Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ibadah adalah amalan pokok dalam kehidupan manusia, sebab manusia diciptakan
oleh Allah swt, tidak lain adalah untuk mengabdi (beribadah). Manusia dalam hidupnya
mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada Allah, maupun hubungan
sesama manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan alam.
Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan secukupya terutama
sekali dalam sunah nabi, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa, hubungan
manusia dengan Allah swt.

Ibadah merupakan latihan spiritual rohani manusia yang sangat diperlukan atau
dibutuhkan manusia dalam mendekatkan diri dan mensucikan jiwannya serta sebagai
sarana untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT. Dengan kesadaran beribadah maka
sang hamba merasakan adanya pengayom atau sandaran, yakni tempat mengadu
manakala menghadapi masalah yang besar, sehingga akan memperoleh ketentraman
perasaan damai dan mempunyai semangat dalam menjalani proses kehidupan didiunia ini.

Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai pembagain
ibadah itu sendiri, yang mencakup pengertian ibadah, jenis-jenis ibadah serta ruang
lingkup, hakikat, hikmah dan tujuan ibadah.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah Pengertian dari Ibadah ?


1.2.2. Apa saja jenis – jenis ibadah ?
1.2.3. Bagaimana Hakikat dan Hikmah Ibadah ?
1.2.4. Bagaimana Analisa yang terkait pemahaman ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah ?
1.2.5. Apa Tujuan dari Ibadah ?

1|FIQH IBADAH
1.3. TUJUAN PENULISAN

1.3.1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Ibadah


1.3.2. Untuk Mengetahui jenis – jenis ibadah
1.3.3. Untuk Mengetahui Hakikat dan Hikmah Ibadah
1.3.4. Untuk Mengetahui Analisa terkait pemahaman ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah
1.3.5. Untuk Mengetahui Tujuan dari Ibadah

2|FIQH IBADAH
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ibadah

Menurut bahasa, kata ibadah  berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk (al-


khudlu). Ubudiyah  artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-Azhari, kata
ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.1 Ibadah adalah
bahasa arab yang secara etimologi berasal dari akar kata ‫عبادة‬-‫يعبد‬-‫ عبد‬yang berarti taat,
tunduk, patuh, merendahkan diri (kepada Allah) Kesemua pengertian itu mempunyai
makna yang berdekatan.

Ibadah menurut terminologi adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan


ikhlas hanya mengharap ridla Allah SWT. Penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan
Allah dan Rasul-Nya. Islam memiliki konsep ibadah yang integral, artinya ibadah
dalam islam tidak hanya sebatas yang berbentuk syi’ar yang utama yang tercantum
dalam rukun islam yang lima. Namun mencakup semua aktivitas yang terkait dengan
kehidupan manusia di dunia dan di akhirat, seperti dalam firman Allah SWT dalam
surat al-An’am ayat 162:

َ‫اي َو َم َما تِ ْي هلِل ِ َر ِّب ا لعلَ ِم ْين‬ َ َّ‫قُ ْل اِن‬


ُ ُ‫صاَل تِ ْي َون‬
َ َ‫س ِك ْي َو َم ْحي‬

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Ibadah adalah perkara tauqifiyah, artinya tidak ada suatu bentuk ibadahpun
yang disyariatkan kecuali berdasarkan al-Qur’an dan sunah. Adapun definisi ibadah
dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminologi syariat,
ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Allah sebagai syariat, bukan
karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan
logika, atau akal manusia. Maka, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktivitas
manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridla Allah swt selama apa yang
dilakukan sesuai dengan syariat yang Allah tentukan. Namun pembahasan ibadah

1
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003) hal. 17.

