Anda di halaman 1dari 16

‫‪Khutbah Idul Adha:‬‬

‫‪Kurban dan Solidaritas Kita di Masa Pandemi‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ‬
‫اَّلل‬
‫اَّللُ َو ُا‬ ‫أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ‪ََ ،‬ل إِلَهَ إِاَل ا‬
‫اء‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ـخ‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ذ‬ ‫ا‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ِ‬
‫هلل‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫اْل‬
‫ْ‬ ‫‪،‬‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫اْل‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫َّلل‬
‫ا‬ ‫ِ‬
‫أَ ْك ََبُ‪ ،‬هللاُ أَ ْك ََبُ َو َ ْ ُ َ ْ ُ‬
‫ْ َ ُُْ َ َ َ ُ‬
‫اح ُد الْ َع ِزيْـ ُز الْغَ اف ُار‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَ ْن‬ ‫َْح ُده سبحانَه الْو ِ‬ ‫ْ‬ ‫أ‬ ‫‪،‬‬ ‫ار‬ ‫ت‬
‫َ‬ ‫ـخ‬ ‫ي‬‫و‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ك لَهُ‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَ ان َسيِِّ َد ََن ُُمَ ام ًدا‬ ‫اَل إلهَ إ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ‬
‫ي‬
‫ر‬‫ِ‬ ‫ش‬ ‫َل‬‫َ‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫َل‬‫ا‬ ‫ِ‬
‫ص ِِّل َو َسلِِّ ْم‬
‫َ‬ ‫اللهم‬ ‫‪،‬‬‫ر‬‫ِ‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ق‬
‫ُ‬‫و‬ ‫ْي‬ ‫ِ‬
‫َعْب ُدهُ َوَر ُس ْولُهُ إ َ ُ ُ ْ َ َ َ َْ‬
‫ب‬ ‫ال‬ ‫ة‬‫و‬ ‫د‬ ‫اق‬‫ت‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ام‬ ‫م‬ ‫ِ‬
‫ص ََلةً َدائِ َمةً اما‬ ‫‪،‬‬ ‫علَى سيِ ِد ََن ُُم ام ٍد‪ ،‬وعلَى آلِِه وصحبِ ِ‬
‫ه‬
‫َ‬ ‫ََْ‬ ‫َ َ ِّ َ َ َ‬
‫اْل ْس ََلِم‬ ‫اه ُار‪ .‬أَاما بـَ ْع ُد‪ ،‬فَـيَا إِ ْخوةَ ِْ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ال‬
‫و‬ ‫ُ َ‬ ‫ل‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ا‬
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ب‬‫َ‬ ‫َ‬‫ق‬ ‫ا‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ـ‬
‫َ‬ ‫ت‬
‫أ ُْو ِصْي ُك ْم َونـَ ْف ِس ْي بِتَـ ْق َوى هللاِ َعاز َو َج ال الْ َقائِ ِل ِِف ُُْم َك ِم‬
‫ك‬ ‫ئ‬‫ِ‬‫ان‬ ‫ش‬ ‫ا‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫‪،‬‬‫ر‬ ‫اْن‬
‫ْ‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ِ‬
‫ب‬‫ر‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ث‬‫و‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫اك‬ ‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫َع‬ ‫أ‬ ‫ا‬
‫َن‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫‪:‬‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ا‬ ‫ِ‬
‫َ ََ‬ ‫ْ َ َ َ ِّ َِّ َ َ َْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬ ‫َ‬ ‫كَ‬
‫ت‬
‫ُه َو ْالَبْـتَ ُـر‬
‫‪1‬‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah id pada pagi hari yang penuh
keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua,
terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam
keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang
bagaimana pun, dengan cara melaksanakan
segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan
Allah ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Hari raya sejatinya adalah hari yang dirayakan
setelah seorang hamba melakukan berbagai
ketaatan dan penghambaan kepada Allah ta’ala.
Idul Fitri sejatinya adalah bagi mereka yang telah
sungguh-sungguh melaksanakan ibadah puasa dan
berbagai ibadah di bulan Ramadhan. Dan Idul Adha
sejatinya adalah bagi mereka yang telah
menjalankan rukun haji yang paling utama, yaitu
wukuf di Arafah, atau bagi mereka yang telah
sungguh-sungguh melakukan ketaatan dan ibadah
pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.

