar.

05.00 1,2 Mengukur TTV Perawat


RS : Klien menanyakan hasilnya
RO : TD : 130/90 mmHg, S : 36,2°C,
N: 80x/menit, R : 20x menit
06.00 1,2 Mengganti cairan parenteral Perawat
RS : klien mengatakan terima kasih
RO : RL menetes lancar 20 tpm

08.00 1,2 Memberikan injeksi iv per infus oxtercyd 750 mg, Perawat
ketese 50 mg, gentamicin 80 mg
RS : klien mengatakan terima kasih
RO : obat masuk lancar, klien diam waktu obat
dimasukkan

09.00 1,2,3 Melakukan perawatan luka Perawat


RS : klien mengatakan sakit saat dilakukan perawatan
luka.
RO : luka baik, tidak rembes, tidak ada pus, drain
prodduksi 20cc, jahitan bagus tetapi belum kering
10.00 1 Mendorong klien untuk mandi secara mandiri Perawat
RS : Klien mengatakan akan mencoba mandi sendiri
RO : Klien tampak mencoba mandi
12.00 1,2 Memberikan diit klien tinggi kalori tinggi protein Perawat
RS: klien mengatakan terima kasih
RO : klien tampak makan sendiri habis 1 porsi

13.00 1,2 Mengganti cairan parenteral Perawat


RS : klien mengatakan terima kasih
RO : RL menetes lancar 20 tpm

15.00 1 Mengajarkan pasien dalam menggunakan alat bantu Titi


jalan
RS: klien mengatakan akan mencobanya
RO: klien tampak belajar berjalan dengan kruk
16.00 1,2,3 Memandikan klien Titi
RS : klien mengatakan lebih segar
RO : klien tampak lebih segar.

17.00 1,2 Mengukur TTV Titi


RS : Klien menanyakan hasilnya
RO : TD : 130/80 mmHg, S : 36,5°C,
N: 80x/menit, R : 20x menit

18.30 3 Menginstruksikan pasien untuk cuci tangan Titi


RS : Klien mengatakan akan cuci tangan
RO : Klien tampak cuci tangan

20.00 1,2 Mengganti cairan parenteral Titi


RS : klien mengatakan terima kasih
RO : RL menetes lancar 20 tpm

22.00 1,2,3 Mengobservasi KU klien Titi


RS : -
RO : klien tidur
CATATAN PERKEMBANGAN (PROGRES NOTE)

No. Reg : Nama/Umur : Tn. A/44 tahun Ruang : Soka

Kamar : Dokter : dx. Medis :


F15 Dr. Andi H, SpOT Post Orif Femur Sinistra

No
TTD/
. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
Dx
1 Hambatan mobilitas fisik ybd kerusakan musculoskeletal ybd
fraktur trauma

13 Nop 14 Nop
N 12Nop 2012
Indikator 2012 2012
o
P S M T P S M T P S M T
1 Menjaga - - - 1 - - + 2 + + + 5
keseimbanga
Titi
n tubuh

2 Menjaga - - + 2 + + + 5 + + + 5
posisi tubuh

3 Pergerakan - - + 2 + + - 3 + - + 4
otot

4 Gerakan - - - 1 - + + 2 + - - 3
sendi

5 Kemampuan - - + 2 - - - 3 - + + 3
berpindah
posisi/tempat

6 Ambulasi - - - 1 - - - 1 - - - 1
jalan

7 Ambulasi - - - 1 - - - 1 - - - 1
kursi

8 Toileting - - - 1 - - - 1 - - - 1

9 Mandi - - - 1 - - - 1 - - - 1

Keterangan :
1. Tergantung penuh
2. Butuh bantuan orang lain dan alat
3. Butuh bantuan orang lain
4. Butuh bantuan alat
5. Mandiri
2 Penurunan perfusi jaringan perifer ybd penurunan Hb dalam
darah

N 12Nop 2012 13 Nop 2012 14 Nop 2012


Indikator
o P S M T P S M T P S M T
1 Kapileri - - + 2 + - - 2 - + + 4
refill baik

