Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Ibadah adalah amalan pokok dalam kehidupan manusia, sebab manusia diciptakan
oleh Allah swt, tidak lain adalah untuk mengabdi (beribadah). Manusia dalam hidupnya
mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada Allah, maupun hubungan
sesama manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan alam.
Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan secukupya terutama
sekali dalam sunah nabi, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa, hubungan
manusia dengan Allah swt.
Ibadah merupakan latihan spiritual rohani manusia yang sangat diperlukan atau
dibutuhkan manusia dalam mendekatkan diri dan mensucikan jiwannya serta sebagai
sarana untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT. Dengan kesadaran beribadah maka
sang hamba merasakan adanya pengayom atau sandaran, yakni tempat mengadu
manakala menghadapi masalah yang besar, sehingga akan memperoleh ketentraman
perasaan damai dan mempunyai semangat dalam menjalani proses kehidupan didiunia ini.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai pembagain
ibadah itu sendiri, yang mencakup pengertian ibadah, jenis-jenis ibadah serta ruang
lingkup, hakikat, hikmah dan tujuan ibadah.
1|FIQH IBADAH
1.3. TUJUAN PENULISAN
2|FIQH IBADAH
BAB II
PEMBAHASAN
Ibadah adalah perkara tauqifiyah, artinya tidak ada suatu bentuk ibadahpun
yang disyariatkan kecuali berdasarkan al-Qur’an dan sunah. Adapun definisi ibadah
dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminologi syariat,
ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Allah sebagai syariat, bukan
karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan
logika, atau akal manusia. Maka, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktivitas
manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridla Allah swt selama apa yang
dilakukan sesuai dengan syariat yang Allah tentukan. Namun pembahasan ibadah
1
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003) hal. 17.
3|FIQH IBADAH
dalam kitab-kitab fiqh hanya terbatas pada masalah thaharah (bersuci), shalat, puasa,
zakat dan haji saja yang merupakan empat dari lima rukun islam.2
2
Abbas Arfan, Fiqh Ibadah Praktis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011) hal. 3
3
A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) hal. 114
4|FIQH IBADAH
Terbagi menjadi dua bagian yaitu: pertama, thaharah dari hadas (yaitu
bersuci dari kotoran yang bersifat rohani dan ta’abudi), kedua thaharah
dari najis (yaitu bersuci dari kotoran yang bersifat jasmaniah)
a. Shalat
Shalat adalah wujud ibadah yang pokok bagi seorang muslim, sehingga
shalat menjadi barometer atas ibadah-ibadah yang lainnya.
b. Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun islam,
yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah.
c. Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun
islam. puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan cara menahan lapar dan
haus, serta berhubungan badan suami istri, yang dilakukan disejak terbit
fajar sampai terbenam matahari pada bulan Ramadhan.
d. Haji
Haji adalah ibadah yang dilakukan dengan cara pergi ke Baitullah (masjid
al-Haram-Mekah) untuk melakukan ihram, wuquf thawaf, sa’i dan tahalul
yang dilakukan pada tanggal 8,9,10 dan11 bulan Dzulhijjah.4
4
Syahrul Anwar. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hal. 62-63
5|FIQH IBADAH
Namun demikian sebenarnya setiap ibadah yang dilaksanakn bertujuan untuk
menandakan penghambaan diri kepada Allah swt. Karena itu bentuk dan sifat-
sifatnya begitu beragam, yang terbagi kedalam enam macam, diantaranya:
1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan, diantaranya yaitu dzikir,
do’a, munajat dan sebagainya.
2. Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu
sifat. Contohnya: berjihad dijalan Allah, tolong-menolong, dan
sebagainya.
3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuat
pekerjaan.contohnya: puasa, sabar.
4. Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuata menahan diri dari sesuatu
pekerjaan. Contohnya: I’tikaf, shalat sunnah.
5. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak. Contohnya:
membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang.
6. Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan. Contohnya: khudlu’
khusyu’ menahan diri dariberbicara yang tiada guna.
1. Hakikat Ibadah
b. Jihad dijalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicinta Allah).
6|FIQH IBADAH
d. Harapan (Raja’), maksudnya ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba
dijalankan dengan penuh pengharapan tanpa ada rasa pantang menyerah.
Seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Allah dengan dengan
harapan yang sempurna tanpa pernah merasa putus asa5.
2. Hikmah Ibadah
5
Abbas Arfan, Fiqh Ibadah Praktis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011) hal. 3-4
7|FIQH IBADAH
d. Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Ibadah memiliki daya
pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang
dilakukan berkualitas.
e. Meraih surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka.