2
Merekalah yang sejatinya berhari raya. Sedangkan
orang-orang yang tidak mendahului dua hari raya
dengan berbagai ketaatan dan ibadah, lalu apa yang
mereka rayakan?

Hadirin jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,


Hari raya sejatinya bukanlah hari kegembiraan bagi
sebagian orang. Pada hari raya, semestinya yang
berbahagia bukanlah orang-orang tertentu.
Seharusnya kita semua bergembira. Seharusnya kita
semua berbahagia. Karena hari raya sejatinya
adalah hari raya seluruh umat. Hari raya adalah
kegembiraan umat Islam di seluruh dunia. Hari raya
adalah kegembiraan bersama.

Zakat fitrah yang mengiringi Idul Fitri dan kurban


yang mengiringi Idul Adha adalah bukti bahwa Islam
menggariskan agar hari raya melahirkan
kegembiraan bersama. Orang yang mampu berzakat
fitrah, maka ia berikan zakatnya kepada orang-
orang yang fakir dan miskin. Orang yang mampu
berkurban, maka ia bagikan daging hewan kurban
kepada orang-orang yang tidak mampu, yang
sebagian dari mereka mungkin hanya merasakan

3
daging setahun sekali. Dengan itu, kegembiraan
akan merata. Kegembiraan akan dirasakan oleh
sebanyak-banyaknya umat Islam.

Dari titik ini, kita dapat mengambil kesimpulan


bahwa memenuhi kebutuhan orang-orang yang
membutuhkan dan menggembirakan mereka
dengan zakat dan daging kurban adalah sesuatu
yang semestinya selalu mengiringi setiap momen
hari raya. Hakikat hari raya adalah kegembiraan
bersama, kasih sayang, empati dan berbagi kepada
sesama.

Hadirin rahimakumullah,
Sebagai upaya untuk menjadikan hari raya sebagai
kegembiraan bersama, kita seyogianya menyambut
hari raya dengan mempersiapkan diri kita untuk
berbagi dengan yang lain. Menjelang hari raya, kita
persiapkan diri kita untuk membantu sesama,
meringankan beban saudara-saudara kita yang
membutuhkan dan menghilangkan kesedihan
mereka dengan menyumbangkan sebagian harta
kita. Jika tidak mampu, maka dengan ucapan-
ucapan yang indah yang dapat menghibur hati
mereka, dengan sapaan dan senyuman tulus kepada
mereka serta lantunan doa untuk kebaikan mereka.
4
Ketika kita berkumpul bersama ayah-ibu kita,
bersama anak-anak kita, teman-teman kita dan
orang-orang yang kita cintai dalam rangka makan
bersama pada momen hari raya, ingatlah bahwa di
sana masih banyak anak-anak yatim yang tidak
mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka.
Di sana ada janda-janda yang bekerja membanting
tulang mencari nafkah untuk menghidupi anak-anak
mereka. Ingatlah bahwa di berbagai tempat banyak
orang yang kehilangan pekerjaan pada musim
pandemi ini. Di berbagai daerah banyak orang
kesulitan mencari nafkah akibat covid-19 yang terus
mewabah.