3|FIQH IBADAH
dalam kitab-kitab fiqh hanya terbatas pada masalah thaharah (bersuci), shalat, puasa,
zakat dan haji saja yang merupakan empat dari lima rukun islam.2

2.2. Jenis – jenis Ibadah

Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan secukupnya,


terutama sekali dalam sunnah Nabi, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa.
Hubungan manusia dengan Allah merupakan ibadah yang langsung dan sering
disebut dengan Ibadah Mahdhah. Penggunaan istilah bidang Ibadah mahdhah dan
bidang Ibadah Ghair Mahdhah atau bidang Ibadah dan bidang muamalah , tidaklah
dimaksudkan untuk memisahkan kedua bidang tersebut, tetapi hanya membedakan
yang diperlukan dalam sistematika pembahasan ilmu. Baik ibadah mahdhah maupun
muamalah dalam arti luas, kedua-duanya dilaksanakan dalam rangka mencari
mardhatillah. Karena ruang lingkup ibadah begitu luas, maka menurut pendapat
jumhur ulama secara garis besar ibadah dibagi kedalam dua jenis, yaitu dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya yakni:
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah bisa juga disebut dengan ibadah khusus, yaitu apa yag telah
ditetapkan Allah SWT akan perincian-perinciannya, tingkatan dan tahapannya
dan cara-caranya tertentu. Ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan
tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan
Allah SWT. Yang bersifat (peribadatan), ibadah ini merupakan manifestasi
dari rukun islam yang lima yang meliputi syahadat shalat, zakat, puasa dan
haji.3 Ibadah adalah hubungan yang langsung dengan Allah swt dan sudah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, yaitu sebagai berikut:
a. Syahadat
Syahadat adalah persaksian jiwa atas keberadaan Allah dan kerasulan
Muhammad saw, syahadat yang diitiqadkan dalam hati manusia dengan
kalimat sebagai berikut.

‫اشهدان ال إله إالهلل و اشهدانّ محمدارسول هللا‬


b. Thaharah

2
Abbas Arfan, Fiqh Ibadah Praktis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011) hal. 3
3
A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) hal. 114

4|FIQH IBADAH
Terbagi menjadi dua bagian yaitu: pertama, thaharah dari hadas (yaitu
bersuci dari kotoran yang bersifat rohani dan ta’abudi), kedua thaharah
dari najis (yaitu bersuci dari kotoran yang bersifat jasmaniah)
a. Shalat
Shalat adalah wujud ibadah yang pokok bagi seorang muslim, sehingga
shalat menjadi barometer atas ibadah-ibadah yang lainnya.
b. Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun islam,
yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah.
c. Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun
islam. puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan cara menahan lapar dan
haus, serta berhubungan badan suami istri, yang dilakukan disejak terbit
fajar sampai terbenam matahari pada bulan Ramadhan.
d. Haji
Haji adalah ibadah yang dilakukan dengan cara pergi ke Baitullah (masjid
al-Haram-Mekah) untuk melakukan ihram, wuquf thawaf, sa’i dan tahalul
yang dilakukan pada tanggal 8,9,10 dan11 bulan Dzulhijjah.4

2. Ibadah Ghairu Mahdhah


Adapun ibadah ghairu mahdhah bisa disebut juga sebagai ibadah umum atau
muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT,
baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin. Dengan demikian
ibadah umum mencakup seluruh aspek kehidupan, seperti aspek ekonomi,
sosial, politik, budaya seni dan pendidikan. Ibadah ghairu mahdhah tidak
murni semata hubungan dengan Allah, yaitu ibadah yang di samping sebagai
hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi
antara hamba dengan makhluk lainnya dan merupakan ibadah yang tata cara,
waktu, jumlahnya tidak ditetapkan.
Ibadah yang termasuk ibadah ghairu mahdhah adalah i’tkaf, wakaf, qurban,
shadaqah, aqiqah, dzikir dan do’a.