2 Warna - - + 2 + + - 4 + + - 5
kulit
normal

3 Temperatu - + - 2 + + - 3 + + + 5
r
ekstremitas
hangat

4 Tidak ada - - - 1 + - + 4 + + + 5
nyeri
ekstremitas

5 Tidak ada - - - 1 - - - 1 + + + 5
udem
perifer

Keterangan :
1. Tidak pernah sesuai harapan
2. Jarang sesuai harapan
3. Kadang sesuai harapan
4. Sering sesuai harapan
5. Selalu sesuai harapan
3 Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit)
12Nop 2012 13 Nop 2012 14 Nop 2012
No Indikator
P S M T P S M T P S M T
1 Rash/luka - - - 4 - - - 4 - - - 5
lecet
2 Keluarnya - - - 5 - - - 5 - - - 5
cairan
yang tidak
normal
3 Drainase - - - 3 - - - 3 - - - 5
purulen
4 Demam + + + 5 + + + 5 + + + 5
5 Nyeri - - - 3 - - - 4 - - - 4

Keterangan :
1. = Sangat berat
2. = Berat
3. = Sedang
4. = Ringan
5. = Tidak ada
EVALUASI

No. Reg : Nama/Umur : Tn. A/44 tahun Ruang : Soka

Kamar : Dokter : dx. Medis :


F15 Dr. Andi H, SpOT Post Orif Femur Sinistra

No. TTD/
CATATAN PERKEMBANGAN
Dx Nama
1 Hambatan mobilitas fisik ybd kerusakan musculoskeletal ybd
fraktur trauma
S : klien mengatakan belum dapat beraktivitas karena kaki
sebelah kiri belum dapat bergerak.
O:

No Indikator Total
1 Menjaga keseimbangan tubuh 5
2 Menjaga posisi tubuh 5
3 Pergerakan otot 4
4 Gerakan sendi 3
5 Kemampuan berpindah posisi/tempat 3
6 Ambulasi jalan 2
7 Ambulasi kursi 2
8 Toileting 2
9 Mandi 4

A : Klien belum mampu mencapai level mobilitas secara adekuat


setelah dilakukan tindakan keperawatan
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
a. Monitor vital sign sebelum atau sesudah latihan
b. Bantu klien menggunakan tongkat saat berjalan
c. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tehnik
ambulasi
d. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara
mandiri sesuai kemampuan
e. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADL pasien
f. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan mobilisasi

2 Penurunan perfusi jaringan perifer ybd penurunan Hb dalam


darah
S : Klien mengatakan luka akibat operasi dan kecelakaan masih
sakit untuk digerakkan
O:

No Indikator Total
1 Kapileri refill baik 4
2 Warna kulit normal 5
3 Temperatur ekstremitas hangat 5
4 Tidak ada nyeri ekstremitas 5
5 Tidak ada udem perifer 5

A : Klien belum menunjukkan perfusi jaringan perifer yang


adekuat
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
a. Lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer:
kapilary refill, bengkak
b. Palpasi tungkai dengan hati-hati
c. Nilai derajat ketidaknyamanan/nyeri
d. Beri obat anti koagulan yang sesuai
e. Dorong latihan gerak PROM dan AROM selama istirahat
di tempat tidur yang sesuai
f. Instruksikan dan jelaskan pada pasien tentang pentingnya
pencegahan vena statis
g. Instruksikan pasien untuk perawatan kaki yang tepat
h. Pertahankan hidrasi yang memadai untuk mencegah
viskositas darah yang meningkat
3 Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit)

S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada paha kiri


Q : luka seperti ditusuk-tusuk
R : kaki kiri terutama bagian paha
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul dan bertambahnya saat digerakkan

O:

No Indikator Total
1 Rash/luka lecet 5
2 Keluarnya cairan yang tidak normal 5
3 Drainase purulen 5
4 Demam 5
5 Nyeri 4

A : Klien tidak ada infeksi


P : Lanjutkan semua rencana tindakan
a. Observasi tanda dan gejala infeksi (suhu, nadi, kondisi
luka, adanya puss)
b. Observasi hasil lab (leukosit, Hb, albumin, trombosit)
c. Lakukan perawatan luka setiap pagi sekali dalam sehari
d. Instruksikan untuk menjaga kebersihan diri (cuci tangan)
untuk melindungi luka dari infeksi
e. Ajarkan cara cuci tangan yang benar
f. Berikan terapi antibiotic (oxtercid 750 mg)
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

http://Jfikriamrullah.wordpress.com/2011/03/08/ Laporan pendahuluan Fraktur-


Patofisiologi-definisi-etiologi-klasifikasi-manifestasi-klinik.

http://www.scribd.com/doc/34822066/Patofisiologi-Fraktur.