Paling tidak, kita lantunkan doa untuk mereka pada


hari yang penuh keberkahan ini. Pada hari yang
semestinya semua orang bergembira, mereka
menahan kesedihan, merasakan perihnya
kehidupan dan menanggung beban hidup yang
serba kesulitan. Kita selipkan doa untuk mereka di
tengah kegembiraan kita.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

5
Kita hadirkan dalam hati bahwa pada saat kita
membantu orang-orang yang membutuhkan atau
mendoakan mereka, pada hakikatnya kita sedang
berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kita renungkan
dan kita hadirkan dalam hati kandungan makna dari
ayat-ayat berikut ini:

)٧ :‫َح َسْنـتُ ْم ِلَنْـ ُف ِس ُك ْم (سورة اْلسراء‬


ْ َُْْ ْ ‫إ‬
‫أ‬ ‫م‬‫ت‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫س‬‫َح‬
‫أ‬ ‫ن‬
ْ ِ
Maknanya: “Jika kalian berbuat baik, sejatinya
kalian telah berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS
al-Isra’: 7)

‫َوَما تُـْن ِف ُقوا ِم ْن َخ ٍْْي فَِِلَنْـ ُف ِس ُك ْم َوَما تُـْن ِف ُقو َن إِاَل ابْتِغَاءَ َو ْج ِه‬
‫ف إِلَْي ُك ْم َوأَنْـتُ ْم ََل تُظْلَ ُمو َن (سورة‬ ‫هللاِ َوَما تُـْن ِف ُقوا ِم ْن َخ ٍْْي يـُ َو ا‬
)٢٧٢ :‫البقرة‬
Maknanya: “Dan apa pun harta yang kalian infakkan
di jalan Allah, maka pahalanya itu untuk diri kalian
sendiri. Dan janganlah kalian berinfak melainkan
karena mencari ridha Allah. Dan apa pun harta yang
kalian infakkan, niscaya kalian akan diberi pahala
secara penuh dan kalian sedikit pun tidak akan
dirugikan” (QS al-Baqarah: 272).

6
Hadirkan juga dalam hati apa yang disabdakan
Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam:

‫س هللاُ َعْن ُه‬ ‫ا‬


‫ف‬ ‫ـ‬
َ ‫ن‬ ،‫ا‬ ‫ي‬ ‫ـ‬
ْ ‫ن‬ ُّ
‫الد‬ ِ
‫ب‬ ‫ر‬ ‫ك‬
ُ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ة‬
ً ‫ب‬‫ر‬ ‫ك‬
ُ ٍ
‫ن‬ ِ
‫م‬‫ؤ‬ْ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫س‬ ‫ا‬
‫ف‬ ‫ـ‬
َ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬
َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
‫ يَ اسَر‬،‫ َوَم ْن يَ اسَر َعلَى ُم ْع ِس ٍر‬،‫ب يـَ ْوِم الْ ِقيَ َام ِة‬ ِ ‫ُكربةً ِمن ُكر‬
َ ْ َْ
‫ َس َََتهُ هللاُ ِِف‬،‫ َوَم ْن َس َََت ُم ْسلِ ًما‬،ِ‫الدنْـيَا َو ْاْل ِخَرة‬
ُّ ‫هللاُ َعلَْي ِه ِِف‬
‫ َوهللاُ ِِف َع ْو ِن الْ َعْب ِد َما َكا َن الْ َعْب ُد ِِف َع ْو ِن‬،ِ‫الدنْـيَا َو ْاْل ِخَرة‬
ُّ
)‫َخ ِيه (رواه مسلم‬ ِ‫أ‬
Maknanya: “Barang siapa membebaskan seorang
mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan
membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari
kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada
orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan
memberikan baginya kemudahan di dunia dan
akhirat. Barang siapa menutup aib seorang Muslim,
maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba
selama hamba tersebut menolong saudaranya
sesama Muslim” (HR Muslim).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

7
Kepada mereka yang terdampak Covid-19 atau
mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya yang
disebabkan berbagai masalah, kita katakan bahwa
musibah yang menimpa kalian tidak sebanding
dengan apa yang menimpa Nabi Ibrahim dan Nabi
Isma’il beserta keluarga mereka.