4
Syahrul Anwar. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hal. 62-63

5|FIQH IBADAH
Namun demikian sebenarnya setiap ibadah yang dilaksanakn bertujuan untuk
menandakan penghambaan diri kepada Allah swt. Karena itu bentuk dan sifat-
sifatnya begitu beragam, yang terbagi kedalam enam macam, diantaranya:
1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan, diantaranya yaitu dzikir,
do’a, munajat dan sebagainya.
2. Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu
sifat. Contohnya: berjihad dijalan Allah, tolong-menolong, dan
sebagainya.
3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuat
pekerjaan.contohnya: puasa, sabar.
4. Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuata menahan diri dari sesuatu
pekerjaan. Contohnya: I’tikaf, shalat sunnah.
5. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak. Contohnya:
membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang.
6. Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan. Contohnya: khudlu’
khusyu’ menahan diri dariberbicara yang tiada guna.

2.3. Hakikat dan Hikmah Ibadah

1. Hakikat Ibadah

a. Cinta, maksudnya ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba didasarkan


pada cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, yang mengandung makna
mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun
tanda-tandanya: mengikuti sunnah Rasul, jihad dijalan Allah dengan
menggunakan jiwa, raga, dan hartanya dan mengikuti sunnah Rasulullah
saw.

b. Jihad dijalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicinta Allah).

c. Takut (khauf), maksudnya ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba


didasarkan pada takutnya seorang hamba kepada Allah. Tidak merasakan
sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi
ketakutannya kepada Allah.

6|FIQH IBADAH
d. Harapan (Raja’), maksudnya ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba
dijalankan dengan penuh pengharapan tanpa ada rasa pantang menyerah.
Seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Allah dengan dengan
harapan yang sempurna tanpa pernah merasa putus asa5.

2. Hikmah Ibadah

Ibadah merupakan perwujudan keimanan seseorang, iman tidak hanya sekedar


rumusan-rumusan abstrak tanpa kemampuan memberi dorongan batin kepada
individu. Dengan demikian keimanan harus diwujudkan dalam peribadatan
sebagai ekspresi penghambaan seseorang kepada Allah. Ibadah yang benar akan
melahirkan hikmah serta hasil yang dapat dirasakan di dunia dan juga di akhirat
kelak, adapun Ibadah yang dilakukan setiap hamba memiliki hikmah sebagai
berikut:

a. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena


ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan
keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan
keindahan-Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada-Nya. Shalat
lima kali sehari merupakan manifestasi bagi manusia untuk
mengingatkan manusia bahwa sesungguhnya kita adalah hamba Allah
dan hanya kepada-Nya tempat pengabdian untuk mengeratkan hubungan
dengan Allah.
b. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka
dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena mendapat pengalaman
langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan
ibadah puasa, manusia akan merasakan rasanya lapar yang biasa
dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hambanya
tersebut untuk lebih memperhatikan orang lain.
c. Tidak kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya
tetapi milik Allah SWT, yang seharusnya diperuntukan untuk
kemaslahatan umat. Sebagaimana ketika kita melakukan zakat. Zakat
mengingatkan kita bahwa harta yang kita peroleh adalah amanah dari
Allah, didalam harta kita ada hak-hak orang lain yang mesti ditunaikan.

5
Abbas Arfan, Fiqh Ibadah Praktis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011) hal. 3-4

7|FIQH IBADAH
d. Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Ibadah memiliki daya
pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang
dilakukan berkualitas.
e. Meraih surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka.

