Anda di halaman 1dari 3

Permodalan dan Cara Pembagian Keuntungan

pada Sistem Bagi Hasil Sebuah Bisnis


Memulai sebuah bisnis tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bagi yang
mempunyai tabungan usaha, permodalan bukan menjadi masalah utama yang dihadapi.
Namun berbeda halnya jika Anda belum mempersiapkan segala sesuatunya dan mempunyai
dana yang terbatas. Jika Anda salah satu yang mempunyai masalah tersebut, melakukan kerja
sama dengan sistem bagi hasil bisa menjadi solusi terbaik.  Pada sistem bagi hasil, bukan
hanya Anda yang mendapatkan bantuan dana untuk membangun usaha, pemodal pun akan
mendapatkan keuntungan sebagai balasannya. Ada tiga jenis pemberi modal pada sistem ini
yang masing-masing memiliki perhitungan pembagian keuntungan berbeda. Pemodal tersebut
antara lain:
Table of Contents
1 1. Pemodal Sekaligus Rekan Kerja
2 2. Pemodal dalam Bentuk Saham
3 3. Pemodal dalam Bentuk Hutang
1. Pemodal Sekaligus Rekan Kerja
Sistem bagi hasil pertama yang bisa Anda temukan adalah pemodal sekaligus rekan kerja.
Jika Anda melakukan patungan bisnis dengan teman, sistem ini sangat mungkin terjadi
dimana teman Anda memberikan modal sekaligus  menjadi rekan kerja aktif.  Perlu diingat
bahwa rekan kerja aktif juga merupakan karyawan. Oleh sebab itu, dirinya berhak
mendapatkan dua penghasilan, yakni dividen dari modal yang diberikan dan gaji dari hasil
kerjanya. Dividen atau keuntungan bersih didapatkan setelah dipotong investasi kedepan dan
biaya operasional. Pembagian keuntungan juga disesuaikan oleh besar persentase modal yang
ditanamkan di awal oleh masing-masing pemilik modal. Keuntungan yang didapatkan
pemodal nantinya akan diakumulasi dan diberikan setahun sekali. Hak kedua yang harus
diberikan adalah gaji untuk kinerja selama ini. Berbeda dari keuntungan, hak ini harus
diberikan setiap bulannya, bisa di awal atau di akhir bulan tergantung sistem bisnis yang
dianut.
Sebagai contoh, A dan B mendirikan sebuah toko sepatu. Masing-masing dari mereka
mengeluarkan modal untuk pendiriannya sebesar Rp 100 juta dari A dan Rp 200 juta dari B.
Maka modal awal secara keseluruhan sebesar Rp 300 juta. Dari sini bisa dihitung berapa
persentase modal yang diberikan oleh masing-masing.
 Kepemilikan A sebesar
(100 juta/300juta) x 100% = 34%
 Kepemilikan B sebesar
(200 juta/300 juta) x 100% = 66%
A dan B sepakat untuk menerima gaji perbulan masing-masing sebesar Rp 6 juta. Katakanlah
toko sepatu mereka mendapatkan keuntungan sekitar Rp 400 juta pada tahun ini maka
estimasi pembagian keuntungan adalah sebagai berikut.
 Keuntungan                                     Rp 400 juta
 Investasi tahun depan                    Rp 200 juta
 Biaya operasional                           Rp   50  juta
Dividen                                          =   Rp 150 juta
Perhitungan dividen untuk A dan B:
Dividen untuk A = 34% x Rp 150 juta = Rp 51 juta
Dividen untuk B = 66% x Rp 150 juta = Rp 99 juta
Dan pendapatan masing-masing dari mereka adalah
Pendapatan A:
 Gaji Rp 6 juta x 12 bulan                        Rp 72 juta
 Dividen                                                    Rp 51  juta
 Total                                                         Rp 123 juta
Pendapatan B:
 Gaji Rp 6 juta x 12 bulan                          Rp 72 juta
 Dividen                                                       Rp 99 juta
 Total                                                            Rp 171 juta
2. Pemodal dalam Bentuk Saham
Pemodal yang membiayai perusahaan dalam bentuk saham sering disebut sebagai investor.
Seorang investor biasanya hanya memberikan modal dan tidak ikut terlibat dalam kegiatan