Hadirin rahimakumullah,
Dalam penantian yang sangat lama hingga mencapai
puncak usia 86 tahun, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
baru dikaruniai seorang anak yang kemudian diberi
nama Isma’il. Setelah belahan jiwanya itu tumbuh
dewasa menjadi seorang remaja, Allah
memerintahkan kepada Baginda Nabi Ibrahim agar
menyembelih putra yang sangat dicintai dan
dinanti-nanti itu.

Apa sikap Nabi Ibrahim dan Isma’il menerima


perintah itu? Dengan ketundukan yang total kepada
Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu
tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga
menyambut perintah itu dengan kepasrahan yang
total tanpa ada protes sepatah kata pun.
Subhanallah! Sebuah potret keluarga shalih yang
lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan
dengan apa pun selainnya. Ayah dan anak saling
8
menolong dan menyemangati untuk melaksanakan
perintah Allah. Dialong indah antara keduanya
terekam dalam al-Qur’an sebagaimana diceritakan
oleh Allah:

‫ك فَانْظُْر َماذَا‬ ‫َب‬


َ ‫ذ‬
ْ َ
‫أ‬ ‫َّن‬
‫أ‬ ِ
َ ُ ِّ َ‫َن إِِِّّن أ ََرى ِِف الْ َمن‬
ِ ‫ام‬ ‫ال ََي بَُا‬
َ َ‫ ق‬.....
)١٠٢ :‫تَـَرى (سورة الصافات‬
Maknanya: “..... Ibrahim berkata: “Duhai putraku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkanlah apa
pendapatmu?” (QS ash-Shaffat: 102).

Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi


adalah wahyu. Sedangkan perkataan Nabi Ibrahim
kepada putranya, “Maka pikirkanlah apa
pendapatmu?” bukanlah permintaan pendapat
kepada putranya apakah perintah Allah itu akan
dijalankan ataukah tidak, juga bukanlah sebuah
keragu-raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin
mengetahui kemantapan hati putranya dalam
menerima perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi


Isma’il menjawab dengan jawaban yang
menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah
9
jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya
sendiri:

‫ت افْـ َع ْل َما تُـ ْؤَم ُر َستَ ِج ُدِّن إِ ْن َشاءَ ا‬


‫اَّللُ ِم َن‬ ِ ‫ال َي أَب‬
َ َ َ َ‫ق‬
)١٠٢ :‫ين (سورة الصافات‬ ِ ِ‫صاب‬
َ ‫ال ا‬
‫ر‬
Maknanya: “Isma’il menjawab: “Wahai ayahandaku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in
sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar” (QS ash-Shaffat: 102)

Jawaban Isma’il yang disertai “In sya Allah”


menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam dirinya
bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak
Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi,
dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak
akan terjadi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta,
Nabi Ibrahim lantas menciumnya dengan penuh
kasih sayang sembari menangis terharu dan
mengatakan kepada Isma’il:
ِ‫اَّلل‬
‫َن َعلَى أ َْم ِر ا‬ َ ِ
‫ن ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َُا‬
‫ب‬ ‫َي‬ ‫ت‬‫ن‬ ‫أ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬‫ع‬

10
Maknanya: “Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku
untuk menjalankan perintah Allah, duhai putraku”

Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau


di atas leher Isma’il. Akan tetapi pisau itu sedikit pun
tidak dapat melukai leher Isma’il. Hal ini
dikarenakan pencipta segala sesuatu adalah Allah
subhanahu wa ta’ala. Pisau hanyalah sebab
terpotongnya sesuatu. Sedangkan pencipta
terpotongnya sesuatu dan pencipta segala sesuatu
tiada lain adalah Allah ta’ala. Sebab tidak dapat
menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat,
keduanya adalah ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala.