2.4 Analisa terkait pemahaman ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah

Ibadah menurut terminoligi adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan rasa
ikhlas hanya mengaharap ridho Allah SWT, dengan penuh rasa cinta dan sesuai dengan
aturan Allah dan Rasul-Nya. Ibadah juga merupakan perwujudan keimanan seseorang,
iman tidak hanya sekedar rumusan-rumusan abstrak tanpa kemampuan memberi
dorongan batin kepada individu. Dengan demikian keimanan harus diwujudkan dalam
peribadatan sebagai ekspresi penghambaan seseorang kepada Allah. Ibadah sendiri
secara umum dapat dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada
sang Khaliq. Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat
yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya serta untuk memperoleh keridhaan-Nya
dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Karena ruang
lingkup ibadah begitu luas, maka menurut pendapat jumhur ulama secara garis besar
ibadah dibagi kedalam dua jenis, yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah atau bisa disebut juga dengan ibadah khusus merupakan ibadah vertikal
(Tuhan) yakni hubungan manusia dengan tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci
antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang mana tata cara tingkatan, tahapan atas
perincian-perinciannya sudah ditetapkan. Ibadah ini merupakan manifestasi dari rukun
islam yang lima yang meliputi syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Adapun ibadah
Ghairu Mahdhah bisa disebut juga dengan ibadah umum atau muamalah, yaitu segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah SWT, baik berupa perkataan atau perbuatan,
lahir maupun batin. Ibadah ghairu mahdhah tidak murni semata hubungan dengan Allah,
yaitu ibadah yang disamping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan
hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Contoh dari ibadah ini
adalah i’tikaf, wakaf, dzikir, do’a dan lain sebagainnya.

Ibadah dalam islam tidak hanya sebatas yang berbentuk syiar yang utama yang
tercantum dalam rukun islam yang lima. Namun mencakup semua aktivitas yang terkait

8|FIQH IBADAH
dengan kehidupan manusia didunia dan diakhirat, seperti dalam firman Allah SWT
dalam surat al-An’am ayat 162:

َ‫اي َو َم َما تِ ْي هلِل ِ َر ِّب ا لعلَ ِم ْين‬ َ َّ‫قُ ْل اِن‬


ُ ُ‫صاَل تِ ْي َون‬
َ َ‫س ِك ْي َو َم ْحي‬

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Pada ayat diatas bahwasannya ibadah, hidup dan mati seorang hamba hanyalah
untuk Allah SWT, Dalam beribadah dan melakukan pendekatan diri kepada Allah harus
dilaksanakan dengan penuh ikhlas dan hanya mengharab keridhaan-Nya. Apabila
peribadatan kepada Allah disusupi dengan kesyirikan maka hal itu akan
menghancurkan ibadah tersebut. Oleh sebab itu ibadah tidak dianggap sah apabila tidak
dilandasi dengan rasa ikhlas.

Namun demikian pada realitanya, adapula yang menjalankan ibadah hanya


sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban, tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini
banyak umat islam yang tidak berjama’ah ke masjid kecuali shalat jum’at. Bahkan
adapula yang tidak shalat kecuali pada hari raya. Islamnya hanya sebagai identitas saja.
Dan adapula yang beribadah, mendekatkan diri kepada Allah hanya pada saat keadaan
yang susah, manusia akan cenderung taat beribadah karena Allah. Hal ini tentu saja
jauh dengan syarat beribadah yakni ikhlas, ibadah yang dilaksanakan tanpa rasa ikhlas
maka akan jauh dari ridho Allah.

Maka dari itu seorang hamba haruslah beribadah kepada Allah dengan
didasarkan rasa ketaatan dan keikhlasan tanpa mengharapkan apapun kecuali semata
hanya mengharapkan ridha-Nya.

2.5 Tujuan Ibadah

Adapun tujuan yang mendasar (pokok) didalam ibadah adalah tawajjuh


(menghadap) kepada yang Maha Esa, Tuhan yang disembah, dan mengesakan-Nya
dengan niat ibadah dalam setiap keadaan, hal itu diikuti tujuan penyembahan guna
memperoleh kedudukan diakhirat, atau agar menjadi seorang diantara wali-wali Allah
atau yang serupa dengannya. Termaksud dalam tujuan-tujuan yang mengikuti ibadah
adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah. Seluruh ibadah mempunyai fungsi