Mubarak, Wahit. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Ed. Eka Anisa. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Nanda International Nursing Diagnose: Definition and Classification 2009-2011. Ed.


Heather, Hermand T.

NIC: Nursing Interventions Classification. Editor Mc. Closkey. St. Louis : Mosby.

NOC: Nursing Outcomes Classification. Editor Sue Noerhad. PKD. RN. 2009.
PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui untuk diseminarkan di RS dr. Oen Surakarta
sebagai tugas individu dalam kegiatan penyetaraan DIII Keperawatan.

Surakarta, ....................... 2012


Pembimbing Pembimbing SOKA
Kepala Ruang

(V. Hari Natalani) (Sri Wahyu H., AMK)

ii
ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. A
DENGAN POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL NON UNION
DAN 1/3 DISTAL SINISTRA DI RUANG SOKA KAMAR F15
RUMAH SAKIT DR. OEN SURAKARTA

Disusun Oleh :
DWI TITI AGNI HIDAYATI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan yang berjudul “Hambatan Mobilitas Fisik pada Tn. A dengan Post Orif
Fraktur Femur 1/3 Proximal Non Union dan 1/3 Distal Sinistra di Ruang Soka Kamar
F 15 Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta”.
Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis banyak menemui
kesulitan hambatan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis,
demikian berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak maka kesulitan dan
hambatan tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan dukungan yang diberikan pada penulis. Adapun ucapan terima kasih
ini penulis tujukan kepada yang terhormat :
1. Dokter Wiliam Tanoyo, M.Kes, selaku Direktur Utama RS Dr. Oen
Surakarta
2. Ibu Umi Padmiyati, S.Kp selaku Manager Keperawatan RS Dr. Oen
Surakarta
3. Ibu V. Hari Natalani, AMK, selaku Supervisor Rawat Inap RS Dr. Oen
Surakarta
4. Ibu Sri Wahyu Hidayati, AMK, selaku Kepala Ruang Soka RS Dr. Oen
Surakarta
5. Seluruh staf dan karyawan Ruang Soka RS. Dr. Oen Surakarta yang telah
memberi dukungan dan bimbingan pada penulis.
6. Seluruh supervisor, staf karyawan RS Dr. Oen Surakarta yang telah
memberi dukungan dan bimbingan di RS Dr. Oen Surakarta
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik dari
pembaca dan semoga Asuhan Keperawatan ini dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta, Juli 2013

Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. A
DENGAN POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL NON UNION
DAN 1/3 DISTAL SINISTRA DI RUANG SOKA KAMAR F15
RUMAH SAKIT DR. OEN SURAKARTA

Disusun Oleh :
DWI TITI AGNI HIDAYATI
NIK. 666
LAPORAN OPERASI

Nama ahli bedah : Dr. Andi H, SpOT Asisten : Triyadi/Aryo


Nama ahli anestesi : Dr. Hery DP, Sp.An.
Diagnose Preoperatif : Fr. Femur sinistra
1/3 proximal non union + 1/3 distal sinistra
Jenis anestesi: SAB

Tanggal operasi
12 Nopember 2012
Jam operasi dimulai
Jam 16.45
Jam operasi selesai
Jam 19.20
Lama operasi
3 jam 25 menit
Laporan operasi jenis tindakan khusus
- Post orif
- Incisi
- Dilakukan soft tissue release dan osteotomi
- Dilakukan fiksasi / reposisi
- Fiksasi op dan nail panjang 38 no. 10
RP 15 hole + 6 kurthicol screw & condillous scro

- Kontrol perdarahan pasang drain


- Tutup luka op
- Pasang baed sleb
- Operasi selesai

Anda mungkin juga menyukai