Hadirin yang berbahagia,


Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan
total yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan
Isma’il, Allah kemudian memberikan jalan keluar
dan mengganti Isma’il dengan seekor domba jantan
yang besar dan berwarna putih yang dibawa
malaikat Jibril dari surga. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

‫ َوفَ َديْـنَاهُ بِ ِذبْ ٍح َع ِظي ٍم (سورة‬،‫ْي‬ِ


ُ ُ ُ َ َُ َ ‫إ‬
‫ب‬ ‫م‬‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ء‬‫َل‬
َ ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫و‬ ‫َل‬
َ ‫ا‬‫ذ‬َ ‫ه‬ ‫ا‬
‫ن‬ ِ
)١٠٧-١٠٦ :‫الصافات‬
11
Maknanya: “Sesungguhnya ini benar-benar suatu
ujian yang nyata. Dan Kami tebus Isma’il dengan
seekor sembelihan yang agung” (QS ash-Shaffat:
106-107)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Mari kita renungkan bersama, hadirin sekalian. Di
tengah pandemi covid-19 dan berbagai problem
hidup, marilah kita meneladani apa yang
diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Isma’il ketika
diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat
tersebut.

Berkat ketakwaan, sikap sabar, tawakal, keteguhan


hati dalam menjalankan perintah Allah dan
ketundukan yang total kepada-Nya, Nabi Ibrahim
dan Isma’il pada akhirnya mendapatkan jalan keluar
dan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Kita harus yakin bahwa di setiap kesulitan pasti ada


kemudahan, jika kita bersabar. Kita harus yakin
bahwa di setiap musibah pasti ada hikmah, jika kita
bertawakal. Kita harus yakin bahwa di setiap
masalah, pasti akan kita temukan jalan keluar, jika
kita bertakwa. Dan kita yakin bahwa di setiap

12
kesusahan pasti ada kebahagiaan, jika kita tunduk
total kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menghindarkan
negara kita secara khusus dan seluruh negeri umat
Islam secara umum dari segala bala’, musibah,
wabah, melambungnya harga, kemungkaran,
keburukan, kekejian, berbagai kesulitan dan
kesusahan. Amin ya Rabbal ‘alamin.

‫ إِناهُ ُه َو‬،ُ‫استَـ ْغ ِف ُرْوه‬ ،‫م‬‫ك‬ُ ‫ل‬


َ‫و‬ ِ
ْ َ ْ َ ْ َ ُ ‫َستَـ ْغ‬
‫ف‬ ‫ِل‬ ‫هللا‬ ‫ر‬‫ف‬ِ
ْ ‫ِل ٰه َذا َوأ‬ ِ
‫و‬
ْْ ْ‫ـ‬
َ ‫ق‬ ‫ل‬ُ ‫و‬ ‫ـ‬
ُ ‫ق‬َ‫أ‬
.‫الْغَ ُف ْوُر الارِحْي ُم‬