9|FIQH IBADAH
ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab
neraka. Jadi, hal ini termasuk dalam arti al-Rajaa’ (harapan) memperoleh pahala dari
Allah, takut siksa-Nya, dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju kepada Tuhan
semesta alam. Al-Khauf (takut) dan al-Raja’ dalam arti ini tidak tercela, selama ikhlas
karena Allah.
Alasan beribadah karena ibadah merupakan kebutuhan rohaniah, jalan menuju
kebebasan, dan ujian terhadap kehidupan, untuk mencapai tujuan akhir dan akhirat,
ibadah juga merupakan hak Allah atas hamba-Nya. Ibadah berpengaruh untuk
membentuk seorag muslim dan ketakwaannya dengan corak Rabbani. Ibadah yang
dilakukan setiap hamba memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Memperoleh ridho Allah, ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba,
dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa mengharap apapun kecuali
hanya untuk memperoleh ridho Allah.
b. Menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab dengan melakukan ibadah
dengan istiqomah akan membentuk jiwa yang sadar akan tanggung jawab.
c. Perwujudan dan pemeliharaan keimanan, ibadah yang dilakukan oleh
seorang hamba secara konsisten merupakan perwujudan dan pemeliharaan
keimanan
d. Meningkatkan harkat dan martabat, dengan beribadah manusia dapat
dibedakan harkat dan martabatnya dengan hewan. Karena dengan akal dan
fitrahnya yang mengarah kepada ketaatan kepada tuhannya, manusia dapat
beribadah dengan baik
e. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah, takwa merupakan tujuan yang
utama dalam beribadah. Karena dengan ketakwaannya manusia akan
memperoleh derajat yang mulia disisi tuhannya.
f. Tawajjuh (menghadap), menghadap Tuhan yang Maha Esa, tuhan yang
disembah, dan meng-Esakannya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan,
hal itu diikuti dengan tujuan penyembahan guna memperoleh kedudukan
yang mulia
g. Untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah, seluruh ibadah mempunyai
fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan nikmat
surga dan selamat dari azab neraka.

10 | F I Q H I B A D A H
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Ibadah ialah sikap pasrah dan tunduk total kepada semua aturan Allah dan Rasul-
Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan islam merupakan refleksi syukur pada
Allah swt. Atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam didasari
kepahaman yang benar. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata
sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat
diperlukan. secara garis besar ibadah dibagi kedalam dua jenis yakni Ibadah Mahdhah
dan Ibadah Ghairu Mahdhah.

Pada hakikatnya dasar-dasar ibadah harus dilaksanakan dengan rasa cinta, jihad
dijalan Allah, takut (khauf) dan Harapan (Raja’). Hikmah ibadah sendiri adalah dapat
menghindarkan manusia dari perbuatan yang buruk. Adapun tujuan ibadah untuk
memperoleh Ridho Allah, dapat menumbuhkan kesadaran tanggung jawab, dan
perwujudan pemeliharaan iman, meningkatan harkat dan martabat dan untuk
meningkatkan ketaatan pada Allah

3.2. SARAN

Dari pemaparan mengenai ibadah diatas, maka dapat difahami bahwasannya


ibadah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam
rangka perwujudan penghambaan diri kepada allah, dan sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Namun dalam menjalankan ibadah harus dilaksanakan
secara intensif diantaranaya ibadah yang dilakukan dilakukan secara sungguh-sungguh,
ibadah diorientasikan untuk mendapatkan ridho Allah, menjauhkan sifat riya’ dan
takabur, menggali mana dan hikmah dalam setiap ibadah yang dikerjakan, senantiasa
memenuhi syarat dan rukun ibadah yang telah ditetapkan, berusaha disiplin dan
konsisten dalam menjalankan ibadah.

11 | F I Q H I B A D A H
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syahrul. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010

Arfan, Abbas. Fiqh Ibadah Praktis, Malang: UIN-Maliki Press, 2011

Djazuli, A. Kaidh-kaidah Fikih, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Djazuli,A. Ilmu Fiqh, Jakarta: Kencana Preada Media Group, 2013

Syarifudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2003

12 | F I Q H I B A D A H

Anda mungkin juga menyukai