Ibadah menurut terminoligi adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan rasa
ikhlas hanya mengaharap ridho Allah SWT, dengan penuh rasa cinta dan sesuai dengan
aturan Allah dan Rasul-Nya. Ibadah juga merupakan perwujudan keimanan seseorang,
iman tidak hanya sekedar rumusan-rumusan abstrak tanpa kemampuan memberi
dorongan batin kepada individu. Dengan demikian keimanan harus diwujudkan dalam
peribadatan sebagai ekspresi penghambaan seseorang kepada Allah. Ibadah sendiri
secara umum dapat dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada
sang Khaliq. Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat
yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya serta untuk memperoleh keridhaan-Nya
dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Karena ruang
lingkup ibadah begitu luas, maka menurut pendapat jumhur ulama secara garis besar
ibadah dibagi kedalam dua jenis, yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah atau bisa disebut juga dengan ibadah khusus merupakan ibadah vertikal
(Tuhan) yakni hubungan manusia dengan tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci
antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang mana tata cara tingkatan, tahapan atas
perincian-perinciannya sudah ditetapkan. Ibadah ini merupakan manifestasi dari rukun
islam yang lima yang meliputi syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Adapun ibadah
Ghairu Mahdhah bisa disebut juga dengan ibadah umum atau muamalah, yaitu segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah SWT, baik berupa perkataan atau perbuatan,
lahir maupun batin. Ibadah ghairu mahdhah tidak murni semata hubungan dengan Allah,
yaitu ibadah yang disamping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan
hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Contoh dari ibadah ini
adalah i’tikaf, wakaf, dzikir, do’a dan lain sebagainnya.
Ibadah dalam islam tidak hanya sebatas yang berbentuk syiar yang utama yang
tercantum dalam rukun islam yang lima. Namun mencakup semua aktivitas yang terkait
8|FIQH IBADAH
dengan kehidupan manusia didunia dan diakhirat, seperti dalam firman Allah SWT
dalam surat al-An’am ayat 162:
Pada ayat diatas bahwasannya ibadah, hidup dan mati seorang hamba hanyalah
untuk Allah SWT, Dalam beribadah dan melakukan pendekatan diri kepada Allah harus
dilaksanakan dengan penuh ikhlas dan hanya mengharab keridhaan-Nya. Apabila
peribadatan kepada Allah disusupi dengan kesyirikan maka hal itu akan
menghancurkan ibadah tersebut. Oleh sebab itu ibadah tidak dianggap sah apabila tidak
dilandasi dengan rasa ikhlas.
Maka dari itu seorang hamba haruslah beribadah kepada Allah dengan
didasarkan rasa ketaatan dan keikhlasan tanpa mengharapkan apapun kecuali semata
hanya mengharapkan ridha-Nya.
9|FIQH IBADAH
ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab
neraka. Jadi, hal ini termasuk dalam arti al-Rajaa’ (harapan) memperoleh pahala dari
Allah, takut siksa-Nya, dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju kepada Tuhan
semesta alam. Al-Khauf (takut) dan al-Raja’ dalam arti ini tidak tercela, selama ikhlas
karena Allah.
Alasan beribadah karena ibadah merupakan kebutuhan rohaniah, jalan menuju
kebebasan, dan ujian terhadap kehidupan, untuk mencapai tujuan akhir dan akhirat,
ibadah juga merupakan hak Allah atas hamba-Nya. Ibadah berpengaruh untuk
membentuk seorag muslim dan ketakwaannya dengan corak Rabbani. Ibadah yang
dilakukan setiap hamba memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Memperoleh ridho Allah, ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba,
dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa mengharap apapun kecuali
hanya untuk memperoleh ridho Allah.
b. Menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab dengan melakukan ibadah
dengan istiqomah akan membentuk jiwa yang sadar akan tanggung jawab.
c. Perwujudan dan pemeliharaan keimanan, ibadah yang dilakukan oleh
seorang hamba secara konsisten merupakan perwujudan dan pemeliharaan
keimanan
d. Meningkatkan harkat dan martabat, dengan beribadah manusia dapat
dibedakan harkat dan martabatnya dengan hewan. Karena dengan akal dan
fitrahnya yang mengarah kepada ketaatan kepada tuhannya, manusia dapat
beribadah dengan baik
e. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah, takwa merupakan tujuan yang
utama dalam beribadah. Karena dengan ketakwaannya manusia akan
memperoleh derajat yang mulia disisi tuhannya.
f. Tawajjuh (menghadap), menghadap Tuhan yang Maha Esa, tuhan yang
disembah, dan meng-Esakannya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan,
hal itu diikuti dengan tujuan penyembahan guna memperoleh kedudukan
yang mulia
g. Untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah, seluruh ibadah mempunyai
fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan nikmat
surga dan selamat dari azab neraka.
10 | F I Q H I B A D A H
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Ibadah ialah sikap pasrah dan tunduk total kepada semua aturan Allah dan Rasul-
Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan islam merupakan refleksi syukur pada
Allah swt. Atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam didasari
kepahaman yang benar. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata
sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat
diperlukan. secara garis besar ibadah dibagi kedalam dua jenis yakni Ibadah Mahdhah
dan Ibadah Ghairu Mahdhah.
Pada hakikatnya dasar-dasar ibadah harus dilaksanakan dengan rasa cinta, jihad
dijalan Allah, takut (khauf) dan Harapan (Raja’). Hikmah ibadah sendiri adalah dapat
menghindarkan manusia dari perbuatan yang buruk. Adapun tujuan ibadah untuk
memperoleh Ridho Allah, dapat menumbuhkan kesadaran tanggung jawab, dan
perwujudan pemeliharaan iman, meningkatan harkat dan martabat dan untuk
meningkatkan ketaatan pada Allah
3.2. SARAN
11 | F I Q H I B A D A H
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syahrul. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010
Syarifudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2003
12 | F I Q H I B A D A H