13
‫‪Khutbah II‬‬

‫اَّللُ‬
‫ا‬ ‫اَّللُ أَ ْك ََبُ‬
‫اَّللُ أَ ْك ََبُ ا‬ ‫اَّللُ أَ ْك ََبُ‪ ،‬ا‬
‫اَّللُ أَ ْك ََبُ ا‬‫اَّللُ أَ ْك ََبُ ا‬ ‫ا‬
‫اَّللُ‬
‫ا‬ ‫اْلَ ْم ُد‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إِاَل‬ ‫اَّللُ أَ ْك ََبُ َوِاَّللِ ْ‬‫أَ ْك ََبُ‪ ،‬ا‬
‫يك لَهُ‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَ ان َسيِِّ َد ََن َونَبِياـنَا ُُمَ ام ًدا َعْب ُد‬ ‫َو ْح َدهُ ََل َش ِر َ‬
‫ص ِِّل َو َسلِِّ ْم َوََب ِرْك َعلَى َسيِِّ ِد ََن َونَبِيِِّنَا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ا‬
‫اَّلل َ َ ُ ُ َ ُ ا َ‬
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫ُ‬‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬‫و‬ ‫ِ‬ ‫ا‬
‫ان‬‫ُُمَ ام ٍد‪ ،‬وعلَى آلِِه وأَصحابِِه املي ِامْي‪ ،‬والتاابِعِْي ََلم ِبِِحس ٍ‬
‫َ ُْ ْ َ‬ ‫َ ْ َ ََ ْ َ َ‬ ‫ََ‬
‫إِ ََل يـوِم ِِّ‬
‫الدي ِن‪.‬‬ ‫َْ‬
‫اَّللِ َعاز َو َج ال َواتـا ُقوا َا‬
‫اَّلل‬ ‫أَاما بـَ ْع ُد‪ ،‬فَأ ُْو ِصْي ُك ْم َونـَ ْف ِسي بِتَـ ْق َوى ا‬
‫اَل ِِف َه َذا الْيَـ ْوِم الْ َع ِظي ِم‪َ ،‬و ْاعلَ ُم ْوا أَ ان هللاَ أ ََمَرُك ْم ِِب َْم ٍر‬ ‫تَـ َع َ‬
‫ال‪ :‬إِ ان‬ ‫ص ََلةِ َوال اس ََلِم َعلَى نَبِيِِّ ِه الْ َك ِرِْْي فَـ َق َ‬ ‫ِ‬
‫َع ْ َ َُ ْ ا‬
‫ل‬‫َب‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫َم‬ ‫أ‬ ‫‪،‬‬‫م‬‫ٍ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ظ‬
‫صلُّ ْوا‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫آم‬ ‫ين‬ ‫ِ‬
‫ذ‬ ‫ا‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬‫َ‬‫أ‬ ‫َي‬ ‫‪،‬‬ ‫اب‬‫ِ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ُّ‬ ‫ِ‬
‫َ َُ ْ َ‬ ‫ُّ‬
‫ِّ َ َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫اَّللَ َوَم ََلئ َ ُ ُ َ َ َ‬
‫ن‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ا‬
‫ص ِِّل َو َسلِِّ ْم َوََب ِرْك َعلَى َسيِِّ ِد ََن‬ ‫ا‬ ‫يم‬ ‫ِ‬
‫َعلَْي َ َ ُ َ ْ ً ُ ا َ‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬‫ال‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬ ‫م‬ ‫ِ‬‫ل‬
‫ِّ‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ِ‬
‫ه‬
‫ض اللا ُه ام َع ِن‬ ‫ار‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ْي‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ِ‬
‫ي‬‫ا‬‫ط‬ ‫ال‬ ‫ونَبِيِنَا ُُم ام ٍد وعلَى آلِِه وصحبِ ِ‬
‫ه‬
‫ِّ ْ َ َ ْ َ‬ ‫ََْ‬ ‫َ ِّ َ َ َ‬