operasional. Cara pembagian keuntungan pada sistem bagi hasil permodalan ini adalah
pengelola mendapatkan gaji bulanan serta dividen. Sementara pemodal mendapat penghasilan
dari dividen. Sebelum memulai bisnis, kedua pihak ini harus membuat kesepakatan terlebih
dahulu mengenai berapa persen pembagian untuk masing-masing.
Misalnya C, D, dan E bersepakat untuk membuka bisnis binatu dimana C dan D yang
mempunyai modal sedikit meminta E untuk menjadi investor. C memberikan Rp 60 juta, D
memberikan Rp 60 juta dan E memberikan modal sebesar Rp 180 juta. Maka modal
keseluruhan yang terkumpul yaitu Rp 300 juta. Dari masing-masing modal ini akan diperoleh
persentase sebagai berikut.
 C mengeluarkan modal sebesar Rp 60 juta
(60 juta/300 juta) x 100% = 20%
 D mengeluarkan modal sebesar Rp 60 juta
(60 juta/300 juta) x 100% = 20%
 E mengeluarkan modal sebesar Rp 180 juta
(180 juta/300 juta) x 100% = 60%
Jika pengelola dan investor sepakat, maka persentase pemberian modal ini bisa digunakan
sebagai persentase pembagian keuntungan nantinya. Perlu diingat kembali bahwa pengelola
berhak untuk mendapatkan gaji atas kinerja mereka. Dan mereka sepakat untuk menggaji diri
mereka sebesar RP 5 juta per bulan. Tahun ini bisnis laundry yang dijalankan mempunyai
keuntungan sekitar RP 300 juta pula. Maka estimasi pembagian dividennya sebagai berikut.
 Keuntungan                                       Rp 300 juta
 Investasi tahun depan                      Rp  100 juta
 Biaya operasional                             Rp   100 juta
Dividen                                            Rp  100 juta
Selanjutnya perhitungan dividen untuk C, D dan E
Dividen untuk C = 20% x Rp 100 juta = Rp 20 juta
Dividen untuk D = 20% x Rp 100 juta = Rp 20 juta
Dividen untuk E = 60% x Rp 100 juta = Rp 60 juta
Dan pendapatan masing-masing mereka adalah
Pendapatan C:
 Gaji Rp 5 juta x 12 bulan                              Rp 60 juta
 Dividen                                                          Rp 20 juta
Total                                                               Rp 80 juta
Pendapatan D:
 Gaji Rp 5 juta x 12 bulan                               Rp 60 juta
 Dividen                                                           Rp 20 juta
Total                                                                Rp 80 juta
Pendapatan E
 Dividen Rp 60 juta
3. Pemodal dalam Bentuk Hutang
Pemodal jenis ini dapat disebut juga dengan kreditur. Seorang kreditur hampir sama dengan
investor dalam sebuah bisnis, yakni sekadar memberikan modal. Namun yang membedakan
adalah modal dari kreditur diberikan dalam bentuk hutang. Sama ketika Anda berhutang
dengan lembaga seperti bank dan lain-lain, dalam perjanjian hutang pasti terdapat pokok
hutang, bunga dan jatuh tempo.
Status modal adalah hutang dan tidak ada keterikatan antara pengelola bisnis dan kreditur.
Sehingga pelunasan dilakukan sesuai dengan perjanjian awal dan seberapa banyak pun
dividen yang diperoleh tidak berpengaruh pada pembayaran hutang kemudian. Begitu juga
pada saat bisnis terpuruk, kreditur tidak bisa dilibatkan dan pengelola bisnis harus tetap
menjalani kewajiban untuk membayar hutang. Anda harus tetap membayar sesuai dengan
jatuh tempo. Jika melewati tempo yang sudah disepakati, maka resiko bunga semakin
bertambah mesti dihadapi oleh pengelola bisnis. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk
mengambil permodalan melalui kreditur, Anda harus menghitung secara rinci jumlah yang
akan dipinjam, kemampuan bisnis dalam memperoleh uang, dan jangka waktu untuk Anda
bisa mengembalikan dana yang dipinjam. Jangan sampai angka yang Anda keluarkan tidak
realistis dan memberatkan Anda ketika harus membayar.

Anda mungkin juga menyukai