‫‪14‬‬
‫ين‪ ،‬أَِِب بَ ْك ٍر َوعُ َمَر َوعُثْ َما َن َو َعلِ ٍِّي‪َ ،‬و َع ْن‬ ‫اْللَ َف ِاء الار ِاش ِ‬
‫د‬
‫َ‬ ‫ُْ‬
‫اْلْي‪،‬‬ ‫ص‬
‫ا‬ ‫ال‬ ‫صحاب ِ‬
‫ة‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ِ‬
‫ر‬ ‫سائِ‬
‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫ْي‬ ‫ات‪ ،‬والْم ْؤِمنِ‬ ‫اللاه ام ا ْغ ِفر لِْلمسلِ ِمْي والْمسلِم ِ‬
‫َ ُ َ‬ ‫ُْ َ َ َُْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫يب‬ ‫ِ‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫يع‬ ‫ِ‬
‫َس‬ ‫ك‬ ‫ا‬‫ن‬‫ِ‬‫إ‬ ‫‪،‬‬ ‫ِ‬
‫ات‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫م‬ ‫ِ‬
‫اء‬ ‫ي‬ ‫َح‬ ‫ال‬ ‫‪،‬‬ ‫ِ‬
‫ات‬ ‫ِ‬
‫َ َ ٌ ٌ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ْ َ ْ ُ ْ َ َْ‬ ‫ْ‬ ‫َوالْ ُم ْؤ َ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫يد ََن َه َذا َس َع َادةً َوتََلَ ُْحًا‪،‬‬ ‫ِ‬
‫ع‬
‫ُا َْ ْ َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫اج‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ا‬
‫ل‬ ‫ال‬ ‫‪،‬‬ ‫ِ‬
‫ات‬ ‫و‬ ‫اع‬ ‫د‬ ‫ال‬ ‫يب‬ ‫ِ‬
‫ُم‬
‫ُ ُ ََ‬
‫اْحًا‪َ ،‬وِزْد ََن فِ ِيه طُ َمأْنِينَةً َوأُلْ َفةً‪َ ،‬وَهنَاءً َوَُمَباةً‪،‬‬ ‫َوَم َسارةً َوتَـَر ُ‬
‫ات‪ ،‬اللا ُه ام‬ ‫ات‪ ،‬والْيم ِن والَْبَك ِ‬ ‫وأ َِع ْده علَيـنَا َِب ْْلَ ِْي والار َْح ِ‬
‫َ ُ ْ َ ََ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ ُ َْ‬
‫ااس َدأْبـَنَا‪ ،‬اللا ُه ام أ َِدِم‬ ‫اْلَِْْي لِلن ِ‬
‫يمتَـنَا‪َ ،‬وبَ ْذ َل ْ‬ ‫َ‬ ‫ش‬ ‫اجع ِل الْموادةَ ِ‬
‫ْ َ ََ‬
‫اح َفظْنَا ِِف‬ ‫و‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ال اسعادةَ علَى وطَنِنَا‪ ،‬وانْ ُش ِر الْبـهجةَ ِِف بـيوتَِ‬
‫ن‬
‫َ ْ َ ُُ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َ‬
‫الدنْـيَا َو ْاْل ِخَرةِ‪َ ،‬ربـانَا‬ ‫ك ِِف ُّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫أ َْهل َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ‬
‫م‬‫ر‬‫ك‬‫َ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ك‬‫ْ‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ن‬ ‫ام‬ ‫ح‬ ‫َر‬ ‫أ‬
‫و‬ ‫ا‬ ‫ين‬
‫اب الناا ِر‪،‬‬ ‫ذ‬‫َ‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫الدنْـيا حسنَةً‪ ،‬وِِف ْاْل ِخرةِ حسنَةً‪ ،‬وقَِ‬
‫ن‬ ‫ُّ‬ ‫ِف‬‫ِ‬ ‫ا‬ ‫آتَِ‬
‫ن‬
‫َ ََ َ َ َ‬ ‫َ ََ َ‬
‫اْلَناةَ َم َع ْالَبْـَرا ِر‪ََ ،‬ي َع ِز ُيز ََي َغ اف ُار‪ِ .‬عبَ َاد هللاِ‪ ،‬إ ان‬ ‫َوأ َْد ِخ ْلنَا ْ‬
‫ان‪َ ،‬وإِيْـتَ ِاء ِذي الْ ُق ْرََب ويـَْنـ َهى َع ِن‬ ‫هللا َيْمر َِبلْع ْد ِل و ْاْلحس ِ‬
‫َ َ ُُ َ َ ْ َ‬
‫ال َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر َوالبَـ ْغ ِي‪ ،‬يَعِظُ ُك ْم لَ َعلا ُك ْم تَ َذ اك ُرْو َن‪،‬‬

‫‪15‬‬
‫َسعِْي ٌد‬ ‫ ِعْي ٌد‬،ُ‫فَاذ ُك ُروا هللاَ الْ َع ِظْي َم يَ ْذ ُكْرُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْك ََب‬
‫َوُك ُّل َع ٍام َوأَنْـتُ ْم ِِبٍَْْي‬

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja


NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang
Peribadatan & Hukum, PD Dewan Masjid Indonesia
Kab. Mojokerto

16

Anda mungkin juga menyukai